Anda di halaman 1dari 19

Home Film Theater

HUKUM Dosen Pengajar


KEKAYAAN Dr. Bernard Nainggolan SH,MH
INTELEKTUAL
HKI dan Masa Depan Dunia. Martin Hartanto, SH
2102190044
Kasus Film Amerika, Teknologi
Nicolas Abed Nego S, SH
Jepang, Korea dan Tradisional 2102190060
Home Film Theater

Hak Atas Kekayaan Intelektual atau sering disingkat HAKI adalah


hak yang diberikan kepada orang-orang atas hasil dari buah
pikiran mereka. Biasanya hak eksklusif tersebut diberikan atas
penggunaan dari hasil buah pikiran pencipta dalam kurun waktu
tertentu. Buah pikiran tersebut dapat terwujud dalam tulisan, kreasi
artistik, simbol-simbol, penamaan, citra, dan desain yang
digunakan dalam kegiatan komersil

Salah satu produk HAKI yaitu Hak Cipta. Adapun pengertian dari
Hak Cipta, yaitu hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya. Mungkin banyak diantara kita
yang tidak sadar bahwa yang kita lakukan dalam kegiatan sehari –
hari telah melanggar hak cipta orang lain. Tidak lain dari
pelanggaran tersebut adalah kegiatan membajak. Kegiatan bajak
– membajak telah diterima dan menjadi suatu kegiatan yang
dianggap halal oleh masyarakat kita
Home Film Theater

Praktek pembajakan hak cipta di Indonesia dari tahun ke tahun


cenderung meningkat drastis dan sudah sangat memprihatinkan.
Salah satu fakta yang ada di lapangan misalnya terjadi pada
industri musik. Menurut catatan Asosiasi Industri Rekaman
Indonesia (ASIRI), pembajakan industri musik di Indonesia
menunjukkan angka yang paling signifikan. Pihak yang paling
dirugikan yaitu datang dari pihak musisi atau pencipta lagu yang
hasil karyanya dibajak. Usaha mereka dalam mencari inspirasi lagu
serta pengeluaran biaya yang tidak sedikit dalam proses produksi
ternyata tidak dihargai dan dilindungi oleh negara. Hasil karya
cipta mereka dengan mudahnya dibajak dan disebarluaskan oleh
orang lain untuk kepentingan pribadi mereka. Tidak sedikit dari
para artis atau musisi yang hasil karyanya diminati oleh
masyarakat ternyata tidak dapat melanjutkan karirnya karena
produk mereka yang dijual secara resmi di pasaran dianggap tidak
laku.
Home Film Theater

Perkembangan dan kemajuan sistem informasi teknologi pada kenyataanya


memberikan dampak yang signifikan kepada kemajuan teknologi diberbagai
bidang kehidupan manusia. Semakin berkembangnya sistem informasi dan
teknologi maka semakin tinggi tingkat kerawanan akan perdagangan barang
palsu/bajakan. Salah satu contoh barang bajakan adalah VCD impor bajakan.
Dengan kemajuan teknologi maka seseorang dapat menggandakan suatu karya
intelektual dengan tanpa harus meminta ijin dari pemegang hak cipta.
Perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini juga semakin
mempermudah proses pembuatan cakram optic sehingga berdampak pada
penyalahgunaan perkembangan dan kemajuan teknologi oleh pihakpihak yang
berorientasi sebatas pada profit semata tanpa memperhitungkan hak-hak yang
dimiliki oleh pihak-pihak yang memang berhak atas royalti dari hasil
karya/kreatifitas mereka, para pencipta
Home Film Theater

Hak cipta merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia (intellectual
property rights), di mana pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang
sama dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dasarnya selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan maupun norma-norma, kaidah-
kaidah yang hidup di tengah masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
setiap bidang kehidupan masyarakat adalah mutlak menganut hukum baik
disengaja maupun tidak.

Hak asasi manusia merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap orang
sejak ia dilahirkan dan menjalani kehidupannya, hingga ia meninggal dunia.
Dalam menjalani kehidupannya, setiap orang memiliki kemampuan untuk
berkreasi guna memenuhi kebutuhan akan eksistensi dirinya, secara umum Pasal
33 Undang-undang Dasar 1945 mengatur mengenai penguasaan negara
terhadap perekonomian dan kesejahteraan sosial.
Home Film Theater

Mengenai jaminan akan pemenuhan hak setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan dasarnya ini secara tegas dinyatakan dalam pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat
(1), pasal 28C ayat (1), dan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945. Atas dasar pasal
inilah, maka diterbitkan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, agar
undang-undang ini dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat. Keberadaan undang-undang
ini tentunya memberikan sebuah dimensi tugas baru bagi Kepolisian sebagai salah satu
bagian dari Criminal Justice System terutama dalam upayanya melakukan penegakan
hukum dibidang perlindungan Hak Cipta.

Sampai saat ini, yang sering dilakukan oleh para penegak hukum, khususnya Kepolisian,
atas keberadaan hak kekayaan intelektual (hak cipta) dalam upaya penegakan hukum
untuk menghentikan secara kilat kegiatan pembajakan masih berada pada sektor hilir dan
pada sektor menengah. Contohnya: operasi razia VCD/DVD bajakan yang dilakukan oleh
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Metro Jaya pada tahun 2005 di
salah satu pusat perdagangan di Glodok. Dalam kegiatan penegakan hukum tersebut,
polisi diberitakan menyita tidak kurang dari 72 ribu keping VCD/DVD bajakan.
Home Film Theater

Kenyataan di lapangan, pada sektor hulu, terdapat kesulitan mencapai atau menemukan produsen atau
aktor intelektual beserta kroni-kroninya yang berperan sebagai orang yang memproduksi DVD/CD bajakan.
Belum terungkapnya secara tuntas aktor produsen barang bajakan atau belum dapat ditangkapnya aktivis
pembajak pada sektor hulu (produsen atau aktor intelektual beserta kroni-kroninya) mengesankan
penegakan hukum atas kejahatan terhadap hak cipta yang dilakukan seperti “mati satu, tumbuh seribu”
dan masih merupakan tindakan parsial yang menyebabkan today solution is to be problem tomorrow,
sehingga diperlukan pendekatan komprehensif-holistik dari sektor hulu sampai sektor
Presentations arehilir.
tools that can be
used as lectures, speeches, reports,
and more. It is mostly presented.
Pada sektor hulu telah dirasakan adanya dilema teknologi dan dilema hak cipta itu sendiri, yaitu antara
pembajakan atau peniruan (sebagai organized crime) dan kemajuan teknologi. Dalam konteks ini,
kemajuan teknologi di satu pihak perlu dihargai sebagai bagian menghargai karya intelektual tetapi di lain
pihak pelaksanaan teknologi juga dapat membuat seseorang mudah melakukan pelanggaran hak. Namun
demikian, penjualan VCD/DVD bajakan dikalangan masyarakat adalah wujud perkembangan kejahatan
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Home Film Theater

Indonesia merupakan salah satu negara yang menandatangani persetujuan pembentukan organisasi
perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO) dan perjanjian mengenai aspek-aspek perdagangan
yang terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights) sebagai salah satu lampirannya. Indonesia telah meratifikasinya melalui Undang-undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).

Pasca ratifikasi WTO/TRIPs Agreement, bidang-bidang HKI yang telah diatur dalam undang-undang pasca
TRIPs Agreement, adalah: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Indikasi
geografis dan indikasi asal termasuk juga diatur dalam undang-undang ini, Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, dan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Hasil dari penyesuaian dengan
Home Film Theater

ternyata belum sesuai dengan kebutuhan Indonesia, terdapat beberapa prinsip yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan belum mampu melindungi
kepentingan nasional Indonesia. Salah satu penyebabnya karena Indonesia belum memiliki politik hukum
HKI yang jelas dan metode penyesuaian (harmonisasi hukum) yang lebih memihak kepada kepentingan
nasional.

Buku ini mengupas tentang prinsip-prinsip hukum HKI bersumber pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945 dan realitas sosial bangsa Indonesia yang dapat menjadi landasan hukum pengaturan Hak Kekayaan
Intelektual Indonesia, konsep politik hukum HKI di masa depan dan konsep harmonisasi hukum ketentuan ke
dalam Undang-Undang HKI dalam rangka melindungi kepentingan nasional.

Hak Intelektual bagi UMK masa depan Meskipun terdapat banyak manfaat hidup di dunia yang semakin
bersifat global dan digital, mencakup konektivitas yang lebih besar, perdagangan global yang meningkat,
dan berbagi informasi yang lebih baik, tetapi manfaat mutlaknya adalah potensi pelanggaran hak
kekayaan intelektual (HAKI) yang jauh lebih besar.
Home Film Theater

Berikut contoh kasus pelanggaran HaKI dalam Teknologi Informasi :

1. Aparat dari Markas Besar kepolisian Republik Indonesia menindak dua perusahaan di Jakarta yang
menggunakan software AutoCad bajakan.
2. Makki Ungu dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas kasus pelanggaran hak cipta, oleh Pebrian Gineung
Aratidino, vokalis grup Rasio.
3. Memperbanyak dan atau menjual tanpa seizin pemegang hak cipta. Pelanggaran ini sering kita dengar
sebagai pembajakan software dan merupakan pelanggaran paling populer di banyak negara, tentu saja
termasuk Indonesia. Namun di beberapa negara ada juga hukum yang melegalkan penjualan untuk
kepentingan pendidikan (khususnya bagi software nonedukasi) atau software yang telah dimodifikasi
bagi penderita tuna netra.
4. Membuat copy sebagai backup data. Pada beberapa negara seperti Jerman, Spanyol, Brazil dan Filipina,
tindakan ini menjadi hak utama bagi pembeli software. Namun dapat juga menjadi pelanggaran
tergantung pada hukum dan keputusan-keputusan hakim terkait kasus yang pernah terjadi di negara
yang bersangkutan, yang akhir-akhir ini mengalami banyak perubahan di banyak negara.
Home Film Theater

4. Pasal 33 Undang-Undang ITE Tahun 2008: Setiap orang yang sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan tindakan apapun yang berakibat terganggu system elektronik dan atau mengakibatkan
system elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
5. Pasal 34 Undang-Undang ITE Tahun 2008 : Setiap orang yang sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan
atau memiliki.
6. Pasal 35 Undang-Undang ITE Tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan
atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan atau dokumen elektronik tersebut
seolah-olaj data yang otentik (Phising=penipuan situs).
Home Film Theater

HAKI sangat berhubungan erat dengan Teknologi Informasi terutama pada perangkat lunaknya. Seperti
yang kita ketahui bahwa HaKI memiliki peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memiliki sanksi
buat para pelanggarnya. Selain itu, untuk mendaftarkan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) ada beberapa
syarat yang harus di penuhi agar bisa memiliki sertifikatnya. Dan sesuai pada nilai-nilai yang melekat pada
HaKI, bagi setiap pemiliki sertifikat HaKI mempunyai hak yang bisa menguntungkan bagi diri mereka.
Home Film Theater

Platform Disney+ Hotstar


tidak terbatas pada, seluruh Konten adalah properti dengan hak cipta, paten atau merek dagang dari Disney,
atau properti dengan hak cipta, paten atau merek dagang dari afiliasi atau pemberi lisensi Disney dan
seluruh hak cipta, merek dagang, merek jasa (service marks), nama dagang, penampilan produk (trade
dress), paten dan hak kekayaan intelektual lain pada Platform Disney+ Hotstar dimiliki oleh Disney, afiliasi
Disney atau pemberi lisensi Disney (yang dapat merupakan penerima manfaat pihak ketiga dari kontrak ini)
dan dilindungi oleh hak cipta, merek dagang, paten dan hukum-hukum lain dari Singapura, Indonesia dan
perjanjian-perjanjian internasional.
Home Film Theater

Lisensi. Selama jangka waktu Langganan Anda (sebagaimana di definisikan di bagian Layanan Langganan
di bawah) pada Platform Disney+ Hotstar , Anda akan diberikan suatu lisensi non- eksklusif, tidak dapat
dialihkan, tidak dapat disub-lisensikan, tidak dapat ditarik kembali, terbatas untuk menggunakan Platform
Disney+ Hotstar dan melihat Konten hanya untuk tujuan pribadi dan non-komersil Anda sesuai dengan
Ketentuan Penggunaan, dan, kecuali sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak ada hak, hak kepemilikan,
atau kepentingan pada Platform Disney+ Hotstar atau setiap Konten yang akan dianggap atau ditafsirkan
untuk dialihkan kepada Anda. Ini adalah Perjanjian lisensi dan bukan merupakan suatu perjanjian untuk
penjualan atau pengalihan atas hak apa pun dalam Konten. Kecuali sebagaimana ditentukan dalam
Ketentuan Penggunaan ini, tidak ada unsur dari Platform Disney+ Hotstar yang dapat digunakan atau
dieksploitasi dengan cara apa pun selain sebagai bagian dari kegunaan yang diizinkan pada Platform
Disney+ Hotstar yang tersedia untuk Anda. Anda dapat memiliki media fisik di mana unsur-unsur dari
Platform Disney+ Hotstar Platform tersedia untuk Anda, namun kami tetap mempertahankan kepemilikan
dan/atau pengendalian penuh dan utuh atas Layanan, Konten dan seluruh kekayaan intelektual di dalamnya.
Home Film Theater

Aktivitas yang Dilarang. Anda tidak dapat dengan cara apa pun, menghapus, mengubah, melakukan bypass,
menghindari, mengganggu, melanggar, atau mengelakan setiap paten, rahasia dagang; hak cipta, merek
dagang atau pemberitahuan kepemilikan lain yang ditandai pada Platform Disney+ Hotstar dan/atau Konten
atau mekanisme pengelolaan digital atau perangkat apa pun, segala perlindungan konten atau cara
pengendalian akses yang terasosiasi dengan Platform Disney+ Hotstar dan/atau Konten, termasuk
mekanisme filter geografis; atau setiap privasi, publisitas, atau hak kepemilikan lain.
Anda tidak dapat dengan cara apa pun (baik secara langsung atau melalui penggunaan setiap perangkat,
perangkat lunak, situs internet, layanan berdasarkan web, atau cara lain) menyalin, mengunduh,
menangkap, memperbanyak, menggandakan, menyimpan, mendistribusikan, mengunggah,
mempublikasikan, mengubah, menerjemahkan, menyiarkan, mempertunjukkan, menampilkan, menjual,
mengirim, atau mengirim ulang Konten atau menciptakan setiap karya atau materi yang diambil dari atau
berdasarkan Konten.
Home Film Theater

Kecuali sebagaimana diatur dalam Ketentuan Penggunaan ini (atau sebagaimana disetujui secara tegas
dalam Ketentuan Penggunaan ini dan diizinkan oleh kegunaan dari Platform Disney+ Hotstar), Anda tidak
dapat menyalin, mengunduh, menyaksikan (stream), menangkap,
memperbanyak, menggandakan, menyimpan, mengunggah, mengubah, menerjemahkan, mempublikasikan,
menyiarkan, mengirim, mengirim ulang, mendistribusikan, mempertunjukkan, menampilkan, menjual,
membuat frame atau deep-link, menyediakan, atau menggunakan Konten apa pun.
Home Film Theater

Kecuali sebagaimana diatur dalam Ketentuan Penggunaan ini (atau sebagaimana disetujui secara tegas
dalam Ketentuan Penggunaan ini dan diizinkan oleh kegunaan dari Platform Disney+ Hotstar), Anda tidak
dapat menyalin, mengunduh, menyaksikan (stream), menangkap,
memperbanyak, menggandakan, menyimpan, mengunggah, mengubah, menerjemahkan, mempublikasikan,
menyiarkan, mengirim, mengirim ulang, mendistribusikan, mempertunjukkan, menampilkan, menjual,
membuat frame atau deep-link, menyediakan, atau menggunakan Konten apa pun.
peperangannya bukan antara pembuat film
dengan pencetak keping dvd tp dengan website2 film ilegal
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan melakukan pemblokiran
terhadap layanan streaming film ilegal yang merajalela di Indonesia. Yang paling
banyak dibahas adalah ditutupnya situs IndoXXI.
Survei terbaru YouGov mengungkap kebiasaan netizen dalam mengkonsumsi
film. Ternyata 63% warganet di Indonesia menonton situs web streaming atau situs
torrent. Sebagian besar menonton situs IndoXXI. Lainnya, 29% menggunakan TV
box yang dapat digunakan untuk melakukan streaming konten televisi dan video
atau film bajakan.
Menurut Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, jika pemerintah memang
serius akan memblokir layanan streaming film ilegal demi melindungi Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI), jangan setengah-setengah dan harus siap siaga
untuk memberantas semua layanan ilegal itu.
" Kalau hanya satu situs diblokir tidak akan efektif. Sekarang dan nanti akan
muncul situs kloningannya. Harus terus-menerus dipantau dan diambil tindakan,"
ungkap Heru kepada wartawan CNBC Indonesia, (30/12/2019).
Selain itu, ia juga berkomentar kalau pemerintah juga harus rajin bersosialisasi
kepada masyarakat tentang pentingnya HAKI.
"Netizen harus diedukasi juga bahwa kita harus menghargai hak atas kekayaan
intelektual atau hak cipta orang lain. Kalau yang mau gratis kan ada, contohnya
bisa lihat vlog Youtuber seperti Atta Halilintar, keluarga Anang Hermansyah,
keluarga Rafi Ahmad dan lainnya," ujarnya.
Home Film Theater

Thank
yo!
u !

Anda mungkin juga menyukai