Anda di halaman 1dari 6

5 contoh kasus pelanggaran hak cipta (software)

1. Software Bajakan Marak di Tangerang, Polisi Tunggu Laporan Masyarakat

Peredaran DVD dan software bajakan di wilayah kabupaten Tangerang kini tak
lagi secara sembunyi-sembunyi. Banyak penjual yang memasarkan produk bajakannya di
pinggir jalan hingga mall di sekitar Tangerang.

Penjualan barang bajakan yang bisa terlihat kasat mata, nampaknya tak membuat
pihak kepolisian bergerak cepat guna menerapkan hukum yang berlaku.
"Kita butuh bahannya terlebih dahulu, tidak bisa main bergerak begitu. Yang pasti
Informasi terkait itu (peredaran DVD dan Software bajakan) kita akan terima," terangnya.
Pihak kepolisian mengklaim telah melalukan langkah pencegahan dengan
memberikan himbauan kepada masyarakat agar tak membeli barang bajakan berupa DVD
maupun software.

2. Aparat dari Markas Besar kepolisian Republik Indonesia menindak dua


perusahaan di Jakarta yang menggunakan software AutoCad bajakan.
Masing-masing PT MI, perusahaan konstruksi dan teknik di bilangin Permata
Hijau dan PT KDK perusahaan konsultan arsitektur yang beralamat di bilangan pasar
Minggu. Penindakan di PT MI dilakukan pada Tanggal 23 Februari 2009. Sementara, PT
KDK telah ditangani sejak tanggal 16 Februari 2009. Saat ini penyidik masih memeriksa
pimpinan masing-masing perusahaan. Keduanya akan dijerat dengan UU No 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta pasal 72 ayat 3. Mereka diancam denda sebesar maksimal Rp
500 juta dan hukuman kurungan selama lima tahun, terang Penyidik Mabes Polri AKBP
Rusharyanto, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (24/2). Selain kedua perusahaan, polisi
juga telah melakukan tindakan terhadap para pengguna software bajakan sejenis.
Pengguna yang ditangkap umumnya di dalam lingkungan perusahaan dan untuk
kepentingan komersial. Sejauh ini delapan perusahaan pengguna software jenis AutoCad
bajakan yang sudah kami tindak, terang Rusharyanto. Ia mengatakan, upaya
pemberantasan software bajakan akan terus berlanjut tidak hanya AutoCad namun juga
jenis software yang dilindungi hak cipta.
3. Kasus Pembajakan Software (CD) di JAKARTA

Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama BSA


(Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan Penindakan Pelanggaran
Hak Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall Ambasador dan Ratu Plasa
pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung
oleh IR. Johno Supriyanto, M.Hum dan Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS
HKI. Penindakan ini dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business
Software Association) pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang dijual bebas
di Mall Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD
Software sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.
CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall Ambasador dan
Ratu Plasa seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli software ini bisa mencapai
Rp.1.000.000 per softwarenya. Selain itu, Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan
secara rutin tetapi pelaksanaan untuk penindakan dibuat secara acak/random untuk
wilayah di seluruh Indonesia. Salmon pardede, SH.,M.Si selaku Kepala Sub Direktorat
Pengaduan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa Dalam
penindakan ini para pelaku pembajakan CD Software ini dikenakan Pasal 72 ayat 2 yang
berbunyi Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana paling lama penjara
5 tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) dan tidak
menutup kemungkinan dikenakan pasal 72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka
diketahui bahwa tersangka juga sebagai pabrikan.
Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk
memberikan arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk-produk
software bajakan karena produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada negara
dibidang pajak disamping itu untuk menghindari kecaman dari United States Trade
Representative (USTR) agar Indonesia tidak dicap sebagai negara pembajak.
4. Pembajakan Perangkat Lunak

Pada awal tahun 2012 lalu kita dikejutkan oleh ditutupnya salah satu situs file
sharing terbesar, yakni Megaupload. Menurut informasi yang ada, hal ini terjadi karena
Megaupload dianggap mendukung pembajakan (piracy), karena dalam situsnya memiliki
berjuta-juta data illegal yang salah satunya berupa perangkat lunak (software). Sehingga
kasus ini sudah dianggap salah satu kasus kejahatan hak cipta terbesar di dunia yang
langsung menargetkan penyalahgunaan situs penyimpanan konten dan distribusi publik
untuk melakukan kejahatan hak intelektual.
Kasus Megaupload ini sendiri dipandang melanggar ketentuan RUU yang dikenal
dengan nama SOPA (Stop Online Piracy Act) dan PIPA (PROTECT IP Act) yang mana
merupakan undang-undang terkait hasil pembajakan serta beragam produk digital seperti
film dan musik.

5. 122 Polisi Dilatih Perangi Software Bajakan

Sebanyak 122 anggota polisi dari 15 Polda di Indonesia dilatih penanganan dan
strategi memerangi tindak pidana hak cipta software oleh pengguna akhir. Pelatihan yang
digelar di kawasan Ciumbuleuit Kota Bandung itu dibuka oleh Wakabareskrim Mabes
Polri Irjen (Pol) Paulus Purwoko, Kamis. Ia mengatakan, pelanggaran hak cipta software
terus meningkat seiring perkembangan TI di negeri ini. Untuk itu Polri selalu mengikuti
perkembangan itu dan menyikapinya dengan meningkatkan kemampuan personil
penyidik, katanya.
Dikatakan, upaya aparat penegak hukum dalam memberantas penggunaan piranti
lunak atau software saat ini telah menunjukkan kemajuan. Hal itu seiring dengan makin
gencarnya kegiatan pelatihan penanganan tindak pidana pelanggaran hak cipta software.
Sementara itu, Kanit Indag Dir II Ekonomi Khusus yang juga Ketua Panitia Pelatihan,
Kombes (Pol) Rycko Amelza Daniel menyebutkan, pelatihan yang digelar 12-13 Juni
2008 itu akan menekankan materi antara lain tentang pengetahuan aspek teknis seputar
software, bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta software dan ragam jenis piranti lunak.
Sebelumnya, pelatihan yang sama juga dilakukan terhadap 50 orang jaksa dari
Kejati Jakarta dan Kejaksaan Agung, pertengahan Mei 2008 lalu.
Dalam kaitan ini Polisi memegang peranan penting dalam penegakan UU Hak
Cipta, khususnya pelanggaran software bajakan. Sebagian besar pelanggaran Hak Cipta
software yakni pelanggaran UU No.19/ 2002 tentang hak cipta terutama pasal 72 ayat 2
tentang peredaran software ilegal dan pasal 71 ayat 3 tentang memperbanyak untuk
kepentingan komersial. "Pelanggaran itu diancam hukuman kurungan maksimal lima
tahun atau denda Rp500 juta," kata Rycko. Ia menyebutkan, kasus pelanggaran HAKI
menurun dalam dua tahun terakhir ini dari 1.522 kasus pada 2006 menjadi 589 kasus
pada 2007. Pelanggaran Hak Cipta tidak hanya cakram hitam namun juga di software. Ia
menyebutkan, sepanjang 2007 jajaran kepolisian di Indonesia telah mengamankan sekitar
741 tersangka pelanggaran HAKI antara lain 12 tersangka pemilik pabrik, 61 tersangka
duplikasi serta 668 pedagang atau pengedar piranti bajakan. "Hingga April 2008, tercatat
telah 45 kasus dengan 45 tersangka pelanggaran HAKI yang berhasil diungkap," kata
Rycko.
Lisensi Perangkat Lunak
Sebuah lisensi perangkat lunak bebas adalah lisensi perangkat lunak yang mengizinkan
pengguna untuk memodifikasi dan mendistribusikan ulang perangkat lunak yang dimaksud.
Lisensi ini berlawanan dengan lisensi dari perangkat lunak tak bebas yang melarang
pendistribusian ulang atau rekayasa terbalik dari suatu perangkat lunak yang berakibat pada
pelanggaran hak cipta.

Perangkat lunak yang diketahui menggunakan lisensi perangkat lunak bebas antara lain
adalah TeX dan XII. Pada pertengahan 1980-an, proyek GNU mengeluarkan lisensi-lisensi
perangkat lunak bebas yang terpisah untuk masing-masing paket perangkat lunaknya. Semuanya
digantikan pada 1989 dengan versi satu dari Lisensi Publik Umum GNU (GNU General Pulic
License disingkat GPL). Versi 2 dari GPL yang dirilis pada 1991 kemudian menjadi lisensi
perangkat lunak bebas yang paling banyak digunakan.

Pada pertengahan hingga akhir 1990-an, muncul sebuah trend baru dimana perusahaan
dan proyek baru menulias lisensi baru. Gerakan yang mengakibatkan bermunculannya lisensi-
lisensi baru ini berujung pada masalah komplesitas dan ketidak kompabilitas.

Yayasan Perangkat Lunak Bebas (FSF), merilis daftar lisensi perangkat lunak bebas.
Membedakan antara lisensi perangkat lunak bebas yang kompetibel dan yang tidak kompetibel
dengan lisensi pilihan FSF yaitu Lisensi Public Umum GNU, yang merupakan sebuah lisensi
copyleft.

Lisensi GPL memberikan penerima salinan perangkat lunak hak dari perangkat lunak
bebas dan menggunakan copyleft untuk memastikan kebebasan yang sama diterapkan pada versi
berikutnya dari karya tersebut. GPL terakhir lisensi ini, yaitu versi 3 dirilis 27 Juni 2007. GNU
Lesser General Public License (LGPL) merupakan versi lain GPL, ditujukan untuk penggunaan
beberapa software library.

Per Januari 2006, GPL digunakan oleh 66% dari 41.962 perangkat lunak bebas yang
terdaftar di Freshmeat, serta 68% perangkat lunak bebas yang terdaftar di
SourceForge.net.Copyleft adalah permainan kata dari copyright (hak cipta) dan seperti halnya
makna berlawanan yang dikandung masing-masing (right vs left), begitu pula arti dari kedua
istilah tersebut berlawanan. Copyleft merupakan praktik penggunaan undang-undang hak cipta
untuk meniadakan larangan dalam pendistribusian salinan dan versi yang telah dimodifikasi dari
suatu karya kepada orang lain dan mengharuskan kebebasan yang sama diterapkan dalam versi-
versi selanjutnya kemudian.

Jika hak cipta dianggap sebagai suatu cara untuk membatasi hak untuk membuat dan
mendistribusikan kembali salinan suatu karya, maka lisensi copylefti digunakan untuk
memastikan bahwa semua orang yang menerima salinan atau versi turunan dari suatu karya
dapat menggunakan, memodifikasi, dan juga mendistribusikan ulang baik karya, maupun versi
turunannya. Slah satu contoh license copyleft adalah GNU General Public License.

Perlindungan Hak Cipta Dalam Perangkat Lunak Komputer/Program

Berdasarkan perjanjian TRIPS, program komputer sekarang memenuhi syarat untuk


perlindungan hak cipta sama seperti setiap karya sastra lain, serta untuk bentuk perlindungan IP,
termasuk dengan paten di beberapa Negara, seperti Amerika Serikat.

Tidak seperti apikasi perangkat lunak dipesan terlebih dahulu, produk ini memiliki mass
market dan dapat dengan mudah didesain. Perlindungan hak cipta memungkinkan peruahaan
untuk mencegah menyalin, persaingan batas dan harga biaya monopoli untuk produk ini. Dalam
pengembangan, ini menyajikan dua masalah utama. Pertama, karena adanya Negara yang meluas
dan daya beli rendah, ada kekhawatiran bahwa perlindungan yang lebih kuat dan penegakan bisa
berarti difusi lebih terbatas seperti teknologi.

Masalah kedua adalah dimana kode sumber dari perangkat lunak ini dilindungi, ini dapat
membuat lebih sulit untuk mengadaptasi produk untuk kebutuhan local. Pada saat ini sebagian
besar negara memiliki perangkat lunak dan program komputer yang dilindungi hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai