Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang hingga saat ini masih melimpahkan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PERMASALAHAN PEREDARAN VCD/DVD BAJAKAN YANG MELANGGAR HAK
CIPTA”.

Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan, oleh karena
itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata dari kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dansemoga
Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.

1i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Hak Cipta dan Hubungannya dengan Hak Cipta Karya Musik.......... 2
2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Maraknya Pembajakan Kaset...................... 2
2.3 Apa Sajakah Jenis-Jenis Pembajakan VCD/DVD............................................... 3
2.4 Dampak Dari Pembajakan Kaset......................................................................... 4
2.5 Perlindungan Hukum Atas Hasil Karya Musik Berupa Kaset di Indonesia........ 5
2.6 Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Musik Bentuk Kaset Di
Indonesia................................................................................................................... 6
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 8
3.2 Saran................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 9

2ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intellectual Property Right atau Geistiges Eigentum (bahasa Jerman) dapat diterjemahan
kedalam bahasa Indonesia yaitu Hak Atas Kekayaan Intelektual atau sering disingkat HAKI
adalah hak yang diberikan kepada orang-orang atas hasil dari buah pikiran mereka. Biasanya
hak eksklusif tersebut diberikan atas penggunaan dari hasil buah pikiran pencipta dalam kurun
waktu tertentu. Buah pikiran tersebut dapat terwujud dalam tulisan, kreasi artistik, simbol-
simbol, penamaan, citra, dan desain yang digunakan dalam kegiatan komersil. Salah satu
produk HAKI yaitu Hak Cipta. Adapun pengertian dari Hak Cipta, yaitu hak khusus bagi
pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.
Mungkin banyak diantara kita yang tidak sadar bahwa yang kita lakukan dalam kegiatan sehari
– hari telah melanggar hak cipta orang lain. Tidak lain dari pelanggaran tersebut adalah
kegiatan membajak. Kegiatan bajak – membajak telah diterima dan menjadi suatu kegiatan
yang dianggap halal oleh masyarakat kita. Praktek pembajakan hak cipta di Indonesia dari
tahun ke tahun cenderung meningkat drastis dan sudah sangat memprihatinkan. Salah satu
fakta yang ada di lapangan misalnya terjadi pada industri musik. Menurut catatan Asosiasi
Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pembajakan industri musik di Indonesia menunjukkan
angka yang paling signifikan. Pihak yang paling dirugikan yaitu datang dari pihak musisi
atau pencipta lagu yang hasil karyanya dibajak. Usaha mereka dalam mencari inspirasi lagu
serta pengeluaran biaya yang tidak sedikit dalam proses produksi ternyata tidak dihargai dan
dilindungi oleh negara. Hasil karya cipta mereka dengan mudahnya dibajak dan disebarluaskan
oleh orang lain untuk kepentingan pribadi mereka. Tidak sedikit dari para artis atau musisi
yang hasil karyanya diminati oleh masyarakat ternyata tidak dapat melanjutkan karirnya
karena produk mereka yang dijual secara resmi di pasaran dianggap tidak laku.
Pihak yang paling berpengaruh dalam pembajakan adalah pihak yang mngedarkan. Banyaknya
kaset palsu di pasaran memancing masyarakat untuk membelinya dengan harga yang lebih
terjangkau. Harga satu kepingnya yaitu berkisar antara Rp 5.000,00 – Rp 6.000,00. Apabila
dibandingkan dengan harga aslinya, maka akan berlipat 10x menjadi Rp 50.000,00. Inilah yang
menjadi alasan mengapa masyarakat lebih memilih untuk membeli kaset bajakan. Karena lebih
murah, maka mereka mengabaikan akan pelanggaran hak cipta yang telah mereka lakukan.

13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Cipta dan Hubungannya dengan Hak Cipta Karya Musik
Dalam Pasal 1 butir (1) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang
dimaksud hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan – pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku (Adami
Chazawi, 2007:14). Kata – kata “mengumumkan” dan “memperbanyak” memiliki rumusan –
rumusan sebagai berikut :
“Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran, sesuatu ciptaan
dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan
dapat dibaca, didengar, atau dilihat oleh orang lain.”
Perbanyakan adalah menambah jumlah sesuatu ciptaan, dengan pembuatan yang sama, hampir
sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan – bahan yang sama atau
tidak sama, termasuk mmengalihwujudkan sesuatu ciptaan (Leden Marpaung, 1995:12).
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau “ciptaan”. Ciptaan
tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya – karya, koreografis
(tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto,
perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain
industri. Sehingga, dalam hal ini telah dijelaskan bahwa didalam rekaman suara/kaset musik
memiliki suatu hak cipta yang keberadaannya harus dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat
tidak boleh sewenang – wenang untuk membajaknya.

2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Maraknya Pembajakan Kaset


Kaset bajakan yang sering kita temui di pinggiran jalan memanglah sangat bervariasai
macamnya, mereka memiliki alasan tersendiri untuk menjual kaset bajakan tersebut,
diantaranya yaitu :
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor pendorong utama terjadinya pembajakan kaset. Tingkat
pendapatan yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi membuat masyarakat berupaya
untuk menambah pendapatannya, yaitu dengan menjual kaset bajakan.
b. Faktor sosial budaya
Secara sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk membeli produk-produk
asli, terutama produk dari industri rekaman. Ini juga didukung dengan kebudayaan masyarakat
Indonesia yang dalam membeli sebuah produk hanya mengorientasikan pada harga barang
tanpa melihat kualitas dari barang tersebut.
Di bidang sosial budaya ini, dampak yang timbul dari semakin meluasnya pembajakan tersebut
begitu beragam. Bagi para pelaku tindak pidan atau para pembajak, keadaan yang

24
Berlarut-larut tanpa ada tindakan, akan semakin menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah
merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar Undang – Undang
(Widyopramono, 1992:19).
c. Perbandingan harga kaset
Perbedaan harga jual yang tinggi antara kaset asli dengan bajakan memicu masyarakat untuk
cenderung lebih memilih membeli kaset dengan harga yang lebih murah.
d. Faktor pendidikan
Selama ini masyarakat kurang mendapatkan sosialisasi terhadap adanya Undang – Undang Hak
Cipta. Hal ini mengakibatkan masyarakat melakukan berbagai pelanggaran – pelanggaran Hak
Cipta akibat tidak mengetahuinya ketentuan – ketentuan yang tercantum dalam Undang –
Undang tersebut. Dampak atas ketidaktahuan masyarakat akan Undang – Undang tersebut yaitu
masyarakat tidak bisa membedakan antara kaset asli dan palsu. Karena memang pembajakan
kaset dibuat sedemikian rupa, baik cover maupun isinya.
e. Pelayanan penjual kaset
Faktor pelayanan juga berpengaruh bagi maraknya pembajakan kaset. Penjual kaset bajakan
memberikan pelayan lebih ke konsumennya. Konsumen boleh menukarkan kasetnya jika terjadi
kerusakan dengan kaset bajakan lainnya tanpa dimintai biaya. Hal ini berbeda dengan
pelayanan penjual kaset resmi/asli.
f. Rendahnya sanksi hukum
Sanksi hukum yang diterapkan terhadap pembajakan kaset hanya diterapkan pada pembajak
kaset saja, belm diterapkan pada konsumen yang membeli kaset bajakan. Selama ini
penegakkan hukum dibidang Hak Cipta, khususnya karya musik berupa kaset belum berlaku
secara menyeluruh. Apabila mengacu pada Undang – Undang Hak Cipta, maka sanksi yang
ditekankan kepada pembajak hanya bersifat denda semata dan belum mengarah pada sanksi
yang bersifat pemidanaan.

2.3 Apa Sajakah Jenis-Jenis Pembajakan VCD/DVD


Pembajakan karya seni, terutama kaset musik/lagu, kini bukannya mereda tetapi tambah
merajalela. Bukan hanya negara yang makin dirugikan, tapi juga pencipta lagu dan pengusaha
rekaman. Coba bayangkan, kaset resmi yang seharusnya seharga Rp 50.000,00 dalam bentuk
bajakan hanya dihargai Rp 5.000,00 – Rp 6.000,00. Akibatnya, seluruh proses kreatif, proses
produksi, dan jerih payah pun seakan menjadi sirna, begitu ada kaset yang dibajak. Akibat dari
pembajakan ini, yang dirugikan tidak hanya para pencipta lagu, penyanyi, atau produser, tetapi
juga negara. Keping-keping kaset bajakan dijual tanpa stiker pajak. Artinya, pemasukan ke
pemerintah dari sektor pajak pun tidak ada.
Undang-Undang Hak Cipta yang pekan ini disetujui DPR, percuma saja, tak akan mampu
memberantas pembajak. Sebab harga kaset asli akan semakin tinggi. Hal ini mendorong orang
untuk membuat yang ‘aspal’ karena makin banyak orang yang tidak mampu membeli kaset
resmi. Di Jakarta sudah ada yang berani memalsukan bandrol kaset atau label pajak yang
selalu tertera disetiap kaset. Ini sangat merugikan negara dan telah

35
memberikan pemalsuan yang begitu besar kepada masyarakat. Namun, kita bisa melihat
keadaan yang sekarang. Dengan adanya Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta ternyata belum sepenuhnya ditegakkan dalam masyarakat. Sehingga keadaan ini
membuat masyarakat merasa tidak takut dalam menjalankan kegiatan bajak membajak kaset.
Secara umum pembajakan karya rekaman lagu atau musik dibagi atas beberapa kategori
sebagai berikut :
1. Illegal copying
Merupakan bentuk pembajakan berupa pembuatan kompilasi lagu-lagu atau album- album yang
sedang hits dan populer dari rekaman original/aslinya tanpa izin dan demi kepentingan
komersial. Bentuk pembajakan inilah yang sangat mengancam industri lagu atau musik
dikarenakan dapat mematikan kesempatan penjualan bagi beberapa album sekaligus.
2. Counterfeiting
Merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan dengan memperdagangkan produk bajakan
berupa album yang sedang laris, kemasannya di reproduksi mirip dengan aslinya sampai
dengan detail sampul album dan susunan lagunya pun dibuat sama dengan album aslinya. Ini
bertujuan untuk mengelabui konsumennya agar konsumennya menyangka bahwa produk
bajakan ini original/asli dan harganya murah.
3. Bootlegging
Merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan dengan cara membuat rekaman dari suatu
pertunjukan langsung (live performance) seorang penyanyi atau band di suatu tempat.
Pembajakan ini juga dapat di buat dari rekaman siaran media penyiaran (broadcasting). Nah
rekaman ini kemudian diperbanyak dan dijual dengan harga tinggi demi keuntungan yang
besar. Biasanya konsumen dari produk hasil bootlegging ini adalah orang-orang yang tidak bisa
menyaksikan pertunjukan langsung (live performance) seorang penyanyi atau band pujaannya,
sehingga ia rela membeli produk hasil bootlegging ini meskipun ilegal dan harganya mahal.
Praktek bootlegging ini selain merugikan penyanyi atau bandnya itu sendiri juga sangat
merugikan produser program yang bersangkutan

2.4 Dampak Dari Pembajakan Kaset


Dari pembajakan kaset yang semakin marak di negeri ini, ternyata menimbulkan berbagai
dampak bagi pemerintah, pemusik, penjual, maupun konsumen. Dampak tersebut baik positif
maupun negatif, diantaranya yaitu :
a. Bagi Pemerintah
Pembajakan kaset telah merugikan negara sebesar Rp 11 triliun hingga Rp 15 triliun rupiah.
Karena uang pajak yang seharusnya masuk kas negara atas ciptaan sebuah musik, malah
disalahgunakan oleh masyarakat untuk kepentingannya sendiri.
b. Bagi Pemusik
Pengaruh buruk terhadap pemusik pun berawal dari orang-orang yang membajak kaset rekaman
mereka. Banyak pemusik yang mengalami frustasi karena kaset rekaman mereka

46
dibajak habis-habisan. Hingga saat ini, kaset rekaman bajakan yang telah beredar mencapai
angka yang fantastis yaitu 87% dari kaset rekaman yang asli. Kaset bajakan memberikan
kerugian yang cukup besar, namun kaset bajakan tersebut ternyata juga memberikan dampak
positif yang menguntungkan pemusik yang mungkin tidak disadari oleh mereka. Diantaranya
yaitu pemusik menjadi terkenal karena lagunya telah menyebar di pasaran.
c. Bagi Penjual
Pihak yang paling menerima dampak yaitu penjual kaset bajakan. Disamping mereka
mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan kaset bajakan tersebut, mereka juga
harus menanggung akibatnya apabila substansi pemerintahan menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya. Seorang penjual harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
membayar denda.
d. Bagi Konsumen
Tidak selamanya dampak positif dirasakan bagi konsumen atas kaset bajakan ini. Memang
seorang konsumen bisa memperoleh kaset yang mereka inginkan dengan harga yang
terjangkau. Tapi kualitas akan kaset bajakan ini tidak tahan lama dan mudah rusak.

2.5 Perlindungan Hukum Atas Hasil Karya Musik Berupa Kaset di Indonesia
Sanksi pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
sedikit berbeda dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 tentang Hak Cipta dan Undang-
Undang Hak Cipta sebelumnya. Selain menambah macam subjek hukum yang akan dikenakan
pidana, dalam Undang-Undang Hak Cipta yang baru itu juga dicantumkan sanksi pidana
dengan denda yang bervariasi. Ketentuan hukum pidana tentang hak cipta dalam Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2002 dapat dibagi atas beberapa macam pelaku tindak pidana, sanksi
pidana dan objek hak cipta atau hak terkait yang dilanggar :
1. Pertama, mengumumkan atau memperbanyak hak cipta tanpa izin pemilik hak:
hukuman penjara minimum satu bulan/atau denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama tujuh tahun dan/atau denda sebesar Rp.5 000.000.000,-. (lima
milar rupiah). (pasal 72 ayat 1 ).
2. Kedua, barang siapa yang menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual
kepada umum hasil pelanggaran hak cipta: hukuman penjara paling lama lima tahun dan/atau
denda sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). (pasal 72 ayat 2).
3. Ketiga, barang siapa memperbanyak penggunaan untuk kepentingan suatu program
komputer atau pelanggaran informasi elektronik tentang manajemen hak pencipta dan sarana
kontrol teknologi: hukuman penjara paling lama lima tahun dan/atau denda sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). (pasal 72 ayat 3).
4. Keempat, barang siapa yang memperbanyak potret tanpa izin orang yang dipotret
atau ahli warisnya, hanya berlaku terhadap potret yang dibuat atas permintan orang yang
dipotret atau untuk kepentingan orang yang dipotret: hukuman penjara paling lama dua tahun
dan/atau denda sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). (pasal 72 ayat 5).

57
Dengan adanya Undang – Undang yang mengatur tentang Hak Cipta tersebut, diharapkan hak
dari sebuah hasil karya manusia terlindugi dari tangan jail masyarakat yang tidak berwenang.

2.6 Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Musik bentuk kaset
Di Indonesia
Barang – barang yang diproduksi palsu dan dijual, seperti produk – produk lainnya, bermuara
kepada konsumen (Widyopramono, 1992:24). Kita bisa melihat dalam Undang – Undang Hak
Cipta kita tidak ditemukan suatu ketentuan bilamana konsumen atau seorang individu membeli
dan mempergunakan hasil produksi cetak ulang yang tidak sah tetapi untuk keperluan dan
pemakaian pribadinya sendiri akan dipidana. Demikian pula dengan pemakaian atau
penggunaan terhadap kaset lagu – lagu, ceramah, video film atau video kaset hasil tindak
pidana hak cipta berupa pembajakan. Merupakan perbanyakan suatu naskah baik sebagian
ataupun seluruhnya dengan menggunakan foto kopi yang pada mulanya untuk konsumsi
pribadi , namun akhirnya dapat menjadi konsumsi kelompok. Dalam hal ini apakah dibutuhkan
suatu izin dari penyusunnya ? Memang Undang – Undang Hak Cipta belum mencakupnya,
serta apabila hendak dikenakan kepada konsumen maka ini menjadi tugas Penyidik Hak Cipta
yang rumit.
Banyaknya hasil karya yang dibajak dan kerugian yang telah diderita, ada sesuatu sistem yang
tidak berjalan dalam sistem perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual kita. Sistem HAKI
merupakan kombinasi peranan antara pencipta, pengusaha (industri) dan pelindung hukum.
Tidak integralnya pemahaman yang ada di dalam masyarakat, menyebabkan tersendatnya
sistem Hak Kekayaan Intelektual dan menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Tidak
bekerjanya sistem hukum mengenai HAKI adalah akibat kompleksnya permasalahan yang ada
dalam masyarakat, antara lain disebabkan karena :
• Penegakan Hukum
Sebagai salah satu penyebab maraknya pembajakan kaset adalah kurang tegasnya aparat
hukum dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Rendahnya hukuman yang diberikan
kepada pelanggar Hak Cipta menandakan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran juga
merupakan faktor utama lemahnya penegakan hukum di bidang Hak Cipta. Para penegak
hukum seolah – olah sudah tidak mau mengurusi pembajakan kaset , hal ini dikarenakan
penjualan kaset yang tercecer dimana – mana, bahkan disepanjang jalan yang ada kita bisa
menemuinya. Penegakan hukum di bidang hak cipta harus dilakukan secara serius dan efektif.
Penegakan hukum di bidang Hak Cipta tidak dapat hanya tergantung pada satu pihak saja.
Sebagai satu kesatuan kerja, seluruh instansi terkait turut bertanggung jawab dan memberikan
dukungan yang optimal sehingga penegakan hukum di bidang Hak Cipta ini menjadi efektif.
• Kesadaran Masyarakat
Kesadaran hukum masyarakat Indonesia terhadap Hak Cipta masih belum maksimal, dalam arti
banyak kerugian yang ditimbulkan karena masyarakat sendiri sebenarnya belum banyak yang
memahami bagaimana sistem Hak Cipta berjalan. Pemberian pemahaman kepada masyarakat
ini dapat dilakukan melalui sosialisasi dengan melakukan penyuluhan-

68
penyuluhan dalam berbagai bentuk. Dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat
memahami masalah perlindungan dan penegakan hukum di bidang Hak Cipta, sehingga
diharapkan akan tercipta suatu kerjasama antara masyarakat, pemerintah serta industri dan
diharapkan juga suatu saat nanti tidak terjadi lagi pembajakan dan pelanggaran lainnya.
• keadaan ekonomi
Terpuruknya situasi ekonomi yang buruk yang tengah dihadapi bangsa Indonesia saat ini,
secara tidak langsung telah ikut mendorong terjadinya pelanggaran terhadap Hak atas
Kekayaan Intelektual. Lesunya kegiatan ekonomi menyebabkan berkurangnya lapangan
pekerjaan serta meningkatkan pengangguran. Akibatnya, keadaan ini dijadikan alasan untuk
menghalalkan kegiatan baik berupa pembajakan maupun pemasaran dari kaset tersebut.
Konsumen akan selalu mencuri barang yang paling murah. Dilema pasar ini bila dihadapkan
dengan keadaan ekonomi masyarakat yang sedang lemah akan mendorong masyarakat untuk
tidak menghiraukan lagi apakah barang yang dibeli itu asli atau bajakan.

79
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Melihat semakin maraknya pembajakan hasil karya musik berupa kaset, membuat keberadaan
akan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dipertanyakan. Ternyata
Undang – Undang tersebut belum mampu mengatasi permasalahan mengenai pelanggaran –
pelanggaran akan hak cipta, termasuk pembajakan kaset yang merajalela. Dibutuhkan suatu
sinkronanisasi antara lembaga – lembaga yang berwenang menegakkan hukum dibidang Hak
Cipta. Tidak hanya dari pihak kepolisian, kejaksaan, pemerintah, pemusik, dan penjual saja,
tetapi peranan masyarakat luas sangat dibutuhkan dalam menegakkan hukum yang ada. Apabila
pembeli berkurang, maka stok akan kaset bajakan juga akan berkurang.

3.2 SARAN
Disamping itu juga perlu adanya revisi kembali terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta dengan memasukan ketentuan yang belum terdapat sebelumnya.
Adapun hal ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan
hukum yang lebih baik kepada para pencipta karya musik (lagu) di Indonesia. Selain itu,
dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat bahwa kegiatan tersebut telah melanggar Undang-
Undang Hak Cipta. Apabila penegakkan hukum tentang Hak Cipta di masyarakat berjalan
sebagaimana mestinya dan bersifat tegas, ini akan mengurangi tingkat pembajakan kaset di
paspearan dan masyarakat akan takut untuk melakukan kegiatan pembajakan kaset.

8
10
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.coursehero.com/file/47260213/tugas-ppkdocx/

9
11

Anda mungkin juga menyukai