Anda di halaman 1dari 2

A.

Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Cipta

Di Indonesia banyak ditemui kasus-kasus pelanggaran hak cipta yang dilakukan baik di bidang
musik, teknologi, dan lain-lain. Bahkan di salah satu media surat kabar online menyatakan bahwa “Indonesia
menempati peringkat ke-11 dengan jumlah peredaran software bajakan sebesar 86 persen, dengan nilai
kerugian 1,46 miliardolar AS atauRp 12,8 triliun” (Kompas, 11 Juli 2012). Hal ini sungguh memprihatinkan
mengingat Indonesia sudah memiliki undang-undang yang harusnya bisa mengurangi tingkat pembajakan di
segala bidang.
Banyaknya amandemen yang dilakukan oleh pemerintah demi mempertegas kedudukan Hak Cipta
dari masa ke masa tidak juga menyurutkan aksi-aksi tercela ini. Kasus pembajakan paling banyak menimpa
di dunia musik dan teknologi atau perangkat lunak. Tindakan tersebut memberikan kerugian yang cukup
besar bagi para penciptanya karena buah pemikirannya harus dirampas oleh orang lain tanpa seizinnya. Salah
satu contoh kasus yang tidak bisa dikesampingkan adalah kasus yang menimpa novelis ternama Indonesia,
Dewi Dee Lestari. Dee yang terkenal dengan novel “Perahu Kertas” mengatakan bahwa novel Perahu
Kertas‟ miliknya dibajak oleh orang lain tanpa sepengetahuan dirinya. Hal ini tentu saja menimbulkan
kekecewaan di diri Dee. Pada saat itu Dee merilis novelnya dalam dua versi, yakni konvensional dan digital.
Dari penjualan secara digital ternyata aksi pembajakan itu mulai dilakukan dengan cara mengubah format
digitalnya ke dalam bentuk pdf (Tribunnews.com, 20 November 2012). Kekecewaan ternyata tidak hanya
menimpa Dewi Lestari. Pada saat itupun banyak musisi yang mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
atas pengunduhan musik mereka secara ilegal di Internet. Pihak label menyebut angka kerugian lebih dari Rp
1 triliun dari praktek ini per bulan.
Dunia teknologi juga tidak luput dari aksi pembajakan.Menurut Presiden Microsoft Indonesia,
“produk Microsoft menguasai sekitar 97 persen pasar perangkat lunak di Indonesia. Sayangnya, sekitar 86
persen pengguna menggunakan perangkat lunak atau software bajakan atau tanpa lisensi”. Dengan
meningkatnya kasus pembajakan software di Indonesia pada akhirnya tidak hanya menimbulkan kerugian
terhadap perusahaan, tapi juga kerugian pada negara karena pembajakan membuat hilangnya pajak bagi
negara akibat pengguna software bajakan tid
ak membayar pajak”. Dari semua kasus yang mencuat di publik, ternyata masih banyak kasus yang tidak
diberitakan ke masyarakat karena banyaknya kasus-kasus pelanggaran hak cipta di tanah air. Hal ini
membuktikan bahwa penegakan hukum bukan hanya tindakan yang dibutuhkan untuk menanggulangi kasus
semacam ini, tapi juga diperlukan rasa kesadaran masyarakat, agar bersama-sama dengan aparat penegak
hukum bisa memberantas tindakan kejahatan tersebut.
Dalam UU no. 19 Tahun 2002 pasal 72 ayat 1 Tentang Hak Cipta bahkan disebutkan. Barangsiapa
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal
49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Dengan demikian, segala bentuk
pelanggaran Hak Cipta, khususnya di bidang musik, sinematografi, dan lainnya.
B. Usaha Konkrit Pemerintah Indonesia dalam Mengurangi Angka Pembajakan

Salah satu contoh tindakan yang telah dilakukan langsung oleh Pemerintah dalam menangani kasus
semacam ini adalah membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, merupakan hal positif dalam
menaungi industry musik. Namun, di sisi lain Pemerintah Indonesia tidak melakukan tindakan lain yang
sangat signifikan dalam mengurangi pembajakan, terutama di bidang musik, yaitu menutup situs-situs
unduhan ilegal. Masih banyak ditemui situs-situs yang menyediakan konten ilegal tanpa sepengetahuan dari
pihak musisi ataupun label yang menaunginya.
Salah Satu tindakannya yaitu ketika Majelis Ulama Indonesia bekerjasama denganJenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan HAM dan organisasi Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan
mengeluarkan fatwa haram terhadap pembajakan hak cipta di tanah air. Sementara itu, MIAP bekerjasama
dengan Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum& HAM dan Mabes Polri beserta pengelola mal di
sejumlah kota besar menggelar sosialisasi program Mal IT Bersih Tindakan ini diharapkan bisa menggugah
kesadaran penjual dan konsumen untuk mengutamakan pentingnya menggunakan barang asli.

C. Kesimpulan

Kesimpulan yaitu bahwa praktek Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia masih menunjukkan
keprihatinan terhadap karya-karya anak bangsa. Meskipun telah banyak dilakukan amandemen terhadap
UUHC, dari Auteurswet hingga UUHC 2002 tetapi masih sedikit orang yang paham akan isi UU
tersebut.Pemerintah Indonesia harus lebih mempertegas tindak lanjut terhadap kasus-kasus yang baik
bermunculan di media massa elektronik maupun cetak dan yang tidak terungkap di keduanya mengenai
pembajakan. Pembajakan yang dilakukan oleh individu ataupun suatu kelompok tertentu pada dasarnya
sama-sama memberikan kerugian yang besar terhadap negara. Selain dari Pemerintah Indonesia, peran aktif
warga negara dalam memberantas kasus pelanggaran Hak Cipta juga patut dipertimbangkan, sebab
masyarakatlah yang menjadi „sasaran utama‟ atas barang-barang bajakan.

Anda mungkin juga menyukai