Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS ILMIAH

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENCIPTA LAGU ATAS PERUBAHAN


LIRIK LAGU TANPA IZIN DARI PEMEGANG HAK CIPTA PADA
PLATFORM TIKTOK UU NO. 28 TAHUN 2014
Karya Tulis ini Diajukan Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Hak Cipta
Pada Mata Kuliah Hak Atas Kekayaan Intelegtual
Dosen Pengampuh Suriyadi, SH., MH

Disusun Oleh :
Nama : Asmira
Nim : 11000121010

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring kemajuan globalisasi, berbagai teknologi dan metode komunikasi
canggih sedang dikembangkan di seluruh dunia. Salah satunya adalah media
internet yang sering digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan melalui
pameran berbagai karya, dan juga digunakan sebagai media bisnis Pola kehidupan
sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena semua jenis
kegiatan dalam kehidupan dapat difasilitasi oleh teknologi internet.1
Pembahasan mengenai pemanfaatan media sosial di internet sudah bukan hal
yang asing lagi di tengah masyarakat, setiap orang dapat dengan mudah
memanfaatkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal tersebut dapat
dicapai melalui penciptaan karya. Perkembangan teknologi sangat dibutuhkan.
Segala inovasi yang diciptakan untuk membawa manfaat positif bagi kehidupan
manusia.
Kemajuan teknologi Internet telah mempermudah pembuatan dan reproduksi
produk hak kekayaan intelektual (HKI). HKI memberikan manfaat bagi individu
berdasarkan kemampuan intelektualnya dalam menciptakan karya yang dilindungi
HKI, misalnya dalam bidang hak cipta. Hak cipta adalah hak khusus yang dimiliki
oleh pencipta untuk memproduksi karyanya atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk melakukan hal tersebut namun dalam batasan hukum yang berlaku.2
Hak Cipta adalah hak khusus pencipta untuk menciptakan atau memberi
wewenang kepada pihak lain untuk menciptakan ciptaannya sendiri, dalam batas
hukum yang berlaku. Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor
28 Tahun 2014 (selanjutnya disebut UUHC). UUHC mengatur dalam Pasal 1 ayat
1 bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta, dan setelah ciptaan itu
diwujudkan dalam bentuk praktis, berdasarkan asas deklaratif, dengan tidak
mengurangi segala pembatasan yang ditentukan oleh ketentuan hukum, diatur
bahwa itu terjadi secara otomatis. Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri
dari hak moral dan hak ekonomi. Hak moral adalah hak yang khusus dimiliki oleh
pencipta atau agennya, dan tidak dapat dicabut atau dihapus tanpa izin, meskipun
1
“Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu Atas Perubahan Lirik Tanpa Izin Pemegang Hak Cipta
Di Aplikasi Tiktok,” 2020.
2
“Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu Atas Perubahan Lirik Tanpa Izin Pemegang Hak Cipta
Di Aplikasi Tiktok.”
hak cipta telah dialihkan. Hak ekonomi, di sisi lain, mengacu pada hak untuk
memperoleh manfaat ekonomi dari karya kreatif dan hak yang terkait dengannya.
Penegakan hukum kekayaan intelektual masih didominasi kasus hak cipta. Karya
yang dilindungi meliputi karya kreatif dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra. Hal ini didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi yang
menyebabkan berkembangnya berbagai aplikasi hiburan. Diantaranya adalah
aplikasi edit foto, edit video, hingga aplikasi game online khususnya untuk
smartphone. Aplikasi yang paling populer saat ini adalah aplikasi suara lip sync
yang melibatkan gerakan tubuh (menggerakan bibir mengikuti bunyi lagu) dan
biasanya terdapat pada salah satu aplikasi media sosial yaitu Tik Tok.
TikTok merupakan salah satu aplikasi yang menawarkan efek khusus yang
unik dan menarik sehingga memungkinkan penggunanya dengan mudah membuat
video pendek dengan hasil menarik yang dapat ditampilkan kepada pengguna lain.
Aplikasi media sosial video pendek ini memiliki dukungan musik yang luas dan
memungkinkan pengguna untuk meningkatkan kreativitas dan membuat konten
dengan menampilkan pertunjukan seperti dance dan gaya bebas. Pembuat konten
adalah seseorang yang membuat konten yang bersifat mendidik atau menghibur.
Konten tersebut bisa berupa foto, video, teks, seni digital, dan konten lainnya.
Aplikasi TikTok secara otomatis mengambil lagu yang dipersingkat dan
membuatnya menarik dengan lagu dan gaya yang menarik. Lagu ini dapat
digunakan oleh orang lain dengan gayanya masing-masing melalui video. Video
hasil cuplikan lagu dapat dibagikan melalui aplikasi TikTok dan disebarkan ke
aplikasi media sosial lainnya seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan
Twitter. Jika pengguna aplikasi TikTok mengubah lirik suatu lagu, itu
menandakan bahwa lagu tersebut direkam tanpa izin penulis lirik dan ada
penggalan lagu tersebut yang diubah dari versi aslinya. Hal ini memungkinkan
makna karya asli berbeda dari ekspektasi penulis. Pengguna aplikasi yang
mengubah lirik lagu di aplikasi TikTok tidak secara langsung bertujuan untuk
mendapatkan hak ekonomi ketika ditayangkan di media sosial, namun biasanya
bertujuan untuk mendapatkan popularitas pengguna di media sosial Karena
potensinya menjadi viral, lambat laun pengguna aplikasi TikTok akan mendapat
keuntungan ekonomi dari pengguna TikTok. Selain itu, pesatnya perkembangan
teknologi informasi akhir-akhir ini membuat penyampaian informasi menjadi
lebih cepat dan mudah. Hal ini memudahkan siapa saja memperoleh informasi
dari mana saja, termasuk karya berhak cipta orang lain, yang seringkali mudah
disebarluaskan dan disalahgunakan.
Negara bertanggung jawab atas perlindungan hukum dan pemantauan
pelanggaran hak cipta. Hak cipta merupakan bidang kekayaan intelektual dengan
cakupan perlindungan terluas, karena mencakup ilmu pengetahuan, ilmu seni, dan
ilmu sastra. Di Indonesia sendiri, hak pencipta atau pemilik hak cipta atas
ciptaannya dilindungi undang-undang melalui Undang-Undang Hak Cipta,
sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. Hak Cipta 28/2014. UUHC
Tahun 2014 mengatur perlindungan hak cipta terkait perkembangan teknologi dan
informasi berdasarkan Pasal 54, 55 dan 56 UUHC, namun pada akhirnya sejak
terbitnya UUHC tersebut masih banyak bermunculan website yang mendownload
lagu secara gratis. Para artis tentu dirugikan dengan ulah banyak orang yang bisa
mendownload lagu ciptaannya tanpa membayar royalti.
Sehubungan dengan permasalahan diatas maka penulis melakukan penelitian
lebih lanjut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI PENCIPTA LAGU ATAS PERUBAHAN LIRIK LAGU
TANPA IZIN DARI PEMEGANG HAK CIPTA PADA PLATFORM
TIKTOK UU NO. 28 TAHUN 2014” tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka
pembahasan selanjutnya akan bertumpuh pada pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Lagu
Atas Perubahan Lirik Tanpa Izin Dalam Platfrom TikTok ditunjau dari UU
No. 28 Tahun 2014?
2. Bagaimana Mengidentifikasi Faktor yang mungkin saja terjadi dalam
Pelanggaran Hak Cipta?
PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Penggunaan Lagu Platform TikTok

Permasalahan hukum yang umum terjadi adalah lagu yang digunakan dan
dimasukkan ke dalam konten video TikTok seringkali tidak memiliki izin resmi
dari pencipta/penulis lagu aslinya. Kurangnya pemahaman juga mengenai
perubahan isi lagu aslinya, seperti memperpendek durasi lagu atau menambahkan
efek suara. Oleh karena itu, mengunggah lagu yang dikomersialkan ke aplikasi
TikTok tanpa izin pencipta akan menimbulkan akibat hukum berupa royalti hak
cipta bagi penciptanya.
Rusaknya suatu karya cipta (dalam hal ini lagu) merupakan pelanggaran
terhadap hak moral penciptanya, yang sebagiannya diatur dalam Pasal 5 Ayat 1
(e) Undang-Undang Hak Cipta, dan dalam hal terjadinya perubahan maka terjadi
mutasi; Sebagai pemilik ciptaan, pencipta mempunyai hak untuk mempertahankan
haknya jika terjadi modifikasi pada ciptaan atau hal-hal yang dapat merusak harga
diri atau kehormatan pencipta. Lagu ini digunakan pengguna untuk
mempromosikan atau merekomendasikan produk pada aplikasi TikTok. Kegiatan
promosi atau endorsement merupakan kegiatan yang menghasilkan keuntungan
atau kegiatan yang disebut komersialisasi. Berdasarkan Pasal 1(1), 24(1) dan (2),
UUHC mencakup hak pencipta atau pemegang hak cipta, yang secara umum
terbagi dalam dua kategori diantaranya :
1. Hak Ekonomi.
Hak ekonomi adalah hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk
memperoleh manfaat ekonomi, seperti: Pendistribusian dan reproduksi
ciptaan kepada publik, peminjaman ciptaan, penerbitan ciptaan, dan hak-
hak lainnya. Untuk sistem rekomendasi produk dalam video klip di
platform TikTok atau media sosial lainnya, pencipta lagu/karya dalam
video tersebut berhak menerima royalti atas penggunaan lagu tersebut
dalam video rekomendasi produk. Anda bisa mendapatkan keuntungan
dari hak ekonomi yang diatur. Undang-undang hak cipta mensyaratkan
bahwa setiap pihak yang menggunakan ciptaan orang lain, khususnya lagu
orang lain, untuk tujuan komersial harus mendapatkan izin dari pencipta
lagu tersebut dan membayar royalti atas penggunaan lagu tersebut.
Menggunakan musik tanpa izin dari penulis merupakan pelanggaran hak
komersial.
2. Hak moral.
Hak moral merupakan hak bawaan yang hanya dapat dilaksanakan oleh
pencipta dan tidak dapat dipisahkan dari pencipta ciptaan. Menurut Pasal 1
angka 24 UU Hak Cipta, “bahwa penggunaan Ciptaan dan/ atau produk
Hak Terkait yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat ekonomi dari berbagai sumber atau dibayar dapat dikatakan
sebagai Penggunaan Komersial”
Hak moral adalah hak yang tidak dapat dicabut. Ada dua jenis hak moral:
Hak kepenulisan. Anda mereproduksi dan menerbitkan karya seorang penulis,
Anda harus menampilkan nama penulis di dalam karya tersebut. Hak untuk
melindungi integritas pekerja. Hak tersebut mencegah terjadinya suatu tindakan
perubahan pada ciptaan yang berpotensi merusak reputasi dan kehormatan
pencipta.3 Modifikasi yang dimaksud berupa pemuntiran, mutilasi, pemusnahan,
atau penggantian karya cipta: (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24(2)). Hak
moral juga dimaksudkan sebagai bentuk pengakuan masyarakat terhadap karya
kreatif yang dihasilkan oleh pemilik karya tersebut. Oleh karena itu, selain
pemegang hak cipta tidak dapat mengubah seluruh atau sebagian isi karya berhak
cipta yang dimilikinya. Perubahan dapat dilakukan pada ciptaan dengan izin dari
pemilik hak cipta atau ahli warisnya. Suatu bentuk tanggung jawab bagi
pengguna aplikasi TikTok yang melakukan pelanggaran hak cipta yaitu tanggung
jawab atas hak ekonomi dan moral.
Ada dua (2) Upaya perlindungan hukum yang dilakukan negara yaitu berupa
upaya preventif dan upaya represif:
1. Upaya Preventif adalah upaya untuk meminimalisir penggunaan lagu-lagu
yang telah dikomersialkan oleh pengguna layanan aplikasi Tiktok dengan
sebagian konten lagu dihapus atau diubah. Tujuan dari upaya ini adalah untuk
mencegah perselisihan sampai ke pengadilan. Adanya perlindungan hukum
preventif dapat menyebabkan pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan.

3
“Penggunaan Hak Cipta Lagu Tanpa Ijin Dalam Platform Tiktok Berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014” 2, no. 1 (2024): 327–34.
2. Upaya Represif adalah tindakan yang dilakukan oleh pencipta atau pemegang
hak cipta terhadap suatu ciptaan yang digunakan oleh pihak ketiga tanpa
persetujuan pencipta. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pembajakan adalah dengan menggunakan perangkat hukum, berupa hukum
perdata dan hukum pidana, yang saling melengkapi dalam pengambilan
keputusan. Bentuk gugatan perdata didasarkan pada penerapan Pasal 1365
KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perbuatan melawan hukum yang
menimbulkan kerugian pada orang lain wajib mengganti kerugian orang yang
menimbulkan kerugian itu. Selain itu, dari segi hukum pidana, dilakukan
upaya penyelesaian terhadap perkara pelanggaran terhadap karya musik yang
dilindungi hak cipta, dengan hak sederhana (banding dan pencabutan) dan hak
khusus apabila terjadi kesalahan. Adanya upaya hukum (peninjauan Kembali
dan manfaat hukum) yang diakui di dalam keputusan pengadilan yang
dirasakan oleh salah satu pihak.
Dalam praktiknya, masalah yang umum terjadi adalah pengguna tidak memiliki
lisensi atas lagu yang digunakan dalam video TikTok. Oleh karena itu, izinnya bisa
diserahkan kepada Lembaga Manajemen Kolektif (LKM). Beberapa LMK berwenang
memungut dan menyalurkan royalti hak cipta atas berbagai jenis karya musik dan
komposisi, dengan izin dari pencipta, pemegang hak cipta, atau pemegang hak terkait
yang ada. LMK yang paling terkenal adalah Yayasan . Karya Cipta Indonesia (KCI)
dan Wahana Musik Indonesia (WAMI). Aturan yang berlaku saat ini berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta
Lagu atau Musik, yang tidak secara khusus mengatur tentang karya berhak cipta
digital, namun tetap diatur mengenai Pengumpulan dan Pendistribusiannya. Oleh
karena itu diharapkan kedepannya kita dapat meningkatkan pengelolaan karya cipta
digital sehingga kita dapat mengelola royalti dari platform musik digital yang
sebelumnya tidak membayar royalti.
Pada Pasal 43(d) Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa konten berhak
cipta yang dibuat dan didistribusikan di media teknologi informasi dan komunikasi
bukan merupakan suatu bentuk pelanggaran jika tidak bersifat komersial atau
menguntungkan. Jika terjadi kerusakan akibat pelanggaran, pencipta, pemegang hak
cipta, atau pemegang hak terkait berhak mengajukan gugatan dan menerima ganti
rugi. Diatur kebijakan dalam Pasal 1365 KUHper yang menyatakan bahwa setiap
perbuatan melanggar hukum yang merugikan pihak lain, maka orang yang melakukan
pelanggaran tersebut wajib ganti kerugian. Jangka waktu pemberian ganti rugi kepada
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau Pemilik Hak Terkait dibayarkan paling lama
enam bulan setelah keputusan pengadilan.4 Kompensasi bagi penulis, pemegang hak
cipta atau pemegang hak terkait harus dibayar dalam waktu enam bulan sejak
keputusan pengadilan. Selanjutnya sebagaimana diatur dalam Pasal 99 Ayat 3
Undang-Undang Hak Cipta, apabila pencipta, pemegang hak cipta,merasa tidak
nyaman karena pelanggaran hak cipta, maka pencipta harus meminta keputusan
pemerintah atau disposisi. Keputusan Pengadilan Niaga atas permohonan penyitaan
suatu ciptaan berhak cipta yang dilakukan dengan cara penyalinan untuk
memperolehnya atas dasar pelanggaran hak-hak yang terkait.
Upaya hukum perdata dan pidana tidak hanya merupakan bentuk penyelesaian
sengketa melalui jalur hukum, mekanisme penyelesaian sengketa lainnya juga
terdapat dalam bentuk penyelesaian sengketa alternatif dan arbitrase. Hal ini diatur
dalam Pasal 95 Undang-Undang Hak Cipta, yang menjelaskan alternatif penyelesaian
sengketa, arbitrase, atau metode yang dapat digunakan pengadilan untuk
menyelesaikan sengketa hak cipta. Penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga.
Pengadilan niaga hanya berwenang menyelesaikan sengketa dan tidak dapat
mengambil alih. Dua jenis sanksi yang dapat dijatuhkan sehubungan dengan
permasalahan umum yaitu: sanksi perdata dan sanksi pidana.
Upaya hukum pidana dan perdata mungkin dianggap cukup untuk menyelesaikan
pelanggaran hak cipta. Memastikan perlindungan hak cipta di media Internet masih
sulit dilakukan, karena saat ini belum ada metode yang benar-benar aman dari
pelanggaran hak cipta. Perlindungan terhadap hak cipta lagu di Internet dapat
dilakukan melalui jalur hukum: hukum administrasi negara dengan pencatatan dan
pengawasan, hukum pidana, hukum perdata, dan penegakan peraturan dengan
alternatif penyelesaiannya. Penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta dari sisi litigasi
pidana dan perdata dinilai sangat efektif. Hal ini karena litigasi perdata fokus pada
proses kompensasi, sedangkan litigasi fokus pada litigasi.

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Cipta

4
“Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu Atas Perubahan Lirik Tanpa Izin Pemegang Hak Cipta
Di Aplikasi Tiktok.”
Pemerintah dan masyarakat hendaknya memahami dan mendidik diri mereka
sendiri mengenai ketentuan-ketentuan UU Hak Cipta agar tidak dihakimi atau
dihukum karena melakukan pelanggaran terhadap undang-undang, khususnya UU
Hak Cipta, baik disadari maupun tidak. Beberapa penyebab pelanggaran hak cipta
antara lain:
1. Faktor ekonomi.
Faktor ekonomi antara lain pembajakan, khususnya pembajakan karya film,
yang terjadi karena kurangnya apresiasi terhadap pemenuhan kebutuhan
sehari-hari karena latar belakang sosial ekonomi. Situasi ini menyebabkan
ketimpangan kebutuhan bersama. Faktor sosial ekonomi menjadi salah satu
penyebab utama terjadinya pembajakan, khususnya pembajakan. Meski ilegal,
namun ini merupakan keuntungan yang dapat digunakan oleh pembuat konten
di aplikasi Tiktok tanpa sepengetahuan pembuat karyanya. Oleh karena itu,
ini digunakan sebagai cara cepat untuk mendapatkan keuntungan.
2. Faktor budaya.
Faktor budaya, karena masyarakat Indonesia masih memilih membeli produk
KW dengan tidak memperhatikan kualitas produk dan hanya menilai harga
yang murah. Dampak pelanggaran hak cipta bermacam-macam. Dalam hal
ini, pelaku menganggap pelanggaran hak cipta tersebut ringan dan
mengabaikan ketentuan hukum serta mengulangi pelanggaran tersebut.
Meningkatnya pelanggaran hak cipta memerlukan pengakuan yang tajam akan
pentingnya ranah hukum hak cipta. Apabila pelaku menjiplak karya orang
lain untuk kepentingan pribadi atau melakukan pelanggaran lainnya. Hal ini
jelas diatur dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta (UUHC)
“Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang
melakukan penggandaan atau penggunaan secara komersial ciptaan”.
3. Faktor teknis/teknologi
Mengingat perkembangan teknologi saat ini, dampak pelanggaran hak cipta
dalam proses produksi karya film dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Terlebih lagi, kemajuan teknologi yang ada semakin memudahkan kita untuk
menjiplak karya orang lain. Hal ini memungkinkan teknologi memfasilitasi
pelanggaran hak cipta lainnya, menjadikannya lebih umum, seperti mengatur
lagu dalam fitur TikTok untuk digunakan sebagai konten atau latar belakang
media sosial lainnya.
4. Faktor Penegakan Hukum.
Akibat lemahnya penegakan hukum dan sanksi terhadap pelanggar hak cipta,
pembajakan masih terus terjadi dan semakin banyak orang yang
melanggarnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pencegahan terhadap pelanggar
dan pelanggaran hak cipta orang lain masih dianggap hal sepele. Karena hak
cipta merupakan kejahatan yang bersifat aduan, maka tidaklah optimal untuk
menghapus situs web ilegal. Artinya penegak hukum tidak bisa menghapus
pemilik situs ilegal.
5. Faktor pendidikan.
Pengetahuan masyarakat mengenai hukum yang berlaku, khususnya hukum
hak cipta, masih sedikit. Memungkinkan Anda melanggar karya orang lain
tanpa izin. Oleh karena itu, aparat penegak hukum dan masyarakat perlu
memahami dan mendidik diri mereka sendiri tentang hukum, khususnya
hukum hak cipta. Karena kurangnya pengetahuan tentang hak cipta,
masyarakat tidak menyadari pentingnya perlindungan hak cipta dalam
kebudayaan, kreativitas, dan pembangunan ekonomi.
6. Faktor pengangguran (employment).
Faktor ini disebabkan oleh pertambahan penduduk dengan kesempatan kerja
yang sangat terbatas sehingga mengakibatkan pengangguran meningkat
sedangkan masyarakat harus memenuhi kebutuhan hidup. Pelanggaran hak
cipta yang dilakukan dengan tujuan mengkomersialkan karya cipta orang lain
tanpa izin dan mencari keuntungan sangat menjanjikan dan juga cepat
menghasilkan uang.
7. Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar pelaku dan
menjadi latar belakang terjadinya pelanggaran hak cipta. Sebab, lingkungan
dapat memudahkan terjadinya kejahatan. Lingkungan sosial menjadi sudut
pandang penting dalam memberikan contoh. lingkungan ekonomi. dan
lingkungan sosial yang beragam. Faktor lingkungan dalam pelanggaran hak
cipta mengacu pada kenyataan bahwa dalam bentuk pelanggaran seperti
pelanggaran hak cipta, penataan ulang lagu, penjualan tidak sah, dan lain-lain,
pelaku membuat penilaian dari sudut pandang keuntungan atau popularitas
dan secara psikologis dipengaruhi untuk melakukan kejahatan.
Berdasarkan berbagai faktor yang disebutkan di atas mengenai pelanggaran hak
cipta, dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya minat dan kesadaran masyarakat
terhadap pelanggaran hak cipta, khususnya reproduksi karya berhak cipta tanpa izin
dan pelanggaran lainnya. Upaya maksimal untuk memerangi pembajakan masih
kurang. Oleh karena itu, diperlukan tindakan tegas dari penegak hukum untuk
memberikan efek jera kepada pelanggar hak cipta dan mencegah hal serupa terjadi
lagi. Harapan lainnya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang hukum
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hak cipta.5

5
“Penggunaan Hak Cipta Lagu Tanpa Ijin Dalam Platform Tiktok Berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014.”
KESIMPULAN

Berdasarkan kesimpulan di atas permasalahan hukum secara umum, lagu-lagu


yang digunakan dan dimasukkan ke dalam konten video TikTok tidak memiliki izin
resmi dari pencipta/penulis lagu aslinya. Kurangnya pemahaman juga mengenai
perubahan isi lagu aslinya, seperti memperpendek durasi lagu atau menambahkan
efek suara. Oleh karena itu, selain pemegang hak cipta tidak dapat mengubah seluruh
atau sebagian isi karya berhak cipta yang dimilikinya. Perubahan dapat dilakukan
pada ciptaan dengan izin dari pemilik hak cipta atau ahli warisnya. Beberapa
penyebab pelanggaran hak cipta antara lain: Faktor ekonomi. Faktor budaya. Faktor
teknis. Faktor Penegakan Hukum. Faktor pendidikan. Faktor pengangguran
(employment) dan faktor lingkungan.
Suatu bentuk tanggung jawab bagi pengguna aplikasi TikTok yang melakukan
pelanggaran hak cipta yaitu tanggung jawab atas hak ekonomi dan moral.
Perlindungan hukum yang dilakukan negara berupa upaya preventif dan represif.
Aturan yang berlaku saat ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021
tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu atau Musik, yang tidak secara khusus
mengatur tentang karya berhak cipta digital, namun tetap diatur mengenai
Pengumpulan dan Pendistribusiannya. Oleh karena itu, kedepannya diharapkan dapat
meningkatkan pengelolaan karya cipta digital sehingga dapat mengelola royalti dari
platform musik digital yang sebelumnya tidak membayar royalti. Upaya hukum
perdata dan pidana tidak hanya berupa penyelesaian sengketa secara peradilan saja,
namun terdapat juga pilihan penyelesaian sengketa lainnya seperti alternatif
penyelesaian sengketa dan arbitrase. Hal ini diatur dalam Pasal 95 Undang-Undang
Hak Cipta yang menyatakan bahwa alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, dan
litigasi merupakan metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa hak
cipta. Perlindungan terhadap hak cipta lagu di Internet dapat dilakukan melalui jalur
hukum: hukum administrasi negara dengan pencatatan dan pengawasan, hukum
pidana, hukum perdata, dan penegakan peraturan dengan alternatif penyelesaiannya.
Penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta dari sisi litigasi pidana dan perdata dinilai
sangat efektif. Sebab, meskipun gugatan perdata menekankan pada prosedur ganti
rugi, sedangkan gugatan pidana bertujuan untuk memberikan efek jera dengan
memberikan hukuman penjara kepada pelakunya.
Berdasarkan penjalasan ini kami akan memberikan saran untuk menghindari
pelanggaran terkait perlindungan hukum atas karya di platform digital TikTok dan
ketika melakukan perubahan, seperti memperpendek durasi lagu atau menambahkan
efek suara pada lagu. Lagu aslinya telah mengubah konten versinya. Upaya maksimal
untuk memerangi pembajakan masih kurang. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
tegas dari penegak hukum untuk memberikan efek jera kepada pelanggar hak cipta
dan mencegah hal serupa terjadi lagi. Harapan lainnya adalah memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang hukum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya hak cipta. Oleh karena itu, sebelum mengunggah konten, perlu untuk
meningkatkan kesadaran pengguna, terutama untuk memahami ketentuan peraturan
perundang-undangan hak cipta, dan dalam membuat konten, untuk lebih berhati-hati
terhadap lagu dan musik yang digunakan sebagai musik latar dalam video perlu
berbayar.
DAFTAR PUSTAKA

Angela, Silvia, Moody Rizqy, Syailendra Putra, Universitas Tarumanagara, Kota Jakarta
Barat, and Provinsi D K I Jakarta. “Penggunaan Hak Cipta Lagu Tanpa Ijin Dalam
Platform Tiktok Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014” 2, no. 1 (2024):
327–34.

Hasnadiba, Daria. “Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu Atas Perubahan Lirik
Tanpa Izin Pemegang Hak Cipta Di Aplikasi Tiktok,” 2020.

Anda mungkin juga menyukai