Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN PEREDARAN BARANG

BAJAKAN YANG MELANGGAR HAK CIPTA

Disusun Oleh:

1. Febilia Ridhowati (08)


2. Gabriel Natalia Kristin (09)
3. Husna Noor Kholida (11)
4. Jessica Dewi Felicia (14)
5. Mustofa Duta P (21)
6. Nafis BI Irham (22)
7. Ratu Briliantina I (24)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya untuk melindungi Hak atas Kekayaan Intelektual, Pemerintah Indonesia sejak
tahun 1982 telah mengeluarkan Undang-Undang tentang hak cipta yaitu Undang-undang Nomor 6
Tahun 1982 yang telah mengalami dua kali revisi melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 dan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, kesemuanya ini adalah untuk melindungi karya cipta di
bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (scientific, literary and artistic works).
Meskipun telah mempunyai Undang-undang UU No.19/2002 tentang Hak Cipta (berapa kali
direvisi) dan pemberlakuannya tentang hak cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003,
semestinya mampu membuat para pembajak jera, namun pada kenyataannya pelanggaran terhadap
HAKI masih saja terjadi bahkan cenderung ke arah yang semakin memprihatinkan. Salah satu dari
bentuk pelanggaran itu adalah pembajakan VCD. Banyak VCD palsu yang ada di kalangan masyarakat
justru filmnya belum diputar di studio secara resmi. Begitu tingginya peredaran VCD bajakan, bahkan
telah sampai ke pelosok pedesaan. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan, mengingat bangsa
Indonesia adalah salah satu penandatanganan perjanjian TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual
Property Rights) yaitu perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan dalam
Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang harus tunduk pada perjanjian internasional itu. Kendala
utama yang dihadapi bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan Hak akan Kekayaan Intelektual ini
adalah masalah penegakan hukum, di samping masalah-masalah lain seperti kesadaran masyarakat
terhadap HAKI itu sendiri dan keadaan ekonomi bangsa yang secara tidak langsung turut
menyumbang bagi terjadinya pelanggaran itu. Akibat dari maraknya pembajakan VCD ini, Indonesia
dihadapkan pada berbagai masalah, baik dari dunia Internasional maupun pada masyarakat
Indonesia sendiri. Pengenaan sanksi oleh masyarakat Internasional merupakan suatu kemungkinan
yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sementara pengaruh dari VCD bajakan terhadap
masyarakat juga sangat luas, seperti rusaknya moral masyarakat sebagai akibat dari tidak adanya
sensor bagi VCD bajakan itu serta menurunnya kreativitas dari para pelaku di bidang musik dan film
nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka kami munculkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta di Indonesia?


2. Bagaimana dampaknya dari pembajakan VCD tersebut? Bagaimana mengenai penegakan
hukum-nya?
3. Apa factor penyebab maraknya pembajakan VCD dan bagaimana pemerintah
menanggulanginya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peraturan Perundang-undangan Mengenai Hak Cipta Di Indonesia


HKI merupakan bagian hukum yang berkaitan dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan
investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect Of Intellectual Property
Rights (TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan
dalam Badan Perdagangan Dunia (WTO), HKI ini meliputi copyrights (hak cipta), dan industrial
property (paten, merek, desin industri, perlindungan integrated circuits, rahasia dagang dan
indikasigeografis asal barang).
Diantara hak-hak tersebut, hak cipta yang semula bernama hak pengarang (author rights)
terbilang tua usianya. Pada pokoknya hak cipta bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang
dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta
pembuat film dan piranti lunak (software). Pengaturan hak cipta di Indonesia berpedoman pada
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Ha Cipta yang kemudian direvisi dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta .
Mengingat Indonesia telah menjadi anggota WTO, Indonesia memiliki kewajiban untuk
mengimplementasikan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena
itu, UU No. 7 Tahun 1987 dan UU No. 12 Tahun 1997 kemudian diganti dengan Undang-undang yang
baru Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sedangkan peraturan pemerintah yang mengatur hak
cipta adalah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta. Dewan Hak
Cipta seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang terdiri atas wakil
pemerintah, wakil organisasi profesi dan anggota masyarakat yang berkompetensi di bidang hak
cipta berperan dalam memberikan penyuluhan dan pembimbing serta pembinaan hak cipta.

B. Dampak Dari Pembajakan VCD


Indonesia dicap sebagai sorganya bagi para pembajak. Sebagaimana Business Software
Alliance (BSA) mengungkapkan dalam survainya, untuk urusan bajak-membajak, bahwa Indonesia
menempati peringkat ketiga, di bawah Cina dan Vietnam. Citra bangsa ini di mata internasional
selalu mendapat stempel negatif. Tidak hanya permasalahan HAM dan lingkungan hidup.
Yang dimaksudkan barang bajakan di sini adalah kaset, buku, CD, VCD, DVD, hingga piranti lunak.
Barang-barang tersebut marak beredar di pasaran. Masyarakat pun dengan mudah mendapatkan.
Dari sebatas lapak, hingga di mall barang bajakan berjejeran dengan harga lebih murah dari barang
orisinal.
Pelanggaran Hak Cipta dalam bentuk pembajakan VCD di Indonesia sudah pada kondisi yang
sangat parah, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sering ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman
Indonesia) mengeluh akan banyaknya kaset bajakan yang berisi lagu-lagu yang sedang menjadi hits
di Indonesia maupun dunia beredar dengan luasnya, tanpa adanya pembayaran royalty.
Bahkan menurut Arnel Affandi, GM ASIRI mengemukakan data-data hasil survei yang dilakukan oleh
pihaknya, menunjukkan enam tahun yang lalu pada tahun 2000 kalangan industri musik mengalami
kerugian Rp. 5,96 triliun, sedangkan pemerintah mengalami kerugian sebesar Rp. 545, 5 milyar. Pada
tahun 2000 saja jumlah kaset Indonesia bajakan sekitar 200 juta copy dan untuk kaset asing
mencapai 500 juta copy. Sedangkan CD/VCD lagu Indonesia bajakan besarnya mencapai 3 juta copy
dan CD/VCD lagu asing beredar mencapai 120 juta copy.
Dampak langsung yang akan dirasakan bila masalah pembajakan VCD ini tetap saja
berlangsung sementara penanganan hukum dari pemerintah tidak dilakukan secara serius, tidak
mustahil bangsa Indonesia akan rugi dikenakan berbagai sanksi oleh masyarakat internasional.
Secara internasional, jika keadaan seperti ini terus berlanjut, bangsa Indonesia sendiri pun akan
mendapat kerugian. Demikian pula secara nasional, dalam hitungan jangka pendek, adanya VCD
bajakan dengan harga murah memang menguntungkan bagi masyarakat kebanyakan. Namun untuk
jangka panjang akan timbul berbagai kerugian. Dengan VCD bajakan yang demikian mudah diperoleh
diperkirakan akan menurunkan moral karena banyaknya adegan panas yang tidak disensor, terlebih
saat ini VCD porno sudah begitu bebas diperdagangkan di pinggir jalan. Kerugian lainnya adalah pada
perkebangan industri musik dan film nasional. Kalangan artis, sutradara, produser dan pihak lain
yang terkait dalam industri ini akan enggan untuk berkarya secara optimal karena pembajakan karya
mereka telah mengurangi nilai pembayaran yang seharusnya mereka peroleh. Akibatnya para insan
musik dan film dalam berkarya tidak menghasilkan karya-karya yang baik dan terkesan asal jadi saja,
sehingga dunia film dan musik di tanah airakan semakin terpuruk.
Menurut Ditjen Bea Cukai kerugian-kerugian tersebut secara jelas lagi dapat dibagi kepada 3
pihak, yakni:
1. Kerugian konsumen
Konsumen harus membayar mahal untuk barang palus, berkualitas rendah, mudah rusak
dan mengakibatkan kerusakan materi serta membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa.
2. Kerugian masyarakat usaha, pemegang hak, pencipta
Turunnya nilai penjualan, kerugian finansial, kerugian moral (moral rights), rusaknya
reputasi, menurunnya kreatifitas dan hilangnya insentif untuk melakukan inovasi, terganggunya
pengembangan teknologi.
3. Kerugian pemerintah, negara dan perekonomian
Terganggunya perekonomian nasional, hilangnya pendapatan pajak, hilangnya kepercayaan
internasional, rusaknya moralitas bangsa, terhambatnya alih tekonologi baru, keengganan PMA
untuk invenstasi, terhambatnya akses pasar untuk komoditi ekspor, ancaman terhadap perdagangan
internasional.

C. Penegakan Hukum HKI Di Indonesia


Dengan banyaknya hasil karya yang dibajak dan besarnya kerugian yang telah diderita baik
oleh pencipta, industri (pengusaha) maupun pemerintah, kita melihat ada sesuatu yang tidak
berjalan dalam system perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual kita. Sistem HKI merupakan
kombinasi peran antara penemu/pencipta (inventor), pengusaha (industri) dan pelindung hukum.
Tidak integralnya pemahaman yang ada di dalam masyarakat, menyebabkan tersendatnya sistem
HKI dan menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Tidak bekerjanya sistem hukum (pengaturan)
mengenai HKI adalah akibat kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang antara
lain disebabkan karena :
Pertama, penegakan hukum sebagai salah satu penyebab maraknya pembajakan VCD adalah
kurang tegasnya aparat hukum dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Rendahnya hukuman
yang diberikan kepada pelanggar Hak akan Kekayaan Intelektual menandakan penegakan hukum
terhadap pelaku pelanggaran juga merupakan faktor utama lemahnya penegakan hukum di bidang
HKI. Selama ini penegakan hukum atas pembajakan VCD yang terjadi hanyalah upon request dan
Cuma sporadic saja. Hal ini menunjukkan tidak adanya goodwill pemerintah.
Begitu maraknya penjualan VCD bajakan, bahkan terkadang dilakukan di depan hidung
aparat, tentunya hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Penegakan hukum di bidang hak cipta
harus dilakukan secara serius dan efektif. Pelanggaran HKI ini merupakan delik biasa, namun saat ini
jelas ada sikap permisif atau bahkan imunity kalangan penegak hukum atas pelaku pelanggaran HKI.
Sikap yang paling berkompeten di bidang penegakan hukum atas HKI di Indonesia sampai saat ini
masih sering terjadi saling lempar tanggung jawab. Polisi misalnya sering dihadapkan pada kondisi
dimana si pelaku pelanggaran HKI justru memiliki izin untuk menjalankan usaha menggandakan VCD.
Namun karena order sangat kurang, mereka menggandakan juga VCD secara illegal.
Untuk itu polisi meminta Depperindag melakukan pengawasan terhadap izin usaha yang
telah dikeluarkan, sementara Depperindag sendiri tidak bisa memenuhi permintaan polisi karena
tidak mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan atau penyelidikan.
Penyebab lainnya yaitu kadar pengetahuan dan jumlah aparat penegak hukum di bidang HKI
masih belum memadai. Masih sedikit anggota Polri yang memiliki pengetahuan dan memahami
tentang HKI dan dengan keterbatasan itu memungkinkan terjadinya “main mata” antara penegak
hukum dan pelanggar HKI. Penegakan hukum di bidang HKI tidak dapat hanya tergantung pada satu
pihak saja. Sebagai satu kesatuan kerja, seluruh instansi terkait turut bertanggung jawab dan
memberikan dukungan yang optimal sehingga penegakan hukum di bidang HKI ini menjadi efektif.
Kedua, kesadaran masyarakat - Kesadaran hukum masyarakat Indonesia terhadap Hak akan
Kekayaan Intelektual masih belum maksimal, dalam arti banyak kerugian yang ditimbulkan karena
masyarakat sendiri sebenarnya belum banyak yang memahami bagaimana sistem HKI berjalan.
Sebagai contoh misalnya dalam prosedur pendaftaran, prinsip pendaftaran suatu karya intelektual
adalah first to file (siapa yang mengajukan pertama kali dialah mendapatkan perlindungan),
masyarakat belum mengetahui benar mengenai hal ini. Di samping itu juga bahwa hasil karya
intelektual harus didaftarkan untuk kemudian diumumkan, sehingga orang lain akan mengetahuinya.
Tidak jarang pemohon suatu karya intelektual ditolak karena karya tersebut tidak memiliki nilai
orsinil, dan tidak jarang pencipta kehilangan haknya karena terlambat mendaftarkan hasil karyanya
itu. Oleh karenanya masyarakat harus diberikan pemahaman sedemikian rupa agar menyadari hak
dan kewajibannya. Pemahaman di sini termasuk didalamnya penegakan hukumdan perlindungan
hukum yang menjadi satu kesatuan yang utuh. Pemberian pemahaman kepada masyarakat ini dapat
dilakukan melalui sosialisasi dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dalam berbagai bentuk.
Dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat memahami masalah perlindungan dan
penegakan hukum di bidang HAKI, sehingga diharapkan akan tercipta suatu kerjasama antara
masyarakat, pemerintah serta industri dan diharapkan juga suatu saat nanti tidak terjadi lagi
pembajakan dan pelanggaran lainnya.
Ketiga, keadaan ekonomi - Terpuruknya situasi ekonomi yang buruk yang tengah dihadapi
bangsa Indonesia saat ini, secara tidak langsung telah ikut mendorong terjadinya pelanggaran
terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual. Lesunya kegiatan ekonomi menyebabkan berkurangnya
lapangan pekerjaan serta meningkatkan pengangguran. Akibatnya, keadaan ini dijadikan alasan
untuk menghalalkan kegiatan baik berupa pembajakan maupun pemasaran dari VCD itu.
Aparat penegak hukum sering kali dihadapi pada keadaan dimana tindakan pelaku pelanggaran Hak
Cipta dilakukan semata-mata hanya untuk menghidupi keluarganya. Hal semacam ini membuat ragu
bagi para aparat untuk melakukan tindakan yang tegas. Situasi ekonomi seperti ini juga
menyebabkan timbulnya “dilema pasar”, dimana secara ekonomis, konsumen akan selalu mencuri
barang yang paling murah. Dilema pasar ini bila dihadapkan dengan keadaan ekonomi masyarakat
yang sedang lemah akan mendorong masyarakat untuk tidak menghiraukan lagi apakah barang yang
dibeli itu asli atau bajakan..

D. Faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak cipta dan Penanggulangannya


Sebelum berbicara mengenai penanggulangannya tindak pidana hak cipta pada
pemebajakan CD/VCD faktor-faktor penyebab tindak pidana hak cipta pada pembajakan CD/VCD
perlu diketahui masyarakat untuk lebih mengefektifkan upaya penanggulangan pelanggaran hak
cipta dibidang pembajakan CD/VCD Hal tersebut sebagaimana kekemukakan Bonger, seperti dikuti
oleh Andi Hamzah, bahwa untuk memberantas kejahatan harus dicari sebab nya dan
menghapuskannya Dengan demikian, kejahatan seperti pembajakan CD/VCD tidak akan terberantas
kecuali kalau sebab-sebab terjadinya tindak pidana hak cipta pada pembajakan CD/VCD dapat
ditemukan kemudian sebab-sebab tersebut dihapuskan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
tindak pidana hak cipta pada pembajakan CD/VCD adalah:
a) Faktor ekonomi
Mahalnya harga CD/VCD original membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk
membeli CD/VCD bajakan yang harganya jauh lebih murah
b) Penegakan hukum tidak konsisten
Aparat pengakan Hukum kurang tegas dan kurang serius dalam menindak para pelaku
pembajakan terhadap barang bajakan Indonesia merupakan Negara yang memiliki kedaulatan
Hukum, namun dalam menegakkan Hukum harus mendapat control dan tekanan dari Negara asing.
Tidak mengherankan apabila pengakan Hukum di negeri ini tidak dapat diketahui secara konsisten
Pemberian sanksi yang tinggi terhadap pelanggaran hak cipta diharapkan dapat mendorong
kreativitas. Dalam rangka memberantas pembajakan departemen kehakiman mengadakan
kerjasama kira-kira dengan 18 assosiasi dibidang hak cipta yang bertujuan agar dapat mendorong
kreativitas dengan menghormati karya orang lain serta untuk meningkatkan system usaha di bidang
hak cipta. Pentingnya perlindungan hak cipta adalah kepastian hukum pada masyarakat pencipta
sehingga akan mengundang investor untuk investasi dananya di Indonesia. Hambatan dalam bidang
hak cipta ada pada sifat perlindungan hak cipta adalah otomatis. Bagi pencipta tidak diwajibkan
untuk malekukan pendaftaran, pendaftaran dapat mendukung adanya kepastian hukum bagi para
pencipta.
c) Faktor masyarakat
Kesadaran masyarakat terhadap barang bajakan yang illegal masih sangat rendah. Trend
didalam masyarakat saat ini tampaknya belum perduli terhadap barang legal atau illegal yang hanya
memnetingkan harga murah dan dapat menikmati lagu atau musik. Masyarakat yang kurang
informasi bahwa barang bajakan itu tidak boleh beredar, dan bila mengedarkan
terkena sanksi hukuman.
Saat ini sedang marak-maraknya masalah pembajakan, oleh karena itu pemerintah
mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah ini adalalah:
1. Dibuatnya UU RI no. 19 tahun 2002
2. Mencoba menjalin kerjasama dengan 18 assosiasi dan mengkampanyekan agar di mal-mal
sudah tidak ada lagi VCD bajakan. Memang dalam jangka waktu 3 bulan berhasil tidak ada
lagi pembajakan terhadap VCD, tapi setelah 3 bulan timbul kembali VCD-VCD bajakan.
3. Pemberian Somasi
4. Mengadakan pelatihan bagi penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di seluruh Indonesia untuk
dapat membedakan barang bajakan dengan barang asli.
5. Mengirimkan surat himbauan ke seluruh perusahaan international yang ada di Indonesia
untuk menggunakan software original.
6. Membentuk sebuah tim yang dinamakan tim koordinasi nasional penanggulangan
pelanggaran Haki yang terdiri dari jaksa, hakim, polisi, bea cukai, Deplu dan ditjen Hakim
yang dipimpin oleh ketua ditjen Haki dan kapolri.

Usaha terbaik yang dapat dilakukan adalah sikap tegas dan keseriusan dari
pemerintah dan khususnya aparat penegak hukum yang harus ditingkatkan untuk
mengakhiri praktek pembajakan tergadap produk rekaman konsistensi menegakkan hukum
tanpa pandang bulu adalah cara paling baik untuk memberantas pembajakan. Adanya
korelasi pelanggaran hak cipta dengan ancaman pidanan diharapkan mampu mendorong
upaya penanggulangan tindak pidana pada pembajakan CD/VCD.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
HKI merupakan bagian hukum yang berkaitan dengan perlindungan usaha-usaha
kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif.
Pelanggaran Hak Cipta dalam bentuk pembajakan VCD di Indonesia sudah pada
kondisi yang sangat parah, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sering ASIRI (Asosiasi
Industri Rekaman Indonesia) mengeluh akan banyaknya kaset bajakan yang berisi lagu-lagu
yang sedang menjadi hits di Indonesia maupun dunia beredar dengan luasnya, tanpa adanya
pembayaran royalty.
Secara internasional, jika keadaan seperti ini terus berlanjut, bangsa Indonesia
sendiri pun akan mendapat kerugian. Demikian pula secara nasional, dalam hitungan jangka
pendek, adanya VCD bajakan dengan harga murah memang menguntungkan bagi
masyarakat kebanyakan. Namun untuk jangka panjang akan timbul berbagai kerugian.
Sistem HKI merupakan kombinasi peran antara penemu/pencipta (inventor), pengusaha
(industri) dan pelindung hukum. Tidak integralnya pemahaman yang ada di dalam
masyarakat, menyebabkan tersendatnya sistem HKI dan menimbulkan masalah dalam
pelaksanaannya. Tidak bekerjanya sistem hukum (pengaturan) mengenai HKI adalah akibat
kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Usaha terbaik yang dapat dilakukan adalah sikap tegas dan keseriusan dari
pemerintah dan khususnya aparat penegak hukum yang harus ditingkatkan untuk
mengakhiri praktek pembajakan terhadap produk rekaman konsistensi menegakkan hukum
tanpa pandang bulu adalah cara paling baik untuk memberantas pembajakan. Adanya
korelasi pelanggaran hak cipta dengan ancaman pidanan diharapkan mampu mendorong
upaya penanggulangan tindak pidana pada pembajakan CD/VCD.

Anda mungkin juga menyukai