PERTEMUAN KE 3
Pada tahun 1900 di Paris diadakan Kongres Hukum Komparatif Internasional yang
mempunyai agenda untuk merumuskan fungsi dan tujuan perbandingan hukum.,
yang juga menghasilkan pemikirkan tentang metode perbandingan hukum.
Diputuskan bahwa perbandingan hukum harus dipusatkan pada hukum yang nyata-
nyata berlaku (law in action) dan tidak semata-mata pada bunyi undang-undang
saja. Diharapkan dengan perbandingan hukum kita menuju pada unifikasi hukum:
suatu “droit mondial” (hukum dunia). Tetapi dengan terjadindya perang dunia maka
impian akan unifikasi hukum itu menjadi kabur, Sebaliknya menunjukkan
kelemahan.
Di Inggris, sama seperti di Eropa, yaitu pada paruh pertama abad ke-19 tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan studi komparatif yang signifikan. Hingga
akhirnya Burge dengan karyanya yang berjudul: “Commentaries on Colonial and
Foreign Law”, yang ditulisnya untuk para praktisi hukum, diterbitkan pada tahun
1838, serta buku karya Leone Levi yang mebandingkan hukum dagang Inggris
dengan hukum dan peraturan hukum Romawi, yaini berjudul: “Commercial Law of
The World”, yang diterbitkan pada tahun 1852. Kedua karya tersebut merupakan
upaya awal penerapan metode komparatif dengan aspek-aspek praktis hukum.
Dalam Hukum Romawi tidaklah menyediakan dorongan untuk menge-mbangkan
perbandingan hukum karena hukum Romawi bukanlah hasil dari proses
perbandingan terhadap hukum-hukum negara lain. “Corpus Iuris
Pada abad ke-19, terjadi pengaruh rasionalisme Dario abad ke-18 yang secara logis
mengarahkan pada kodifikasi hukum, sehingga penyatuan dan penyederhanaan
hukum menjadi slogan pada masa itu. Berbagai tatanan hukum nasional pun
dirancang, yang melahirkan sebutan pada masa itu sebagai era “Kodifikasi Besar”
dan mau tak mau para ahli hukum mengubah perhatian utama mereka pada
interpretasi dan analisis terhadap tatanan hukum ini. Terlepas dari semua kodifikasi
ini, ketertarikan terhadap hukum komparatif (perbandingan hukum) dan hukum
asing pada akhirnya mulai tunguh di Jerman, Perancis, Inggris dan Amerika.
Meskipun terdapat berbagai faktor yang disatukan untuk menghasilkan lini studi
komparatif, akar perbandingan hukum modern dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Hukum komparatif legislatif.
Perbandingan hukum legislatif ini merujuk pada proses di mana dengan cara itu
hukum-hukum asing dilibatkan agar dapat membeuat rancangan hukum nasional
baru.
2. Hukum komparatif akademis.
Sebagai disiplin akademis, perbandingan hukum sudah melalui waktu yang cukup
panjang untuk bisa dikenal. Dorongan terhadap munculnya metode-metode modern
perbandingan hukum mulai ada sekitar abad ke-19, ketika gerakan intelektual yang
kita asosiasikan sebagai evolusi dan darwinisme merambah imajinasi kalangan
intelektual dan ilmuwan di seluruh daratan eropa. Perlu waktu yang cukup panjang
untuk bisa dikenal. Dorongan terhadap munculnya metode-metode modern
perbandingan hukum mulai ada sekitar abad ke-19, ketika gerakan intelektual yang
kita asosiasikan sebagai evolusi dan darwinisme merambah imajinasi kalangan
intelektual dan ilmuwan di seluruh daratan eropa.
Tetapi baru pada paruh kedua abad ke-19, perbandingan hukum bisa mendapat
pengakuan pasti sebagai sebuah cabang studi hukum, atau setidaknya sebagai
sebuah metode yang diakui untuk studi system-sistem hukum yang berbeda. (Peter
de Cruz, 2012:18-20).
Pada akhir abad ke-19, Perancis, Jerman, bahkan Amerika Serikat telah mengalamai
kebangkitan kembali ketertarikannya terhadap terhadap perbandingan hukum,
bersamaan dengan didirikannya jabatan guru besar serupa di Columbia dan
Chicago, dan pertumbuhan beberapa program studi di bidang perbandingan hukum.
Paton, berpendapat bahwa tidak mungkin membayangkan tentang eksistensi
yurisprudensi tanpa hukum komparatif, karena semual aliran yurisprudensi, baik
yang bersifat historis, filosofis, sosiologis maupun analitis. mengandalkan pada
metode penelitian komparatif.