ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami Konsep Technological Determinism
yang digunakan Dalam Penelitian Komunikasi. Adapun kesimpulan dalam
penjelasan ini menemukan bahwa teknologi dan budaya saling bergantung.
Mengabaikan salah satunya akan menghasilkan pemahaman yang kurang
memadai terhadap determinisme teknologi. Namun pernyataan ini memiliki
pandangan yang berbeda. Yang mendukung menyatakan bahwa perkembangan
teknologi sangat menentukan kebutuhan utama manusia. Sedangkan yang
menolak teori determinisme teknologi menjelaskan bahwa manusia sebenarnya
yang menentukan perkembangan teknologi, bukan manusia dipengaruhi oleh
teknologi. Pada dasarnya, kesenjangan antara pendukung dan penentang
determinisme teknologi tidaklah terlalu lebar. Mereka masih berada pada perahu
yang sama. Keduanya mempercayai bahwa teknologi dan masyarakat saling
mempengaruhi, tetapi mereka berbeda dalam tingkat perubahan yang dihasilkan
oleh teknologi. Dan hubungan antara teknologi dan masyarakat pada tataran
praktis pada dasarnya lebih menyerupai kontinum. Determinisme teknologi berada
di dalam kontinum ini. Sebagai sebuah produk intelektual masyarakat, teknologi
dibentuk oleh masyarakat, tetapi ketika teknologi itu telah berkembang,
masyarakat harus menyesuaikan dirinya terhadap teknologi tersebut.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi merupakan pembuktian kepada adanya
peradaban dalam kehidupan manusia. Perkembangan pemikiran manusia
mewujudkan teknologi terus berkembang. Perkembangan teknologi merupakan
mutlak hasil dari perkembangan pemikiran manusia. Manusia yang kreatif menjadi
penggerak perkembangan teknologi dalam kehidupan.
Perkembangan teknologi menjadi satu kewajiban bagi manusia untuk
mengikutinya, hal ini sangat disadari sebagaimana misalnya perkembangan
handphone di Indonesia pada tahun 2000, dengan perkembangan handphone di
Indonesia pada tahun 2020. Perubahan ini merupakan bentuk nyata transmigrasi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap
kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
1Merrit Roe Smith & Leo Marx. 1994. Does Technology Drive History? The Dilemma of
Technological Determinism, Massachussets Institute of Technology.
sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan
berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.2
2Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 213.
pemikir yang mandiri. Alat indera yang lebih banyak berfungsi pada masa ini
adalah mata.
3. The Print Age: Prototype of The Industrial Revolution
Pada masa ini McLuhan menyebutnya sebagai masa Revolusi Industri
karena pada masa ini suatu percetakan telah mampu membuat produksi massa
yang khusus. Kebangkitan Nasionalisme diikuti dengan bahasa nasional yang
sudah tetap. Percetakan tidak hanya membuat tentang buku Gutenberg tapi
juga sudah mulai membuat suatu kata-kata atau berita yang dapat diketahui
oleh umum. Masa ini dapat dikatakan bahwa industri media cetak telah
berkembang dan berita-berita yang ada dapat disebarkan dan diketahui oleh
banyak orang.
4. The Electronic Age: The Rise of Global Village
Masa ini merupakan masa kebangkitan yang melahirkan global village, di
mana orang-orang di seluruh dunia berbagi pengalaman dan gagasan secara
serentak. Pada masa ini alat elektronik yang digunakan sudah mulai
berkembang dan canggih. Contoh: media televisi memberikan informasi yang
terjadi di seluruh dunia. Dari televisi ini akan merangsang alat indera kita,
mengubah persepsi kita dan akhirnya mempengaruhi perilaku kita.
Aplikasi Teori Dalam Penelitian Selama Ini
Penelitian-penelitian tentang determinisme teknologi banyak dilakukan
untuk melihat dampak perubahan kehidupan dengan adanya teknologi yang
semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Dinda Anggun Pertiwi, dengan judul “Peran Media Teknologi Komunikasi Dalam
Pelayanan Jasa di PT. Pos Indonesia Kota Samarinda”. Perkembangan
determinisme dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ide dasar teori ini adalah
bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan
membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.
Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam
masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak
dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. McLuhan berpikir bahwa
budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Ada tiga tahapan
yang layak disimak, yaitu:
a. Penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya,
b. Perubahan dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan
manusia,
c. Teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membentuk perilaku kita
sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetis atau naluriah. Hasil penelitian ini dikategorikan
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dalam teori Hirarki Kebutuhan yang terbagi
UNIVERSAL GRACE JOURNAL, Volume 1, Nomor 1, 2023 | 37
Technological Determinism
3Dinda Anggun Pertiwi, peran media teknologi komunikasi dalam pelayanan jasa di PT. Pos
Indonesia Kota Samarinda, eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 1, 2015,
http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/
4Syahril Fajar dan Martunis, Perubahan Interaksi Sosial pada Pengguna Smartphone studi
kasus pada Mahasiswa FISIP Universitas Syiah Kuala, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018, http://www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
dari huruf-huruf. Perubahan pola pikir ini yang ‘diajarkan’ oleh buku ini telah
mengubah struktur kognitif masyarakat.
Senada dengan pendapat McLuhan, Innis meyakini bahwa media
mempunyai peranan yang penting dalam perubahan masyarakat. Menurut Innis,
seperti yang dikutip oleh Galvin (1994:180),
“A medium of communication has an important influence on the dissemination of
knowledge over space and time. According to its characteristics it maybe better suited to the
dissemination of knowledge over time than over space, particularly if the medium is heavy
and durable and not suited to transportation, or to the dissemination of knowledge over space
than over time, particularly if the medium is light and easily transported. The relative
emphasis on time or space will imply a bias of significance to the culture in which it is
embedded.”
Media, menurut Innis, bukanlah hanya sekadar alat. Kehadiran media
sendiri telah memiliki dampak pada keseluruhan proses penyebaran pengetahuan
atau pesan. Tiap media memiliki bias atas ruang dan waktu. Media yang berbeda
akan memiliki dampak yang berbeda pula. Hal ini karena, bukan hanya isi saja
yang memiliki bias, tetapi juga medianya. Media yang terikat pada ruang (space-
binded) memunculkan masyarakat yang memiliki tradisi oral. Salah satu ciri tradisi
oral adalah hadirnya kelompok kecil masyarakat yang memiliki hak istimewa
dalam menafsirkan pengetahuan. Sebaliknya media-media yang terikat-pada-
waktu (time-binded) memiliki dampak pada munculnya masyarakat yang
cenderung egalitarian yang berakar pada budaya tulisan. Pada masyarakat ini,
setiap orang memilki hak yang sama atas akses terhadap pengetahuan, sehingga
pada masyarakat yang seperti ini, tidak akan ada lagi kelas sosial khusus yang
memiliki hak sebagai satu-satunya penafsir pengetahuan. Lebih jauh lagi, Galvin
(1994:180-181) menyebutkan, “Whereas print solved the problem of producing
standardized communication rapidly and in sufficient quantities to administer large areas,
the development of electronic communication – beginning with telegraphy and moving from
radio to television – solved simultaneously the problems of rapid production and
distribution.”
Teknologi pada perkembangan media tidak lagi hanya sekadar alat. Ia
memiliki peranan yang penting yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan perkembangan media saat ini dapat mengatur agenda
masyarakat. Seperti pengaruh agenda setting media terhadap agenda publik.
Keputusan untuk memilih media tertentu akan memberi dampak kepada apa yang
akan timbul dari media tersebut. McLuhan membenarkan pernyataan ini
sebagaimana ketika ia mengatakan ‘the medium is the message’.
Determinisme media memiliki ciri, seperti dikutip dari Dave’s Page for
Technological and Media Determinsim, sebagai berikut:
(1) Media destroy time and space.
(2) The medium is the message.
PENUTUP
Adapun kesimpulan dalam penjelasan ini menemukan bahwa teknologi dan
budaya saling bergantung. Mengabaikan salah satunya akan menghasilkan
pemahaman yang kurang memadai terhadap determinisme teknologi. Namun
pernyataan ini memiliki pandangan yang berbeda. Yang mendukung menyatakan
bahwa perkembangan teknologi sangat menentukan kebutuhan utama manusia.
Sedangkan yang menolak teori determinisme teknologi menjelaskan bahwa
manusia sebenarnya yang menentukan perkembangan teknologi, bukan manusia
dipengaruhi oleh teknologi. Pada dasarnya, kesenjangan antara pendukung dan
penentang determinisme teknologi tidaklah terlalu lebar. Mereka masih berada
pada perahu yang sama. Keduanya mempercayai bahwa teknologi dan masyarakat
saling mempengaruhi, tetapi mereka berbeda dalam tingkat perubahan yang
dihasilkan oleh teknologi. Dan hubungan antara teknologi dan masyarakat pada
tataran praktis pada dasarnya lebih menyerupai kontinum. Determinisme
teknologi berada di dalam kontinum ini. Sebagai sebuah produk intelektual
masyarakat, teknologi dibentuk oleh masyarakat, tetapi ketika teknologi itu telah
berkembang, masyarakat harus menyesuaikan dirinya terhadap teknologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA