Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA

Permasalahan Peredaran VCD/DVD Bajakan Yang Melanggar Hak Cipta

(Disusun untuk memenuhi tugas Bu Khurrotin A’yuni S.pd)

Disusun oleh :

1. Devika Kusuma Wardani


2. Ela Haris Frianda
3. Esti Tia
4.Fakih Rengga Elangit
5. Fanisah
6. Farida Khasanah

SMAN 1 GEDEG

Jln.Pendidikan no 55 Gedeg Mojokerto

Tahun Pelajaran 2017/2018


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW karna berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Permasalahan peredaran VCD/DVD
bajakan yang melanggar hak cipta”.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
2. Rumusan masalah .................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN MASALAH ........................................................2
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 4
1. Kesimpulan .............................................................................................. 4
2. Saran ....................................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut catatan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pembajakan industri
musik di Indonesia menunjukkan angka yang paling signifikan. Pihak yang paling dirugikan
yaitu datang dari pihak musisi atau pencipta lagu yang hasil karyanya dibajak. Usaha
mereka dalam mencari inspirasi lagu serta pengeluaran biaya yang tidak sedikit dalam
proses produksi ternyata tidak dihargai dan dilindungi oleh negara. Hasil karya cipta mereka
dengan mudahnya dibajak dan disebarluaskan oleh orang lain untuk kepentingan pribadi
mereka. Tidak sedikit dari para artis atau musisi yang hasil karyanya diminati oleh
masyarakat ternyata tidak dapat melanjutkan karirnya karena produk mereka yang dijual
secara resmi di pasaran dianggap tidak laku.
Pihak yang paling berpengaruh dalam pembajakan adalah pihak yang mngedarkan.
Banyaknya kaset palsu di pasaran memancing masyarakat untuk membelinya dengan harga
yang lebih terjangkau. Harga satu kepingnya yaitu berkisar antara Rp 5.000,00 – Rp
6.000,00. Apabila dibandingkan dengan harga aslinya, maka akan berlipat 10x menjadi Rp
50.000,00. Inilah yang menjadi alasan mengapa masyarakat lebih memilih untuk membeli
kaset bajakan. Karena lebih murah, maka mereka mengabaikan akan pelanggaran hak cipta
yang telah mereka lakukan
.Secara yuridis, pemerintah pun telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 yang merupakan
penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 tentang Hak Cipta. Namun,
apakah Undang – Undang ini telah mampu menyalurkan efek jera kepada pelaku pengedar
kaset bajakan ? Sepertinya masih banyak pelaku di luar sana yang belum merasakan efek
jera dari perbuatannya, serta kesadaran akan mereka tentang pelanggaran yang dilakukan
pun kurang dipedulikan. Dalam hal ini, Undang – Undang tentang Hak Cipta belum mampu
mengendalikan maraknya pembajakan kaset di pasaran.
2. Rumusan Masalah
1. Faktor penyebab terjadinya pembajakan VCD/DVD?
2 . Apabila dikaitkan dengan pancasila,hal tersebut tidak sesuai dengan sila ke berapa?
3. Apa saja upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus tersebut?
4. Selain pemerintah pihak mana lagi yang harus bertanggung jawab atas permasalahan
tersebut?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pembajakan karya seni, terutama kaset VCD/DVD, kini bukannya mereda tetapi
tambah merajalela. Bukan hanya negara yang makin dirugikan, tapi juga pencipta lagu dan
pengusaha rekaman. Coba bayangkan, kaset resmi yang seharusnya seharga Rp 50.000,00
dalam bentuk bajakan hanya dihargai Rp 5.000,00 – Rp 6.000,00. Akibatnya, seluruh proses
kreatif, proses produksi, dan jerih payah pun seakan menjadi sirna, begituada kaset yang
dibajak. Akibat dari pembajakan ini, yang dirugikan tidak hanya para pencipta lagu,
penyanyi, atau produser, tetapi juga negara. Keping-keping kaset bajakan dijual tanpa stiker
pajak. Artinya, pemasukan ke pemerintah dari sektor pajak pun tidak ada.
Undang-Undang Hak Cipta yang pekan ini disetujui DPR, percuma saja, tak akan
mampu memberantas pembajak. Sebab harga kaset asli akan semakin tinggi. Hal ini
mendorong orang untuk membuat yang ‘aspal’ karena makin banyak orang yang tidak
mampu
membeli kaset resmi. Di Jakarta sudah ada yang berani memalsukan bandrol kaset atau
label pajak yang selalu tertera disetiap kaset. Ini sangat merugikan negara dan telah
memberikan pemalsuan yang begitu besar kepada masyarakat. Namun, kita bisa melihat
keadaan yang sekarang. Dengan adanya Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta ternyata belum sepenuhnya ditegakkan dalam masyarakat. Sehingga keadaan ini
membuat masyarakat merasa tidak takut dalam menjalankan kegiatan bajak membajak
kaset.
Secara umum pembajakan karya rekaman lagu atau musik dibagi atas beberapa kategori
sebagai berikut :
1. Illegal copying
Merupakan bentuk pembajakan berupa pembuatan kompilasi lagu-lagu atau
album-album yang sedang hits dan populer dari rekaman original/aslinya tanpa
izin dan demi kepentingan komersial. Bentuk pembajakan inilah yang sangat
mengancam industri lagu atau musik dikarenakan dapat mematikan kesempatan
penjualan bagi beberapa album sekaligus.
2. Counterfeiting
Merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan dengan memperdagangkan
produk bajakan berupa album yang sedang laris, kemasannya di reproduksi mirip
dengan aslinya sampai dengan detail sampul album dan susunan lagunya pun
dibuat sama dengan album aslinya. Ini bertujuan untuk mengelabui
konsumennya agar konsumennya menyangka bahwa produk bajakan ini
original/asli dan harganya murah.
3. Bootlegging
Merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan dengan cara membuat rekaman
dari suatu pertunjukan langsung (live performance) seorang penyanyi atau band
di suatu tempat. Pembajakan ini juga dapat di buat dari rekaman siaran media
penyiaran (broadcasting). Nah rekaman ini kemudian diperbanyak dan dijual
dengan harga tinggi demi keuntungan yang besar. Biasanya konsumen dari
produk hasil bootlegging ini adalah orang-orang yang tidak bisa menyaksikan
pertunjukan langsung (live performance) seorang penyanyi atau band pujaannya,
sehingga ia rela membeli produk hasil bootlegging ini meskipun ilegal dan
harganya mahal. Praktek bootlegging ini selain merugikan penyanyi atau
bandnya itu sendiri juga sangat merugikan produser program yang bersangkutan.
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

1. . Faktor penyebab terjadinya pembajakan VCD/DVD


VCD/DVD bajakan yang sering kita temui di pinggiran jalan memanglah sangat
bervariasai macamnya, mereka memiliki alasan tersendiri untuk menjual kaset bajakan
tersebut, diantaranya yaitu :
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor pendorong utama terjadinya pembajakan kaset.
Tingkat pendapatan yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi membuat
masyarakat berupaya untuk menambah pendapatannya, yaitu dengan menjual kaset
bajakan.
b. Faktor sosial budaya
Secara sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk membeli
produk – produk asli, terutama produk dari industri rekaman. Ini juga didukung dengan
kebudayaan masyarakat Indonesia yang dalam membeli sebuah produk hanya
mengorientasikan pada harga barang tanpa melihat kualitas dari barang tersebut.
Di bidang sosial budaya ini, dampak yang timbul dari semakin meluasnya pembajakan
tersebut begitu beragam. Bagi para pelaku tindak pidan atau para pembajak, keadaan yang
berlarut – larut tanpa ada tindakan, akan semakin menimbulkan sikap bahwa pembajakan
sudah merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar Undang –
Undang (Widyopramono, 1992:19).
c. Perbandingan harga kaset
Perbedaan harga jual yang tinggi antara kaset asli dengan bajakan memicu
masyarakat untuk cenderung lebih memilih membeli kaset dengan harga yang lebih
murah.
d. Faktor pendidikan
Selama ini masyarakat kurang mendapatkan sosialisasi terhadap adanya Undang –
Undang Hak Cipta. Hal ini mengakibatkan masyarakat melakukan berbagai pelanggaran –
pelanggaran Hak Cipta akibat tidak mengetahuinya ketentuan – ketentuan yang tercantum
dalam Undang – Undang tersebut. Dampak atas ketidaktahuan masyarakat akan Undang –
Undang tersebut yaitu masyarakat tidak bisa membedakan antara kaset asli dan palsu.
e. Pelayanan penjual kaset
Faktor pelayanan juga berpengaruh bagi maraknya pembajakan kaset. Penjual kaset
bajakan memberikan pelayan lebih ke konsumennya. Konsumen boleh menukarkan
kasetnya jika terjadi kerusakan dengan kaset bajakan lainnya tanpa dimintai biaya. Hal ini
berbeda dengan pelayanan penjual kaset resmi/asli.
f. Rendahnya sanksi hukum
Sanksi hukum yang diterapkan terhadap pembajakan kaset hanya diterapkan pada
pembajak kaset saja, belm diterapkan pada konsumen yang membeli kaset bajakan.
Selama ini penegakkan hukum dibidang Hak Cipta, khususnya karya musik berupa kaset
belum berlaku secara menyeluruh. Apabila mengacu pada Undang – Undang Hak Cipta,
maka sanksi yang ditekankan kepada pembajak hanya bersifat denda semata dan belum
mengarah pada sanksi yang bersifat pemidanaan.
2. Apabila dikaitkan dengan pancasila,hal tersebut tidak sesuai dengan sila ke berapa

Terkait dengan etika kita bias lihat sila pertama pencasila yaitu agama telah mengatur
moral dan kepribadian individu untuk mengetahui mana yang benar dan mana perbuatan
yang salah, tindakan plagiarisme merupakan tindakan negatif dimana kejahatan ini tentunya
berakibat dosa jika dilakukan. Kejahatan ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan
moral yang diajarkan agama. Apabila seseorang memegang teguh ajaran agamanya, ini
dapat membantu mencegah agar tidak dilakukan perbuatan yang merugikan.

Selanjunya pada sila ke dua apabila individu berkaca pada sila ke 2 ini maka akan
mengembangkan sikap menghormati satu sama lain, mencegah perselisihan dan tidak
semena – mena terhadap orang lain sehingga tidak ada lagi istilah pembajakan, plagiarisme
dan segala tindakan yang menentang hak cipta setiap individu.

Sila ke tiga mengajarkan kita mengenai persatuan Indonesia, pancasila mengajarkan


pentingnya untuk mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi demi
terjalinnya harmonisasi, pada kasus plagiarisme, kepetingan bersama hendaknya
didahulukan dari pada ingin menghasilkan tulisan, karya, suatu inovasi untuk mendapatkan
penghargaan terhadap diri sendiri, namun melihat dan mencontek hasil karya orang lain,
akibatnya proses pembuatan karyanya penuh kecurangan dan tidak original dari pemikiran
individu.
Sila ke empat mengajarkan kita bahwa setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dab kewajiban yang sama sehingga setiap individu wajib menghargai hak dan
kewajiban orang lain

Sila ke lima mengajarkan bahwa apabila kita melakukan tidakan negative seperti
plagiarisme maka tindakan tersebut tidak adil dan tidak sesuai dengan sila ke 5 bagi orang
yang dikutip atau ditiru hasil karyanya.

3. Upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus pembajakan


VCD/DVD

1. Penegakan Hukum
Dalam UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta terdapat tiga belas macam tindak pidana
hak cipta sebagai berikut.
a. Tindak pidan tanpa persetujuan pelaku membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
rekaman suara dan/atau gambar pertunjukan pelaku [Pasal 72 Ayat (1) jo Pasal 49 Ayat (1)].
b. Tindak pidana tanpa persetujuan prosedur rekaman memperbanyak dan/atau
menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi [Pasal 72 Ayat (1) jo Pasal 49 Ayat
(2)].
c. Tindak pidana sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan
atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait (Pasal 72 ayat 2).
d. Tindak pidana sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial program komputer (Pasal 72 ayat 3).
e. Tindak pidana sengaja mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan
pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta ketertiban
umum [Pasal 72 ayat (4) jo Pasal 17].
f. Tindak pidana dengan sengaja memperbanyak atau mengumumkan potret tanpa izin
pemiliknya atau ahli warisnya [Pasal 72 ayat (5) jo Pasal 19].
g. Tindak pidana dengan sengaja mengumumkan potret orang yang dibuat tanpa
persetujuan orang yang dipotret apabila bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari
orang yang dipotret [Pasal 72 ayat (5) jo Pasal 20].
h. Tindak pidana dengan sengaja membuat, memperbanyak, dan/atau meyiarkan ulang
karya siaran melalui transmisi [Pasal 72 ayat (5) jo Pasal 49 ayat (3)].
i. Tindak pidana pemegang hak cipta sengaja dan tanpa hak tidak mencantumkan nama
pencipta dan mengubah ciptaan [Pasal 72 ayat 6 jo Pasal 24].
j. Tindak pidana hak cipta sengaja dan tanpa hak meniadakan nama pencipta,
mencantumkan nama pencipta, mengganti atau mengubah judul atau isi ciptaan [Pasal 72
ayat (6) jo Pasal 55].
k. Tindak pidana sengaja dan tanpa hak meniadakan atau mengubah informasi elektronik
tentang informasi manajemen hak pencipta [Pasal 72 ayat (7) jo Pasal 25].
4. Pihak mana lagi yang harus bertanggung jawab selain pemerintah
1. Penyidikan Polri
Perlindungan yang diberikan pada keberadaan Hak Kekayaan Intelektual ini tentu saja
berkaitan erat dengan penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga penegakan hukum.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memiliki tugas pokok untuk menegakan
hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas pokok ini tercantum jelas
didalam pasal 13 undang-undang tersebut, dimana dikatakan bahwa : Tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a) memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat; b) menegakkan hukum; dan c) memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Secara garis besar, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta mengatur masalah penyidikan pada Bab VII (Penyidikan)

2. Kesadaran Masyarakat
Kesadaran hukum masyarakat Indonesia terhadap Hak Cipta masih belum maksimal,
dalam arti banyak kerugian yang ditimbulkan karena masyarakat sendiri sebenarnya belum
banyak yang memahami bagaimana sistem Hak Cipta berjalan. Pemberian pemahaman
kepada masyarakat ini dapat dilakukan melalui sosialisasi dengan melakukan penyuluhan-
penyuluhan dalam berbagai bentuk. Dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat
memahami masalah perlindungan dan penegakan hukum di bidang Hak Cipta, sehingga
diharapkan akan tercipta suatu kerjasama antara masyarakat, pemerintah serta industri dan
diharapkan juga suatu saat nanti tidak terjadi lagi pembajakan dan pelanggaran lainnya.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Melihat semakin maraknya pembajakan hasil karya musik berupa kaset,


membuat keberadaan akan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta dipertanyakan. Ternyata Undang – Undang tersebut belum mampu mengatasi
permasalahan mengenai pelanggaran – pelanggaran akan hak cipta, termasuk
pembajakan kaset yang merajalela. Dibutuhkan suatu sinkronanisasi antara lembaga
– lembaga yang berwenang menegakkan hukum dibidang Hak Cipta. Tidak hanya
dari pihak kepolisian, kejaksaan, pemerintah, pemusik, dan penjual saja, tetapi
peranan masyarakat luas sangat dibutuhkan dalam menegakkan hukum yang ada.
Apabila pembeli berkurang, maka stok akan kaset bajakan juga akan berkurang.
Disamping itu juga perlu adanya revisi kembali terhadap Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan memasukan ketentuan yang belum terdapat
sebelumnya. Adapun hal ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dan
memberikan perlindungan hukum yang lebih baik kepada para pencipta karya musik
(lagu) di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat bahwa
kegiatan tersebut telah melanggar Undang- Undang Hak Cipta. Apabila penegakkan
hukum tentang Hak Cipta di masyarakat berjalan sebagaimana mestinya dan bersifat
tegas, ini akan mengurangi tingkat pembajakan kaset di paspearan dan masyarakat
akan takut untuk melakukan kegiatan pembajakan kaset.
2. Saran
Dengan adanya Undang – Undang yang mengatur tentang Hak Cipta tersebut,
diharapkan hak dari sebuah hasil karya manusia terlindugi dari tangan jail
masyarakat yang tidak berwenang.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.untukku.com/berita-untukku/kejahatan-pembajakan-hak-cipta-karya-musik-
tulisan-program-film-haki-hak-atas-kekayaan-intelektual-untukku.html#ixzz1rnHTsuqp
(Diakses 11 April 2012)
http://4iral0tus.blogspot.com/2011/01/penanggulangan-pelanggaran-hak-cipta.htm (Diakses
11 April 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual(Diakses 12 April 2012 )
http://www.dokumen.org/ppt/7101(Diakses 12 April 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta(Diakses 12 April 2012)
http://keantere21.blogspot.com/2012/03/pembajakan-hak-cipta-lagu-atau-musik.html
(Diakses 12 April 2012)
http://annida.harid.web.id/?p=358 (Diakses 12 April 2012)
http://organisasi.org/kejahatan-pembajakan-hak-cipta-karya-musik-tulisan-program-film-
haki-hak-atas-kekayaan-intelektual (Diakses 12 April 2012)
http://shinigami-d33do.blogspot.com/2011/11/pembajakan-atas-hak-kekayaan.html (Diakses
12 April 2012)
https://koranindonesia.id

Anda mungkin juga menyukai