Makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian akhir semester pada mata kuliah Islam dan
Ilmu Pengetahuan
2022
A. Pendahuluan
Ada beberapa definisi dasar yang dapat diberikan untuk menggambarkan teknologi.
Ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu tentang fenomena alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan
dan keterampilan yang merepresentasikan penerapan sains dalam kehidupan sehari-
hari manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan produk dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam dan mengembangkan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.1
Saat ini globalisasi teknologi khususnya di Indonesia semakin pesat. Hal ini
disebabkan perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan Revolusi Sosial 5.0 yang
mendukung seluruh aspek kehidupan manusia modern, serta sejalan dengan tujuan
Revolusi Sosial 5.0 yang bertujuan menjadikan kehidupan sosial berpusat pada
manusia. solusi teknologi dan masyarakat sudah dapat tercapai dan masyarakat dapat
menikmati hidup dengan kualitas hidup terbaik dimana mereka sangat aktif dan
nyaman.2
1
Muhammad Faisal Hamdani, ‗Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Komunikasi‘, Fakutas
Ilmu Sosial, 2017, 10.
2
M Fukuyama, Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society. (Japan Spotlight, 2018).
Oleh karena itu, teknologi, di tangan suatu kelompok atau sekelompok orang dapat
dijadikan sebagai alat yang sangat efektif untuk mendorong moralitas atau sebaliknya
menghancurkan nilai-nilai moral, mempengaruhi atau mengontrol mereka yang
berkuasa melalui teknologi. Masalah sebenarnya terletak pada mereka yang
mengontrol komunikasi global, dan mereka memiliki perspektif yang sangat berbeda
tentang Islam dalam hal memberikan kriteria untuk nilai-nilai moral; antara nilai baik
dan buruk, kebenaran sejati dan nilai artifisial. Di sisi lain, era modern identik dengan
era ilmu pengetahuan dan teknologi yang perkembangannya tidak terlepas dari
penelitian kritis dan penelitian berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semula ditujukan
untuk mempermudah pekerjaan manusia, dapat menciptakan ketakutan dan teror
dalam hidup manusia pula . Ketika segalanya menjadi lebih mudah, muncul rasa
persaingan atau kesepian, yang melemahkan kekompakan, kebersamaan, dan
persahabatan. Misalnya, pada munculnya perangkat elektronik seperti telepon,
televisi, komputer, dll. Membuat pengguna terpesona dengan fungsinya dan membuat
mereka melupakan lingkungan sekitar. Bayangkan hampir setiap hari kita hanya
memperhatikan sentuhan layar yang berdampak pada hubungan yang tidak harmonis
karena kita sibuk dengan perangkat masing-masing. Ternyata teknologi layar bisa
sangat memperbudak penggunanya sehingga tidak lagi peduli dengan sekitarnya. Jika
efek negatif dari penggunaan teknologi tidak disadari, orang tidak akan menyadari
kebutuhan mereka yang sebenarnya.3
Keberadaan iptek memerlukan dimensi etis sebagai acuan, yang terkadang dapat
mempengaruhi proses perkembangan iptek. Tanggung jawab etis adalah
kesinambungan dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kasus ini,
mereka yang mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memperhatikan sifat dan martabat manusia, menjaga keharmonisan ekosistem dan
bertanggung jawab untuk kepentingan bersama dan generasi berikutnya.4
3
Dian Radiansyah, ‗PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP REMAJA ISLAM (Studi
Kasus Di Kampung Citeureup Desa Sukapada)‘, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 3.2 (2020), 76–103
<https://doi.org/10.15575/jaqfi.v3i2.9568>.
4
Radiansyah. Ibid
Ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang lebih umum untuk perbaikan dan
pengembangan keberadaan manusia daripada untuk penghancuran keberadaan
manusia? Ternyata teknologi tampilan bisa mengelabui pengguna agar mengabaikan
lingkungan sekitar. Jika efek negatif dari penggunaan teknologi tidak disadari, orang
tidak akan menyadari kebutuhan mereka yang sebenarnya.
Oleh karena itu Islam memegang peranan penting dalam menghadapi era globalisasi
teknologi ini. Pengaturan halal ataupun haram (Hukum Syariah Islam) harus dijadikan
sebagai standar pemanfaatan iptek, apapun bentuknya. Teknologi yang dapat
digunakan adalah yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak berguna atau membawa kepada kemudharatan dilarang dalam
Syariah Islam.5
B. Metode Penulisan
Sejumlah data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, diambil dari sumber sumber
jurnal online yang telah diverifikasi kebenarannya. Penelitian ini dilakukan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Moeleong (2004:8-13) menyebutkan bahwa dalam metode kualitatif,
penelitian dilaksanakan dengan cara pengamatan, perekaman, wawancara ataupun
penelaahan dokumen, menganalisis secara induktif, teori dari dasar, deskriptif,
mementingkan proses, adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data, desain bersifat sementara, serta hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama. Sehingga menurut metode penulisan, peneliti
menggunakan cara pengamatan, penelaahan dokumen, serta analisis.
Model yang digunakan adalah model alir Milles & Hubberman (1992:21—23).
Dengan menggunakan model ini kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah
pengumpulan data melalui observasi. Reduksi data yang diisi proses deskripsi dan
identifikasi. Penyajian data, dan langkah terakhir ialah penyimpulan dan verifikasi. (
Noorhana, Santoso dan Martutik, 2017).
C. Pembahasan
1. Definisi
5
Hamdani.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi
alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api
telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda
telah membantu manusia dalam perjalanan, dan mengendalikan lingkungan
mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak,
telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai. Pengembangan
senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari
pentungan sampai senjata nuklir.6
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 3:13 WIB
7
George Crabb, Universal Technological Dictionary (London: Baldwin, Cradock and Joy, 1823).
8
Loretta H Julius Adams S, Mannix, Mind and Hand: The Birth of MIT (Cambridge: MIT Press, 2005).
9
Y. Maryono B. Patmi Istiana, , Teknologi Informasi Dan Komunikasi 1 SMP Kelas VII, (Bogor: Quadra,
2008).
2. Dalil di dalam kitab suci
Al-Qur‘an merupakan sebuah pedoman ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini
jugalah yang mendorong umat muslim didorong untuk memiliki sifat-sifat
ilmuwan, yakni:10
Berpikir kritis (QS. Al-Isra/17: 36)
ٰۤ
ص َش ََ ْاٌفُ َؤادَ ُو ًُّ اٌَُىِٕهَ َوانَ َع ْىًُ َمضْـُٔ ُْ ًَل
َ َض ْم َع ََ ْاٌث
َّ ٌْش ٌَهَ تِ ًٖ ِع ٍْ ٌم ۗا َِّن ا ُ ََ ََل ذ َ ْم.
َ ف َما ٌَي
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.
Dan janganlah engaku (wahai manusia), mengikuti apa yang tidak engkau
ketahui. Akan tetapi pastikan dan verifikasi(akan kebenarannya) dahulu.
Sesungguhnya manusia akan dimintai pertanggung jawaban menggenai
bagaimana ia menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hatinya. Apabila dia
mempergunakannya dalam perkara-perkara baik, niscaya akan memperoleh
pahala, dan jika ia mempergunakannya dalam hal-hal buruk, maka dia akan
memperoleh hukuman.11
Terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya ilmu tersebut (QS. Az-
Zumar/39: 18)
10
Muhammad Rizky Ramadhandy Budianto, Syaban Farauq Kurnia, and Tresna Ramadhian Setha Wening
Galih, ‗Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi‘, Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman,
21.01 (2021), 55–61 <https://doi.org/10.32939/islamika.v21i01.776>.
11
https://tafsirweb.com/4640-surat-al-isra-ayat-36.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 19:40
ٰۤ ٰۤ
ِ اّٰللُ ََاٌَُىِٕهَ ٌُ ْم اٌَُُُا ْاَلَ ٌْ َثا
ب َ ْاٌَّ ِزيْهَ َي ْضر َِمعُ ُْنَ ْاٌمَ ُْ َي فَ َير َّ ِثعُ ُْنَ اَح
ضىًَٗ ۗ اٌَُىِٕهَ اٌَّ ِزيْهَ ٌَذى ٍُ ُم ه
Artinya:
(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Orang-orang yang mendengar perkataan dan memilah-milah antara yang baik dan
yang buruk, lalu mereka mengikuti yang terbaik karena ia yang bermanfaat.
Mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah orang-orang yang Allah bimbing
kepada hidayah. Mereka adalah orang-orang yang memiliki akal yang lurus.12
Maka dalam QS. Az-Zumar/39: 18 ini menjelaskan bahwa kita harus memilah
antara hal baik dan buruk, begitu pula terkait teknologi, tidak semua teknologi
yang tercipta membawa kepada kebaikan
Senantiasa menggunakan akal pikirannya untuk berpikir secara kritis (QS.
Yunus/10: 10).
Artinya:
Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma ”(Mahasuci Engkau, ya
Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam ”(salam sejahtera).
Dan penutup doa mereka ialah, “Al-hamdu lillahi Rabbil „alamin ”(segala puji
bagi Allah Tuhan seluruh alam).
12
https://tafsirweb.com/8680-surat-az-zumar-ayat-18.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 19:50
bagi Allah, pencipta makhluk-makhluk dan pendidik mereka dengan nikmat-
nikmatNya.13
Inilah yang mengantarkan pada sebuah keharusan bagi setiap umat muslim agar
mampu unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai
sarana kehidupan yang harus diutamakan untuk mencapai kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam:
QS. Al-Qashash/28: 77
Terjemahan:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.
Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni (mahdah)
dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk
memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya,
dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi, pada saat
yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan
tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah
sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan
mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam
bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas
yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan tersebut.
13
https://tafsirweb.com/3284-surat-yunus-ayat-10.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 20:41
QS. An-Nahl/16: 43
َص ٍْىَا ِم ْه لَ ْثٍِهَ ا ََِّل ِس َج ًاَل وُّ ُْ ِح ْٓي اٌَِ ْي ٍِ ْم فَضْـٍَُٔ ُْٓا ا َ ٌْ ًَ اٌ ِزّ ْو ِش ا ِْن ُو ْىر ُ ْم ََل ذَ ْع ٍَ ُم ُْن
َ ََ َما ٓ ا َ ْس
Terjemahan:
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-
laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Pengutusan para nabi dan rasul adalah sesuatu yang hak dan benar adanya. Dan
Kami tidak mengutus kepada umat manusia sebelum engkau, wahai Muhammad,
melainkan orang laki-laki terpilih yang memiliki keistimewaan dan ketokohan
dari kalangan manusia, bukan malaikat, yang Kami beri wahyu kepada mereka
melalui utusan Kami, Jibril agar disampaikannya kepada umat mereka; maka
bertanyalah, wahai orang yang meragukan keesaan Allah dan tidak mengetahui
tuntunan-Nya, kepada orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan
kitab-kitab Allah, jika kamu tidak mengetahui. (Lihat: Surah al-Anbiya/12: 8-7
dan al-Jinn/71: 6)
QS. Al-Mujadilah/58: 11
ش ُز َْا يَ ْشفَعِ ه
ُاّٰلل ُ اّٰللُ ٌَ ُى ٌۚ ْم ََ ِارَا لِ ْي ًَ ا ْو
ُ ش ُز َْا فَا ْو ضح ِ ه َ ض ُح ُْا يَ ْفَ ٓياَيُّ ٍَا اٌَّ ِزيْهَ ا َمىُ ُْٓا اِرَا لِ ْي ًَ ٌَ ُى ْم ذَفَ َّض ُح ُْا فِّ ْاٌ َمج ٍِ ِش فَا ْف
اّٰللُ ِت َما ذَ ْع َمٍُ ُْنَ َخ ِثي ٌْش
د ََ ه ٍ ۗ اٌَّ ِزيْهَ ا َمىُ ُْا ِم ْى ُى ْم ََاٌَّ ِزيْهَ ا ُ َْذُُا ْاٌ ِع ٍْ َم دَ َسج
Terjemahan:
َ ََ َما َوانَ ْاٌ ُمؤْ ِمىُ ُْنَ ٌِيَ ْى ِف ُش َْا و َٰۤافَّ ۗحً فٍََ ُْ ََل وَفَ َش ِم ْه ُو ًِّ فِ ْشلَ ٍح ِ ّم ْى ٍُ ْم
ط ٰۤا ِٕىفَحٌ ٌِّيَرَفَ َّم ٍُ ُْا فِّ اٌ ِذّي ِْه ََ ٌِيُ ْىز ُِس َْا لَ ُْ َم ٍُ ْم اِرَا
ََس َجعُ ُْٓا اِ ٌَ ْي ٍِ ْم ٌَ َع ٍَّ ٍُ ْم َيحْ زَ ُس َْن
Terjemahan:
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga
dirinya.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang pahala yang dijanjikan Allah kepada
orang-orang yang berbuat baik. Pada ayat ini dijelaskan tentang pentingnya
pembagian tugas kerja dalam kehidupan bersama dengan penegasan tidak
sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang sehingga
hal yang lainnya terabaikan. Mengapa tidak ada sebagian dari setiap golongan di
antara mereka yang pergi untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan dengan menyebarluaskan
pengetahuan tersebut kepada kaumnya apabila mereka telah kembali dari
berperang atau tugas apa pun, pengetahuan agama ini penting agar mereka dapat
menjaga dirinya dan berhati-hati agar tidak melakukan pelanggaran.
Sebagai bukti turunnya Al-Qur'an pada abad ke-7, banyak hal yang dijelaskan
dengan berbagai fenomena dari fakta-fakta ilmiah yang ditemukan dalam seratus
tahun terakhir. Ayat-ayat tersebut secara akurat menggambarkan ide-ide yang
konsisten dengan pengamatan alam semesta modern, ayat-ayat Alquran yang
digunakan dalam penelitian ini diberi tanda QS. Al-Baqarah/2: 20 dan QS. Abasa/
80:1-5 yang berbunyi:
QS. Al-Baqarah/2: 20
ض ْم ِع ٍِ ْم
َ َة ِت ظٍَ َم َعٍَ ْي ٍِ ْم لَا ُم ُْا ٌَََۗ ُْ ش َٰۤا َء ه
َ ٌَاّٰللُ ٌَز ْ َ ض ٰۤا َء ٌَ ٍُ ْم َّمش َُْا فِ ْي ًِ ََاِرَآ ا
َ َ اس ٌُ ْم ۗ ُوٍَّ َما ٓ ا
َ صَ ف ا َ ْت
ُ طَ يَىَاد ُ ْاٌثَ ْش ُق يَ ْخ
ش ْيءٍ لَ ِذي ٌْش َ ًِّ اّٰللَ َعٍّ ُو اس ٌِ ْم ۗ ا َِّن ه
ِ ص َ ََا َ ْت
Terjemahan:
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa
mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.
Karena amat cepat dan terangnya, hampir saja kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan beberapa langkah di
bawah sinar itu, dan apabila kilat itu menghilang dan gelap kembali menerpa
mereka, mereka berhenti di tempat dengan penuh kebimbangan. Orang-orang
munafik itu ketika melihat bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah
terkagum-kagum dengan itu semua sehingga mereka berkeinginan mengikuti
kebenaran tersebut. Akan tetapi, tidak beberapa lama kemudian mereka kembali
kepada kekufuran dan kemunafikan. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia
hilangkan pendengaran mereka dengan suara halilintar yang memekakkan telinga,
dan Dia hilangkan penglihatan mereka dengan sambaran kilat yang sangat cepat
dan terang, tetapi Allah menangguhkan itu semua sampai tiba saatnya nanti.
Sungguh, Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan Mahakuasa atas segala
sesuatu, dengan atau tanpa sebab apa pun.
ۗ أ َ َما َم ِه ا ْصرَ ْغ، ِش ََذ ٌَََُّّ أ َ ْن َجا َءيُ ْاْل َ ْع َمّ ََ َما يُذ ِْسيهَ ٌَعًٍََُ يَ َّز َّوّ ا َ َْ يَزَّ َّو ُش فَر َ ْىفَ َعًُ اٌ ِز ْو َش
ّى َ ََعث
Terjemahan:
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, (1) karena seorang buta telah
datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). (2) Dan tahukah engkau
(Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), (3) atau dia
(ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? (4) Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), (5)
Jika bagian akhir Surah an-Nziat menjelaskan tugas Nabi sebagai pemberi
peringatan tentang hari kiamat, maka pada permulaan Surah Abasa Allah
menyebutkan siapa yang akan mendapatkan manfaat dari peringatan tersebut.
Disebutkan bahwa seorang pria buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, anak
paman Khadijah, menghadap Nabi untuk meminta petunjuk. Ketika itu Nabi
tengah berdakwah kepada para pemuka Quraisy. Nabi kurang berkenan dengan
kedatangannya. Muka Nabi menjadi masam. Atas perilaku tersebut Allah
menegurnya dengan halus. Teguran ini menunjukkan bahwa Al-Qur‟an bukanlah
perkataan Nabi melainkan kalamullah. Dengan teguran itu Allah menghendaki
agar Nabi Muhammad melakukan hal yang lebih utama, yaitu memperhatikan
orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan berpegang teguh dengan
Islam. Dia, Nabi Muhammad, berwajah masam karena kedatangan Ibnu Ummi
Maktum, dan berpaling darinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemuka
Quraisy. (1)
Nabi kurang berkenan sehingga bermuka masam karena seorang buta telah datang
kepadanya, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum. Allah menegur Nabi karena lebih
mementingkan bertemu dengan pemuka Quraisy untuk mengajak mereka masuk
Islam. Dalam pandangan Allah, semestinya Nabi lebih mementingkan siapa pun
yang betul-betul ingin mengamalkan ajaran Islam, tidak peduli ia dari kalangan
fakir miskin bahkan cacat. Abdullah terus memanggil-manggil Nabi, sedang dia
karena kebutaannya tidak tahu bahwa beliau sedang bersama para pemuka
Quraisy (Lihat: Surah al-An‟am/6: 21; al-Kahf/28: 18). (2)
Wahai Nabi Muhammad, Kami menegur sikapmu yang demikian karena tahukah
engkau barangkali dia datang menghadapmu untuk minta pengajaran darimu
sebab dia ingin menyucikan dirinya dari dosa dan kesalahan masa lalunya? (3)
Atau tahukah engkau bila dia datang karena dia ingin mendapatkan pengajaran
Al-Qur‟an dan ajaran Islam darimu, yang memberi manfaat kepadanya sehingga
dia lebih tekun beribadah, beramal saleh, dan menjadi pengikut setiamu? (4)
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup dengan apa yang dia punya,
seperti kedudukan, status sosial, dan kekayaan; sehingga dia enggan beriman
kepada Allah dan mengikuti ajaranmu, (5)
QS Al-Anbiya/21: 80
Terjemahan:
Dan Kami ajarkan (pula) kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna
melindungi kamu dalam peperangan. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?
Dan Kami ajarkan pula kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu dan
prajurit-prajurit kamu guna melindungi kamu dan mereka dalam peperangan yang
kamu pimpin. Apakah kamu dengan menerima karunia Allah yang besar ini
termasuk hamba yang bersyukur kepada Allah?
Ali'Imran/3: 190
Terjemahan:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
Al-Nahl/16: 78
Terjemahan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur.
Allah Mahakuasa dan Maha Mengetahui; tidak ada yang luput dari pengetahuan-
Nya. Dan di antara bukti kekuasaan dan pengetahuan Allah adalah bahwa Dia
telah mengeluarkan kamu, wahai manusia, dari perut ibumu. Kamu sebelumnya
tidak ada, kemudian terjadilah suatu proses yang mewujudkanmu dalam bentuk
janin yang hidup dalam kandungan ibu dalam waktu yang ditentukan-Nya. Ketika
masanya telah tiba, Allah lalu mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, baik tentang dirimu sendiri maupun tentang dunia
di sekelilingmu. Dan Dia memberimu pendengaran agar dapat mendengar bunyi,
penglihatan agar dapat melihat objek, dan hati nurani agar dapat merasa dan
memahami. Demikianlah, Allah menganugerahkan itu semua kepadamu agar
kamu bersyukur
Al-Baqarah/2: 30
ٰۤ
َ ُض َخ ٍِ ْيفَحً ۗ لَاٌُ ُْٓا اَذَجْ عَ ًُ فِ ْي ٍَا َم ْه يُّ ْف ِضذُ فِ ْي ٍَا ََيَ ْض ِفهُ اٌ ِذّ َم ٰۤا ٌۚ َء ََوَحْ هُ و
ضثِّ ُح ِ ََاِرْ لَا َي َستُّهَ ٌِ ٍْ َمٍ ِٕى َى ِح اِوِّ ْي َجا ِع ًٌ فِّ ْاَلَ ْس
َِس ٌَهَ ۗ لَا َي اِوِّ ْٓي ا َ ْعٍَ ُم َما ََل ذَ ْعٍَ ُم ُْن
ُ ِّت َح ْمذِنَ ََوُمَذ
Terjemahan:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi. ”Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? ”Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dari ayat ayat diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai penelitian mempengaruhi
kinerja pengumpulan data terkait dengan pemahaman ilmu perkembangan
teknologi. Keterkaitan antara agama dan teknologi semakin kuat ketika terdapat
kajian yang berbeda pada semua ukuran kemampuan, inovasi yang diterapkan
memiliki pengaruh korelasi yang signifikan terhadap perkembangan teknologi
menurut konsep Islam.
Kehadiran internet yang juga sebagai bukti dari adanya globalisasi teknologi telah
menjadi jembatan bagi banyak orang untuk mendapatkan informasi, teman, dan
uang. Oleh karena itu, baik individu maupun perusahaan dapat menggunakan
Internet dan menghasilkan produk yang dapat terhubung ke Internet. Jika tidak,
sulit untuk memasarkan produk karena semuanya bergantung pada teknologi
digital. Inilah yang mengantarkan pada sebuah keharusan bagi setiap umat
muslim agar mampu unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sebagai sarana kehidupan yang harus diutamakan untuk mencapai
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam QS.
Al-Qashash/28: 77 QS. An-Nahl/16: 43 QS. Al-Mujadilah/58: 11 QS. At-
Taubah/9: 122.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut
duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias
gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa
iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana
yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka
integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-
akhirah) seperti do‘a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-
Baqarah :201)
14
Hamdani.Op Cit
15
Hamdani. Ibid
Maka timbulnya globalisasi teknologi tidak hanya menimbulkan kemudahan serta
manfaat yang bersesuaian dengan ajaran agama, tetapi menimbulkan pula
pertentangan yang menyimpang dari ajaran agama.
Dalam Islamic Studies tidak diragukan lagi bahwa teknologi telah membawa
manfaat bagi prinsip-prinsip yang sangat besar bagi umat manusia. Namun, hal itu
disalahgunakan sehingga merugikan manusia dan lingkungan. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan antara sains dan agama yang berakar pada dominasi pandangan
dunia sekuler di kalangan sarjana. Para sarjana yang mempelajari pandangan
dunia ini berkomentar bahwa teknologi harus melayani umat manusia daripada
merusaknya. Dalam perspektif Islam, teknologi memiliki dimensi teoretis dan
terapan, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan para
ilmuwan dalam perspektif Islam yang melihat Tuhan sebagai Pencipta dan
Pemelihara alam semesta, melihat dan meyakini tujuan penciptaan alam semesta. .
dalam tatanan moral. Selain itu, memberikan dasar metafisik untuk ilmu teknologi
untuk membantu peneliti mengembangkan teori pengambilan keputusan. Dimensi
aplikatif memberikan arah yang tepat pada pandangan dunia Islam sebagai
implementasi ilmu teknologi dan penekanan pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Perbedaan pendapat tentang tujuan kegiatan ilmiah berakar pada
perbedaan pandangan dunia para peneliti. Pandangan dunia sekuler berlaku di
kalangan sarjana Muslim, dan dunia Muslim tertinggal secara teknologi dan
sangat bergantung pada ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri secara memadai.
4. Solusi
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa
Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam sebagai standar bagi pemanfaatan
iptek dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika
telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau
menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia.16
16
Ian Hidayat, Askar Askar, and Zaitun Zaitun, ‗Teknologi Menurut Pandangan Islam‘, Prosiding Kajian Islam
Dan Integrasi Ilmu Di Era Society (KIIIES) 5.0, 1 (2022), 456–560.
17
Rasyiani Putri, Adelio Ramadhan, and Muhammad Afif, ‗Perspektif Islam Terhadap Integrasi Perkembangan
Ilmu Teknologi‘, ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 2.1 (2021), 48–54.
Kelima, pandangan yang menganggap jika ilmu teknologi dan agama termasuk
dua aspek yang berbeda, sebagian beragama konservatif menarik sumber
berdasarkan teks agama dan tidak memberikan tanggapan serius. Adanya sumber
materialis merupakan sumber informasi yang dijadikan data basis indra dan tidak
percaya Tuhan. Dalam hal ini tepatnya dapat disebut ilmu empiris yang dapat
dijelaskan berbagai aspek.
18
Putri, Ramadhan, and Afif. Ibid
interaksi yang kuat secara nasional antara universitas dan lembaga penelitian serta
sektor industri.
Pertama, salah satunya adalah karena kita jauh dari moral pengetahuan dan ke-
Islam-an yang dianjurkan oleh Alquran dan sunnah Nabi, faktor ini sebagai modal
utama. Kedua, masyarakat harus menghilangkan pertentangan-pertentangan
ideologis dan politik di antara sesama anak manusia dari berbagai bangsa dan
negara. Ketiga, masyarakat harus mengembangkan tradisi berpikir, bebas, dan
independen. Tradisi ini bisa memicu orang untuk mencari dan menggali informasi
dalam rangka membentuk ilmu pengetahuan yang kita kehendaki. Terakhir,
masyarakat harus mengembangkan sistem pendidikan yang memperkuat
pengetahuan dan kemanusiaan. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan yang
berkembang dalam Islam tak hanya berguna bagi agama kita, tapi juga berguna
bagi kemanusiaan.19
Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita harus
menanggapi dengan bijak. cara menaggapi IPTEK diantaranya :20
Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya
terhadapperkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak.
Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik
dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa
melakukan hal ini.
Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma,ruf nahi
munkar.
Adaptif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim
yang pasti sesuai dengan dasar islam.
Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai
contoh dengan adanya alquran seluler, quran digital dan sebagainya.
D. Kesimpulan
Kehadiran internet menjadi bukti dari adanya globalisasi teknologi. Oleh karena itu,
baik individu maupun perusahaan dapat menggunakan Internet dan menghasilkan
produk yang dapat terhubung ke Internet. Jika tidak, sulit untuk memasarkan produk
karena semuanya bergantung pada teknologi digital. Inilah yang mengantarkan pada
19
Budianto, Kurnia, and Galih. Op Cit
20
Hamdani. Op Cit
sebuah keharusan bagi setiap umat muslim agar mampu unggul dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai sarana kehidupan yang harus
diutamakan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat
sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Qashash/28: 77 QS. An-Nahl/16: 43 QS. Al-
Mujadilah/58: 11 QS. At-Taubah/9: 122. Namun dengan munculnya teknologi yang
bermanfaat serta berguna bagi manusia yang telah bersesuaian dengan ajaran agama,
muncul pula beberapa teknologi yang berasal dari ilmu pengetahuan yang
menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran agama.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan Kedua, menjadikan Syariah Islam
sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat 5 (lima) pandangan penting terkait islam sebagai tujuan arah berkembangnya
teknologi Pertama, pandangan yang mempercayai adanya kesamaan antara teknologi
dan agama Kedua, pandangan dunia yang menjawab pengajuan pertanyaan Ketiga,
pandangan beberapa sarjana yang menganggap teknologi dan agama adalah dua
bidang yang memiliki pusat menjadi perhatian penting. Keempat, memberikan
kepercayaan bahwa agama dan teknologi memiliki keterkaitan dengan dunia Kelima,
pandangan yang menganggap jika ilmu teknologi dan agama termasuk dua aspek yang
berbeda.
Pengaturan halal ataupun haram (Hukum Syariah Islam) harus dijadikan sebagai
standar pemanfaatan iptek, apapun bentuknya. Teknologi yang dapat digunakan
adalah yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak berguna dilarang dalam Syariah Islam.
E. Referensi
Budianto, Muhammad Rizky Ramadhandy, Syaban Farauq Kurnia, and Tresna Ramadhian
Setha Wening Galih, ‗Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi‘,
Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 21.01 (2021), 55–61
<https://doi.org/10.32939/islamika.v21i01.776>
George Crabb, Universal Technological Dictionary (London: Baldwin, Cradock and Joy,
1823)
Hamdani, Muhammad Faisal, ‗Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Komunikasi‘, Fakutas Ilmu Sosial, 2017, 10
Hidayat, Ian, Askar Askar, and Zaitun Zaitun, ‗Teknologi Menurut Pandangan Islam‘,
Prosiding Kajian Islam Dan Integrasi Ilmu Di Era Society (KIIIES) 5.0, 1 (2022), 456–
560
Julius Adams S, Loretta H, Mannix, Mind and Hand: The Birth of MIT (Cambridge: MIT
Press, 2005)
M Fukuyama, Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society. (Japan Spotlight,
2018)
Putri, Rasyiani, Adelio Ramadhan, and Muhammad Afif, ‗Perspektif Islam Terhadap
Integrasi Perkembangan Ilmu Teknologi‘, ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 2.1
(2021), 48–54
Y. Maryono B. Patmi Istiana, , Teknologi Informasi Dan Komunikasi 1 SMP Kelas VII,
(Bogor: Quadra, 2008)
Internet
https://tafsirweb.com/3284-surat-yunus-ayat-10.html
https://tafsirweb.com/4640-surat-al-isra-ayat-36.html
https://tafsirweb.com/8680-surat-az-zumar-ayat-18.html