Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ SEJARAH PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA

MELALUI JALUR PERDAGANGAN ”

DOSEN PEMBIMBING

AGUNG NUGROHO,MSI,M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :

MAHPUJA NUR HUMAIRO 2008010110

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI


BANJARMASIN

FAKULTAS HUKUM

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,taufik,serta
hidayah-Nya kepada saya,sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “ Sejarah Penyebaran Islam Di Indonesia Melalui Jalur Perdagangan” ini
dengan tepat waktu.

Penyusunan ini tentunya bukan hanya hasil pemikiran saya sendiri, banyak orang-orang yang
mendukung saya di belakang. Ucapan terima kasih saya haturkan kepada kedua orang tua
saya, kepada Bapak Agung Nugroho,MSI,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Sejarah Islam, dan
teman-teman yang selalu menyumbangkan semangatnya.Tanpa mereka saya bukanlah apa-apa.

saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh sebab itu,saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin,20 Juni 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C.Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A.Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia...................................................................6
B.    Awal Mula Sejarah Masuknya Agama Islam Melalui Jalur Perdagangan.....................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara multikultural, tidak hanya memiliki keragaman adat istiadat,
budaya, bahasa dan etnis, tetapi juga memiliki keragaman kepercayaan. Dalam keragaman
kepercayaan, meski Hindu dan Budha merupakan agama tertua yang masuk ke Indonesia
tetapi saat ini Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam terbesar
di dunia.

Dalam sejarahnya,pada tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun
dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman Bin Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri.Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ,para utusan Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan
Nusantara .Beberapa tahun kemudian,tepatnya 674 M,Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat sumatera.Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia
dengan islam.Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan,abad demi
abad.Mereka membeli hasil bumi dari negri nan hijau ini sambil berdakwah.
Dan hal ini lah yang melatar belakangi masuknya islam ke indonesia.Masuknya Islam ke
Indonesia melalui bermacam macam cara,ada yang melalui perdagangan ,sosial
,pendidikan,seni,politik dll.Dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai
sejarah masuknya Islam ke Indonesia melalui jalur perdagangan.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana Sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia ?


2.Bagaiman asal mula masuknya Agama Islam ke Indonesia melalui jalur Perdagangan ?

C.Tujuan

1.untuk mengetahui sejarah masuknya Agama Islam ke Indonesia


2.untuk mengetahui cara masuknya islam melalui jalur perdagangan
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian.
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan membuat Indonesia banyak di
singgahi para pedagang dunia termasuk para pedagang muslim.
Banyak dari mereka yang tinggal menetap dan membangun perkampungan muslim. Tak
jarang juga mereka mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah.
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim adalah kalangan terpandang
sehingga banyak dari mereka yang menikahkan anaknya dengan para pedagang muslim
sebagai sayarat sang gadis harus memeluk agama islam. Hal tersebut juga mempengaruhi
penyebaran agama islam di Nusantara.
Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada tiga teori yang
berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad Mansur, 1996). Ketiga
teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar
atau pembawa Islam ke Nusantara.
1.      Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.
1
Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA,
salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini
pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam
Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang
mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan
argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan
sumber Arab.
 Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi,
melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka,
jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh
masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya
yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang
1
Rusdi Hamka”Hamka dalam Dakwah dan Pembaruan Islam” Panji Masyarakat 567(21 februari 1988)hlm,26
hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam
di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di
Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya
sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang
diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara)
yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
2.       Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran
dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di
Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan
Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan
pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk
Indonesia. Dalam perkembangan selanju   tnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh
seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu
berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal
membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang
Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan
gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.2
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan
nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia
yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei
yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3.      Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan
asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci
kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang
dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang
banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran
sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat
2
Hooker”Translation of Islam” hlm5.Jhons,”Islam in Southeast Asia:reflections and new directions”hlm.34
karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan
membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang
sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan
yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam
Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.

B.    Awal Mula Sejarah Masuknya Agama Islam Melalui Jalur Perdagangan

Sumber-sumber tertulis (sejarah) yang merupakan catatan harian dari orang-orang Tionghoa,
Arab, India, dan Persia menginformasikan pada kita bahwa tumbuh dan berkembangnya
pelayaran dan perdagangan melalui laut antara Teluk Persia dengan Tiongkok sejak abad ke-
7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah, disebabkan karena dorongan pertumbuhan dan
perkembangan imporium-imporium besar di ujung barat dan ujung timur benua Asia. Di
ujung barat terdapat emporium Muslim di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayyah (660-
749 Masehi) kemudian Bani Abbasiyah (750-870 Masehi). Di ujung timur Asia terdapat
kekaisaran Tiongkok di bawah kekuasaan Dinasti T‘ang (618-907 Masehi).3 Kedua
emporium itu mungkin yang mendorong majunya pelayaran dan perdagangan Asia, tetapi
jangan dilupakan peranan Śrīwijaya sebagai sebuah emporium yang menguasai Selat Melaka
pada abad ke-7-11 Masehi. Emporium ini merupakan kerajaan maritim yang menitik beratkan
pada pengembangan pelayaran dan perdagangan .
Muatan kapal yang tenggelam di perairan Cirebon dapat menunjukkan asalnya, genta, ujung
tongkat pendeta, wajra, dan arca mungkin dari India. Benda-benda ini merupakan alat-alat
upacara yang dimiliki oleh kelompok pemeluk agama Buddha. Nama Persia yang sekarang
disebut Iran, menurut catatan harian Tionghoa adalah Po-sse atau Po-ssu yang biasa
diidentifikasikan atau dikaitkan dengan kapal-kapal Persia, dan sering pula diceriterakan
sama-sama dengan sebutan Ta-shih atau Ta-shih K‘uo yang biasa diidentifikasikan dengan
Arab. Po-sse dapat juga dimaksud¬kan dengan orang-orang Persia yaitu orang-orang
Zoroaster yang berbicara dalam bahasa Persi –orang-orang Muslim asli Iran—yang dapat
pula digolongkan pada orang-orang yang disebut Ta-shih atau orang-orang Arab. Orang
Zoroaster dikenal oleh orang Arab sebagai orang Majus yang merupakan mayoritas penduduk
Iran setelah peng Islaman.
Bukti-bukti arkeologis yang mengindikasikan kehadiran pedagang Po-sse di Kehadiran
orang-orang Po-ssu bersama-sama dengan orang-orang Ta-shih di bandar-bandar sepanjang
tepian Selat Melaka, pantai barat Sumatera, dan pantai timur Semenanjung Tanah Melayu
sampai ke pesisir Laut Tiongkok Selatan diketahui sejak abad ke-7 Masehi atau abad ke-1
Hijriah. Mereka dikenal sebagai pedagang dan pelaut ulung
Sebuah catatan harian Tionghoa yang meceriterakan perjalanan pendeta Buddha I-tsing tahun
671 Masehi dengan menum¬pang kapal Po-sse dari Kanton ke arah selatan, yaitu ke Fo-shih
(Śrīwijaya). Catatan harian itu mengindikasikan kehadiran orang-orang Persia di bandar-
bandar di pesisir laut Tiongkok Selatan dan Nusantara. Kemudian pada tahun 717 Masehi
diberitakan pula tentang kapal-kapal India yang berlayar dari Srilanka ke Śrīwijaya dengan

3
Kedaulatan Maritim, Warisan Sriwijaya untuk Indonesia [Bagian 2] : Mongabay.co.id di akses pada 20 juni
2021 pukul 14.59 wita
diiringi 35 kapal Po-sse. Tetapi pada tahun 720 Masehi kembali lagi ke Kanton karena
kebanyakan dari kapal-kapal tersebut mengalami kerusakan.4
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara bangsa Arab, Persia, dan Śrīwijaya rupa-
rupanya dibarengi dengan hubungan persahabatan di antara kerajaan-kerajaan di kawasan
yang berhubungan dagang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya beberapa surat dari
Mahārāja Śrīwijaya yang dikirim¬kan melalui utusan kepada Khalifah Umar ibn ‘Abd. Al-
Aziz (717-720 Masehi). Isi surat tersebut antara lain tentang pemberian hadiah sebagai tanda
persahabatan.
Nusantara (Śrīwijaya dan Mālayu) adalah ditemukannya artefak dari gelas dan kaca
berbentuk vas, botol, jambangan dll di Situs Barus (pantai barat Sumatera Utara) dan situs-
situs di pantai timur Jambi (Muara Jambi, Muara Sabak, Lambur). 5 Barang-barang tersebut
merupakan komoditi penting yang didatang¬kan dari Persia atau Timur Tengah dengan
pelabuhan-pelabuhannya antara lain Siraf, Musqat, Basra, Kufah, Wasit, al-Ubulla, Kish, dan
Oman. Dari Nusantara para pedagang tersebut membawa hasil bumi dan hasil hutan. Hasil
hutan yang sangat digemari pada masa itu adalah kemenyan dan kapur barus.
Hubungan pelayaran dan perdagangan yang kemudian dilanjutkan dengan hubungan politik,
pada masa yang kemudian menimbulkan proses islamisasi. Dari proses islamisasi ini pada
abad ke-13 Masehi kemudian muncul kerajaan Islam Samudera Pasai dengan sultannya yang
pertama adalah Malik as-Saleh yang mangkat pada tahun 1297 Masehi. Menurut kitab
Sejarah Melayu, Hikayat Raja-raja Pasai, dan catatan harian Marco Polo yang singgah di
Peurlak tahun 1292 Masehi, Samudera Pasai bukan hanya kerajaan Islam pertama di
Nusan¬tara, tetapi juga di Asia Tenggara. Kehadiran kerajaan Islam ini semakin mempererat
hubungan antara Sumatera dan negara-negara di Arab dan Persia. 
Pada pertengahan abad ke-14 Masehi Ibn Batuta singgah di Pasai yang pada waktu itu
diperintah oleh Sultan Malik al-Zahir. Dalam catatan hariannya dise¬but¬kan bahwa Sultan
adalah seorang penganut Islam yang taat dan ia dikelilingi oleh para ulama dan dua orang
Persia yang terkenal, yaitu Qadi Sharif Amir Sayyid dari Shiraz dan Taj ad-Din dari Isfahan.
Ahli-ahli tasawwuf atau kaum sufi yang datang ke Samudera Pasai dan juga ke Melaka
dimana para sultan menyukai ajaran “manusia sempurna/Insan al-Kamil” mungkin sekali dari
Persia.
Beberapa ratus tahun sebelum Kesultanan Samudera Pasai, di wilayah Aceh sudah ada
kerajaan yang bercorak Islam, yaitu Kerajaan Peurlak. Kerajaan ini berdiri pada tahun 225
Hijriah atau 845 Masehi dengan rajanya Sultan Sayid Maulana Abdal-Aziz Syah keturunan
Arab-Quraisy yang berpaham Syi‘ah.6
Tingginya intensitas hubungan perdagangan antara Persia dan kerajaan di Nusantara
demikian tinggi. Tidak mustahil di beberapa tempat yang dikunjungi pedagang Persia, tinggal
dan menetap pula orang-orang Persia. Di tempat ini timbul juga kontak budaya antar dua
budaya yang berbeda, dan tidak mustahil ada juga penganut Islam Syi‘ah. Hal ini dapat
dideteksi dari adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh kaum Syi‘ah;

4
 Poerbatjaraka, R, Ng, 1952, Riwayat Indonesia I, hlm. 31-32
5
Proses masuknya Islam Ke Indonesia - BAHAN AJAR GURU di akses pada 20 juni 2021 pukul 15.10wita
6
ILMU ARKEOLOGI: Islam di Nusantara pada Kurun Abad Ke-10 Masehi Sebagaimana Tercermin dalam
Tinggalan Budaya (djuliantosusantio.blogspot.com) di akses pada 20 juni 2021 pukul 15.58 wita
Jadi, dapat dikatakan bahwa Penyebaran Islam di Nusantara melalui saluran perdagangan,
artinya pendakwah itu disamping membawa barang dagangannya, mereka pada sore hati
(setelah berjualan) atau di sela-sela waktu senggang dimanfaatkan untuk menceritakan hal
ihwal tentang agama Islam kepada masyarakat di mana ia berdagang, walaupun secara
sederhana. Dengan cara ini ternyata dapat dipahami sehingga dari waktu ke waktu penganut
Islam semakin bertambah, meskipun penyebarannya ketika itu belum merata ke daerah-
daerah di Nusantara. Namun demikian, jumlah penganut semakin melonjat, bahkan bangsa
kita sendiri yang kemudian ikut menyebarkannya. Dengan demikian selain mencari
keuntungan ala kadarnya para pedagang itu juga mengajar masyarakat memeluk agama
Islam. Motif perluasan agama ini sepenuhnya murni untuk menyebarkan ajaran Islam. Pada
saat yang sama, penduduk pribumi yang bersedia masuk Islam menjadi lebih mudah diajak
bekerja sama.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui
aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun
mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut
yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah
pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan
tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan
selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai
dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
Penyebaran Islam di Nusantara melalui saluran perdagangan, artinya pendakwah itu
disamping membawa barang dagangannya, mereka pada sore hati (setelah berjualan) atau di
sela-sela waktu senggang dimanfaatkan untuk menceritakan hal ihwal tentang agama Islam
kepada masyarakat di mana ia berdagang, walaupun secara sederhana. Dengan cara ini
ternyata dapat dipahami sehingga dari waktu ke waktu penganut Islam semakin bertambah,
meskipun penyebarannya ketika itu belum merata ke daerah-daerah di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Hamka Rusdi, ”Hamka dalam Dakwah dan Pembaruan Islam” Panji Masyarakat 567 21
februari , 1988
Hooker, ”Translation of Islam, ” hlm 5. Jhons, ”Islam in Southeast Asia : reflections and new
directions”
“Kedaulatan Maritim,Warisan Sriwijaya Uuntuk Iindonesia [Bagian 2]” ,
www.mongabay.co.id ,13 September 2019 ,Kedaulatan Maritim, Warisan Sriwijaya untuk
Indonesia [Bagian 2] : Mongabay.co.id [di akses pada 20 juni 2021 pukul 14.59 wita]
 R.M.Ng. Poerbatjaraka , “Riwayat Indonesia I” 1952:12
“Proses Masuknya Islam Ke Indonesia” , bahanajarguru.blogspot.com ,Proses masuknya
Islam Ke Indonesia - BAHAN AJAR GURU, [ di akses pada 20 juni 2021 pukul 15.10wita]

“Islam di Nusantara pada Kurun Abad Ke-10 Masehi Sebagaimana Tercermin dalam
Tinggalan Budaya” , djuliantosusantio.blogspot.com , Rabu, 11 November 2009,ILMU
ARKEOLOGI: Islam di Nusantara pada Kurun Abad Ke-10 Masehi Sebagaimana Tercermin
dalam Tinggalan Budaya (djuliantosusantio.blogspot.com), [ di akses pada 20 juni 2021
pukul 15.58 wita]

Anda mungkin juga menyukai