Anda di halaman 1dari 4

Salah satu bentuk karya dari content creator di youtube adalah musik video.

Belakangan
banyak orang dengan sengaja membuat reaksi video dengan menggunakan musik video
di youtube
tanpa izin. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa mengenai
bagaimana hukum
memberikan perlindungan terhadap music video karya content creator di youtube dan
bagaimana
sanksi hukum terhadap orang yang menggunakan musik video hasil karya content
creator untuk
membuat reaksi video di Youtube tanpa izin. Jenis penelitian yang digunakan dalam
karya ilmiah ini
adalah penelitian hukum normatif berdasarkan pada pendekatan perundang-undangan.
Perlindungan
terhadap music video yang dihasilkan oleh content creator di lindungi dalam UUHC yaitu
pasal 40
ayat (1) khususnya huruf m, namun pasal tersebut hanya merujuk pada karya film dan
belum
mengcover karya musik video secara jelas. Sebaiknya penjelasan pasal tersebut
memberikan contoh
bukan hanya merujuk pada karya film selain itu sebaiknya content creator yang merasa
dirugikan
segera melapor kepada pihak yang berwajib untuk mencegah hal tersebut terjadi
kepada content creator
lain.
Kata Kunci : Hak Cipta, Video, Youtub

Abstrak

Kebebasan berekspresi yang tidak terbatas telah menimbulkan


fenomena baru dalam dunia musik yang disebut cover version pada
lagu. Pencipta atau pemegang Hak Cipta memiliki hak eksklusif
terhadap suatu lagu ciptaan. Oleh karena itu, jika terdapat pihak-
pihak yang ingin mengkomersialisasikan lagunya dengan membuat
cover version, pihak tersebut harus memperoleh izin terlebih dahulu
dari pencipta atau pemegang Hak Cipta. Penelitian ini
menggunakan
metode penelitian hukum normatif, dengan jenis pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
analisis bahan hukum. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa cover version lagu didalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tidak diatur secara eksplisit namun secara
impisit dalam Pasal 9 huruf b dan d dan cover version mendapat
perlindungan hukum hak cipta namun termasuk sebagai
pelanggaran jika Cover Version lagu dilakukan tanpa izin pencipta
lagu dan bertujuan untuk dikomersialkan. Saran dari penelitian ini
yaitu dalam rangka menjamin kepastian hukum, haruslah dibentuk
undang-undang untuk menyempurnakan ketentuan mengenai
peraturan yang mengatur cover version secara jelas sehingga tidak
menghambat para musisi-musisi untuk berkarya.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Cipta, Cover Version

abstrak

ABSTRAK
Di era teknologi yang canggih, perkembangan karya cipta sangat
beragam dengan kreativitas tinggi banyak mengalamai tindakan
plagiarisme dan piracy, salah satunya Vlog. Vlog atau Video Blog
merupakan salah satu bentuk karya cipta yang diunggah ke situs
YouTube menghasilkan keuntungan. Rumusan masalah dalam
artikel ini adalah bagaimana perlindungan karya cipta Vlog yang
diunggah ke YouTube dan bagaimana sanksi hukum atas kasus
penyiaran ulang Vlog oleh stasiun televisi tanpa izin. Adapun
tujuan kajian ini yaitu untuk memahami perlindungan atas karya
cipta Vlog yang diunggah ke YouTube dan untuk mengetahui
sanksi hukum ketika terjadi penyiaran ulang Vlog oleh stasiun
televisi tanpa izin. Metode penelitian dalam penulisan ini adalah
metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan analisis konsep hukum.
Hasil dari analisis yaitu bahwa Vlog yang diunggah ke YouTube
sebagai bentuk karya cipta dibidang karya sinematografi sejatinya
mendapat perlindungan Hak Cipta sebagaimana diatur dalam
Pasal 40 ayat (1) huruf m Undang-Undang Hak Cipta meskipun
dalam penjelasan pasal terkait masih menunjukkan norma kabur.
Dalam hal Vlog yang disiarkan ulang oleh stasiun televisi tanpa
izin mendapat sanksi hukum sebagaimana diatur dalam UU Hak
Cipta dengan mengajukan gugatan ganti rugi atau mengadukan
sebagai tindak pidana pelanggaran Hak Cipta.
Kata Kunci : Hak Cipta, Vlog, YouTube

Perkembangan internet yang sangat pesat dapat meningkatkan pola interaksi antar manusia,
baik antar individu maupun kelompok. Hal itu membuat fenomena baru di bidang hukum.
Fenomena tersebut yaitu salah satunya perlindungan hak cipta atas karya digital seperti :
gambar digital (digital image), buku elektronik (e-book), grafik, tabel, film, musik dan lagu,
dan jenis karya digital lainnya.

Saat ini, realita perlindungan hak cipta atas karya digital dilakukan dengan pendekatan
perlindungan hak cipta melalui perlindungan hukum atas perlindungan teknis / teknologi
pengaman. Dalam  bidang teknologi informasi teknologi pengaman dikenal dengan istilah
Digital Right Management (DRMs). Teknologi tersebut dapat dijadikan sarana perlindungan
kekayaan intelektual di internet, termasuk karya digital di dalamnya.

Perlindungan hak cipta atas teknologi pengaman harus dinormakan dengan baik. Penormaan
hak cipta atas teknologi pengaman salah satunya sangat ditentukan oleh pengadopsian doktrin
perlindungan hak cipta.  “Saya menyarankan semua undang-undang yang mengatur teknologi
pengaman itu sebaiknya untuk mengadopsi doktrin yang perlindungan hak cipta yang tepat”, ujar Dr.
Budi Agus Riswandi,S.H.,M.Hum. saat ujian terbuka di Gedung 1 Fakultas Hukum (FH) Universitas
Gadjah Mada (UGM), Senin (25/7). Konsultaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini berhasil
mempertahankan disertasinya yang berjudul “Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Digital : Studi
Pengadopsian Doktrin Perlindungan Hak Cipta terhadap Teknologi Pegaman dalam Perundang-
undangan Hak Cipta Indonesia”.

Budi Agus Riswandi menuturkan doktrin yang paling tepat diterapkan adalah doktrin social
control planing. Doktrin social control planing tidak hanya mengedepankan kemanfaatan
atau perlindungan hak cipta untuk kepentingan masyarakat luas. “Tetapi juga memperhatikan
kepentingan dari pencipta atau pemegang hak cipta”, imbuhnya.

Di Indonesia, pengadopsian doktrin perlindungan hak cipta tidak hanya diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta), namun juga diatur di
dalam beberapa undang-undang lainnya. Penormaan perlindungan hak cipta  yang diatur di
berbagai undang-undang itu nyatanya mengadopsi doktrin perlindungan hak cipta yang
berbeda-beda, sehingga berpeluang menimbulkan perbedaan norma.  “Hal tersebut berpotensi
dapat menimbulkan ketegangan sosial dan ekonomi”, tandas Agus Budi Riswandi. (fardi)

Anda mungkin juga menyukai