Muhammad Nazaruddin
Anggota DPR-RI
Masa jabatan
25 Oktober 2009 18 Juli 2011
Informasi pribadi
26 Agustus 1978 (umur 39)
Lahir Bangun, Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara
Partai
Partai Demokrat
politik
Suami/istri Neneng Sri Wahyuni
Untuk wakil gubernur Aceh, lihat Muhammad Nazar.
Daftar isi
1 Kehidupan awal
2 Kasus Korupsi Wisma Atlet
3 Kepergian Ke Singapura
4 Pemecatan M. Nazaruddin
5 Penangkapan
6 Vonis
o 6.1 Korupsi wisma atlet
o 6.2 Gratifikasi dan pencucian uang
o 6.3 Akumulasi Hukuman
7 Kontroversi "Nyanyian" Nazaruddin
8 Referensi
Kehidupan awal
Nazaruddin lahir di Desa Bangun, kini bagian dari Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,
pada 26 Agustus 1978 sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dalam keluarga Muhammad
Latif Khan dan Aminah, yang keduanya merupakan warga keturunan Pakistan.[3] Mulanya ia
dinamai Muhammad Nazaruddin Khan, tetapi kemudian ayahnya memutuskan untuk
menghapus nama belakang putranya tersebut. Orang tua Nazaruddin memiliki usaha yang
cukup berhasil di daerahnya.[4] Namun, usaha keluarga mereka mulai menurun sepeninggal
ayah Nazaruddin pada tahun 1993, kemudian ibunya pada tahun 1998. Setelah lulus SMA,
Nazaruddin pergi merantau.
Pada tahun 2002, Nazaruddin berwirausaha di Pekanbaru, Riau.[5] Aktivitas bisnisnya dimulai
dengan CV Anak Negeri yang kemudian berubah menjadi PT Anak Negeri. Usahanya
kemudian semakin berkembang dan Nazaruddin tercatat sebagai komisaris di beberapa
perusahaan, yaitu PT Anugerah Nusantara, PT Panahatan, dan PT Berhak Alam Berlimpah[6]
yang semuanya berdomisili di Riau dan bergerak dalam bidang konstruksi, pengadaan alat
kesehatan, perkebunan, jasa, dan lainnya.
Pada Laporan Harta Kejayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) KPK pada tanggal 22 Juli
2010 itu mencatat harta kekayaan Nazaruddin berjumlah sebesar Rp 112 miliar. "Kekayaan
Nazaruddin per tanggal 22 Juli 2010 senilai Rp112.207.286.461,"kata Direktur LHKPN
KPK, Cahya Harefa lewat pesan singkatnya, Selasa (13/9/2011). Jumlah yang tercatat oleh
KPK itu berbeda dengan pernyataan kuasa hukum Nazaruddin, O.C. Kaligis. Menurut Kaligis
sebelum menjadi anggota DPR, Nazaruddin memiliki harta sebesar Rp 150 miliar.
Menurutnya, harta kekayaan itu didapat Nazaruddin dari kegiatan bisnisnya. Kerajaan
bisnisnya dimulai dari PT Anugerah Nusantara. [7]
Pada 27 April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin
Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa Mindo Rosalina Manulang adalah staf
Muhammad Nazaruddin.[10][11] Nazaruddin menyangkal pernyataan itu dan mengatakan
bahwa ia tidak mengenal Rosalina maupun Wafid.[12] Namun, pernyataan Boyamin tersebut
sesuai dengan keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK pada hari yang sama[13] dan
keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak, kepada wartawan keesokan
harinya.[14] Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan bahwa pada tahun 2010 ia diminta
Nazaruddin untuk mempertemukan pihak PT DGI dengan Wafid, dan bahwa PT DGI
akhirnya menang tender karena sanggup memberi komisi 15 persen dari nilai proyek, dua
persen untuk Wafid dan 13 persen untuk Nazaruddin.[13] Akan tetapi, Rosalina lalu mengganti
pengacaranya menjadi Djufri Taufik dan membantah bahwa Nazaruddin adalah atasannya.[15]
Ia bahkan kemudian menyatakan bahwa Kamaruddin, mantan pengacaranya, berniat
menghancurkan Partai Demokrat sehingga merekayasa keterangan sebelumnya, dan pada 12
Mei Rosalina resmi mengubah keterangannya mengenai keterlibatan Nazaruddin dalam berita
acara pemeriksaannya.[16] Namun, Wafid menyatakan bahwa ia pernah bertemu beberapa kali
dengan Nazaruddin setelah dikenalkan kepadanya oleh Rosalina.[17][18]
Kepergian Ke Singapura
Kepergian Nazaruddin ke Singapura tepat satu hari sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) mengajukan pencekalan terhadap Nazaruddin kepada Ditjen Imigrasi.
Pemecatan M. Nazaruddin
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum memutuskan memberhentikan Muhammad
Nazaruddin dari posisinya sebagai kader partai itu pada Senin 18 Juli 2011. Keputusan itu
telah disetujui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat.[20]
Penangkapan
Muhammad Nazaruddin ditangkap di Cartagena de Indias, Kolombia pada tanggal 7 Agustus
2011. Nazar diketahui menggunakan paspor sepupunya, Syarifuddin, untuk berpergian ke
luar Indonesia setelah paspornya telah lama dicabut oleh Imigrasi.[21]
Vonis
Per 2016, Nazaruddin sudah divonis untuk 2 kasus yang berbeda[22]
Pada 20 April 2012, Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan pidana 4 tahun 10 bulan dan
denda Rp 200 juta kepada Nazaruddin.
Di persidangan, Nazaruddin terbukti menerima suap sebesar Rp 4,6 miliar berupa lima
lembar cek yang diserahkan Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah (DGI) Mohammad El
Idris kepada dua pejabat bagian keuangan Grup Permai, Yulianis dan Oktarina Fury. Cek
tersebut disimpan di dalam brankas perusahaan. Nazar juga dinilai memiliki andil membuat
PT DGI menang lelang proyek senilai Rp 191 miliar di Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Pada 15 Juni 2016, Majelis hakim pada Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis 6
tahun penjara terhadap mantan anggota DPR RI, Muhammad Nazaruddin. Nazarrudin juga
diwajibkan membayar denda sebesar Rp 1 miliar subsider 1 tahun kurungan. "Mengadili,
menyatakan terdakwa Muhammad Nazaruddin terbukti sah dan meyakinkan melakukan
korupsi dan pencucian uang, sebagaimana dakwaan kesatu primer, dakwan kedua, dan
ketiga," ujar Ketua Majelis Hakim Ibnu Basuki di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Jaksa dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut agar Nazaruddin dihukum 7
tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider 1 tahun kurungan. Selain itu, menuntut agar
harta milik Nazaruddin senilai lebih kurang Rp 600 miliar yang termasuk dalam pencucian
uang dirampas untuk negara.
Nazaruddin didakwa menerima gratifikasi dari PT Duta Graha Indah dan PT Nindya Karya
untuk sejumlah proyek di sektor pendidikan dan kesehatan, yang jumlahnya mencapai Rp
40,37 miliar. Saat menerima gratifikasi, ia masih berstatus sebagai anggota DPR RI. Nazar
juga merupakan pemilik dan pengendali Anugrah Grup yang berubah nama menjadi Permai
Grup.
Nazaruddin juga didakwa melakukan pencucian uang dengan membeli sejumlah saham di
berbagai perusahaan yang uangnya diperoleh dari hasil korupsi. Pembelian sejumlah saham
yang dilakukan Nazaruddin dilakukan melalui perusahaan sekuritas di Bursa Efek Indonesia
menggunakan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Permai Grup, kelompok
perusahaan milik Nazar. Berdasarkan surat dakwaan, sumber penerimaan keuangan Permai
Grup berasal dari fee dari pihak lain atas jasanya mengupayakan sejumlah proyek yang
anggarannya dibiayai pemerintah. Dari uang tersebut, salah satunya Nazaruddin membeli
saham PT Garuda Indonesia sekitar tahun 2011 dengan menggunakan anak perusahaan
Permai Grup.
Dalam amar putusan, majelis hakim menyatakan vonis penjara terhadap Nazaruddin tidak
dipotong masa tahanan. Nazaruddin memang telah berada di dalam tahanan atas putusan
pengadilan dalam dakwaan yang berbeda.
Nazaruddin menyatakan tidak akan banding pada putusan ini dan ikhlas menerima putusan
hakim.[23]
Akumulasi Hukuman
Jaksa KPK Kresno Anto Wibowo mengatakan, vonis tersebut bersifat akumulasi. Dengan
demikian, setelah Nazaruddin selesai menjalani 7 tahun penjara, ia akan melanjutkan
menjalani pidana penjara selama 6 tahun berikutnya. Saat ini (2016), Nazarudin baru
menjalani sekitar 4 tahun dari vonis 7 tahun penjara dalam putusan pertama. Diperkirakan,
Nazaruddin baru benar-benar bebas pada tahun 2025.
Nazaruddin menyeret banyak nama dalam berbagai kasus di muka publik, baik dalam
wawancara media ataupun kesaksian di pengadilan, beberapa terbukti, lainnya belum terbukti
atau kurang kuat. Beberapa tuduhannya diantaranya yaitu:
Beberapa diantaranya sudah terbukti menjadi tersangka atau terpidana baik karena
"Nyanyian" atau pengembangan kasusnya oleh KPK
1. Neneng Sri Wahyuni, sang istri, juga menjadi tersangka pada 23 Mei 2011. Nenen
yang kabur bersama Nazaruddin ke Singapura, sempat menjadi buronan Interpol. Saat
suami tertangkap di Columbia, Nenen sempat terdeteksi di Vietnam, Malaysia, dll.
Akan tetapi justru Neneng ditangkap di rumahnya kawasan Pejaten secara
mendadak.[39] Neneng selaku Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara ini telah
divonis 6 tahun penjara pada tahun 2013. Selain hukuman badan, Neneng juga
didenda Rp 300 juta subsider enam bulan kurungan penjara. Bahkan, majelis hakim
juga mewajibkan Neneng membayar uang pengganti kepada negara Rp 800 juta,
paling lambat satu bulan setelah inkracht. Hakim menilai Neneng terbukti bersalah
dan meyakinkan melakukan korupsi pada proyek pengadaan dan pemasangan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
pada 2008 dan merugikan keuangan negara sekitar Rp 2,72 miliar. Neneng bukanlah
seorang penyelenggara negara yang melakukan tindak pidana korupsi. Namun, dia
merupakan pihak umum yang turut melakukan tindak pidana korupsi dan merugikan
keuangan negara.[40]Pengadilan Tinggi menambah hukuman uang pengganti Neneng
dari Rp 800 juta menjadi Rp 2,604 miliar.[41] Kasasinya pun ditolak oleh MA pada
Desember 2013[42] karena baik KPK maupun Neneng saling mencabut kasasinya
tersebut. KPK merasa sudah puas dengan hasil Pengadilan Tinggi tersebut.[43]
2. Angelina Sondakh, Anggota Komisi X Fraksi Demokrat. Pengadilan tingkat pertama
pada 10 Januari 2013 memutuskan Angie terbukti menerima suap sebesar Rp2,5
miliar dan 1,2 juta dolar AS dalam pembahasan anggaran di Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Namun putusan yang dijatuhkan hanyalah penjara 4,5 tahun dengan
denda Rp250 juta. Sempat mendapat vonis 12 tahun dalam kasasi di Mahkamah
Agung, Angie mendapat vonis 10 tahun dan membayar Uang pengganti Rp 2,5 miliar
dan 1,2 juta dolar AS, subsider 1 tahun penjara pasca Peninjauan Kembali di
Mahkamah Agung pada tahun 2015.[44]
3. Andi Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga (2009-2012). Tersangka pada
tahun 2012. Terbukti menerima suap melalui adiknya Choel Mallarangeng dan
memperkaya diri sendiri dan orang lain.
4. Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat (2010-2013). Tersangka tahun
2013. Telah divonis 18 tahun pada Kasasi di Mahkamah Agung dalam kasus
Gratifikasi dan Pencucian Uang.
5. Andi Zulkarnain "Choel" Mallarangeng. Adik dari Andi Alifian Mallarangeng.
Tersangka pada tahun 2015. Diduga merupakan perantara Kasus Suap kepada
kakaknya.[45]
6. Fasichul Lisan Rektor Unversitas Airlangga (Unair) Surabaya (2006-2015).
Tersangka pada Maret 2016 dalam kasus korupsi pengadaan. Pertama, kasus
pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Unair yang bersumber dana DIPA tahun
2007-2010. Kedua, kasus peningkatan sarana dan prasarana Rumah Sakit Pendidikan
Unair Surabaya dengan sumber dana DIPA tahun 2009. Akibatnya, dari total nilai
proyek lebih dari Rp300 miliar, negara ditaksir merugi sekitar Rp85 miliar. Kasus ini
juga menyeret Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kementerian Kesehatan Bambang Giatno Raharjo dan anak buah
Nazaruddin, Manager Marketing PT Anugerah Nusantara, Minarsih. Dalam proyek
senilai sekitar Rp87 miliar ini, negara dirugikan Rp17 miliar.[46]
7. Made Meregawa, Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan Universitas
Udayana Bali sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen dalam proyek pengadaan alat
kesehatan. Tersangka pada Juli 2015 untuk dugaan korupsi proyek pengadaan alat
kesehatan Rumah Sakit Khusus Pendidikan Penyakit Infeksi dan Pariwisata
Universitas Udayana 2009-2011.[47] Divonis pidana empat tahun penjara dan denda
Rp 100 juta subsidair dua bulan kurungan dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (20/1/2016) siang. Pejabat Unud ini dinilai
merugikan negara sebesar Rp 7 miliar dari total proyek Rp 16 Miliar.[48]
Referensi
1. ^ "Anggota DPR Partai Demokrat" (PDF). Komisi Pemilihan Umum. Diakses tanggal
2011-08-12.
2. ^ "Data Detail Anggota". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Diakses
tanggal 2011-08-11.
3. ^ Gunawan, A. & B.B.T. Saragih (3 Juni 2011). "Nazaruddin: Party pariah,
hometown hero". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2011-08-12.
4. ^ Lubis, I. (28 Mei 2011). "Nazaruddin, Elite Demokrat yang Terseret Kasus Suap
Sesmenpora (1)". Radar Lampung. Diakses tanggal 2011-08-12.
5. ^ Alfiadi (4 Juli 2011). "Tak Punya Modal, Kini Harta Melimpah". Riau Pos. Diakses
tanggal 2011-08-13.
6. ^ Hernowo, M. (28 Mei 2011). "Nazaruddin, Bintang Baru yang Misterius". Kompas.
Diakses tanggal 2011-07-08.
7. ^ "Kekayaan Nazaruddin versi Pengacara dan LHKPN beda Rp. 38 Miliar"
8. ^ Widianto, W. (22 April 2011). "Sesmenpora Wafid Dijerat Pasal Penyuapan".
Tribunnews.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
9. ^ "Andi Masih Aman". Sriwijaya Post. 26 April 2011. Diakses tanggal 2011-08-11.
10. ^ Hafil, M. (27 April 2011). "Perantara Suap Seskemenpora, Rosalina Staf Bendahara
Umum Demokrat?". Republika.co.id. Diakses tanggal 2011-08-11.
11. ^ Pakpahan, V. (27 April 2011). "MAKI: Perantara Suap Wafid Muharam Staf Ahli
Bendahara Demokrat". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
12. ^ Hidayat, R. (27 April 2011). "Bendahara Umum Demokrat: Rosa Manulang Bukan
Staf Saya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
13. ^ a b Yasra, S.; Septian, A.; Aprianto, A. & F. Febiana (9 Mei 2011). "Olah Dana
Komisi Olahraga". Tempo. Diakses tanggal 2011-08-11.
14. ^ Rastika, I. & H. Margianto (28 April 2011). "Atasan Rosa adalah Bendahara Umum
Partai Berkuasa". Kompas.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
15. ^ Rastika, I. & Inggried (29 April 2011). "Rosa Pilih Djufri karena Aman dan
Nyaman". Kompas.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
16. ^ Ahniar, N.F. & D. Priatmojo (12 Mei 2011). "Rosa Akhirnya Ubah BAP".
VIVAnews. Diakses tanggal 2011-08-11.
17. ^ Rastika, I. & A. Wisnubrata (10 Mei 2011). "Wafid Pernah Bertemu Nazaruddin".
Kompas.com. Diakses tanggal 2011-08-11.
18. ^ Agustia, R. (12 Mei 2011). "Wafid Tetap Dengan Pernyataan Awal". TEMPO
Interaktif. Diakses tanggal 2011-08-12.
19. ^ [1], diakes pada 27 Mei 2011.
20. ^ Harian Kompas 19 Juli 2011, hal. 4.
21. ^ Nazaruddin tersangkut hukum kolombia
22. ^ "Divonis untuk dua kasus berbeda, Hukuman Nazaruddin jadi 13 tahun penjara"
23. ^ "Divonis 6 tahun penjara, Nazaruddin: Saya ikhlas"
24. ^ "Nazar sebut Ibas terima uang US$ 200Ribu di DPR"
25. ^ "Nyanyian Nazaruddin soal Setya Novanto yang kebal hukum"
26. ^ "Nyanyian Nazaruddin kini menyasar Menteri Marwan"
27. ^ "Divonis 4,5 tahun, Teuku Bagus terbukti Suap Olly Dondokambey Rp. 2,5M"
28. ^ "Ganjar tertawakan tuduhan Nazaruddin soal Aliran Dana Proyek E-KTP"
29. ^ "Politikus PKB ini disebut suka amankan anggaran di DPR"
30. ^ "Nazaruddin sebut ada Jin yang lindungi Wayan Koster"
31. ^ "Bersaksi di Sidang Nazaruddin, Yulianis sebut Wayan Koster terima fee"
32. ^ "Wayan Koster kembali diperiksa KPK"
33. ^ "Wafid Muharam dan Mirwan Amir Pantas jadi Tersangka Hambalang"
34. ^ "Nazaruddin: Anas dan Chandra Hamzah bertemu"
35. ^ "Chandra Bantah terima Suap proyek baju Hansip"
36. ^ "Chandra Hamzah bocorkan info pencekalan Nazaruddin"
37. ^ "M Jasin bantah rekayasa kasus Nazaruddin"
38. ^ "Busyro: Chandra dan Yasin diawasi secara internal"
39. ^ "Perjalanan hidup Neneng, dari SPG hingga Direktur"
40. ^ "Divonis 6 tahun penjara, Istri Nazaruddin ajukan Banding"
41. ^ "Hukuman diperberat, Neneng Sri Wahyuni ajukan kasasi"
42. ^ "MA tolak permohonan kasasi Istri Nazaruddin"
43. ^ "Jaksa KPK Cabut Kasasi Kasus Istri Nazaruddin dan Bupati Buol"
44. ^ "PK Dikabulkan, Vonis Angelina Sondakh Menjadi 10 Tahun"
45. ^ "Kasus Hambalang, KPK tetapkan Choel Mallarangeng sebagai tersangka"
46. ^ "Dua Kasus Korupsi menjerat Mantan Rektor Unair"
47. ^ "Breaking News KPK Tahan Made Meregawa"
48. ^ "Pejabat Unud divonis 4 tahun penjara Meregawa: Mungkin Sane Miang Tiang"