Anda di halaman 1dari 25

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

URGENSI ISLAM DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI TEKNOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian akhir semester pada mata kuliah Islam dan
Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu : Mu‘min Roup M.A

Marhaliska Jihan Somi Putri 11220490000004

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
A. Pendahuluan
Ada beberapa definisi dasar yang dapat diberikan untuk menggambarkan teknologi.
Ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu tentang fenomena alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan
dan keterampilan yang merepresentasikan penerapan sains dalam kehidupan sehari-
hari manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan produk dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam dan mengembangkan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah sangat mempengaruhi berbagai


aspek kehidupan manusia. Akhirnya, semua bidang pembangunan harus mampu
beradaptasi agar dapat bertahan dan berkembang dari waktu ke waktu. Misalnya,
teknologi telah memunculkan berbagai inovasi untuk memudahkan aktivitas manusia
seperti jam tangan, smartphone, kendaraan, hingga kehadiran internet yang telah
menjadi jembatan bagi banyak orang untuk mendapatkan informasi, teman, dan uang.
Oleh karena itu, baik individu maupun perusahaan dapat menggunakan Internet dan
menghasilkan produk yang dapat terhubung ke Internet. Jika tidak, sulit untuk
memasarkan produk karena semuanya bergantung pada teknologi digital. Tidak hanya
itu, teknologi telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas antar benua dan
negara, menembus berbagai pedesaan terpencil serta jalan-jalan sempit perkotaan
melalui media suara (radio) dan audiovisual (televisi, internet, dll). Fenomena modern
yang muncul di awal milenium ketiga ini biasa dikenal dengan istilah globalisasi.

Saat ini globalisasi teknologi khususnya di Indonesia semakin pesat. Hal ini
disebabkan perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan Revolusi Sosial 5.0 yang
mendukung seluruh aspek kehidupan manusia modern, serta sejalan dengan tujuan
Revolusi Sosial 5.0 yang bertujuan menjadikan kehidupan sosial berpusat pada
manusia. solusi teknologi dan masyarakat sudah dapat tercapai dan masyarakat dapat
menikmati hidup dengan kualitas hidup terbaik dimana mereka sangat aktif dan
nyaman.2

1
Muhammad Faisal Hamdani, ‗Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Komunikasi‘, Fakutas
Ilmu Sosial, 2017, 10.
2
M Fukuyama, Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society. (Japan Spotlight, 2018).
Oleh karena itu, teknologi, di tangan suatu kelompok atau sekelompok orang dapat
dijadikan sebagai alat yang sangat efektif untuk mendorong moralitas atau sebaliknya
menghancurkan nilai-nilai moral, mempengaruhi atau mengontrol mereka yang
berkuasa melalui teknologi. Masalah sebenarnya terletak pada mereka yang
mengontrol komunikasi global, dan mereka memiliki perspektif yang sangat berbeda
tentang Islam dalam hal memberikan kriteria untuk nilai-nilai moral; antara nilai baik
dan buruk, kebenaran sejati dan nilai artifisial. Di sisi lain, era modern identik dengan
era ilmu pengetahuan dan teknologi yang perkembangannya tidak terlepas dari
penelitian kritis dan penelitian berkelanjutan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semula ditujukan
untuk mempermudah pekerjaan manusia, dapat menciptakan ketakutan dan teror
dalam hidup manusia pula . Ketika segalanya menjadi lebih mudah, muncul rasa
persaingan atau kesepian, yang melemahkan kekompakan, kebersamaan, dan
persahabatan. Misalnya, pada munculnya perangkat elektronik seperti telepon,
televisi, komputer, dll. Membuat pengguna terpesona dengan fungsinya dan membuat
mereka melupakan lingkungan sekitar. Bayangkan hampir setiap hari kita hanya
memperhatikan sentuhan layar yang berdampak pada hubungan yang tidak harmonis
karena kita sibuk dengan perangkat masing-masing. Ternyata teknologi layar bisa
sangat memperbudak penggunanya sehingga tidak lagi peduli dengan sekitarnya. Jika
efek negatif dari penggunaan teknologi tidak disadari, orang tidak akan menyadari
kebutuhan mereka yang sebenarnya.3

Keberadaan iptek memerlukan dimensi etis sebagai acuan, yang terkadang dapat
mempengaruhi proses perkembangan iptek. Tanggung jawab etis adalah
kesinambungan dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kasus ini,
mereka yang mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memperhatikan sifat dan martabat manusia, menjaga keharmonisan ekosistem dan
bertanggung jawab untuk kepentingan bersama dan generasi berikutnya.4

3
Dian Radiansyah, ‗PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP REMAJA ISLAM (Studi
Kasus Di Kampung Citeureup Desa Sukapada)‘, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 3.2 (2020), 76–103
<https://doi.org/10.15575/jaqfi.v3i2.9568>.
4
Radiansyah. Ibid
Ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang lebih umum untuk perbaikan dan
pengembangan keberadaan manusia daripada untuk penghancuran keberadaan
manusia? Ternyata teknologi tampilan bisa mengelabui pengguna agar mengabaikan
lingkungan sekitar. Jika efek negatif dari penggunaan teknologi tidak disadari, orang
tidak akan menyadari kebutuhan mereka yang sebenarnya.

Oleh karena itu Islam memegang peranan penting dalam menghadapi era globalisasi
teknologi ini. Pengaturan halal ataupun haram (Hukum Syariah Islam) harus dijadikan
sebagai standar pemanfaatan iptek, apapun bentuknya. Teknologi yang dapat
digunakan adalah yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak berguna atau membawa kepada kemudharatan dilarang dalam
Syariah Islam.5

B. Metode Penulisan

Sejumlah data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, diambil dari sumber sumber
jurnal online yang telah diverifikasi kebenarannya. Penelitian ini dilakukan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Moeleong (2004:8-13) menyebutkan bahwa dalam metode kualitatif,
penelitian dilaksanakan dengan cara pengamatan, perekaman, wawancara ataupun
penelaahan dokumen, menganalisis secara induktif, teori dari dasar, deskriptif,
mementingkan proses, adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data, desain bersifat sementara, serta hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama. Sehingga menurut metode penulisan, peneliti
menggunakan cara pengamatan, penelaahan dokumen, serta analisis.

Model yang digunakan adalah model alir Milles & Hubberman (1992:21—23).
Dengan menggunakan model ini kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah
pengumpulan data melalui observasi. Reduksi data yang diisi proses deskripsi dan
identifikasi. Penyajian data, dan langkah terakhir ialah penyimpulan dan verifikasi. (
Noorhana, Santoso dan Martutik, 2017).

C. Pembahasan
1. Definisi

5
Hamdani.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi
alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api
telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda
telah membantu manusia dalam perjalanan, dan mengendalikan lingkungan
mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak,
telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai. Pengembangan
senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari
pentungan sampai senjata nuklir.6

Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: Technology) telah berubah secara


signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah
lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran. 16 atau
pengkajian seni terapan.7 Istilah ini sering kali dihubungkan dengan pendidikan
teknik, seperti di Institut Teknologi Massachusetts (didirikan pada tahun 1861).8

Kata teknologi bermakna perkembangan dan penerapan berbagai peralatan atau


sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari, kata teknologi berdekatan
dengan artinya dengan istilah tata cara.9 Teknologi merupakan hasil olah pikir
manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan
menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan dalam hidupnya. Sebagai
contoh, seorang anak yang berada jauh dari orang tuanya dapat menyampaikan
pesan rindunya dengan cara mengirimkan pesan lewat surat, SMS, telegram,
telepon, atau mengirim email lewat internet. Jadi, anak tadi sebenarnya sudah
menggunakan teknologi dalam informasi dan komunikasi.

6
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 3:13 WIB
7
George Crabb, Universal Technological Dictionary (London: Baldwin, Cradock and Joy, 1823).
8
Loretta H Julius Adams S, Mannix, Mind and Hand: The Birth of MIT (Cambridge: MIT Press, 2005).
9
Y. Maryono B. Patmi Istiana, , Teknologi Informasi Dan Komunikasi 1 SMP Kelas VII, (Bogor: Quadra,
2008).
2. Dalil di dalam kitab suci
Al-Qur‘an merupakan sebuah pedoman ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini
jugalah yang mendorong umat muslim didorong untuk memiliki sifat-sifat
ilmuwan, yakni:10
 Berpikir kritis (QS. Al-Isra/17: 36)
ٰۤ
‫ص َش ََ ْاٌفُ َؤادَ ُو ًُّ اٌَُىِٕهَ َوانَ َع ْىًُ َمضْـُٔ ُْ ًَل‬
َ َ‫ض ْم َع ََ ْاٌث‬
َّ ٌ‫ْش ٌَهَ تِ ًٖ ِع ٍْ ٌم ۗا َِّن ا‬ ُ ‫ ََ ََل ذ َ ْم‬.
َ ‫ف َما ٌَي‬

Artinya:

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia:

Dan janganlah engaku (wahai manusia), mengikuti apa yang tidak engkau
ketahui. Akan tetapi pastikan dan verifikasi(akan kebenarannya) dahulu.
Sesungguhnya manusia akan dimintai pertanggung jawaban menggenai
bagaimana ia menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hatinya. Apabila dia
mempergunakannya dalam perkara-perkara baik, niscaya akan memperoleh
pahala, dan jika ia mempergunakannya dalam hal-hal buruk, maka dia akan
memperoleh hukuman.11

Maka apabila kita mengaitkan QS. Al-Isra/17: 36 kepada globalisasi teknologi,


berarti umat manusia dilarang mengikuti hal yang tidak kita ketahui, dan secara
tidak langsung kita diperintahkan untuk berpikir secara kritis terhadap
perkembangan serta kemajuan teknologi, apakah pembaharuan tersebut
merupakan hal yang mubah, atau bertentangan dengan agama.

 Terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya ilmu tersebut (QS. Az-
Zumar/39: 18)

10
Muhammad Rizky Ramadhandy Budianto, Syaban Farauq Kurnia, and Tresna Ramadhian Setha Wening
Galih, ‗Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi‘, Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman,
21.01 (2021), 55–61 <https://doi.org/10.32939/islamika.v21i01.776>.
11
https://tafsirweb.com/4640-surat-al-isra-ayat-36.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 19:40
ٰۤ ٰۤ
ِ ‫اّٰللُ ََاٌَُىِٕهَ ٌُ ْم اٌَُُُا ْاَلَ ٌْ َثا‬
‫ب‬ َ ْ‫اٌَّ ِزيْهَ َي ْضر َِمعُ ُْنَ ْاٌمَ ُْ َي فَ َير َّ ِثعُ ُْنَ اَح‬
‫ضىًَٗ ۗ اٌَُىِٕهَ اٌَّ ِزيْهَ ٌَذى ٍُ ُم ه‬

Artinya:

(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.


Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram):

Orang-orang yang mendengar perkataan dan memilah-milah antara yang baik dan
yang buruk, lalu mereka mengikuti yang terbaik karena ia yang bermanfaat.
Mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah orang-orang yang Allah bimbing
kepada hidayah. Mereka adalah orang-orang yang memiliki akal yang lurus.12

Maka dalam QS. Az-Zumar/39: 18 ini menjelaskan bahwa kita harus memilah
antara hal baik dan buruk, begitu pula terkait teknologi, tidak semua teknologi
yang tercipta membawa kepada kebaikan
 Senantiasa menggunakan akal pikirannya untuk berpikir secara kritis (QS.
Yunus/10: 10).

َ‫صٍ ٌۚ ٌم ََا ِخ ُش دَعُْى ٍُ ْم اَ ِن ْاٌ َح ْمذ ُ ِ هّٰللِ َسبّ ِ ْاٌعٍَ ِميْه‬


َ ‫صثْحىَهَ اٌٍٍم ََذ َِحيَّر ُ ٍُ ْم فِ ْي ٍَا‬
ُ ‫دَعُْى ٍُ ْم فِ ْي ٍَا‬

Artinya:
Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma ”(Mahasuci Engkau, ya
Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam ”(salam sejahtera).
Dan penutup doa mereka ialah, “Al-hamdu lillahi Rabbil „alamin ”(segala puji
bagi Allah Tuhan seluruh alam).

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia:

Doa mereka di dalam surga berupa tasbih ‖subhanakallahuma‖ dan penghormatan


Allah dan para malaikat bagi mereka, dan juga ucapan selamat antar mereka di
dalam surga adalah ucapan ―salam‖. Dan penutup doa mereka adalah ucapan
mereka ‖alhamdulillahirabbil ‗alamin‖. Artinya, rasa syukur dan pujian hanya

12
https://tafsirweb.com/8680-surat-az-zumar-ayat-18.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 19:50
bagi Allah, pencipta makhluk-makhluk dan pendidik mereka dengan nikmat-
nikmatNya.13

Inilah yang mengantarkan pada sebuah keharusan bagi setiap umat muslim agar
mampu unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai
sarana kehidupan yang harus diutamakan untuk mencapai kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam:

 QS. Al-Qashash/28: 77

َ ‫اّٰللُ اٌَِيْهَ ََ ََل ذَثْغِ ْاٌ َف‬


ِّ‫ضادَ ف‬ ‫ضهَ ه‬َ ْ‫َص ْي َثهَ ِمهَ اٌذُّ ْويَا ََاَحْ ض ِْه َو َما ٓ اَح‬ َ ‫َّاس ْاَل ِخ َشجَ ََ ََل ذ َ ْى‬
ِ ‫شو‬ ‫ََا ْتر َغِ فِ ْي َما ٓ اذىهَ ه‬
َ ‫اّٰللُ اٌذ‬
َ‫اّٰللَ ََل ي ُِحةُّ ْاٌ ُم ْف ِض ِذيْه‬
‫ض ۗا َِّن ه‬ ِ ‫ْاَلَ ْس‬

Terjemahan:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni (mahdah)
dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk
memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya,
dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi, pada saat
yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan
tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah
sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan
mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam
bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas
yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan tersebut.

13
https://tafsirweb.com/3284-surat-yunus-ayat-10.html diakses pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 20:41
 QS. An-Nahl/16: 43

َ‫ص ٍْىَا ِم ْه لَ ْثٍِهَ ا ََِّل ِس َج ًاَل وُّ ُْ ِح ْٓي اٌَِ ْي ٍِ ْم فَضْـٍَُٔ ُْٓا ا َ ٌْ ًَ اٌ ِزّ ْو ِش ا ِْن ُو ْىر ُ ْم ََل ذَ ْع ٍَ ُم ُْن‬
َ ‫ََ َما ٓ ا َ ْس‬

Terjemahan:

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-
laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Pengutusan para nabi dan rasul adalah sesuatu yang hak dan benar adanya. Dan
Kami tidak mengutus kepada umat manusia sebelum engkau, wahai Muhammad,
melainkan orang laki-laki terpilih yang memiliki keistimewaan dan ketokohan
dari kalangan manusia, bukan malaikat, yang Kami beri wahyu kepada mereka
melalui utusan Kami, Jibril agar disampaikannya kepada umat mereka; maka
bertanyalah, wahai orang yang meragukan keesaan Allah dan tidak mengetahui
tuntunan-Nya, kepada orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan
kitab-kitab Allah, jika kamu tidak mengetahui. (Lihat: Surah al-Anbiya/12: 8-7
dan al-Jinn/71: 6)

 QS. Al-Mujadilah/58: 11

‫ش ُز َْا يَ ْشفَعِ ه‬
ُ‫اّٰلل‬ ُ ‫اّٰللُ ٌَ ُى ٌۚ ْم ََ ِارَا لِ ْي ًَ ا ْو‬
ُ ‫ش ُز َْا فَا ْو‬ ‫ضح ِ ه‬ َ ‫ض ُح ُْا يَ ْف‬َ ‫ٓياَيُّ ٍَا اٌَّ ِزيْهَ ا َمىُ ُْٓا اِرَا لِ ْي ًَ ٌَ ُى ْم ذَفَ َّض ُح ُْا فِّ ْاٌ َمج ٍِ ِش فَا ْف‬
‫اّٰللُ ِت َما ذَ ْع َمٍُ ُْنَ َخ ِثي ٌْش‬
‫د ََ ه‬ ٍ ۗ ‫اٌَّ ِزيْهَ ا َمىُ ُْا ِم ْى ُى ْم ََاٌَّ ِزيْهَ ا ُ َْذُُا ْاٌ ِع ٍْ َم دَ َسج‬

Terjemahan:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis, ”maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu, ”maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Ringkas Kemenag RI:


Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan kaum muslim agar menghindarkan diri
dari perbuatan berbisik-bisik dan pembicaraan rahasia, karena akan menimbulkan
rasa tidak enak bagi muslim lainnya. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kaum
muslim untuk melakukan perbuatan yang menimbulkan rasa persaudaraan dalam
semua pertemuan. Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu,
dalam berbagai forum atau kesempatan, “Berilah kelapangan di dalam majelis-
majelis, agar orang-orang bisa masuk ke dalam ruangan itu, ”maka lapangkanlah
jalan menuju majelis tersebut, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu
dalam berbagai kesempatan, forum, atau majelis. Dan apabila dikatakan kepada
kamu dalam berbagai tempat, “Berdirilah kamu untuk memberi penghormatan, ”
maka berdirilah sebagai tanda kerendahan hati, niscaya Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman di antaramu karena keyakinannya yang benar,
dan Allah pun akan mengangkat orang-orang yang diberi ilmu, karena ilmunya
menjadi hujah yang menerangi umat, beberapa derajat dibandingkan orang-orang
yang tidak berilmu. Dan Allah Mahateliti terhadap niat, cara, dan tujuan dari apa
yang kamu kerjakan, baik persoalan dunia maupun akhirat.

 QS. At-Taubah/9: 122

َ ‫ََ َما َوانَ ْاٌ ُمؤْ ِمىُ ُْنَ ٌِيَ ْى ِف ُش َْا و َٰۤافَّ ۗحً فٍََ ُْ ََل وَفَ َش ِم ْه ُو ًِّ فِ ْشلَ ٍح ِ ّم ْى ٍُ ْم‬
‫ط ٰۤا ِٕىفَحٌ ٌِّيَرَفَ َّم ٍُ ُْا فِّ اٌ ِذّي ِْه ََ ٌِيُ ْىز ُِس َْا لَ ُْ َم ٍُ ْم اِرَا‬
َ‫َس َجعُ ُْٓا اِ ٌَ ْي ٍِ ْم ٌَ َع ٍَّ ٍُ ْم َيحْ زَ ُس َْن‬

Terjemahan:

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga
dirinya.

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang pahala yang dijanjikan Allah kepada
orang-orang yang berbuat baik. Pada ayat ini dijelaskan tentang pentingnya
pembagian tugas kerja dalam kehidupan bersama dengan penegasan tidak
sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang sehingga
hal yang lainnya terabaikan. Mengapa tidak ada sebagian dari setiap golongan di
antara mereka yang pergi untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan dengan menyebarluaskan
pengetahuan tersebut kepada kaumnya apabila mereka telah kembali dari
berperang atau tugas apa pun, pengetahuan agama ini penting agar mereka dapat
menjaga dirinya dan berhati-hati agar tidak melakukan pelanggaran.

Sebagai bukti turunnya Al-Qur'an pada abad ke-7, banyak hal yang dijelaskan
dengan berbagai fenomena dari fakta-fakta ilmiah yang ditemukan dalam seratus
tahun terakhir. Ayat-ayat tersebut secara akurat menggambarkan ide-ide yang
konsisten dengan pengamatan alam semesta modern, ayat-ayat Alquran yang
digunakan dalam penelitian ini diberi tanda QS. Al-Baqarah/2: 20 dan QS. Abasa/
80:1-5 yang berbunyi:

 QS. Al-Baqarah/2: 20

‫ض ْم ِع ٍِ ْم‬
َ ‫َة ِت‬ ‫ظٍَ َم َعٍَ ْي ٍِ ْم لَا ُم ُْا ٌَََۗ ُْ ش َٰۤا َء ه‬
َ ٌَ‫اّٰللُ ٌَز‬ ْ َ ‫ض ٰۤا َء ٌَ ٍُ ْم َّمش َُْا فِ ْي ًِ ََاِرَآ ا‬
َ َ ‫اس ٌُ ْم ۗ ُوٍَّ َما ٓ ا‬
َ ‫ص‬َ ‫ف ا َ ْت‬
ُ ‫ط‬َ ‫يَىَاد ُ ْاٌثَ ْش ُق يَ ْخ‬
‫ش ْيءٍ لَ ِذي ٌْش‬ َ ًِّ ‫اّٰللَ َعٍّ ُو‬ ‫اس ٌِ ْم ۗ ا َِّن ه‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ََا َ ْت‬

Terjemahan:

Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa
mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Karena amat cepat dan terangnya, hampir saja kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan beberapa langkah di
bawah sinar itu, dan apabila kilat itu menghilang dan gelap kembali menerpa
mereka, mereka berhenti di tempat dengan penuh kebimbangan. Orang-orang
munafik itu ketika melihat bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah
terkagum-kagum dengan itu semua sehingga mereka berkeinginan mengikuti
kebenaran tersebut. Akan tetapi, tidak beberapa lama kemudian mereka kembali
kepada kekufuran dan kemunafikan. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia
hilangkan pendengaran mereka dengan suara halilintar yang memekakkan telinga,
dan Dia hilangkan penglihatan mereka dengan sambaran kilat yang sangat cepat
dan terang, tetapi Allah menangguhkan itu semua sampai tiba saatnya nanti.
Sungguh, Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan Mahakuasa atas segala
sesuatu, dengan atau tanpa sebab apa pun.

 QS. Abasa/80: 1-5

ۗ ‫ أ َ َما َم ِه ا ْصرَ ْغ‬، ِ‫ش ََذ ٌَََُّّ أ َ ْن َجا َءيُ ْاْل َ ْع َمّ ََ َما يُذ ِْسيهَ ٌَعًٍََُ يَ َّز َّوّ ا َ َْ يَزَّ َّو ُش فَر َ ْىفَ َعًُ اٌ ِز ْو َش‬
ّ‫ى‬ َ َ‫َعث‬

Terjemahan:

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, (1) karena seorang buta telah
datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). (2) Dan tahukah engkau
(Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), (3) atau dia
(ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? (4) Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), (5)

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Jika bagian akhir Surah an-Nziat menjelaskan tugas Nabi sebagai pemberi
peringatan tentang hari kiamat, maka pada permulaan Surah Abasa Allah
menyebutkan siapa yang akan mendapatkan manfaat dari peringatan tersebut.
Disebutkan bahwa seorang pria buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, anak
paman Khadijah, menghadap Nabi untuk meminta petunjuk. Ketika itu Nabi
tengah berdakwah kepada para pemuka Quraisy. Nabi kurang berkenan dengan
kedatangannya. Muka Nabi menjadi masam. Atas perilaku tersebut Allah
menegurnya dengan halus. Teguran ini menunjukkan bahwa Al-Qur‟an bukanlah
perkataan Nabi melainkan kalamullah. Dengan teguran itu Allah menghendaki
agar Nabi Muhammad melakukan hal yang lebih utama, yaitu memperhatikan
orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan berpegang teguh dengan
Islam. Dia, Nabi Muhammad, berwajah masam karena kedatangan Ibnu Ummi
Maktum, dan berpaling darinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemuka
Quraisy. (1)

Nabi kurang berkenan sehingga bermuka masam karena seorang buta telah datang
kepadanya, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum. Allah menegur Nabi karena lebih
mementingkan bertemu dengan pemuka Quraisy untuk mengajak mereka masuk
Islam. Dalam pandangan Allah, semestinya Nabi lebih mementingkan siapa pun
yang betul-betul ingin mengamalkan ajaran Islam, tidak peduli ia dari kalangan
fakir miskin bahkan cacat. Abdullah terus memanggil-manggil Nabi, sedang dia
karena kebutaannya tidak tahu bahwa beliau sedang bersama para pemuka
Quraisy (Lihat: Surah al-An‟am/6: 21; al-Kahf/28: 18). (2)

Wahai Nabi Muhammad, Kami menegur sikapmu yang demikian karena tahukah
engkau barangkali dia datang menghadapmu untuk minta pengajaran darimu
sebab dia ingin menyucikan dirinya dari dosa dan kesalahan masa lalunya? (3)

Atau tahukah engkau bila dia datang karena dia ingin mendapatkan pengajaran
Al-Qur‟an dan ajaran Islam darimu, yang memberi manfaat kepadanya sehingga
dia lebih tekun beribadah, beramal saleh, dan menjadi pengikut setiamu? (4)

Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup dengan apa yang dia punya,
seperti kedudukan, status sosial, dan kekayaan; sehingga dia enggan beriman
kepada Allah dan mengikuti ajaranmu, (5)

Dalam Islam, Al-Qur'an juga mendorong berkembangnya watak ilmiah dalam


pendekatan seseorang, dan hal ini dijelaskan secara jelas dan ringkas. Perspektif
Islam dalam teknologi dapat dimaknai sebagai proses pengendalian
perkembangan teknologi untuk mendorong generasi mendatang bekerja sama atas
dasar Islam dan teknologi untuk mencapai era Revolusi Industri 4.0. Indikator
perkembangan teknologi dari sudut pandang Islam didasarkan pada:

 QS Al-Anbiya/21: 80

َ‫صىَ ُى ْم ِ ّم ْه َتأ ْ ِص ُى ٌۚ ْم فَ ٍَ ًْ اَ ْور ُ ْم ش ِى ُش َْن‬


ِ ْ‫ص ْى َعحَ ٌَث ُُْ ٍس ٌَّ ُى ْم ٌِرُح‬
َ ًُ‫ََ َعٍَّ ْمى‬

Terjemahan:

Dan Kami ajarkan (pula) kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna
melindungi kamu dalam peperangan. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Dan Kami ajarkan pula kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu dan
prajurit-prajurit kamu guna melindungi kamu dan mereka dalam peperangan yang
kamu pimpin. Apakah kamu dengan menerima karunia Allah yang besar ini
termasuk hamba yang bersyukur kepada Allah?

 Ali'Imran/3: 190

ِ ‫د َِّلَُ ٌِّ ْاَلَ ٌْثَا‬


‫ب‬ ِ ٍَ َّ‫ف اٌَّ ْي ًِ ََاٌى‬
ٍ ‫اس ََلي‬ ِ ‫خ ََ ْاَلَ ْس‬
ْ ََ ‫ض‬
ِ ‫اخرِ ََل‬ ِ ٍَْ ‫ا َِّن فِ ْي خ‬
ِ ُ‫ك اٌضَّم‬

Terjemahan:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Setelah menjelaskan keburukan-keburukan orang Yahudi dan menegaskan bahwa


langit dan bumi milik Allah, pada ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal
keagungan, kemuliaan, dan kebesaranNya. Sesungguhnya dalam penciptaan
benda-benda angkasa, matahari, bulan, beserta planet-planet lainnya dan gugusan
bintang-bintang yang terdapat di langit dan perputaran bumi pada porosnya yang
terhampar luas untuk manusia, dan pergantian malam dan siang, pada semua
fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berakal yakni orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh kabut
ide yang dapat melahirkan kerancuan.

 Al-Nahl/16: 78

َ‫اس ََا َْلَ ْفـِٕذَجَ ٌَعٍََّ ُى ْم ذ َ ْش ُى ُش َْن‬


َ ‫ص‬َ ‫ض ْم َع ََ ْاَلَ ْت‬ ُ ُ‫اّٰللُ ا َ ْخ َش َج ُى ْم ِ ّم ْه ت‬
َ َ‫ط ُْ ِن ا ُ َّمٍرِ ُى ْم ََل ذ َ ْعٍَ ُم ُْن‬
َّ ٌ‫شيْـًٔا ََّ َجعَ ًَ ٌَ ُى ُم ا‬ ‫ََ ه‬

Terjemahan:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur.

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Allah Mahakuasa dan Maha Mengetahui; tidak ada yang luput dari pengetahuan-
Nya. Dan di antara bukti kekuasaan dan pengetahuan Allah adalah bahwa Dia
telah mengeluarkan kamu, wahai manusia, dari perut ibumu. Kamu sebelumnya
tidak ada, kemudian terjadilah suatu proses yang mewujudkanmu dalam bentuk
janin yang hidup dalam kandungan ibu dalam waktu yang ditentukan-Nya. Ketika
masanya telah tiba, Allah lalu mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, baik tentang dirimu sendiri maupun tentang dunia
di sekelilingmu. Dan Dia memberimu pendengaran agar dapat mendengar bunyi,
penglihatan agar dapat melihat objek, dan hati nurani agar dapat merasa dan
memahami. Demikianlah, Allah menganugerahkan itu semua kepadamu agar
kamu bersyukur

 Al-Baqarah/2: 30
ٰۤ
َ ُ‫ض َخ ٍِ ْيفَحً ۗ لَاٌُ ُْٓا اَذَجْ عَ ًُ فِ ْي ٍَا َم ْه يُّ ْف ِضذُ فِ ْي ٍَا ََيَ ْض ِفهُ اٌ ِذّ َم ٰۤا ٌۚ َء ََوَحْ هُ و‬
‫ضثِّ ُح‬ ِ ‫ََاِرْ لَا َي َستُّهَ ٌِ ٍْ َمٍ ِٕى َى ِح اِوِّ ْي َجا ِع ًٌ فِّ ْاَلَ ْس‬
َ‫ِس ٌَهَ ۗ لَا َي اِوِّ ْٓي ا َ ْعٍَ ُم َما ََل ذَ ْعٍَ ُم ُْن‬
ُ ّ‫ِت َح ْمذِنَ ََوُمَذ‬

Terjemahan:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi. ”Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? ”Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Tafsir Ringkas Kemenag RI:

Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia


yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal
muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam.
Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi
pemimpin dan penguasa, di bumi. ”Khalifah itu akan terus berganti dari satu
generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi
ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas
keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah,
untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam
melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah
di sana dengan saling membunuh, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu? ”Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut
untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh,
selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak
layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ”Penciptaan manusia
adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia
terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi
aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah
rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal
hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana
besar tersebut

Dari ayat ayat diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai penelitian mempengaruhi
kinerja pengumpulan data terkait dengan pemahaman ilmu perkembangan
teknologi. Keterkaitan antara agama dan teknologi semakin kuat ketika terdapat
kajian yang berbeda pada semua ukuran kemampuan, inovasi yang diterapkan
memiliki pengaruh korelasi yang signifikan terhadap perkembangan teknologi
menurut konsep Islam.

3. Kesesuaian dan Ketidaksesuaian dengan ajaran agama

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah sangat mempengaruhi


berbagai aspek kehidupan manusia. Akhirnya, semua bidang pembangunan harus
mampu beradaptasi agar dapat bertahan dan berkembang dari waktu ke waktu.
Hal ini mendorong umat muslim agar memiliki sifat-sifat ilmuwan, yakni kritis
(QS. Al-Isra/17: 36), terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya ilmu
tersebut (QS. Az-Zumar/39: 18), dan senantiasa menggunakan akal pikirannya
untuk berpikir secara kritis (QS. Yunus/10: 10). Sehingga akan memunculkan
berbagai inovasi teknologi untuk memudahkan aktivitas manusia seperti jam
tangan, smartphone, kendaraan dan lain sebagainya.

Kehadiran internet yang juga sebagai bukti dari adanya globalisasi teknologi telah
menjadi jembatan bagi banyak orang untuk mendapatkan informasi, teman, dan
uang. Oleh karena itu, baik individu maupun perusahaan dapat menggunakan
Internet dan menghasilkan produk yang dapat terhubung ke Internet. Jika tidak,
sulit untuk memasarkan produk karena semuanya bergantung pada teknologi
digital. Inilah yang mengantarkan pada sebuah keharusan bagi setiap umat
muslim agar mampu unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sebagai sarana kehidupan yang harus diutamakan untuk mencapai
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam QS.
Al-Qashash/28: 77 QS. An-Nahl/16: 43 QS. Al-Mujadilah/58: 11 QS. At-
Taubah/9: 122.

Tidak hanya itu, teknologi telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas


antar benua dan negara, menembus berbagai pedesaan terpencil serta jalan-jalan
sempit perkotaan melalui media suara (radio) dan audiovisual (televisi, internet,
dll). Fenomena modern yang muncul di awal milenium ketiga ini biasa dikenal
dengan istilah globalisasi. Indikator perkembangan teknologi dari sudut pandang
Islam didasarkan pada QS Al-Anbiya/21: 80, Ali'Imran/3: 190, Al-Nahl/16: 78,
Al-Baqarah/2: 30

Namun dengan munculnya teknologi yang bermanfaat serta berguna bagi


manusia yang telah bersesuaian dengan ajaran agama, muncul pula beberapa
teknologi yang berasal dari ilmu pengetahuan yang menyimpang dan tidak sesuai
dengan ajaran agama. Di Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara
ilmu pengetahuan (sains) dan agama (gereja). Dalam konflik ini sains keluar
sebagai pemenang, dan sejak itu sains melepaskan diri dari kontrol dan pengaruh
agama, serta membangun wilayahnya sendiri secara otonom dalam
perkembangannya lebih lanjut, setelah terjadi revolusi industri di Barat, terutama
sepanjang abad XVIII dan XIX, sains bahkan menjadi ―agama baru‖ atau ―agama
palsu‖(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul mazhab
baru yang dinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi isme
ideologi bahkan agama baru. Namun sejak pertengahan abad XX, terutama
seteleh terjadi penyalahgunaan iptek dalam perang dunia I dan perang dunia II,
banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi ilmu dan agama, iptek dan
imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai dikaitkan dengan moral dan agama
hingga sekarang (ingat kasus kloning misalnya). Dalam kaitan ini, keterkaitan
iptek dengan moral (agama) di harapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya
saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi
(epistemologi)-nya sekaligus.14 Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan imtak
dan iptek ini diperlukan karena empat alasan, yaitu:15

Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan


manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek
disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas
imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif.
Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya
absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah


menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik,
dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama
yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti


(kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi
(kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan
menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi
hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan
jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut
duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias
gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa
iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana
yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka
integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-
akhirah) seperti do‘a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-
Baqarah :201)

14
Hamdani.Op Cit
15
Hamdani. Ibid
Maka timbulnya globalisasi teknologi tidak hanya menimbulkan kemudahan serta
manfaat yang bersesuaian dengan ajaran agama, tetapi menimbulkan pula
pertentangan yang menyimpang dari ajaran agama.

Dalam Islamic Studies tidak diragukan lagi bahwa teknologi telah membawa
manfaat bagi prinsip-prinsip yang sangat besar bagi umat manusia. Namun, hal itu
disalahgunakan sehingga merugikan manusia dan lingkungan. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan antara sains dan agama yang berakar pada dominasi pandangan
dunia sekuler di kalangan sarjana. Para sarjana yang mempelajari pandangan
dunia ini berkomentar bahwa teknologi harus melayani umat manusia daripada
merusaknya. Dalam perspektif Islam, teknologi memiliki dimensi teoretis dan
terapan, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan para
ilmuwan dalam perspektif Islam yang melihat Tuhan sebagai Pencipta dan
Pemelihara alam semesta, melihat dan meyakini tujuan penciptaan alam semesta. .
dalam tatanan moral. Selain itu, memberikan dasar metafisik untuk ilmu teknologi
untuk membantu peneliti mengembangkan teori pengambilan keputusan. Dimensi
aplikatif memberikan arah yang tepat pada pandangan dunia Islam sebagai
implementasi ilmu teknologi dan penekanan pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Perbedaan pendapat tentang tujuan kegiatan ilmiah berakar pada
perbedaan pandangan dunia para peneliti. Pandangan dunia sekuler berlaku di
kalangan sarjana Muslim, dan dunia Muslim tertinggal secara teknologi dan
sangat bergantung pada ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri secara memadai.

4. Solusi

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa
Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam sebagai standar bagi pemanfaatan
iptek dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika
telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau
menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia.16

Terdapat 5 (lima) pandangan penting terkait islam sebagai tujuan arah


berkembangnya teknologi17:

Pertama, pandangan yang mempercayai adanya kesamaan antara teknologi dan


agama, dari pengajuan pertanyaan sains tetapi tidak memberikan jawaban apapun
seperti; peran yang dilakukan manusia dalam penciptaan tujuan agama dan
teknologi. Demikian pula dengan iman yang memiliki peran dalam sains seperti
keyakinan dan keberadaan dunia luar yang bebas dan tidak dapat memberikan
pembenaran terhadap suatu masalah.

Kedua, pandangan dunia yang menjawab pengajuan pertanyaan, menurut Charles


Townes ―Saya tidak paham bagaimana pendekatan ilmiah, yang terpisah dari
pendekatan agama, tentu dapat menjelaskan asal mula segala sesuatu‖. Memang
benar adanya bahwa ilmuwan berharap untuk melihat di balik perspektif Islam
dan mungkin menjelaskan asal mula alam semesta secara fluktuasi. Pada
kenyataannya faktor yang menjadi daya tarik terutama ilmuwan muslim dalam
mempelajari aspek teknologi dengan agama yakni menganggap penelitian
membuktikan adanya Tuhan.

Ketiga, pandangan beberapa sarjana yang menganggap teknologi dan agama


adalah dua bidang yang memiliki pusat menjadi perhatian penting. Termasuk
agama yang berhubungan dengan Tuhan, dan sains dengan studi alam
mengharuskan penggabungan terhadap ilmu teknologi.

Keempat, memberikan kepercayaan bahwa agama dan teknologi memiliki


keterkaitan dengan dunia, memberikan gambaran jelas akan konsistensi yang
terjadi, artinya dibutuhkan dalam penyatuan pandangan komprehensif yang
berbeda guna membenarkan aktivitas ilmiah.

16
Ian Hidayat, Askar Askar, and Zaitun Zaitun, ‗Teknologi Menurut Pandangan Islam‘, Prosiding Kajian Islam
Dan Integrasi Ilmu Di Era Society (KIIIES) 5.0, 1 (2022), 456–560.
17
Rasyiani Putri, Adelio Ramadhan, and Muhammad Afif, ‗Perspektif Islam Terhadap Integrasi Perkembangan
Ilmu Teknologi‘, ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 2.1 (2021), 48–54.
Kelima, pandangan yang menganggap jika ilmu teknologi dan agama termasuk
dua aspek yang berbeda, sebagian beragama konservatif menarik sumber
berdasarkan teks agama dan tidak memberikan tanggapan serius. Adanya sumber
materialis merupakan sumber informasi yang dijadikan data basis indra dan tidak
percaya Tuhan. Dalam hal ini tepatnya dapat disebut ilmu empiris yang dapat
dijelaskan berbagai aspek.

Tindakan yang harus dilakukan guna mengatasi terhambatnya perkembangan


teknologi :18

Pertama, Perencanaan Ilmu teknologi dari pandangan Islam. Unsur terpenting


dalam perkembangan ilmu teknologi di dunia Islam adalah keharusan ketentuan
perencanaan dan kegiatan keilmuan didasarkan pada pandangan dunia Islam.
Elemen ini diperlukan untuk membedakan produk teknologi Muslim dari hasil
materialistis untuk memastikan kesesuaian dengan program yang ditetapkan oleh
Al-Qur'an.

Kedua, Perubahan kebijakan tentang teknologi. Perubahan yang terjadi pada


teknologi diera modern teridentifikasi tanpa memperhatikan dasar ilmiah untuk
membangun landasan yang tepat dalam perkembangan teknologi dalam islam. hal
ini merupakan tugas dari kalangan akademisi untuk memberikan nasehat yang
sesuai kepada pemerintah mereka melalui saluran yang tepat.

Ketiga, Membagi kesempatan emas bagi ilmuwan. Baik universitas maupun


lembaga penelitian harus memberikan perhatian khusus kepada para ilmuwan
yang brilian mendukung dan memenuhi kebutuhan mereka.

Keempat, Kepedulian terhadap kebutuhan. Upaya Sebagian besar negara Muslim


membangun kapasitas pengetahuan teknologi. Hal ini seringkali dilakukan tanpa
memperhatikan kebutuhan nasional, kondisi sosial ekonomi, identitas budaya atau
nilai moral. Universitas dan lembaga penelitian harus mengidentifikasi kebutuhan
dan prioritas masyarakat dan industri masing-masing. Menentukan proyek yang
sesuai, mencari bantuan dari pemerintah dan sektor swasta. Hal ini membutuhkan

18
Putri, Ramadhan, and Afif. Ibid
interaksi yang kuat secara nasional antara universitas dan lembaga penelitian serta
sektor industri.

Kelima, Menyikapi sikap kritis di lingkungan akademis. Memiliki sikap kritis


seringkali lemah di lingkungan akademis dunia Islam dan jarang didorong.
Sebagian besar universitas hanyalah pusat penyebaran pengetahuan daripada
secara otentik berusaha memperluas batas-batas pengetahuan manusia. Sikap ini
menghancurkan kreativitas ilmuwan muda.

Keenam, Kualitas yang mumpuni. Preferensi diberikan merupakan faktor penting


berupa kualitas produk yang lebih rendah yang diproduksi di dunia Islam. Dengan
demikian, salah satu faktor penting dalam mengembangkan kemandirian di dunia
Islam adalah mengutamakan kualitas penelitian dan produknya.

Ketujuh, Perhatian kepada spesialis. Negara Islam kehilangan sebagian besar


ilmuwan dan teknisi mereka yang cakap karena kurangnya kesempatan internal,
adanya beberapa kendala yang dapat dihindari dan pengabaian umum para
spesialis IT. Untuk mengurangi pengurasan otak ilmuwan Muslim, perhatian
yang tepat harus diberikan kepada mereka, menghargai pencapaian mereka,
sehingga mereka didorong untuk tetap memajukan batas-batas pengetahuan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat mereka. Dalam arah ini, kompetensi harus
menjadi pedoman utama dalam mengalokasikan posisi dan tanggung jawab
kelembagaan.

Dilansir dari cnnindonesia.com (09/05/2020), Wakil Ketua Lembaga Perguruan


Tinggi Nahdlatul Ulama (LPT NU), Dr. Phil. Syafiq Hasyim, MA., untuk menuju
Mohammad Rizky Ramadhandy Budianto 1, Tresna Ramadhian Setha Wening
Galih 2, dan Syaban Farauq Kurnia 3 56| Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, Vol. 21, No. 01, Juli 2021, 55-61 perkembangan pada iptek dalam
islam, hal pertama yang dapat dilakukan yaitu evaluasi dan refleksi terhadap
faktor-faktor yang menjadi kemunduran iptek dalam islam.

Pertama, salah satunya adalah karena kita jauh dari moral pengetahuan dan ke-
Islam-an yang dianjurkan oleh Alquran dan sunnah Nabi, faktor ini sebagai modal
utama. Kedua, masyarakat harus menghilangkan pertentangan-pertentangan
ideologis dan politik di antara sesama anak manusia dari berbagai bangsa dan
negara. Ketiga, masyarakat harus mengembangkan tradisi berpikir, bebas, dan
independen. Tradisi ini bisa memicu orang untuk mencari dan menggali informasi
dalam rangka membentuk ilmu pengetahuan yang kita kehendaki. Terakhir,
masyarakat harus mengembangkan sistem pendidikan yang memperkuat
pengetahuan dan kemanusiaan. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan yang
berkembang dalam Islam tak hanya berguna bagi agama kita, tapi juga berguna
bagi kemanusiaan.19

Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita harus
menanggapi dengan bijak. cara menaggapi IPTEK diantaranya :20

 Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya
terhadapperkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak.
 Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik
dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa
melakukan hal ini.
 Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma,ruf nahi
munkar.
 Adaptif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim
yang pasti sesuai dengan dasar islam.
 Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai
contoh dengan adanya alquran seluler, quran digital dan sebagainya.
D. Kesimpulan

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-
alat sederhana.

Kehadiran internet menjadi bukti dari adanya globalisasi teknologi. Oleh karena itu,
baik individu maupun perusahaan dapat menggunakan Internet dan menghasilkan
produk yang dapat terhubung ke Internet. Jika tidak, sulit untuk memasarkan produk
karena semuanya bergantung pada teknologi digital. Inilah yang mengantarkan pada

19
Budianto, Kurnia, and Galih. Op Cit
20
Hamdani. Op Cit
sebuah keharusan bagi setiap umat muslim agar mampu unggul dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai sarana kehidupan yang harus
diutamakan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat
sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Qashash/28: 77 QS. An-Nahl/16: 43 QS. Al-
Mujadilah/58: 11 QS. At-Taubah/9: 122. Namun dengan munculnya teknologi yang
bermanfaat serta berguna bagi manusia yang telah bersesuaian dengan ajaran agama,
muncul pula beberapa teknologi yang berasal dari ilmu pengetahuan yang
menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran agama.

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan Kedua, menjadikan Syariah Islam
sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat 5 (lima) pandangan penting terkait islam sebagai tujuan arah berkembangnya
teknologi Pertama, pandangan yang mempercayai adanya kesamaan antara teknologi
dan agama Kedua, pandangan dunia yang menjawab pengajuan pertanyaan Ketiga,
pandangan beberapa sarjana yang menganggap teknologi dan agama adalah dua
bidang yang memiliki pusat menjadi perhatian penting. Keempat, memberikan
kepercayaan bahwa agama dan teknologi memiliki keterkaitan dengan dunia Kelima,
pandangan yang menganggap jika ilmu teknologi dan agama termasuk dua aspek yang
berbeda.

Pengaturan halal ataupun haram (Hukum Syariah Islam) harus dijadikan sebagai
standar pemanfaatan iptek, apapun bentuknya. Teknologi yang dapat digunakan
adalah yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak berguna dilarang dalam Syariah Islam.

E. Referensi

Budianto, Muhammad Rizky Ramadhandy, Syaban Farauq Kurnia, and Tresna Ramadhian
Setha Wening Galih, ‗Perspektif Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi‘,
Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 21.01 (2021), 55–61
<https://doi.org/10.32939/islamika.v21i01.776>

George Crabb, Universal Technological Dictionary (London: Baldwin, Cradock and Joy,
1823)
Hamdani, Muhammad Faisal, ‗Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Komunikasi‘, Fakutas Ilmu Sosial, 2017, 10

Hidayat, Ian, Askar Askar, and Zaitun Zaitun, ‗Teknologi Menurut Pandangan Islam‘,
Prosiding Kajian Islam Dan Integrasi Ilmu Di Era Society (KIIIES) 5.0, 1 (2022), 456–
560

Julius Adams S, Loretta H, Mannix, Mind and Hand: The Birth of MIT (Cambridge: MIT
Press, 2005)

M Fukuyama, Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society. (Japan Spotlight,
2018)

Putri, Rasyiani, Adelio Ramadhan, and Muhammad Afif, ‗Perspektif Islam Terhadap
Integrasi Perkembangan Ilmu Teknologi‘, ADI Bisnis Digital Interdisiplin Jurnal, 2.1
(2021), 48–54

Radiansyah, Dian, ‗PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP


REMAJA ISLAM (Studi Kasus Di Kampung Citeureup Desa Sukapada)‘, Jaqfi: Jurnal
Aqidah Dan Filsafat Islam, 3.2 (2020), 76–103
<https://doi.org/10.15575/jaqfi.v3i2.9568>

Y. Maryono B. Patmi Istiana, , Teknologi Informasi Dan Komunikasi 1 SMP Kelas VII,
(Bogor: Quadra, 2008)

Internet

https://tafsirweb.com/3284-surat-yunus-ayat-10.html

https://tafsirweb.com/4640-surat-al-isra-ayat-36.html

https://tafsirweb.com/8680-surat-az-zumar-ayat-18.html

Anda mungkin juga menyukai