Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN REKAYASA IDE

HUKUM BISNIS
“PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
PELANGGARAN HAK CIPTA”

Dosen Pengampu : Munajat Syamsuddin, S.E., M. Si

OLEH KELOMPOK 8

FEBY CAHAYA HASIBUAN 7203144031


GRACE HAPPILY SARAGIH 7203344021
IWAN GAYO RIKIT 7193344019
PUTRI NAPITUPULU 7203144001

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2022KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Sehingga,
kami mampu menyelesaikan RI Hukum Bisnis yang merupakan salah satu tugas dalam
mengikuti perkuliahan di semester empat ini. RI ini kami buat dalam hal pemenuhan tugas mata
kuliah yang berjudul Hukum Bisnis.
Kami tahu bahwa RI ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran serta review dari dosen pengampu
kami yakni bapakBELUM . Kami berharap RI ini memiliki manfaat bagi para pembaca nantinya.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Medan, April 2022

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang
lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art
and literary) yang di dalamnya mencakup pula program komputer. Perkembangan ekonomi
kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya
teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak
Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional.
DenganUndang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan dan pengembangan
ekonomi kreatif ini maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi
perekonomian negara dapat lebih optimal. Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2014 Tetnag Hak
Cipta menjelaskan tentang hak cipta: “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Hak cipta merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang memiliki dua hak yakni
hak moral dan hak ekonomi.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang timbul secara otomatis setelah ciptaan selesai
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.2 Buku
merupakan salah satu jenis ciptaan yang dilindungi hak cipta (Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta). Fair use/fair dealing, pada umumnya diterapkan oleh
banyak negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan, tetapi tidak dikualifikasikan sebagai
pelanggaran hak cipta. Negara Indonesia lebih lazim dengan menggunakan Fair use/fair dealing
dengan istilah Pembatasan hak cipta. Berdasarkan pada ketentuan UU Hak Cipta tersebut pada
BAB VI Pembatasan Hak Cipta (Fair Use/Fair Dealing).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan mengenai hak cipta yang sering terjadi saat ini?
2. Apasakah solusi serta penyelesaian masalah pelanggaran yang dapat menekan
pelanggaran hak cipta?
3. Bagaimana hukum yang mengatur mengenai pelanggaran hak cipta?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Umum Hak Cipta

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang
lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art
and literary) yang di dalamnya mencakup pula program komputer. Perkembangan ekonomi
kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya
teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak
Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan
Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan dan pengembangan ekonomi
kreatif ini maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian
negara dapat lebih optimal.

B. Undang-Undang Hak Cipta


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah satu variabel
dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta ini, mengingat teknologi informasi dan komunikasi di
satu sisi memiliki peran strategis dalam pengembangan Hak Cipta, tetapi di sisi lain juga menjadi
alat untuk pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan,
agar fungsi positif dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat diminimalkan.
Sejak UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 7 tahun 1987 tentang
Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 12 tahun 1987 tentang Perubahan
UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7
tahun 1987 tentang Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, kemudian dicabut dan
diubah dengan UU Nomor 19 tahun 1982 tentang Hak Cipta, dan terakhir hingga saat sekarang
ini adalah UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta secara umum mengatur tentang:
a. Pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan
aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang
tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah
Pencipta meninggal dunia.
b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau Pemilik Hak
Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).
c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan dan/atau
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat perbelanjaan yang
dikelolanya.
e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan, apabila
Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan
dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga
Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau Royalti.
h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau
produk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.
i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi
Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada
Menteri.
j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
C. Pelanggaran hak cipta
Pelanggaran hak cipta (dikenal dengan istilah pembajakan) adalah penggunaan suatu
materi yang masih dilindungi hak cipta tanpa seizin pencipta atau pemegang haknya, dalam hal
ini melanggar hak eksklusif tertentu yang diberikan kepada pemegang hak cipta seperti
menggandakan, mereproduksi, mendistribusikan, menampilkan atau memamerkan ciptaan, atau
membuat ciptaan turunan. Kerap sekali pelanggaran hak cipta terjadi, seperti:
1. Hak Cipta Buku
Untuk contoh hak cipta buku ini kerap terjadi pada siswa ataupun mahasiswa. Beberapa
dari mereka ada yang tahu bahwa yang dilakukan adalah pelanggaran, dan beberapa lainnya
tidak, seperti memfotocopy buku materi tanpa seijin penulis.
Memfotocopy materi pelajaran memang sering terjadi. Alih-alih untuk mendapatkan sebuah
materi dengan harga terjangkau, hal itu justru merugikan pihak yang sudah mengorbankan waktu
untuk riset dan membuatnya. Salah satu kasus yang bisa kita ambil contoh adalah apa yang
menimpa Romy pada tahun 2014, dilansir dari detik.com, seorang sarjana komputer yang tinggal
di Semarang dan bernama Romy ditangkap polisi akibat pelanggaran hak cipta, yaitu mencetak
ulang dan mengedarkan buku palsu tanpa seizin penulis.

2. Hak Cipta Lagu


Lagu juga termasuk jenis hak cipta yang paling sering terjadi pelanggaran. Untuk kasus
contoh hak cipta lagu biasanya adalah menyanyikan atau menggunakan karya orang lain dengan
tujuan komersil, baik di platform digital seperti youtube atau konser, yang dilakukan tanpa
seizin. Beberapa artis juga pernah terganjal masalah seperti ini, seperti kasus Eny Sagita yang
menyanyikan lagu Oplozan tanpa seizin pencipta, Erie Suzan yang juga mengalami hal yang
sama karena mengubah lagu anak-anak menjadi dangdut, dan masih banyak lagi lainnya.
Contoh kasus lain adalah polemik tentang pekemilikan lagu Tinggal Kenangan yang akhirnya
dimenangkan oleh Band Caramel Surabaya.

3. Hak Cipta Novel


Tidak jauh berbeda dengan beberapa permasalahan yang sudah terjadi, contoh hak cipta
novel yang sering terjadi adalah terkait pembajakan. Salah satu novelis yang pernah
mengeluhkan tentang pelanggaran hak cipta ini adalah Andrea Hirata dengan novelnya ‘Laskar
Pelangi’. Andrea pernah mengeluhkan tentang banyaknya pembajakan Laskar Pelangi, bahkan
jumlahnya sebanyak 4 kali lipat. Beliau juga pernah ditawari bukunya sendiri versi bajakan,
sampai diminta tanda tangan pada novel bajakan.

4. Hak Cipta Konten Newsletter Dan Podcast


Dalam pertanyaan Anda di atas disebutkan mengenai dua jenis ciptaan, yaitu newsletter
dan konten podcast. Newsletter termasuk dalam jenis ciptaan karya tulis. Di sisi lain, menyadur
berita untuk menjadi konten newsletter pada dasarnya tidak dilarang oleh UUHC, dengan syarat
tertentu. Sedangkan konten podcast yang berupa rekaman suara interview, musik/lagu, ceramah,
dan lain-lain. Dengan demikian, konten podcast masuk ke dalam jenis ciptaan yang variatif,
tergantung hasil karya yang diwujudkan dalam bentuk nyata dan direkam. Misalnya jenis ciptaan
ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya, atau jenis ciptaan lagu dan/atau musik
dengan atau tanpa teks. Bisa juga jenis ciptaan berupa karya adaptasi, yaitu mengalihwujudkan
suatu ciptaan menjadi bentuk lain. Bagian yang menarik dari jenis ciptaan yang menjadi konten
podcast ini adalah apabila konten atau karya yang diwujudkan dalam bentuk nyata tersebut
merupakan gabungan dari karya yang dihasilkan sendiri oleh podcaster dan karya milik orang
lain yang dilindungi hak cipta.

D. Solusi penyelesaian pelanggaran hak cipta


Dengan banyaknya karya yang dihasilkan, tidak dipungkiri akan ada banyak pelanggaran
hak cipta yang dilakukan. Maka berikut ini cara mengatasi pelanggaran hak cipta, antara lain:

a. Membangun budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang lain.


Hal yang paling sederhana untuk mengatasi pelanggaran hak cipta adalah membangun
budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang ain. Dengan adanya sikap menghargai
dari masyarakat terhadapa hasil karya seseorang. Masyarakat tidak akan melanggara hak cipta
karena mereka sudah memiliki kesadaran untuk menghargai hasil karya orang lain. Dengan cara
tidak mencopi, membajak, atau memperjual belikan karya tersebut secara ilegal. Ketika
masyarakat yang merupakan pengguna terbesar suatu hasil karya, sudah sadar akan sikapnya,
maka pelanggaran Hak cipta bisa diatasi.
Contoh kasus : Masyarakat tidak mencopy aplikasi dan SO yang tidak open source.
Masyarakat seharusnya menggunakan Sistem Operasi yang open soure jika tidak bisa membeli
yang lisence. Menggunakan linux yang bersifat open source jika tidak mampu membeli windows
yang berlisence, jika hal itu terjadi maka masyarakat sudah memiliki sifat menghargai hasil
karya orang lain.

b. Pemerintah, baik instansi-instansi terkait, jajaran penegak hukum


Segenap lapisan masyarakat hendaknya sepakat untuk secara bersama-sama memerangi
pembajakan terhadap karya-karya intelektual. Pemerintah merupakan organisasi tertinggi yang
memiliki kewenangan untuk mengatur masyarakat dari level bawah hingga level atas
masyarakat. Pemerintah juga dapat menjadi contoh terhadapa perilaku baik untuk secara
bersama-sama memerangi pembajakan, dengan tidak memberikan mudahnya izin
memperbanyak hasil karya orang lain dengan tidak mencantumkan nama pihak yang
menghasilkan karya tersebut. Pemerintah mampu memberikan contoh kepada masyarakat dengan
menggalakkan produk open source jika belum mampu membeli yang berlisence berbayar.
Apabila dari tingkatan organisasi tertinggi (pemerintah, institut-institut, serta jajaran penegak
hukum) memiliki kesadaran tidak membajak hasil karya orang lain, maka dapat menjadi contoh
kepada masyarakat untuk tidak membajak karya orang lain yang berakibat mampu
meminimalisir pelanggaran Hak Cipta di bidang IT.
Contoh kasus : Beberapa institusi pemerintah sudah memakai Opensource untuk Sistem
Operasinya, hal ini dapat dibuktikan bahwa “ Indonesia, Go Open Source! disingkat IGOS
adalah sebuah semangat gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan pengembangan perangkat
lunak sumber terbuka di Indonesia. IGOS dideklarasikan pada 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian
yaitu Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informatika,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Departemen Pendidikan Nasional. Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI
(akademisi, sektor bisnis, instansi pemerintah dan masyarakat) yang dimulai dengan program
untuk menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di lingkungan instansi pemerintah.
Diharapkan dengan langkah ini dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat untuk menggunakan
perangkat lunak legal”.
c. Menggunakan program yang memiliki lisensi Open Source.
Lisensi Open Source adalah lisensi di mana setiap orang yang menggunakan perangkat
lunak diperbolehkan membuat salinan tak terbatas, menjual atau bahkan memberikan program
komputer secara bebas tanpa ada kewajiban membayar kepada siapapun. Dengan menggunakan
program dan Sistem Operasi yang memiliki lisense Open Source maka dapat meminimalisir
adanya pelanggaran Hak Cipta yang ada. Ketersediaan SourceCode dalam program dengan
lisensi ini mejadi syarat utama untuk dilakukan modifikasi dan perbaikan program.
Contoh kasus : Menggunakan perangkat lunak open source adalah salah satu cara bagi
banyak perusahaan untuk meraih keuntungan maksimal. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan
contoh menarik perusahaan yang memerlukan sistem TI yang canggih dengan TCO, biaya total
kepemilikan, yang rendah. BEI adalah bursa kelas dunia dengan 440 perusahaan terdaftar dan
kapitalisasi pasar sejumlah Rp 3,537 milyar per bulan Desember 2011. BEI dijalankan dengan
sistem Red Hat Enterprise Linux, sebuah platform open source dari Red Hat, provider solusi
open source terkemuka. Ada dua faktor utama yang menjadi pertimbangan BEI untuk pindah ke
platform Linux, yaitu: nilai dan fungsi.

d. Dibuatnya undang-undang oleh pemerintah tentang hak cipta


Undang-undang tentang hak cipta yang berisi pada pasal 1 ayat 1- 4 adalah:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
3. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
Dengan adanya pembuatan undang-undang tentang hak cipta diharap dapat mengatasi
pelanggaran hak cipta, karena peraturan yang mengatur hak cipta sudah ada pada isi undang-
undang tentang hak cipta, apa bila ada yang melanggar Undang-undang hak cipta tersebut akan
ada sangsi yang menjerat pelaku. Sehingga ada efek jera yang didapat karena denda beserta
hukum pidana akan menjeratnya.

e. Dibentuknya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI


Oleh pemerintah yang bertugas merumuskan kebijakan nasional penanggulangan
pelanggaran HKI, menetapkan langkah-langkah nasional dalam menanggulangi pelanggaran
HKI, serta melakukan koordinasi sosialisasi dan pendidikan di bidang HKI guna penanggulangan
pelanggaran HKI. Dengan adanya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI yang
dibentuk oleh pemerintah di harapkan mampu membantu kinerja pemerintah untuk melindungi
hasil karya dari warga negaranya. Meminimalisir pelanggaran Hak Cipta berupa pembajakan
karya, mengklaim karya orang lain, dan lain-lain. Melalui tim ini, pemerintah juga mudah
mengawasi warga negaranya untuk hasil karya yang ada.

f. Mendandaftarkan hasil karya pribadi agar dilindungi oleh undang-undang HKI.


Dengan mendaftarkan hasil karya peribadi diharapkan mampu meminimalisir
pelanggaran HKI karena dari diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk melindungi karya yang
sudah tercipta. Contoh kasus : Rudi seorang mahasiswa teknik informatika yang suka dengan
pembuatan program.
PELANGGARAN HAK CIPTA dapat dikenakan hukuman sesuai dengan pasal 72 Undang-
undang :
(1)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2)Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada


umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(5)Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(6)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
(7)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).

(8)Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).

(9)Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketentuan undang-undang hak cipta telah memberikan perlindungan hukum, baik
secara preventif dan secara represif yaitu dengan pemberian sanksi pidana bagi pelanggaran
terhadap hak ekonomi pemilik hak terkait sebagaimana diatur dalam UU Hak Cipta sehingga
dapat dikatakan bahwa secara preventif ketentuan undang-undang hak cipta telah memadai akan
tetapi secara represif terkendala dikarenakan adanya asas teritorial. Penegakan hukum oleh
pemerintah dapat dilakukan namun harus ada bukti apakah penuntut adalah sesama anggota
dalam perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral, jika terdapat bukti bahwa yang menuntut
adalah anggota/pihak dalam perjanjian internasional yang sama dengan indonesia maka negara
dapat menuntut untuk dilakukan penegakan hukum namun penegakan hukum baru dapat
dilakukan oleh Indonesia 45 apabila terdapat pengaduan dari Inggris (SkySports) karena delik
yang dianut oleh undang-undang hak cipta adalah delik aduan sehingga tanpa diadakannya aduan
Indonesia tidak bisa melakukan penegakan hukum sehingga dapat dikatakan bahwa inggris
sebagai negara pihak maka jika SkySports akan melakukan penuntutan secara represif,
pengaduannya akan diproses oleh indonesia.

B. Saran
Kesadaran hukum untuk melindungi dan tidak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum untuk memperkaya diri/mengambil keuntungan dari hasil karya orang lain perlu
ditingkatkan sehingga memunculkan rasa menghargai ciptaan dan produk hak terkait Sebaiknya
bagi pemilik hak terkait supaya segera mencatatkan produk hak terkait yang bernilai komersial
agar apabila dikemudian hari terjadi permasalahan hukum dapat dijadikan sebagai alat bukti
awal.
Daftar Pustaka

https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda/Hukum
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191111/12/1169073/kesadaran-pelaku-ekonomi-kreatif-soal-
hak-cipta-perlu-ditingkatkan
Budi Agus Riswandi, 2009, Hak Cipta di Internet (Aspek Hukum dan Permasalahannya di
Indonesia), FH UII Press, Yogyakarta.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-28-2014-hak-cipta#:~:text=Hak%20Cipta%20dalam
%20Undang%2DUndang,dengan%20ketentuan%20peraturan%20perundang%2Dundangan.
https://www.neliti.com/id/publications/3445/penyelesaian-sengketa-akibat-terjadinya-
pelanggaran-hak-cipta-di-pengadilan-niag

Anda mungkin juga menyukai