Anda di halaman 1dari 26

HAK CIPTA (COPYRIGHT)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS TAMBAHAN MATA KULIAH
Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis
yang dibina oleh Bapak Mardono

Oleh:
A. Jeffry Herdiantyo (130431611280)
Cornelia Sukma S (130431605463)
Reza Primayandi (130431615928)
Rifqi Sholahuddin (130431611257)
Yeni Indria Ningsih (130431611270)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Oktober 2014
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................1
BAB I.............................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................4
BAB II............................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................5
2.1 PENGATURAN HAK CIPTA....................................................5
2.1.1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982....................................5
2.1.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987....................................5
2.1.3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997..................................5
2.1.4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002..................................7
2.2 SIFAT HUKUM HAK CIPTA....................................................7
2.2.1 Benda Bergerak Imateriil....................................................7
2.2.2 Hak Cipta Dapat Dibagi......................................................7
2.2.3 Tidak Dapat Disita.............................................................8
2.3 PENCIPTA DAN CIPTAAN......................................................8
2.3.1 Pencipta, Pemegang Hak Cipta.............................................8
2.3.2 Ciptaan yang Dilindungi...................................................10
2.3.3 Pendaftaran Ciptaan.........................................................13
2.4 HAK CIPTA ATAS CIPTAAN.................................................15
2.4.1 Hak Cipta (Copyright)......................................................15
2.4.2 Hak Ekonomi dan Hak Moral.............................................16
2.4.3 Tidak Dilindungi Hak Cipta...............................................17
2.4.4 Pengalihan Hak Cipta.......................................................17
2.5 Pelanggaran Hak Cipta...........................................................18
2.5.1 Jenis Pelanggaran Hak Cipta..............................................18
2.5.2 Sanksi Pidana Pelanggar Hak Cipta......................................21
2.5.3 Gugatan Perdata Pelanggaran Hak Cipta...............................23

1
BAB III.........................................................................................25
Penutup.........................................................................................25
3.1 Kesimpulan.........................................................................25
DAFTAR RUJUKAN........................................................................26

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak cipta adalah hak ekslusif atau hak yang hanya di miliki oleh si
pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau
hasil oleh gagasan atau informasi tertentu. Di indonesia masalah hak cipta diatur
dalam Undang-undang hak cipta yaitu yang berlaku pada saat ini undang-undang
no 19 tahun 2002. Meskipun telah mempunyai Undang-undang No. 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta (beberapa kali direvisi) dan pemberlakuannya tentang hak
cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003, namun pada kenyataannya
pelanggaran hak cipta masih saja terjadi bahkan cenderung kearah yang semakin
memprihatinkan. Peringkat pembajakan di Indonesia, khususnya pembajakan hak
cipta, menempati urutan ketiga terbesar didunia. Hal ini tentunya sangat
mengkhawatirkan, mengingat Bangsa Indonesia adalah salah satu penandatangan
2 2
perjanjian TRIPs . Perjanjian TRIPs yaitu perjanjian hak-hak milik

intelektual berkaitan dengan perdangangan dalam Badan Perdagangan


Internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, maraknya pembajakan atas hak
cipta ini, Indonesia tentu akan dihadapkan pada berbagai masalah.Untuk itu,
diperlukan berbagai upaya untuk memerangi pembajakan hak cipta mulai dari
upaya dalam penegakan hukum, kesadaran masyarakat terhadap hak cipta itu
sendiri hingga keadaan ekonomi bangsa yang secara tidak langsung turut
menyumbang bagi terjadinya pelanggaran tersebut.
Makalah ini membahas berbagai hal mengenai hak cipta, mulai dari
pengaturan hak cipta, sifat hukum hak cipta, pencipta dan ciptaan, hak cipta atas
ciptaan hingga pelanggaran hak cipta. Penulisan makalah bertujuan memberi
pengetahuan kepada pembacanya guna turut serta berupaya memerangi berbagai
macam masalah pelanggaran tentang hak cipta.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan hak cipta di Indonesia ?
2. Bagaimana sifat hukum dari hak cipta tersebut ?
3. Apa yang dimaksud dengan pencipta dan ciptaan ?
4. Bagaimana hak cipta atas ciptaan tersebut ?
5. Bagaimana penjelasan mengenai pelanggaran hak cipta ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGATURAN HAK CIPTA
2.1.1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
Hak cipta timbul dari hasil hasil karya budaya dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra. Dalam negara yang sedang membangun seperti
Indonesia, selalu ada kecenderungan orang tidak hanya ingin mencipta, tetapi juga
meniru dan menguasai ciptaan orang lain berupa pelanggaran hak cipta.
Pelanggaran hak cipta adalah perbuatan meniru orang lain. Apabila dilakukan
terus-menerus dan dalam jumlah yang makin meningkat, akan menimbulkan
akibat negative terhadap laju pembangunan di bidang hak kekayaan intelektual.
Oleh karena itu, hak cipta perlu dilindungi oleh undang-undang.
Untuk melindungi hak cipta, maka pada tanggal 12 April 1982 melalui
Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 15, pemerintah Republik Indonesia telah
mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Hak Cipta ini merupakan produk pembangunan hukum yang
bertujuan, antara lain, untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil karya bidang ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat
pertumbuhan kecerdasan bangsa.
2.1.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987
Pada tanggal 19 September 1987, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, yang
diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 42. Penyempurnaan
ini, antara lain, mengenai sifat pelanggaran hak cipta dari delik aduan diubah
menjadi delik biasa, ancaman pidana penjara diperberat dari maksimum tiga
tahun diubah menjadi maksimum tujuh tahun, ancaman pidana denda diperbesar
dari maksimum lima juta rupiah diubah menjadi maksimum seratus juta rupiah.
Ancaman hukuman inibukan hanya bersifat alternatif, melainkan juga bersifat
kumulatif.
2.1.3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
Pada tanggal 7 Mei 1997, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987
disempurnakan lagi untuk kedua kalinya melalui Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1997, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 29.

5
Dalam undang-undang ini, penyempurnaan mencakup ketentuan-ketentuan
mengenai :
a. Perlindungan terhadap ciptaan yang tidak diketahui penciptanya.
b. Pengecualian pelanggaran terhadap hak cipta.
c. Jangka waktu perlindungan ciptaan.
d. Hak dan wewenang menggugat, dan
e. Ketentuan mengenai penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Penambahan yang bersifat perubahan meliputi ketentuan mengenai :
a. Penyewaan ciptaan (rental rights) bagi pemegang hak cipta atas rekaman
video, film, dan program komputer.
b. Hak yang berkaitan dengan cipta (neighboring rights) yang meliputi
perlindungan bagi pelaku, produser rekaman suara dan lembaga penyiaran.
c. Pengaturan lisensi hak cipta.
Penyempurnaan kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
a. Pemberian perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual secara
efektif prlu lebih ditingkatkan dalam rangka mewujudkan iklim yang lebih
baik bagi tumbuh dan berkembangnya semangat mencipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dn sastra yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
b. Penerimaan dan keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan tentang Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) yang merupakam
bagian dari persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia
(WTO) sebagaimana telah disahkan dengan undang-undang, berlanjut
dengan melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan peraturan
perundang-undangan nasioanal di bidang hak kekayaan intelektual
termasuk hak cipta terhadap persetujuan internasional tersebut.
Penyempurnaan itu telah dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1997. Semua ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang masih
berlaku dan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 disatukan dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997.

2.1.4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002


Atas dasar Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tersebut, disusunlah
draft akhir penyempurnaan Undang-Undang Hak Cipta, yang kemudian

6
diundangkan pada tanggal 29 Juli 2002 menjadi Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta melalui Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85.
Dalam pasal 78 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, ditentukan bahwa :
Undang-Undang ini mulai berlaku dua belas bulan sejak tanggal
diundangkan.
Dalam Pasal 77 ditentukan pula bahwa :
Dengan berlakunya undang-undang ini (Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002), Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta,
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan
terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
dinyatakan tidak berlaku.
2.2 SIFAT HUKUM HAK CIPTA
2.2.1 Benda Bergerak Imateriil
Undang-Undang menganggap hak cipta sebagai benda bergerak imateriil
yang termasuk dalam kelompok hak kekayaan intelektual. Sebagai benda
bergerak, hak cipta dapat beralih atau dialihkan seluruh atau sebagian kerena
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan per-Undang-Undangan. Berdasarkan ketentuan ini
jelaslah bahwa hak cipta tidak dapat dialihkan secara lisan, tetapi harus tertulis
dengan akta otentik atau akta di bawah tangan.
Peralihan hak cipta pewarisan terjadi secara otomatis karena ketentuan
hukum waris. Jadi, tanpa memerlukan akta lebih dahulu sebab pewaris yang sudah
meninggal dunia tidak mungkin dapat membuat akta peralihan hak cipta. Akan
tetapi, pengalihan hak cipta cara lainnya harus dengan akta karena orang yang
mengalihkan hak cipta masih hidup.
2.2.2 Hak Cipta Dapat Dibagi
Hak cipta bersifat dapat dibagi (divisible). Sifat ini dapat diketahui dari
ketentuan yang menyatakan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan
tersebut, pengalihan hak cipta secara tertulis itu dapat meliputi pengumuman saja;
perbanyakan saja atau kedua-duanya, pengumuman dan perbanyakan ciptaan; atau

7
memberi izin untuk mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaan. Dengan
demikian, hak cipta dapat dialihkan sebagian demi sebagian, dengan kata lain
dapat dibagi. Namun ciptaan selalu bersifat tidak dapat dibagi (indivisible).
2.2.3 Tidak Dapat Disita
Walaupun hak cipta itu adalah benda bergerak, ia tidak dapat disita.
Alasannya adalah bahwa ciptaan bersifat pribadi dan menunggal dengan diri
pencipta. Apabila pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pemegang hak cipta
sebagai yang berwenang menguasai hak cipta, dengan hak cipta itu melakukan
pelanggaran hukum, atau menganggu ketertiban umum yang dapat dilarang oleh
hukum adalah perbuatan pemilik atau pemegang hak cipta yang menggunakan
haknya itu. Apabila larangan itu mengakibatkan penghukuman, penghukuman itu
tidak mengenai hak cipta, artinya hak cipta tidak dapat disita, dirampas, atau
dilenyapkan. Hal yang dapat disita, dirampas, atau dilenyapkan itu adalah
ciptaannya.
2.3 PENCIPTA DAN CIPTAAN
2.3.1 Pencipta, Pemegang Hak Cipta
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak
cipta, pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut diatas. Untuk mengetahui siapakah
pencipta atau pemegang hak cipta atas suatu ciptaan, Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 menentukan sebagai berikut:
jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan
oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang
memimpin serta mengawasi penyelesaian seulruh ciptaan itu, atau dalam hal
tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang
menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas
bagian ciptaannya itu.
Contoh untuk ini adalah himpunan makalah atau karya tulis dalam satu buku
(prosiding) oleh editor. Prosiding adalah ciptaan, sedangkan editor adalah
pencipta.

8
jika suatu ciptaan dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh
orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang
ciptaan itu.
Contoh untuk ini adalah laporan penelitian, penciptanya adalah pemimpin proyek
penelitian itu. Pada pembuatan film, penciptanya adalah prosedur film itu.
jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, pembuat itu adalah pencipta sedangkan pemegang
hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu
dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak pembuat sebagai pencipta apabila penggunaan ciptaan itu
diperluas sampai keluar hubungan dinas.
Pengertian hubungan dinas dalam menentukan ini adalah hubungan pegawai
negeri dengan instnsinya. Dalam hubungan ini yang dianggap sebagai pencipta
adalah pegawai negeri yang mengerjakan ciptaan itu, tetapi pemegang hak cipta
adalah instansi tempat pegawai negeri itu bekerja, kecuali jika diperjanjikan
bahwa pembuat adalah pemegang hak cipta. Walaupun instansi yang bersangkutan
adalah pemegang hak cipta, apabila penggunaan cipta itu diperluas keluar
hubungan dinas, penciptanya berhak juga mendapat hasil manfaat ekonomi berupa
royalti atau bagian keuntungan.
jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,
pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan
pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.
Pengerian hubungan kerja dalam ketentuan ini adalah hubungan karyawan
dengan pemberi kerja di lembaga atau perusahaan swasta. Jika suatu badan hukum
mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari padanya dengan tidak menyebut
seseorang sebagai penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai
penciptanya, keculai jika dibuktikan sebaliknya.
2.3.2 Ciptaan yang Dilindungi
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Perlindungan suatu ciptaan
timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata.
Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak
cipta. Namun demikian, baik pencipta maupun pemegang hak cipta yang
mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang dapat

9
dijadikan sebgai alat bukti awal di pangadilan apabila timbul sengketa di
kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
Dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, ciptaan
yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang meliputi karya:
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan (layout) karya
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis degan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain
dari hasil pengalihwujudan.

Dalam perlindungan di atas termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau
belum diumumkan, tetapi sudah merupakan satu bentuk kesatuan yang nyata,
yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu. Termasuk dalam bentuk ini
adalah sketsa atau manuskrip dan yang semacam itu. Dalam pelaksanaan
perkuliahan di perguruan tinggi, sketsa atau manuskrip banyak digunakan yang
sebenarnya merupakan ide baru dari seorang dosen, tetapi karena kesibukan
belum sempat dibuat dalam naskah jadi (final draft). Hal ini tentunya memerlukan
perlindungan karena tidak mustahil orang yang tidak jujur mengambil karya
tersebut dan diakui sebagai ciptaannya.
Ciptaan yang dilindungi oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 meliputi semua ciptaan dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta yang
dimiliki oleh:
a. Warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia.

10
b. Bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, bukan badan
hukum Indonesia yang untuk pertama kali diumumkan di Indonesia atau
diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu tiga puluh hari sejak
ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di luar Indonesia.
c. Bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan
badan hukum Indonesia, dengan ketentuan: negaranya mempunyai
perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dan hak-hak yang
berkaitan dengan hak cipta dengan negara Republik Indonesia.
d. Negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
dalam satu perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak
cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta.
a. Lama Waktu Perlindungan
Lama waktu perlindungan atas ciptaan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
kelompok pertama selama hidup hingga 50 tahun sesudah meninggal; kelompok
kedua 50 tahun sejak pertama kali diumumkan; dan kelompok ketiga 50 tahun
sejak pertama kali diterbitkan.
1. Selama hidup hingga 50 tahun sesudah meninggal
hak cipta yang termasuk kelompok ini adalah hak cipta atas ciptaan buku,
pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; drama atau drama musikal, tari,
koreografi; segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung, dan seni
pahat; seni batik; lagu atau musik dengan atau tanpa teks; arsitektur; ceramah,
kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain; alat peraga; peta; serta terjemahan,
tafsir, saduran, dan bunga rampai. Lama perlindungan selama hidup pencipta
dan terus berlangsung hingga lima puluh tahun setelah pencipta meninggal
dunia. Jika dimiliki dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup
pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga lima
puluh tahun sesudahnya.
2. Lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan
Hak cipta yang termasuk kelompok ini adalah hak cipta atas ciptaan program
komputer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalihwujudan,
berlaku selama lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. Jika hak cipta
atas perwajahan karya tulis dimiliki atau dipegang oleh satu badan hukum,
perlindungan hak cipta berlaku selama lima puluh tahun sejak pertama kali
diumumkan.
3. Lima puluh tahun sejak pertama kali diterbitkan

11
Hak cipta yang termasuk kelompok ini adalah hak cipta atas perwajahan karya
tulis milik perseorangan yang diterbitkan, berlaku selama lima puluh tahun
sejak pertama kali diterbitkan. Hak cipta yang dimiliki/dipegang oleh negara
berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 berlaku
selama lima puluh tahun sejak pertama kali diterbitkan.
b. Konvensi Internasional Perlindungan Hak Cipta
Posisi Indonesia di bidang perlindungan hak cipta di dunia internasional
sudah cukup maju karena Indonesia ikut meratifikasi Putaran Uruguay (Uruguay
Round). Melalui Putaran Uruguay ini pula Indonesia ikut serta meratifikasi
perjanjian internasional pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World
Trade Organization disingkat WTO) dan juga Perjanjian Internasional Aspek-
Aspek Dagang dari Hak Kekayaan Intelektual (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights disingkat TRIPs). Kini Indonesia telah meratifikasi
konvensi internasional di bidang perlindungan hak cipta, yaitu:
a. Berne Convention tanggal 7 Mei 1997 dengan Keputusan Presiden Nomor
18 Tahun 1997 dan dinotifikasikan ke World Intellectual Property
Organization (WIPO) pada tanggal 5 Juni 1997. Berne Convention
tersebut mulai berlaku efektif di Indonesia pada tanggal 5 September 1997.
b. WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan Keputusan Presiden Nomor 19
Tahun 1997.
c. WIPO Performances and Phonogram Treaty (WPPT) dengan Keputusan
Presiden Nomor 73 Tahun 2004.
2.3.3 Pendaftaran Ciptaan
Pendaftaran suatu ciptaan bukan sebuah keharusan, artinya boleh
didaftarkan dan boleh juga tidak didaftarkan. Pendaftaran ciptaan bukan untuk
memperoleh hak cipta, melainkan semata-mata untuk memudahkan pembuktian
hak dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta. Apabila ciptaan didaftarkan,
yang mendaftarkan itu dianggap sebagai penciptanya, sampai dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa pendaftar itu bukan penciptanya. Pembuktian kebenaran harus
dilakukan di muka pengadilan niaga bukan di muka pejabat pendaftaran. Sistem
pendaftaran ini disebut sistem deklaratif (first to use system). Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menganut sistem ini.
Pendaftaran ciptaan dalam daftar umum ciptaan tidak mengandung arti
sebagai pengesahan atas isi, arti, atau bentuk ciptaan yang didaftarkan. Pejabat

12
yang bertugas melakuka pendaftaran ciptaan tidak bertanggung jawab atas isi, arti,
atau bentuk ciptaan yang didaftarkan. Jika terjadi perselisihan mengenai isi, arti,
atau bentuk ciptaan, pendaftaran tidak dapat dipakai sebagai bukti untuk
membuktikan adanya hak cipta. Pengadilan niagalah yang berwenang
memutuskan perselisihan tersebut.
Pihak yang mendaftarkan ciptaan adalah pencipta atau pemegang hak cipta.
Pejabat pendaftaran adalah pejabat pada Direktorat Hak Cipta Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. Menurut ketentuan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, cara melakukan
pendaftaran ciptaan adalah dengan mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap
dua, formulir dapat diminta secara Cuma-Cuma pada Kantor Direktorat Jenderal
HKI, lembar pertama dari formulir tersebut ditandatangani di atas materi
Rp6.000,00. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk
satu ciptaan.
Surat permohonan pendaftaran ciptaan dilampiri bukti kewarganegaraan
pencipta dan pegang hak cipta berupa fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) atau
paspor. Apabila pemohon adalah badan hukum, surat permohonan harus dilampiri
turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut. Jika permohonan diajukan
oleh seorang penerima kuasa, harus dilampiri surat kuasa serta bukti
kewarganegaraan penerima kuasa tersebut. Apabila pemohon tidak bertempat
tinggal di dalam wilayah RI, dia harus memiliki tempat tinggal dan menunjuk
seorang penerima kuasa di dalam wilayah Republik Indonesia.
Apabila permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari satu
orang dan/atau satu badan hukum, nama-nama pemohon harus ditulis semuanya,
dengan menetapkan satu alamat pemohon. Demikian jika ciptaan tersebut telah
dipindahkan, agar melampirkan bukti pemindahan hak. Pemohon pendaftaran
ciptaan harus melampirkan juga contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya
atau penggantinya dan membayar biaya pemohonan pendaftaran ciptaan sebesar
Rp75.000,00, tetapi khusus untuk permohonan pendaftaran ciptaan program
komputer sebesar Rp150.000,00.
Pendaftaran ciptaan yang telah dilakukan tersebut diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara RI oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

13
Semua ciptaan yang telah didaftarkan mempunyai kekuatan hukum pendaftaran
sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Kekuatan hukum satu
pendaftaran ciptaan dihapus karena:
a. Penghapusan atas permohonan orang, badan hukum yang namanya tercatat
sebagai pencipta atau pemegang hak cipta.
b. Lampau waktu masa berlaku hak cipta sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.
c. Dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan
hukum.
Tidak semua ciptaan dapat didaftarkan. Ciptaan yang tidak dapat
didaftarkan adalah ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra,
ciptaan yang tidak orisinal, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk
yang nyata (masih berupa ide), dan ciptaan yang sudah merupakan milik umum.

2.4 HAK CIPTA ATAS CIPTAAN


2.4.1 Hak Cipta (Copyright)
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak, baik untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengertian hak eksklusif adalah hak yang hanya dimiliki
oleh pencipta atau penerima hak cipta sehingga tidak ada orang lain yang boleh
melakukan hak itu, kecuali dengan izin pencipta atau penerima hak cipta. Hak
cipta adalah hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh undang-undang. Setiap
orang wajib menghormati ciptaan dan hak cipta orang lain.
Hak cipta sebagai hak eksklusif adalah hak untuk mengumumkan ciptaan
atau memperbanyak ciptaan atau memberi izin untuk mengumumkan dan atau
memperbanyak ciptaan. Pengertian mengumumkan adalah membacakan,
menyuarakan, menyiarkan, atau menyebarkan suatu ciptaan dengan menggunakan
alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat
dibaca, didengar, atau dilihat oleh orang lain. Pengertian memperbanyak adalah
menambah jumlah suatu ciptaan, dengan pembuatan yang sama, hampir sama,

14
atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan, baik yang
sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan suatu ciptaan. Pengertian
memberi izin adalah memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan mengumumkan dan/atau
memperbanyak ciptaan.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta (copyright
holder) atau pemegang hak terkait (neighboring right holder) kepada pihak lain
untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak
terkaitnya dengan persyaratan tertentu. Hak terkait adalah adalah hak eksklusif
yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk
memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya, bagi produser rekaman suara
untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman
bunyinya, dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan karya siarannya.
Dalam kaitannya dengan hak cipta, dibentuk pula dewan hak cipta. Dewan
hak cipta adalah dewan yang anggotanya terdiri atas wakil pemerintah, wakil
organisasi profesi, dan anggota masyarakat yang memiliki kompetensi di bidang
hak cipta. Anggota dewan hak cipta diangkat dan diberhentikan oleh presiden
berdasarkan usulan Mentri Hukum dan HAM. Dewan hak cipta mempunyai tugas
membantu pemerintah dalam memberikan penyuluhan, bimbingan dan pembinaan
serta perlindugan hak cipta. Dewan hak cipta bertujuan untuk mendorong anggota
masyarakat mengembangkan gagasan dan mewujudkan dalam bentuk ciptaan
guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kebudayaan serta
segala macam ragam bentuk seni.
2.4.2 Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak eksklusif yang dimiliki pemilik pencipta memiliki 2 aspek hak, yaitu
hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki pencipta
untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas ciptaannya dengan cara memperoleh
pembayaran dari pihak yang menggunakan ciptaannya berdasarkan lisensi.
Hak ekonomi meliputi :
a. Hak perbanyakan (penggandaan) ciptaan
b. Hak pengumuman/penyiaran/pendistribusian ciptaan

15
c. Hak adaptasi, yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya
terjemahan atau cerita novel dijadikan film
d. Hak pertunjukan/penampilan/pementasan, seperti pameran seni,
pementasan drama, atau pertunjukan konser musik.
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi
pencipta. Hak moral sifatnya melekat pada pencipta, dan apabila dapat dialihkan
kepada pihak lain, hak moral tidak dapat dipisahkan dari penciptanyakarena
bersifat kekal dan pribadi.
Hak moral meliputi :
a. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta
dicantumkan pada ciptaannya.
b. Hak untuk tidak dilakukan perubahan pada ciptaan tanpa persetujuan
pencipta atau ahli warisnya.
c. Hak pencipta untuk mengadakan perubahan pada ciptaannya pada ciptaan
sesuai dengan kebiasaan yang sudah di akui oleh kalangan penerbitan.
2.4.3 Tidak Dilindungi Hak Cipta
Menurut ketentuan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
cipta, ciptaan berikut ini tidak dilindungi hak cipta Karena diberlakukan untuk
kepentingan umum, yaitu :
a. Hasil rapat lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara serta lembaga
konstitusional lainnya
b. Peraturan perundang undangan
c. Putusan pengadilan dan penetapan hakim
d. Pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah
e. Keputusan Mahkamah Pelayaran, Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan (P4) an Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
Karena tidak dilindungi hak cipta, maka tidak ada perlindungan atas beberapa
ciptaan tersebut sebab sifatnya untuk kepentingan public sehingga setiap orang
bebas mengambil, memperbanyak, dan mengumumkan, bahkan
memperjualbelikan ciptaan tersebut untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
2.4.4 Pengalihan Hak Cipta
Karena hak cipta adalah hak kekayaan intelektual., secara hukum dapat
dialihkan kepada pihak lain. Apabila dialihkan, caranya harus tertulis dengan
perjanjian lisensi. Pengalihan hak cipta didasari oleh motif hak ekonomi, yaitu
memperoleh keuntungan secara komersial. Pencipta mengalihkan hak cipta

16
dengan tujuan memperoleh royalti, sedangkan penerima selaku pemegang hak
cipta bertujuan memperoleh keuntungan karena menjual ciptaan yang dihasilkan
dari hak cipta tersebut.
Menurut ketentuan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002, pemegang
hak cipta berhak memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian
lisensi untuk melaksanakan perbuatan hak untuk mengumumkan ciptaan, hak
untuk memperbanyak ciptaan serta hak member izin untuk mengumumkan
dan/atau memperbanyak ciptaan. Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup lisensi
meliputi semua perbuatan tersebut, berlangsung selama jangka waktu lisensi
diberikan dan berlaku di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan, baik yang langsung maupun
tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian
Indonesia. Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian
lisensi wajib dicatatkan di Kantor Direktorat Hak Cipta Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual.
Pada dasarnya, perjanjian lisensi hanya bersifat pemberian izin atau hak
yang dituangkan dalam akta perjanjian untuk dalam jangka waktu tertentu dan
dengan syarat tertentu menikmati manfaat ekonomi suatu ciptaan yang hak
ciptanya dilindungi. Perjanjian lisensi lazimnya tidak dibuat secara eksklusif.
Artinya, pemegang hak cipta tetap dapat melaksanakan hak ciptanya atau
memberikan lisensi yang sama kepada pihak ketiga. Perjanjian lisensi dapat pula
dibuat secara eksklusif, yang berarti secara khusus hanya diberikan kepada
pemegang lisensi saja. Perjanjian lisensi yang bersifat eksklusif seperti itu pada
dasarnya dapat disalahgunakan untuk memonopoli pasar atau meniadakan
persaingan sehat di pasar. Sebagai contoh, hal itu dapat terjadi apabila pemegang
lisensi secara sengaja tidak memanfaatkan atau mengeksploitasi ciptaan yang
dilisensikan.
Undang Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta memberikan
arahan bahwa perlisensian dapat dilaksanakan sepanjang tidak merugikan
perekonomian Indonesia. Ditegaskan pula bahwa untuk dapat berlaku bagi pihak
ketiga, perjanjian lisensi harus dicatatkan di Kantor Direktorat Hak Cipta
Direktorat Jenderal HKI.

17
2.5 Pelanggaran Hak Cipta
2.5.1 Jenis Pelanggaran Hak Cipta
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta apabila
perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak
cipta. Pelanggaran hak cipta dapat berupa perbuatan mengambil, mengutip,
merekam, memperbanyak, dan mengumumkan ciptaan orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan tanpa seizin pencipta/pemegang hak cipta serta bertentangan
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Perbuatan yang termasuk pelanggaran hak cipta adalah perbuatan seperti contoh
berikut :
a. Memfotokopi bab tertentu ciptaan orang lain tanpa seizin pencipta untuk
kepentingan pendidikan, tetapi kemudian fotokopinya itu diperjualbelikan.
b. Mengutip/merekam ciptaan orang lain lalu dimasukkan ke dalam
ciptaannya sendiri tanpa menyebutkan sumbernya.
c. Melampaui jumlah penerbitan yang diizinkan dalam perjanjian lisensi,
misalnya, 3.000 eksemplar diterbitkan 6.000 eksemplar.
Pelanggaran hak cipta tidak hanya mengenai karya tulis atau cetak, tetapi
juga hak terkait berupa karya rekaman video dan audio yang diperbanyak tanpa
seizin produsernya untuk kepentingan komersial.
Menurut siaran Ikapi 15 Februari 1984, kejahatan pelanggaran hak cipta dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Mengambil atau mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke
dalam ciptaan sendiri seolah-olah itu ciptaan sendiri, atau mengakui
ciptaan orang lain seolah-olah itu ciptaan sendiri. Perbuatan ini disebut
Plagiat. Ini dapat terjadi pada karya tulis berupa buku atau lagu dan
notasi lagu.
b. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak, diumumkan
sebagaimana aslinya tanpa mengubah bentuk , isi, pencipta, dan penerbit
(perekam). Perbuatan ini disebut Pembajakan. Pembajakan banyak
dilakukan pada karya tulis berupa buku dan karya rekaman audio dan
video, seperti kaset lagu dan kaset video, VCD, serta DVD.
Pembajakan buku dan rekaman adalah tindak pidana kejahatan pelanggaran
hak cipta. Pekerjaannya liar, tersembunyi, tidak dapat diketahui oleh orang
banyak, apalagi oleh petugas pajak. Pembajak tidak mungkin membayar pajak

18
kepada negara. Jelaslah bahwa pembajak ciptaan disamping merugikan
pencipta/pemegang hak cipta juga merugikan negara. Pembajakan ciptaan
merupakan salah satu dampak negatif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang grafika dan elektronika yang dimanfaatkan secara melawan hukum.
Berdasarkan perbuatan yang terjadi di masyarakat, ada dua golongan pelaku
kejahatan pelanggaran hak cipta, yaitu :
a. Pelaku Utama
Pelaku utama, baik perseorangan maupun badan hukum yang dengan
sengaja melanggar hak cipta. Yang termasuk pelaku utama adalah
pembajak ciptaan.
b. Pelaku Pembantu
Pelaku pembantu adalah yang menyiarkan, memamerkan, atau menjual
kepada umum ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta. Yang
termasuk pelaku pembantu adalah penyiar, penyelenggara pameran,
penjual, pengedar, dan yang menyewakan ciptaan hasil bajakan.
Walaupun hak cipta dilindungi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, perbutan
berikut ini tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta :
a. Pengumuman dan/atau perbanyakan lambang negara dan lagu kebangsaan
menurut sifatnya yang asli.
b. Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan
dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak
cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-
undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika
ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak.
c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
d. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan,
maka tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta :
1) Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,
penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
dan peninjauan suatu masalah, dengan ketentuan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta.

19
2) Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna
keperluan pembelaan di dalam ataupun di luar pengadilan ; ceramah
yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan ;
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan pihak pencipta.
3) Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika
perbanyakan tersebut bersifat komersial.
4) Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas
dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh
perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan
pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya.
5) Perubahan dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan.
6) Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik
program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan
sendiri.
Ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 yang diuraikan di atas
merupakan contoh ketentuan yang mengandung nilai fungsi sosial. Walaupun hak
cipta dilindungi undang-undang, masyarakat tetap diizinkan memanfaatkan
ciptaan orang lain tanpa izin sampai batas tertentu, untuk kepentngan
kemanusiaan atau mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, hak cipta
selalu mempunyai dua sisi kepetingan, yaitu kepentingan individual dilindungi
undang-undang dan kepentingan sosial dijamin undang-undang sampai batas
tertentu dengan alasan tertentu pula.
2.5.2 Sanksi Pidana Pelanggar Hak Cipta
Orang yang telah melakukan pelanggaran hak cipta harus dituntut secara
pidana karena pelanggaran hak cipta adalah kejahatan. Negara harus menuntut
pelaku kejahatan tersebut.
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 menentukan, barang siapa
dengan sengaja dan tanpa hak :
(1) melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara

20
masing-masing paling singkat satu (1) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliyar rupiah)
Catatan penulis : termasuk pelanggar ketentuan ini adalah pelaku utama atau otak
pelanggaran hak cipta.
(2) menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima)tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Catatan penulis : termasuk pelanggaran ketentuan ini, antara lain, adalah pihak
penyiar, penjual, pengecer, atau penjaja hasil pelanggaran hak cipta.
(3) memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program
komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
(4) melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliyar rupiah)
(5) melanggar Pasal 19, Pasal 20, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27, Pasal 49
ayat (3), atau Pasal 55 ayat dipidanakan dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah)
(6) melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lam 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliyar
lima ratus juta rupiah)
Pemerintah setelah mendengar pertimbangan dewan hak cipta dapat
melarang pengumuman setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan
pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta
ketertiban umum. Ciptaan yang dilarang itu, misalnya, ciptaan yang merendahkan
martabat kepala negara, merendahkan nilai-nilai keagamaan, masalah kesukuan
dan ras, serta ideologi negara. Termasuk ciptaan yang bertentangan dengan

21
kebijakan pemerintah tersebut, antara lain, menyebarluaskan buku Salman Rusdi
yang berjudul Satanic Verses (Ayat-Ayat Setan) yang merendahkan dan menghina
agama Islam, menyebar luaskan hasil angket mengenai suka/tidak suka kepada
tokoh-tokoh termasuk juga Nabi Muhammad (kasus Tabloid Monitor),
mengedarkan serta menjual gambar-gambar wanita bugil dan video kaset porno.
Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta dirampas untuk
negara guna dimusnahkan.
Selain penyidik pejabat polisi negara RI, juga pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan Departemen Hukum dan HAM diberi wewenangan khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta. Penyidik tersebut
berwenang :
a. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang hak cipta.
b. Melakukan penelitian terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang hak cipta.
c. Meminta keter angan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang hak cipta.
d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tidak pidana di bidang hak cipta.
e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang hak cipta.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang hak cipta.
Penyidik tersebut memberitahukan dimulai nya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan
ketentuan KUHAP. Selanjutnya, penuntut umum mengajukan tuntutan
pelanggaran hak cipta ke pengadilan negeri yang berwenang.
2.5.3 Gugatan Perdata Pelanggaran Hak Cipta
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, penyerahan hak cipta atas seluruh ciptaan kepada orang atau badan lain

22
tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat seseorang
yang tanpa persetujuannya : meniadakan nama pencipta yang tercantum pada
ciptaan itu dan menuntut agar mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya,
mengganti atau mengubah judul ciptaan itu, dan atau mengubah isi ciptaan itu.
Ketentuan ini mengatur hak moral pencipta yang melindungi kepentingan pribadi
dan reputasi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak
moral ditiadakan, pencipta berhak mengajukan gugatan.
Pemegang hak cipta berhak untuk mengajukan gugatan ganti kerugian ke
pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta agar dilakukan
penyitaan terhadap ciptaan yang diumumkan atau hasil perbanyakannya. Dalam
hal diajukan gugatan untuk penyerahan benda ciptaan, maka hakim dapat
memerintahkan bahwa penyerahan itu baru dilaksanakan setelah pemegang hak
cipta membayar sejumlah nilai benda yang diserahkan kepada pihak yang
beritikad baik.
Pemegang hak cipta juga berhak meminta kepada pengadilan niaga agar
memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari
penyelenggaraan ceramah dan pertemuan ilmiah lainnya, atau pertunjukan atau
pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau dengan cara
melanggar hak cipta tersebut. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada
pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk
menghentikan pembuatan, perbanyakan, penyiaran, pengedaran, dan penjualan
ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. Hak untuk
mengajukan gugatan tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntuan
pidana terhadap pelanggar hak cipta.

23
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Untuk melindungi hak cipta, pemerintah Republik Indonesia telah
mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta pada
tanggal 12 April 1982 melalui Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 15. Setelah
mengalami beberapa penyempurnaa hak cipta, akhirnya disusunlah draf akhir
penyempurnaan Undang-Undang Hak Cipta, yang kemudian diundangkan pada
tanggal 29 Juli 2002 menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta melalui Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85.
Undang-Undang menganggap hak cipta sebagai benda bergerak imateriil
yang termasuk dalam kelompok hak kekayaan intelektual. Hak cipta bersifat dapat
dibagi (divisible). Sifat ini dapat diketahui dari ketentuan yang menyatakan bahwa
hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak. Walaupun hak
cipta itu adalah benda bergerak, ia tidak dapat disita. Alasannya adalah bahwa
ciptaan bersifat pribadi dan menunggal dengan diri pencipta.
Pencipta merupakan seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk
yang khas dan bersifat pribadi. Sedangkan ciptaan adalah hasil setiap karya
pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra.
Hak cipta atas ciptaan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Hak Cipta
(copyright), Hak Ekonomi dan Moral, Tidak Dilindungi Hak Cipta, dan
Pengalihan Hak cipta. Apabila ada seseorang atau kelompok yang melanggar
mengenai hak cipta tersebut, maka orang/kelompok yang bersangkutan bisa
dikenai sanksi pidana Hak Cipta.

24
DAFTAR RUJUKAN

25

Anda mungkin juga menyukai