- Teori Konstruksi Sosial Teknologi ( juga disebut sebagai Scot) adalah teori dalam bidang
studi Sains dan Teknologi. Para pendukung Scot -yaitu, konstruktivis sosial - berpendapat
bahwa teknologi tidak mendeterminasi (menentukan) tindakan manusia, tetapi justru
sebaliknya,yaitu teknologiterbentukuntuk menyesuaikan kebutuhan manusia. Mereka juga
berpendapat bahwa teknologi yang digunakan tidak dapat dipahami tanpa memahami lebih
dulu bagaimanasebuah teknologi yang tertanam berhubungan dengan konteks sosialnya.
Lalu, bagamaimana sebuah komunikasi bisa berjalan dengan baik? Bahwa untuk
berkomunikasi sangat membutuhkan media sebagai penghantar. Media yang merupakan salah
satu dari bagian teknologi ini sangat tergantung kepada manusia dan organisasi. Dalam buku
Media Now karangan Straubhaar-LaRose dan Davenport, tertulis bahwa difusi teknologi
sangat tergantung pada pengalaman seseorang saat memanfaatkan media tersebut
sebelumnya. Media ada untuk membantu kebutuhan social (Wright,1974).
Artinya, dalam konstruksi social media memegang penuh peranan sebagai transmisi
dalam sebuah proses komunikasi. Setiap orang bebas dalam memanfaatkan teknologi sesuai
dengan fungsi dan kebutuhannya. Bahkan sangat dimungkinkan untuk mengawinkan
teknologi.
Kehidupan manusia di zaman modern ini sarat akan pengaruh media massa elektronik
yang ber-virtual learning. Sekarang belum diketahui ada berapa banyak sarjana dan spesialis
cetakan media baru sebagai salah satu wadah pendidikan holistik lintas lokasi dan birokrasi.
Mereka tak wajib keluar masuk ruang kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliah.
Ruang konstruksi sosial sangat diwarnai oleh media baru yang mendatangkan
perubahan dan pergeseran sosial. Hanya, dampak ganda media baru perlu disikapi dengan arif
sehingga masyarakat tidak mudah terjebak dalam perangkap dekadensi moral dan spiritual.
Kebaruan media
Dunia media massa kembali mempertanyakan di manakah letak kebaruan media baru
itu? Relativitas kebaruan (newness) dunia media massa modern, menurut Terry Flew dari
Universitas Teknologi Queensland, Brisbane (2005), tampak dalam relasi humanistik antara
kemajuan teknologi-teknologi (hardware, software, serta muatannya) dan dinamika kultural
yang mencakup gaya hidup dan keadaan komunitas. Relasi lintas bidang ini mempercepat
gerak digitalisasi yang mengubah alunan irama hidup manusia secara global. Kelahiran
masyarakat informasi termasuk buah proses digitalisasi teknologi media massa.
Kebaruan media ini sebenarnya bukan terutama yang terletak pada kecanggihan
teknologi modern, melainkan tersembunyi di dalam kesadaran batiniah dan perilaku insan
media massa. Dualisme dunia media massa (sebagai pedang bermata ganda) sangat
mempengaruhi dan bahkan ditentukan oleh disposisi baru pelaku media massa. Jelas,
kebaruan ini sama sekali tidak bersifat deterministik, tetapi mendukung perubahan dan
perbaikan sosial dalam masyarakat kontemporer.
nation building (dan bukan politik identitas seperti sekarang!) sebagai konsensus para
arsitek negara kita dapat dijadikan acuan sistem rekonstruksi ini. Hanya, bagaimanakah aktor
utama media baru dapat mengisi kerangka rekonstruksi sosial ini dengan itikad - itikad baik
guna untuk merevisi dan mereformasi iklim sosial.
Rekonstruksi sosial ini akan berjalan baik kalau didukung personalia media baru yang
bukan hanya terampil, tetapi juga sungguh menyadari pentingnya perbaikan lingkungan
hukum, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kebudayaan, dan agama.
Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama.
Bahwa pilihan orang untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena
pilihannya untuk bersedia pikiran - pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Ketiga,
menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif dimana seseorang secara habit
tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa
dilepaskan.
4) Tahap konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi
argumentasi dan akunbilitas terhadap pilihannya untuk terlibat di dalam tahap pembentukan
konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi
terhadap alasan - alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan
ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam
proses konstruksi sosial.
KESIMPULAN
Teknologi tidak dapat dilihat hanya sebatas artefak yang dihasilkannya, tetapi teknologi juga
dapat dilihat dari sisi keterkaitannya terhadap pemaknaan yang terungkap dari setiap
kelompok social yang bersentuhan dengan teknologi tersebut. Ketika kelompok social
tersebut memaknai sebuah artefak, maka ini merupakan proses fleksibilitas interpretative,
dimana artefak teknologi ditafsirkan dengan suatu makna yang diberikan kepada teknologi
tersebut. Pemaknaan yang tetap terbentuk, jika pemaknaan oleh berbagai kelompok social
mulai stabil dan kemudian berhenti sehingga kemudian ditutup oleh sebuah makna yang kuat
dari kelompok sosial yang dominan. Maka consensus makna terhadap artefak tersebutpun
terbentuk. Pemaknaan bebas untuk sebuah artefak dari tiap kelompok disebut sebagai
fleksibilitas interpretative terhadap artefak teknologi. Kajian yang memaknai artefak hasil
teknologi dari berbagaik kelompok social menunjukan bahwa teknologi di dikonstruksi
secara social, dimana masyarakat secara teknis membentuk teknologi untuk dapat
dimanfaatkan oleh masayarakat itu sendiri. Interfensi teknologi oleh konstruksi social ini
menjadi factor non teknis dalam memahami dan menganalisa perkembangan teknologi.