Anda di halaman 1dari 76

SENGKETA INDONESIA

- AUSTRALIA
SENGKETA ISRAEL -
PALESTINA
PULAU SIPADAN
LIGITAN
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan
Malaysia atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu
pulau Sipadan (luas: 50.000 meter) dengan koordinat: 4652,86LU
1183743,52BT dan pulau Ligitan (luas: 18.000 meter) dengan koordinat: 49LU
11853BT. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan
Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui
jalur hukum Mahkamah Internasional
Sengketa Sipadan dan Ligitan
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada
tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua
negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan
pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu
sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status
status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia
membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia
karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah
Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia
mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak
boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini
selesai. Sedangkan Malaysia malah membangun resort di sana
SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita, awal bulan lalu. Ini, gara-
gara di dua pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun
cottage. Di atas Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap
menanti wisatawan. Pengusaha Malaysia telah menambah jumlah
penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya, fasilitas pariwisata
itu memang belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia,
yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke
Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di sana disetop dahulu.
Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus
siapa pemiliknya.Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak
memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya

Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara
atau TAC (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama
ASEAN di pulau Bali ini antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan
Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama
anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula
sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan
Sabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan
dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan. Pihak Malaysia
pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara Brimob)
melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak
Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan
Tinggi ASEAN dan selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak.
Dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden
Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM Mahathir tersebut yang pernah diusulkan
pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM Anwar Ibrahim, dibuatkan
kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua negara
menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29
Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia
meratifikasi pada 19 November 1997.
LANJUTANNYA....
Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa
ke ICJ
]
kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ
mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau
Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam
voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim,
sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17
hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim
merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia.
Kemenangan Malaysia,
oleh karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa
memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas
maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan
tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi
perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan
telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an.
Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak
menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title
(rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam
menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di
selat Makassar.
[3]

Australia dan Indonesia

Sengketa Nelayan Pelintas Batas diwilayah
perikanan Australia

Profil Austalia
Profil Australia
Ibukota Canberra
Kota terbesar sydney
Bahasa Nasional Inggris
Pemerintahan Demokrasi,Parlementer,mo
narki konstitusional.
Ratu Elizabeth II
Luas 7,686,850 km
2

Penduduk 23.218.307
Sensus 19.855.288
Mata Uang Dolar Australia
Profil Indonesia
Profil Indonesia
Ibukota Jakarta
Bahasa Resmi Bahasa Indonesia
Pemerintahan Republik
Presidensial
Presiden Susilo Bambang
Yudoyono
Kemerdekaan Dari Belanda
Luas 1,904,569 km
2

Penduduk 230.472.833
Sensus 237.556.363
PROFIL INDONESIA
Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan
Australia di Laut Timor, hubungan Pemerintah Indonesia
dengan negara kangguru tersebut senantiasa dihadapkan
pada pelanggaran kedaulatan baik oleh warga negaranya
maupun oleh institusi yang mewakili negaranya itu sendiri.
Pelanggaran kedaulatan tersebut kerap berujung pada
terciptanya ketegangan hubungan diplomatik kedua
negara.
Ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh kedua
negara dalam hal realisasi kedaulatan bukanlah faktor
utama penyebab ketegangan, akan tetapi rambu-rambu
hubungan internasional yang pernah berlangsung tidak
bisa diabaikan. Salah satu pelanggaran kedaulatan yang
kerap dilakukan oleh warga negara indonesia di wilayah
kedaulatan Australia adalah aktivitas illegal yang
dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional Indonesia,
seperti melakukan tindakan penangkapan satwa-satwa
atau binatang yang dilindungi oleh peraturan perundang-
undangan Australia (Thontowi, 2002).

LANJUTANNYA....

Adapun nelayan-nelayan tradisional Indonesia yang
sering berkunjung ke wilayah perairan Australia, khususnya
Pulau Pasir (Ashmore Reef) adalah berasal dari daerah
Pulau Rote, Flores, Buton, Sabu, Timor, Alor, Sulawesi dan
Maluku (YPTB, 2005). Dengan demikian, adanya kebiasaan
yang dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional Indonesia
sejak berabad-abad tahun yang lalu ini merupakan peluang
yang besar bagi terjadinya konflik antara Indonesia dan
Australia, sebagai negara-negara yang masing-masing
memiliki kedaulatan.
Selanjutnya Thontowi menjelaskan bahwa, bagi
Pemerintah Australia, pelanggaran kedaulatan yang
dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional indonesia
tersebut menimbulkan tingginya beban ekonomi bagi
Pemerintah Australia. Hal ini dikarenakan, Pemerintah
Australia bertanggung jawab dalam penyediaan tempat
tinggal sewaktu ditahan serta pemulangan nelayan
tradisional Indonesia yang tertangkap.

LANJUTANNYA ...
LANJUTANNYA...
1. Penanganan secara
Hukum
PROFIL
SEJARAH
Lagu kebangsaan: Hatikvah (Harapan)
Ibu kota Tel Aviv
Kelompok etnik 75.4% Yahudi, 20.6% Arab, 4% kelompok
minoritas
Pemerintahan
- Presiden
- Perdana Menteri
- Ketua Knesset
- Presiden Mahkamah Agung
Demokrasi parlementer
- Shimon Peres
- Benjamin Netanyahu
- Reuven Rivlin
- Dorit Beinisch
Kemerdekaan
- Proklamasi kemerdekaan
dari Mandat Britania atas Palestina
14 Mei 1948
Luas
- Total
- Air (%)

20,770 / 22,072 km
2

~2%
Penduduk
- Perkiraan 2010
- Kepadatan

7.587.000
365,3/km
2

Gini (2008) 39.2
Mata uang Shekel () (ILS atau NIS)
Zona waktu
- Musim panas (DST)
IST (UTC+2)
IDT (UTC+3)
Lajur kemudi kanan
Ranah Internet .il
Kode telepon 972
ISRAEL
Upaya pbb
korban
Sumber :
Wikipedia
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
PALESTINA
Lagu kebangsaan
Biladi
Ibu kota
Al Quds 3146N 3515E

Bahasa Resmi Arab
Pemerintahan
- Presiden
- Perdana Menteri
Republik
- Mahmoud Abbas
- Salam Fayyad
Kemerdekaan
- Proklamasi kemerdekaan

28 November 2012
Luas
- Total
- Air (%)

6.220 km
3,54%
Penduduk
- Total
- Kepadatan

3.702.212
595/km
Mata uang
Dinar Yordania (JOD) atau Shekel
Baru Israel (ILS)
Zona waktu UTC +2
Kode telepon +970
Upaya pbb
korban
Sumber :
Wikipedia
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Setelah adanya kasus holocoust, kaum yahudi
akhirnya terpencar dan tidak memiliki tempat
tinggal. Namun dengan adanya upaya untuk
mendirikan suatu negara lagi, kaum yahudi ini
berusaha lewat jalur diplomasi dan berhasil
pada 2 November 1917 melalui deklarasi
Balfour. Surat itu menyatakan posisi yang
disetujui pada rapat Kabinet Inggris pada 31
Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris
mendukung rencana-rencana Zionis buat
tanah air bagi Yahudi di Palestina, dengan
syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh
dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak
dari komunitas-komunitas yang ada di sana
(source : wikipedia). Pada saat itu Negara Arab
masih dibawah teritorial Inggris raya.
Sumber :
Wikipedia
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Hubungannya dengan Islam - Yahudi
Sebenarnya konflik ini sangat berkaitan dgengan unsur
agama dimana para Yahudi, sangat ingin mengambil
atau menempati Bukit Zion dan sekitarnya (daerah
palestin, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, dan
Yerussalem timur) yg dikeramatkan dan di percaya oleh
mereka bahwa tempat itu tempat suci tuhan mereka.

Bagi orang islam Yerusalem merupakan kota suci umat
Islam, sebab di sana ada tempat di kawasan old city yang
bernama Bukit Moriah atau Haram Es-Sharief. Di bukit
Moriah ada dua masjid besar, yaitu Dome of the Rock
atau Kubah Batu Karang dan Masjidil Aqsha. Masjidil
Aqsha juga merupakan tempat suci ketiga sesudah
Makkah dan Madinah di Saudi Arabia. Pada masa
permulaan Islam, yang menjadi kiblat shalat ialah
Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, juga menjadi kiblat
bagi orang Yahudi.
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Kenapa konflik Israel - Palestina selalu dikaitkan dengan
Amerika ?
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah
terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua
negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki
Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui
begitu panjang dan sulit. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar
600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah
Palestina.

Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel,
setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul
Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan Yusuf Tholat yang
terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di
Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun
1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel.
Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan
Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang
amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan
terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang
disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Tahun
Kematian
Palestina Israel
2011 118 (13) 11 (5)
2010 81 (9) 8 (0)
2009 1034 (314) 9 (1)
2008 887 (128) 35 (4)
2007 385 (52) 13 (0)
2006 665 (140) 23 (1)
2005 190 (49) 51 (6)
2004 832 (181) 108 (8)
2003 588 (119) 185 (21)
2002 1032 (160) 419 (47)
2001 469 (80) 192 (36)
2000 282 (86) 41 (0)
1999 9 (0) 4 (0)
1998 28 (3) 12 (0)
1997 21 (5) 29 (3)
1996 74 (11) 75 (8)
1995 45 (5) 46 (0)
1994 152 (24) 74 (2)
1993 180 (41) 61 (0)
1992 138 (23) 34 (1)
1991 104 (27) 19 (0)
1990 145 (25) 22 (0)
1989 305 (83) 31 (1)
1988 310 (50) 12 (3)
1987 22 (5) 0 (0)
Total 7978 (1620) 1503 (142)
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Sumber
data berasal
dari
B'tselem
dan
Kementeria
n Luar
Negeri
Israel antara
tahun 1987
hingga 2010
UPAYA DEWAN KEAMANAN PBB

Resolusi Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik
Palestina-Israel yaitu :
Resolusi tentang HAM Resolusi A/55/133 isinya mengenai
tindakan tindakan Israel yang melakukan
pelanggaran terhadap rakyat Palestina. (mengenai
pencaplokan, pendirian perkampungan Yahudi dan
Penutupan daerah). Dalam resolusi ini, Majelis Umum
menitik beratkan pada perlunya menjaga integritas
territorial seluruh wilayah pendudukan Palestina,
termasuk menghilangkan pembatasan yang dilakukan
oleh Israel.
Resolusi A/55/128 mengenai tanah kepemilikian Palestina
sesuai dengan Prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Resolusi A/56/142 hak rakyat Palestina dalam
menentukan nasib sendiri
Upaya pembentukan road map yang disepakati oleh
komite Kwartet, yaitu As, Rusia, Uni Eropa dan Sekjen
PBB
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Resolusi PBB No.181 tahun 1947 mengenai pembagian
wilayah bagi bangsa Palestina dan Yahudi
Pembentukan komis I khusus untuk mengatasi
menangani masalah pengungsi Palestina, yaitu UN
Conciliation Commission For Palestine ( UNCCP) yang
kemudian pada tahun 1950 juga membentuk sebuah
badan Pengungsi Palestina dengan nama UN Relief
and Works Ageny (UNRWA)
Resolusi No. 194 yang berbunyi :
Majelis umum menegaskan bahwa harus di izinkan
secepat mungkin bagi pengungsi yang ingin kembali
kerumah mereka dan hidup damai dengan tetangganya,
dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta
benda yang ditinggalka, dan mendapat ganti rugi dari
kerugia atau kerusakan harta benda sesuai dengan
hukum Internasional dan standar keadilan bagi mereka
yang tidak ingin kembali lagi.
Resolusi No. 338 penyeruan mengenai gencatan
senjata bagi pihak yang bertikai dan mengakhiri aksi
bersenjata kedua pihak.
Resolusi No. 1276 yang meminta kedua pihak serius
untuk mengentikan gencatan senjata.
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Oktober 2000 DK menyetujui resolusi yang mengecam
penggunaan kekuatan berlebihan, yaitu no. 1322
dimana Dk PBB menyatakan sangat Prihatin dalam
peristiwa tragis yang membawa banyak kematian dan
kerugian dan kebanyakan orang-orang Palestina.
Dibawah kepemimpinan Ariel Sharon, Israel justru
menunjukan eskalasi militer dan Politik. Israel
mengerahkan pasuka bersenjatanya ke tepi barat dan
membantai orang2 palestina di kamp pengungsi di
jenin, Balata, Rammalah, Aida, dir balah dan Deheish
sejak awal hingga pertengahan Juni 2002.
Resolusi no. 1937 12 maret 2002, yang meminta
dengan segera penghentian semua tindakan
kekerasan termasuk tindakan meneror, penghasutan
dan pengrusakan. Tanggapan dari Resolusi ini yaitu,
pada tanggal 20 maret pejuang palestina melakukan
aksi bom bunuh diri di dekat kota Umm Al-Fahm, Israel
Utara dan juga dekat kota Yerusalem hingga sebagai
balasannya PM Ariel Sharon mengumumkan deklarasi
perang serta mengerahkan pasukannya lengkap
dengan persenjataan dan alat-alat berat ke kota
Ramallah, untuk mengepung Yasser Arafat
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Dari permasalahan sengketa antara Palestina dan Israel
melalui pembahasan, dapat diambil kesimpulan :
Bahwa sengketa antara Palestina dan Israel
adalah merupakan permasalahan sengketa wilayah yang
telah dilakukan pembagian oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) pada medio Mei 1947. Ternyata pembagian
wilayah yang telah dilakukan tidak dapat memuaskan
kedua belah pihak dan upaya untuk menggagalkan tidak
lagi diawasi secara ketat oleh PBB. Serangan Israel tidak
segera diselesaikann dengan ketegasan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi
Internasional yang memiliki kapasitas untuk
menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan
Palestina.
Bahwa mengenai posisi antara Palestina dan
Israel terdapat ketidakadilan secara ekonomi yang
mengakibatkan dukungan dalam hal persenjataan begitu
besar dan memperkuat posisi Israel dalam upaya
penekanannya atas Palestina dan hal ini tidak dicermati
oleh PBB dan tidak ada upaya untuk ikut mengontrol
masuknya bantuan untuk persenjataan bagi Israel untuk
memperkuat pasukan bersenjata.
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
PROFIL
SEJARAH
Upaya pbb
korban
Situasi saat
ini
KESIMPUL
AN
Lanjut ke sengketa
selanjutnya.........:D
Sengketa
Internasional
Pakistan-India


KEWARGANEGARAAN
SMANPLUS PROP.RIAU

Ibu kota : New Delhi
Kota terbesar : Mumbai (Bombay)
Bahasa resmi : Hindi, Inggris dan 21
bahasa lainnya
Pemerintahan Republik federal
- Presiden Pratibha Patil
- Wakil Presiden Mohammad Hamid Ansari
- Perdana Menteri Manmohan Singh
Kemerdekaan dari Britania Raya
- Deklarasi 15 Agustus 1947
- Republik 26 Januari 1950
Luas - Total3,287,590 km
2

Penduduk
- Perkiraan 20061.098.577.839
Mata uang Rupee (Rs.)
Profil India
Ibu kota : Islamabad
Kota terbesar : Karachi
Bahasa resmi : Urdu(Bahasa Resmi), Inggris
PemerintahanRepublik
- Presiden : Asif Ali Zardari
- Perdana Menteri : Yousaf Raza Gillani
Kemerdekaan dari Britania Raya 14 Agustus 1947
Luas : - Total803,940 km
2

Penduduk
- Perkiraan : 2006165.803.56 - Kepadatan :
188/km
2

PDB (KKB) Perkiraan 2004
- Total US$392 miliar - Per kapita US$2.567
Mata uang : Rupee
Profil Pakistan
Sejak mendapat
kemerdekaan dari Inggris
tahun 1947, India-pakistan
telah 4 kali berperang,
tahun 1949 terjadi perang
terbuka karena konflik
kashmir, dan perang lainnya
karena India membantu
Pakistan Timur(Bangladesh)
melepaskan diri dari
Islamabad.
Kashmir tidak diperebutkan
India dan Pakistan saja
tetapi juga Cina. Persoalan
muncul ketika India tetap
mengklaim seluruh Kashmir
adalah teritorinya dan
Pakistan menolak karena
mayoritas penduduk
Kashmir adalah Islam


Permusuhan antara India dan Pakistan merupakan salah satu
hubungan persengketaan yang paling awet yang pernah terjadi di
antara dua negara bertetangga. Persengketaan di antara mereka
sudah hampir berumur 57 tahun, sama tuanya dengan usia kedua
negara itu sendiri.
Ketegangan etnis dan teritorial terus berlanjut bahkan makin parah
sepanjang era tahun 1990-an hingga awal abad ke-21. Pada akhir
tahun 2002, India sudah menempatkan lebih dari 250.000 tentara
diwilayah itu, dan sekurang-kurangnya 30.000 orang tewas dalam
konflik tersebut
Terdapat tiga perang utama dan satu perang kecil antara kedua
negara.
Perang India-Pakistan 1947: Pakistan merebut 1/3 Kashmir
(Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya) dengan
bantuan Pashtun. Hindu dan Sikhs dihilangkan dari Kashmir
Pakistan. India membalas dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur
Perang India-Pakistan 1965: Pasukan Pakistan berusaha
memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan
oleh Kashmir. Rencana ini gagal dan penyusup dapat ditemukan,
sehingga India membalas hal ini. Perang ini diakhiri dengan
gencatan senjata, dan India dapat merebut sedikit teritori Pakistan.


Perang India-Pakistan 1971:
Bangladesh meminta
kemerdekaan dari Pakistan.
Tentara Pakistan melakukan
pembunuhan dan pemerkosaan
besar di Bangladesh dan
genoside penduduk Bengali.
Jutaan pengungsi pindah ke
India. India membantu Mukti-
Bahini Bangladesh dan
menaklukan
Pakistan,sehingga Bangladesh
merdeka dan Pakistan menyerah
seluruhnya.

Perang India-Pakistan 2000, juga
disebut "Perang Kargil": Tentara
Pakistan dan beberapa
pemberontak Kashmir merebut
pos tentara India. India
membalas dan merebut kembali
pos itu. Tekanan internasional
terhadap Pakistan membuatnya
mundur. Perang berakhir dengan
India merebut Kargil dan isolasi
diplomatik Pakistan.
Dengan keindahan pemandangan yang dimilikinya, Kashmir dijuluki sebagai
Negeri Taman Musim Abadi. Baik bagi India maupun Pakistan kepemilikan
Kashmir merupakan suatu hal penting bagi kelangsungan negaranya
masing-masing. Bagi India sendiri ada beberapa aspek yang membuat India
tidak mau melepaskan Jammu-Kashmir dari kekuasaannya.
Bagi India, Kashmir merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Kepentingan
India atas Kashmir tidak hanya pada dimensi politik semata, melainkan
terhadap berbagai kepentingan lainnya. Seperti kepentingan geopolitis
Kashmir bagi India adalah dengan dikuasainya Kashmir akan memungkinkan
India memiliki akses strategis di bagian barat daya. Disamping menyediakan
suatu rangkaian hubungan tradisional antara Asia Tengah dan Subkontinen.
Hubungan India dengan ketiga Negara tetangganya yang terpenting yaitu
Rusia, China serta Afghanistan sangat tergantung pada luasnya wilayah
Kashmir yang dapat dikuasai.



Kelebihan yang dimiliki Pulau Kashmir
Bagi Pakistan, wilayah Kashmir merupakan wilayah yang penting
bagi negaranya. Dari segi sosial budaya, Pakistan merasa memiliki
kesamaan dengan Kashmir, salah satunya yaitu mayoritas
masyarakatnya yang memeluk agama Islam.
Selain itu, Kashmir memiliki enam aliran sungai yang berguna
sebagai perairan irigasi yaitu Chenab, Jhelum, Indus, Sutlej,
Beas dan Ravi. Apabila Pakistan menguasai Kashmir, ada
kekhawatiran dari India akan sungai-sungai tersebut tidak akan
mengairi India.
Sungai-sungai tersebut mengairi sekitar 20 juta akre tanah
Pakistan, yang ditumbuhi padi, gandum, tebu, kapas, dan lain-
lainnya. Sehingga apabila Pakistan menguasai Kashmir maka
Pakistan tidak perlu khawatir akan terjadinya krisis air di negara,
seperti yang terjadi pada tahun 1948, 1952 dan 1958 dimana
India menghentikan aliran sungai ke Pakistan.
Oleh karena itu, Kashmir merupakan kunci ketahanan pangan
Pakistan karena apabila sungai-sungai tersebut tidak mengairi
Pakistan maka yang terjadi adalah masyarakat Pakistan
kemungkinan bisa saja dilanda kelaparan dan pemerintah
Pakistan juga tidak dapat melakukan ekspor bahan-bahan
pangan.



SAARC dalam Penyelesaian Konflik Kashmir
Konflik India-Pakistan merupakan konflik yang sangat
berpengaruh dan mengganggu di kawasan Asia Selatan,
karena konflik tersebut melibatkan dua Negara besar yaitu
India dan Pakistan. Konflik India-Pakistan juga berdampak
buruk bagi organisasi SAARC (South Asian Association of
Regional Cooperation), yaitu organisasi internasional
regional yang beranggotakan negara-negara Asia Selatan,
dimana India dan Pakistan juga merupakan anggota dari
SAARC
sehingga sengketa ini mengganggu kemajuan dan eksistensi
SAARC di masa mendatang, karena selain mereka sebagai
negara-negara dominan juga sangat tidak mungkin apabila
Negara-negara yang berada dalam satu organisasi terlibat
konflik atau atau perang dengan negara lain sesama
anggota.

Jalan menuju perdamaian antara India dan Pakistan
sangatlah panjang, setelah menyepakati gencatan senjata
pada awal tahun 1949, menyusul perang pertama pada
tahun 1947, hubungan antara kedua negara kembali
memburuk.
Ketegangan mencapai klimaks pada September 1965
ketika pasukan India dan Pakistan kembali dikerahkan ke
medan perang. Kesepakatan damai akhirnya
ditandatangani pada tahun 1966.
Tetapi lima tahun kemudian, tahun 1971 mereka kembali
bertempur, kali ini karena sengketa soal wilayah Pakistan
Timur, yang kemudian menjadi Bangladesh. Perdamaian
terjadi lagi pada tahun 1972, yang diikuti masa tenang
yang relatif panjang, hingga dilakukannya berbagai
kegiatan uji coba rudal nuklir di kedua negara, yang
dimulai pada dekade 1990-an.

UPAYA
PERDAMAIAN
Pada pertemuan KTT SAARC yang ke sepuluh, bulan juli tahun 1998 di
Colombo, Srilanka. Perdana Menteri India (PM Vajpayee) dan PM
Nawaz Syarif, (PM Pakistan), setuju untuk menjalin hubungan
kerjasama dan mengadakan perundingan selanjutnya di kota Lahore,
Pakistan.
Pada pertemuan KTT SAARC yang kesebelas, bulan januari 2002 di
Kathmandu,Nepal. India dan Pakistan kembali bertemu untuk
membahas tentang konflik yang ada diantara mereka, tapi belum
berhasil mencapai kesepakatan.
Usaha perdamaian SAARC terjadi pada Januari 2004, dalam KTT
SAARC yang keduabelas di Islamabad, Pakistan. India dan Pakistan
sepakat untuk memulai dialog menyeluruh pada bulan februari, mereka
berjanji pertemuan mereka pada akhirnya juga akan menyelesaikan
sengketa Kashmir.
Dari semua hal yang di upayakan oleh SAARC , sampai saat ini
SAARC belum menemukan titik terang dalam penyelesaian konflik
Kasmir. Dengan kata lain selama ini SAARC hanyalah wadah bagi
wakil baik dari India maupun Pakistan untuk berunding dan mencoba
menyelesaikan pertikaian mereka
Hasil Kesepakatan
UPAYA PBB
oKeterlibatan India dalam pemberontakan di Poonch
mengakibatkan keadaan Kashmir semakin memanas. Pengakuan
India atas kepemilikan Kashmir berdasarkan Instrument of
Accession, mendapat pertentangan dari Pemerintah Pakistan
karena Pakistan masih meyakini Kashmir berada dalam status quo
perjanjian berdasarkan Standstill Agreement. Bahkan
pemberontakan rakyat Kashmir terhadap pemerintahnya berubah
menjadi perang terbuka antara India dan Pakistan.
oSetelah perang tersebut berakhir, India dan Pakistan sepakat
mengadakan Pertemuan Lahore pada 2 November 1947, yang
dihadiri oleh Gubernur Jenderal Pakistan Mohammad Ali Jinnah
dan Gubernur Jenderal India Lord Mounbatten.
o Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah akan melaksanakan
referendum dibawah pengawasan PBB. Setelah hasil pertemuan
tersebut dilaporkan kepada Perdana Menteri India Jawaharlal
Nehru dan Perdana Menteri Pakistan Liquat Ali Khan, kedua
negara pun menyetujuinya.

Sejak 1 Januari 1948, masalah Kashmir menjadi permasalahan dunia internasional
dibawah naungan PBB. Pada 1 Januari 1948, India melaporkan kepada DK PBB
bahwa Pakistan ikut membantu pemberontakan di Poonch.
.
Upaya PBB semakin optimal ketika pada 20 Januari 1998, DK PBB
membentuk United Nation Comission for India and Pakistan (UNCIP) yang
anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Belgia dan Argentina.


Pada Juli 1948, Menteri Luar Negeri yang juga sebagai delegasi Pakistan
di PBB, Zafrulla Khan mengakui bahwa tentara Pakistan berada di
Kashmir. Pada 13 Agustus 1948, UNCIP mengeluarkan resolusi yang
menyatakan bahwa adanya keterlibatan Pakistan atas terjadinya perang di
Poonch. PBB juga meminta agar Pakistan dan India menarik pasukannya
di Kashmir. Dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa :

"Pemerintah India dan pemerintah Pakistan menegaskan kembali bahwa
status masa depan Jammu-Kashmir akan ditentukan sesuai dengan
kehendak rakyat dan untuk mencapai tujuan tersebut, atas penerimaan
Perjanjian Gencatan Senjata, kedua pemerintah menyetujui untuk
memulai konsultasi dengan Komisi untuk menentukan syarat-syarat yang
adil, seimbang, bebas dan terjamin".

Namun rencana pelaksanaan referendum belum juga dapat dilaksanakan
maka pada 11 Desember 1948, PBB menegaskan kembali agar
melakukan referendum dan genjatan senjata. Namun penegasan tersebut
tidak memberikan pengaruh apapun karena Pakistan masih belum
mematuhi resolusi sebelumnya, seperti menarik bersih pasukannya dari
Kashmir. Terlebih lagi, Pakistan masih mengurusi urusan dalam negerinya
sebagai sebuah negara baru, terutama mengenai demografi negaranya.

5 Januari 1949, PBB kembali mengeluarkan resolusi yang menyebutkan
bahwa "the question of accession of the state of Jammu and Kashmir to India
or Pakistan will be decided through the democratic method of a free and
impartial plebiscite. Resolusi tersebut juga menyatakan untuk penarikan
pasukan Pakistan dari Kashmir, mengukuhkan hak tentara India dalam
mempertahankan Kashmir, dan segera melaksanakan referendum di Kashmir
secara independen.

Setelah India dan Pakistan mengumumkan genjatan senjata dibawah
naungan PBB, maka selama tahun 1949 PBB melalui UNCIP melakukan
berbagai pertemuan dan kesepakatan mengenai perumusan proses genjatan
senjata yang dilakukan. Proses-proses tersebut antara lain mengenai garis
genjatan senjata, penarikan pasukan secara bertahap, serta pengawasan
proses genjatan senjata.

Kasus perebutan wilayah Kashmir yang berlaru-larut memutuskan PBB untuk
mencoba pendekatan baru, yaitu dengan mengirimkan perwakilan PBB ke
India dan Pakistan untuk mencari solusi yang dapat disepakati oleh kedua
negara. Perwakilan PBB yang pertama, yaitu DK PBB Presiden Jenderal AG
L McNaughton yang membawa sebuah proposal yang menyarankan agar
kedua negara melakukan demiliterisasi Kashmir untuk memastikan bahwa
proses referendum tidak akan memihak salah satu negara. Namun, proposal
tersebut ditolak oleh India.


Kemudian, tahun 1950 PBB mengutus Sir Owen Dixon bertemu dengan
pejabat India dan Pakistan untuk kembali mencari solusi. Sir Owen Dixon
juga membawa proposal yang menyarankan agar pelaksanaan
referendum hanya dilakukan di daerah yang bermasalah (Valley of
Kashmir), dan wilayah lainnya menentukan keputusan sendiri untuk
bergabung dengan India atau Pakistan. Proposal yang dikenal
dengan Dixon Plan juga mendapat penolakan dari India dan Pakistan.

Agar India dan Pakistan menyetujui proposal yang diajukan PBB, maka
dikirim kembali perwakilan PBB, yaitu Frank Graham untuk
menyelesaikan konflik dalam waktu tiga bulan. Setelah melewati jangka
waktu yang ditentukan, belum juga ditemukan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan Kashmir. Namun pada 30 Maret 1951,
PBB membentuk pasukan keamanan militer untuk mencegah terjadinya
perang di daerah perbatasan Kashmir, India dan Pakistan.

Kegagalan-kegagalan yang dialami, tidak membuat PBB menyerah untuk
menyelesaikan persengketaan Kashmir. Berbagai cara dilakukan kembali
untuk menemukan solusi yang benar-benar dapat disepakati oleh India
dan Pakistan. Oleh karena itu, pada tahun 1957 PBB kembali mengirim
perwakilannya, yaitu Gunnar Jarring, namun mengalami kegagalan pula.



Setelah usaha-usaha memaksa India untuk menaati resolusi PBB tidak
pernah terwujud, maka pada tahun 1957, Pakistan mencoba kembali
mengangkat isu Kasmir ke PBB, yang kemudian hasilnya adalah PBB
menolak ratifikasi Instrument of Accession, namun hasil tersebut ditolak
India. Resolusi tersebut juga mengulangi resolusi sebelumnya yang
menyatakan bahwa masa depan Kashmir harus diputuskan sesuai
kehendak rakyat melalui cara-cara yang demokratis dengan melaksanakan
referendum yang bebas dan tidak memihak di bawah pengawasan PBB.

Pada tahun 1962, Dewan Keamanan PBB berusaha melakukan hak veto
namun hal tersebut gagal. Upaya PBB dalam menyelesaikan masalah ini
terlihat melemah ketika dikeluarkannya resolusi tahun 1964 yang
menyatakan bahwa permasalahan Kashmir antara India dan Pakistan
sebaiknya diselesaikan dahulu secara bilateral. Berbagai resolusi yang
dikeluarkan tidak juga menyelesaikan permasalahan Kashmir. Bahkan
India dan Pakistan kembali terlibat perang terbuka pada tahun 1965 dan
tahun 1971, yang mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa, korban terluka
dan tertangkap.




Kepentingan dan posisi PBB dalam kasus perebutan
wilayah Kashmir
Dalam perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan,
keterlibatan PBB adalah sebagai aktor non-negara
yang dibentuk oleh negara-bangsa atau yang dikenal
dengan Intergovernmental Organization (IGOs). Walaupun terdiri
dari negara-bangsa, PBB tetap berada pada posisi yang tidak
memihak negara manapun. Walaupun dalam konflik Kashmir,
PBB membentuk UNCIP yang terdiri dari lima negara anggota,
hal tersebut tetap tidak menghapuskan posisi netral PBB.
Keterlibatan PBB merupakan sebagai aktor non-negara yang
menjalankan upaya diplomasinya melalu jalur second track
diplomacy.

PBB bergerak hanya berlandaskan pada satu kepentingan
bersama yaitu menyelesaikan konflik Kashmir antara India dan
Pakistan dengan jalan damai. Berdasarkan dengan teori
liberalisme yang mengutamakan peran pada institusi yang
melampaui negara, maka pada konflik Kashmir, peran PBB
memang diperlukan karena PBB merupakan organisasi tertinggi
internasional yang dapat mengawasi dan mengendalikan suatu
negara.



Dalam mencari solusi untuk menyelesaikan konflik Kashmir, PBB lebih
mengedepankan cara-cara damai tanpa kekuatan militer demi mewujudkan
perdamaian dan keamanan bersama, sesuai dengan konsep liberalisme,
dikatakan pula bahwa untuk mencapai perdamaian dapat menggunakan cara
demokrasi. Seperti yang terjadi pada Kashmir, PBB menegaskan pelaksanaan
referendum sebagai cara yang demokratis untuk menentukan status Kashmir.
Kepentingan PBB dalam konflik perebutan wilayah Kashmir yaitu hanya untuk
menyelesaikan konflik tersebut dengan damai tanpa adanya kepentingan
pihak-pihak lain yang mempengaruhi PBB.
Namun pada kenyataannya, hingga akhir tahun 1977 pelaksanaan
referendum juga belum dilakukan. Kenyataan ini dapat mematahkan teori
liberalisme yang menekankan peran institusi dengan jalan perdamaian
merupakan cara yang tidak terlalu efektif dalam menyelesaikan permasalahan
Kashmir antara India dan Pakistan.


Dengan terjadinya kembali dua kali perang besar antara India dan
Pakistan, memperlihatkan bahwa konsep realisme yang menggunakan
jalan perang dan keamanan lebih efektif terhadap permasalahan Kashmir.
Cara-cara anarkhi yang digunakan India dan Pakistan, dilakukan agar
adanya keseimbangan kekuatan. Berdasarkan konsep realisme, berlarut-
larutnya konflik Kashmir dikarenakan adanya kepentingan nasional, faktor
keamanan,dan kekuasaan yang kuat.
Pemerintah India dan Pakistan memiliki kepentingan tersendiri untuk
menguasai Kashmir, terutama karena adanya aliran sungai dan wilayah
yang strategis untuk dibangun keamanan militer di Kashmir. Dengan
resolusi PBB tahun 1964 yang menyerahkan kembali permasalahan
Kashmir untuk diselesaikan secara bilateral India dan Pakistan.

Keberhasilan PBB dalam menyelesaikan kasus perebutan wilayah Kashmir
Selama mengeluarkan kebijakan dalam menyelesaikan kasus
perebutan Kashmir, PBB telah mencapai beberapa keberhasilannya. Salah
satunya yaitu, PBB berhasil meminta India dan Pakistan untuk melakukan
genjatan senjata pada setiap kali India dan Pakistan terlibat perang, yaitu
pada tahun 1947, 1965, dan 1971. Walaupun prosesnya memakan waktu
lama, setidaknya PBB juga berhasil membujuk India dan Pakistan untuk
menarik pasukan militernya dari Kashmir.

KEGAGALAN PBB dalam menyelesaikan Kasus
perebutan wilayah Kashmir

Disamping keberhasilan yang dicapai, namun PBB tetap
memiliki kegagalan dalam tujuan untuk menyelesaikan
perebutan wilayah Kashmir. Salah satunya yaitu pembentukan
UNCIP. Hal tersebut karena peran UNCIP tidak terlalu dapat
membantu permasalahan Kashmir dengan solusi yang tepat.
Baik DK PBB maupun UNCIP hanya mengeluarkan resolusi
tanpa adanya sangsi yang lebih keras lagi. Berkali-kali resolusi
dikeluarkan namun India dan Pakistan tetap saja
mempertahankan kepentingan dan solusinya masing-masing.

Kebijakan yang dikeluarkan PBB memang menggunakan cara-
cara yang damai dan lebih mengutamakan diplomasi. Namun
sepertinya usaha yang dilakukan PBB tidak terlalu dapat
memperbaiki kondisi hubungan kedua negara karena resolusi
yang dikeluarkan PBB tidak dijalankan oleh India maupun
Pakistan. Bahkan proposal saran yang dibawa oleh utusan-
utusan PBB ditolak oleh India dan Pakistan.


KESIMPULAN
Pada masalah perebutan wilayah Kashmir oleh India dan Pakistan ,
sebenarnya baik PBB maupun SAARC telah berusaha keras untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan damai. Terbukti dengan banyaknya
resolusi yang telah dikeluarkan PBB yang intinya meminta agar India dan
Pakistan melakukan gencatan senjata, serta melakukan referendum sesuai
kehendak rakyat di bawah pengawasan PBB untuk menentukan
penggabungan Kashmir dengan India atau Pakistan.
Dalam perencanaan pelaksanaan referendum, PBB menghadapi
beberapa masalah yang kompleks. Hal tersebut karena adanya perbedaan
pendapat antara India dan Pakistan. Pakistan menolak adanya kekuatan
militer pada pelaksanaan referendum karena ditakutkan India akan
mempengaruhi pelaksanaan maupun hasil referendum. Selain itu,
sebenarnya India menghadapi ketakutan jika referendum dilakukan maka
Kashmir akan menjadi bagian dari Pakistan. Karena baik India maupun
Pakistan memiliki kepentingan masing-masing dalam keinginan menguasai
Kashmir, sehingga resolusi yang di keluarkan PBB maupun SAARC tidak
dapat dilakukan karena terbentur dengan kepentingan nasional kedua
negara.
Pada akhirnya keterlibatan, usaha dan peran PBB maupun SAARC
sepertinya terasa sia-sia dan tidak dihargai karena referendum yang telah
diputuskan, tidak pernah dilaksanakan oleh India dan Pakistan.Padahal
keterlibatan PBB merupakan atas permintaan India dan Pakistan sendiri.


Motto
Dmocratie - Justice - Unit
"Demokrasi, Keadilan, Persatuan"
Lagu kebangsaan
Debout Congolais
Pemerintahan
Ibu kota Kinshasa
Bahasa resmi Perancis
Pemerintahan Republik
- Presiden Joseph Kabila
-
Perdana
Menteri
Adolphe Muzito
Kemerdekaan
- Tanggal
Dari Belgia
30 Juni 1960

Luas
Total 2,345,410 km
2

Air(%) 5,3%
Penduduk
Perkiraan 2006 57.900.000
Sensus 1938 10.217.408
Kepadatan 24/km
2
(182)
PDB (KKB) Perkiraan 2003
Total
US$35,79
Miliar

Per kapita US$673 (162)
Mata uang Franc (CDF)
Zona waktu (UTC+1 dan +2)
Republik Demokratik Kongo, (sebelumnya
bernama Zaire antara tahun 1971 dan 1997), adalah
sebuah Negara di Afrika bagian Tengah. Negara ini
berbatasan dengan Republik Afrika Tengah dan Sudan
di sebelah utara; Uganda, Rwanda, Burundi, dan
Tanzania di timur; Zambia dan Angola di selatan; dan
Republik Kongo di Barat.
Di tengah konflik, tentara seringkali
cenderung brutal dan haus perempuan.
Tentara sering lebih suka memperkosa
ketimbang melindungi perempuan.
Di Kongo, berita teranyar
menyingkapkan, sebanyak 248 perempuan
mengaku telah diperkosa tentara di Provinsi
Sud-Kivu di Republik Demokratik Kongo,
sebuah kawasan yang jadi pusat pemerkosaan
paling jahat di dunia.
Tentara di Kongo dikenal ganas.
Laporan sebelumnya mencatat, lebih dari 1.100
perempuan diperkosa setiap hari di Republik
Demokratik Kongo (DRC).
Studi yang diterbitkan di American
Journal of Public Health menyebutkan, angka
itu menunjukkan bahwa kekerasan seksual
terhadap perempuan di negara tersebut 26 kali
lipat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan
kasus pemerkosaan yang berlangsung sistematik terus
terjadi di wilayah perbatasan Angola dan Republik
Kongo.
PBB menyebut Kongo merupakan ibukota
pemerkosaan dunia.
Utusan Khusus PBB untuk kekerasan seksual
dalam konflik kedua negara ini Margot Wallstrom
menyatakan, 182 kasus pemerkosaan dilaporkan di
sebuah desa perbatasan pada Januari saja. Sementara
selama enam hingga delapan bulan terakhir, PBB
mengkonfirmasi 1,375 kasus terjadi di satu desa saja.
Wallstrom pun mendesak pihak berwenang Kongo
untuk segera menyelidiki kasus-kasus pemerkosaan
yang terjadi. Dan Kongo juga diminta bekerja sama untuk
mengatasi kasus pelanggaran HAM ini.
Lebih lanjut Wallstrom menambahkan sebagai
besar korban selamat dalam pemerkosaan mengaku
mengalami kekerasan, saat mereka berada di dalam
fasilitas tahanan di Angola dan Kongo.
Patrick Cammaert, mantan komandan misi PBB
di Republik Demokratik Kongo, mengatakan
PBB gagal menindak pelaku pemerkosaan di
negara tersebut.
Dalam kasus-kasus yang dilaporkan, korban
pemerkosaan beragam, dari bayi sampai perempuan tua.
Banyak yang diperkosa oleh beberapa lelaki sekaligus. Lebih
parah lagi, sejumlah pemerkosa dilaporkan meneliti vagina
perempuan untuk mencari emas yang tersembunyi.
Menurut Cammaert, PBB tahu ada kasus-kasus
pemerkosaan, namun mereka gagal mengatasinya.
"Anggota misi perdamaian tahu bahwa seorang perempuan
diperkosa di salah satu desa, dan beberapa hari kemudian
beberapa perempuan lain bernasib sama. Untuk alasan-
alasan tertentu informasi yang diterima ini tidak diproses
sebagaimana mestinya dan tidak ditanggapi oleh komponen
militer misi perdamaian."
PBB menyalahkan beberapa kelompok tentara, seperti Mai Mai
Cheka dan Angkatan Demokrat untuk Kemerdekaan Rwanda. Mereka
dituduh sengaja membuat wilayah tersebut tidak stabil untuk alasan
ekonomi.
Beberapa alasan, sehingga PBB mengalami kegagalan yaitu :
KELOMPOK PEMERKOSA
Tentara PBB kesulitan mengontrol area hutan rimba yang
luas di Kongo timur. Saksi menyatakan bahwa "kelompok
pemerkosa" bersembunyi di hutan tersebut dan menyerang
desa ketika tentara baret biru kembali ke markas mereka.
Pemerkosaan massal terakhir terjadi dalam waktu
beberapa hari di kota Luvungi, 20 mil dari markas PBB di Kibua,
Kivu Utara. Setidaknya 242 orang diperkosa. Dua minggu
kemudian, PBB baru mendengar serangan ini.
"Untuk wilayah dengan lingkungan dan keadaan alam macam
Kongo timur, dua puluh mil adalah jarak yang jauh. Banyak
yang bisa terjadi tanpa diketahui di semak-semak dan alam
yang ganas. Namun jika ada informasi, jarak harusnya bisa
diatasi dengan, misalnya, menggunakan helikopter. Cara-cara
itulah yang belum dilakukan PBB."
OPERASI MALAM
Pasukan perdamaian PBB mengatakan, mereka perlu
mengejutkan para pemberontak dengan mengadakan operasi
tengah malam dalam jarak yang lebih jauh dari markas mereka.
Dulu hal ini tidak biasa dilakukan, namun menurut Cammaert,
operasi macam itu makin sering dilakukan sekarang.
Alam bukan satu-satunya hambatan yang dihadapi PBB.
Komunikasi juga harus dibenahi. Bahkan ketika pemerkosaan
besar-besaran terjadi, para korban belum tentu mau
membicarakannya.
"Amat penting untuk mendobrak kebisuan mengenai kejahatan keji
ini. Perempuan yang pernah diperkosa enggan berbicara dengan
laki-laki, terutama laki-laki berseragam. Namun seiring waktu,
pasukan perdamaian harus membangun kepercayaan. Mereka
bisa meminta bantuan perempuan-perempuan sipil dan tentara
perempuan yang terlatih untuk mengatasi masalah-masalah
macam ini."
SENJATA PERANG
Dalam video YouTube yang memuakkan, sejumlah
pelaku menyatakan bahwa pemerkosaan cuma senjata
dalam perang: cara untuk membuat Kongo timur tak
stabil, biasanya untuk alasan ekonomi.
Perilaku macam ini makin menghambat kerja PBB.
Ini juga alasan PBB mendesak pemerintah Kongo untuk
bekerja lebih keras menyeret para pelaku ke muka
hukum. Pelaku juga harus dimasukkan ke daftar buronan
pengadilan pidana internasional.
Menurut Cammaert, pemerintah punya tanggung
jawab yang sama besar, dan sekarang terlalu banyak
pemerkosa yang hidup bebas di Kongo.
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) memberi tenggat
waktu sepekan kepada Republik Demokratik Kongo untuk
mengambil tindakan terhadap dua tentara batalyon yang
dituduh melakukan setidaknya 126 kasus perkosaan, kata para
diplomat.
Kepala penjaga perdamaian PBB Herve Ladsous
menyampaikan final tersebut pada pertemuan dengan Menteri
Luar Negeri DR Kongo Raymond Tshibanda pada hari Rabu
(27/3/13) di markas PBB.
Pertemuan tersebut diselenggarakan pada saat Dewan
Keamanan PBB bersiap melakukan pemungutan suara Kamis
untuk menetapkan resolusi terhadap intervensi brigade untuk
membantu memerangi kelompok tentara pemberontak di
bagian timur DR Kongo.
Pengamat HAM internasional Human Rights Watch
mengatakan bahwa selama periode 10-hari, para prajurit
"melanjutkan mengamuk memperkosa dan menjarah di Minova
dan masyarakat sekitarnya." PBB mengatakan pada Desember
bahwa para penyidiknya memiliki bukti sedikitnya 126 kasus
perkosaan, dan bahwa dua tentara telah ditangkap karena
perkosaan sedangkan tujuh lainnya untuk kasus penjarahan di
sekitar Minova.

Human Rights Watch mengatakan dalam satu
laporan pada Februari bahwa beberapa wanita
mengatakan kepada para penyelidik bahwa "orang-
orang berseragam tentara memaksa memasuki ke
rumah-rumah wanita di malam hari, meminta uang
dan melakukan pemerkosaan.
Kasus pemerkosaan di Kongo sudah teralu merajalela,
sehingga PBB menyebut Kongo Ibukota Pemerkosaan
Dunia.
Tentara Kongo terkenal ganas karena dilaporkan telah
memperkosa bisa lebih dari 1000 wanita setiap hari.
Wallstrom(utusan PBB) mendesak pihak berwenang Kongo
untuk segera menyelidiki kasus-kasus pemerkosaan yang
terjadi. Dan Kongo juga diminta bekerja sama untuk
mengatasi kasus pelanggaran HAM ini.
Patrick Cammaert, mantan komandan misi PBB di Republik
Demokratik Kongo, mengatakan PBB gagal menindak
pelaku pemerkosaan di negara tersebut.
Alasan dari kegagalan tersebut :
1. Kelompok pemerkosa
2. Operasi malam
3. Senjata perang
Atas peristiwa yang baru terjadi, bulan Maret 2013, 2
tentara batalion Kongo dilaporkan terkait kasus
pemerkosaan 126 kasus, PBB (Perserikatan Bangsa
Bangsa) memberi tenggat waktu sepekan kepada Republik
Demokratik Kongo untuk mengambil tindakan.

Anda mungkin juga menyukai