Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERAN HUKUM PADA PELANGGARAN DI BIDANG TIK

 NAMA KELOMPOK : 1. BIMA ABY RESTHU L.R (03)


2. JASMINE MALIKHA R (04)
3. KHOIRUL NISA F (06)
4. NANI AGUSTIN W (19)
5. NATASYA FITRI D.R (20)
6. NAYLA ANSYARIA M (22)
7. NAYZILLA PARAMITA (24)
8. NOVEL ANANDA (26)
9. PINASARI (32)
BAB 1

A. PENDAHULUAN
Perkembangan hukum di Indonesia saat ini cukup terasa, seiring pertumbuhan penduduk dan
perkembangan sosial kemasyarakatan. Berbagai macam penyakit masyarakat yang menuntut dan
mengharuskan hukum bergerak maju sebagai pengendali sosial untuk menjadi garda terdepan dalam
menciptakan masyarakat yang tertib, maju dan sejahtera. Perkembangan hukum itu sendiri ditandai
dengan perkembangan komponen hukum itu sendiri, dari segi Perangkat Hukum, yakni lahirnya berbagai
macam produk hukum baru dan bersifat khusus (lex spesialis), misalnya : Undang-undang no 31 tahun
1999 sebagai mana telah di ubah menjadi Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemeberantasan Tindak Pidana korupsi. Dari segi Kelembagaan Hukum yakni lahirnya Lembaga
penegakkan Hukum yang Independen dan punya kewenangan khusus misalnya Komisi Pemberantasan
korupsi, serta Aparatur Hukum dan Budaya Hukum. Sama halnya seperti struktur susunan kapital dan
perkembangan perekonomian Indonesia, hukum yang berlaku sampai sekarang ini juga berawal dari
konstruksi kolonial Belanda. Indonesia dalam masalah hukumnya pun sempat meraba-raba sistem atau
macam hukum apa yang baik untuk diterapkan di Indonesia karena tidak mungkin akan terus
menggunakan susunan hukum yang sepenuhnya sama dengan era kolonial. Belanda yang pada saat itu
dapat dikatakan sebagai pendatang, tentu tidak akan mudah untuk menerapkan seluruh hukum yang
dibawanya dari Eropa, pasti juga akan menyesuaikan dengan hukum yang sudah ada dan berkembang di
masyarakat Indonesia. Lalu hukum apa yang menjadi patokan pada masa itu? hukum kolonial Belanda
ataukah hukum yang sudah ada di masyarakat Indonesia? Maka dari itu, pembahasan minggu ini akan
berfokus pada gambaran umum mengenai hukum Indonesia, sejauh mana pengaruh yang didapat di era
penjajahan dan perkembangan baru apa yang terjadi setelahnya.Hukum di indonesia saat ini sangat
memperihatinkan, bagaimana tidak, persoalan rasa keadilan masyarakat diabaikan dalam penegakan
hukum di Indonesia. Penegakan hukum sudah sejak lama menjadi persoalan serius bagi masyarakat
Indonesia, hal ini menimbulkan dampak-dampak serius dalam sistem hukum Indonesia yang masih
banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para penegak hukum. Dalam konteks pembuatan aturan
hukum hubungannya dengan lembaga-lembaga hukum baik di tingkat pusat maupun daerah, sebagian
besar kinerjanya masih belum profesional dan belum mengarah pada pelaksanaan hukum yang
sesungguhnya. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan terhadap hukum, baik pembaharuan dari sisi
pelaksanaan hukum, lembaga-lembaga hukum maupun aturan hukum itu sendiri. Sehingga negara ini
mampu mencapai kesejahteraan, kualitas keamanan yang baik, adanya keadilan yang tidak memihak,
serta menjadi negara yang damai dan makmur. Menurut seorang penulis (Bert-Jap Koops (ed), 2000: 83)
dalam buku ICT Law and Internationalization. A Survey of Government View, jika di tahun 1990-an hanya
sedikit orang yang pernah mendengar email dan Internet, maka 10 tahun kemudian teknologi-teknologi ini
telah melembaga dan dikenal umum. Memang masih sukar untuk memberi kata akhir tentang pengaruh
dari hal ini terhadap masyarakat, tetapi jelas bahwa dunia dengan suatu jalur cepat elektronik, dalam
berbagai segi, telah berfungsi secara berbeda dengan dunia sepuluh tahun lalu. Hal ini berdampak pada
hukum. Sehubungan dengan hukum, telah berkembang berbagai istilah, di antaranya yaitu Information
and Communication Technology Law (ICT Law) atau Hukum Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Keterkaitan ini karena Hukum Teknologi Informasi dan Komunikasi berkenaan dengan pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi sehubungan dengan bagian-bagian dari hukum yang lain tersebut.

B. LATAR BELAKANG
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah dalam kehidupan manusia. Keberhasilan para ahli dan
menciptakan teknologi ini sudah tercapai, hal ini terbukti bahwa kehidupan manusia di Era modern ini
tidak dapat lepas dari teknologi itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi tersebut
telah mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui
hubungan jarak jauh dengan mudah dapat diperoleh. Teknologi informasi juga membantu
memaksimalkan cakupan pasar untuk penjualan dan jasa, serta respon yang tepat kepada pelanggan,
karena teknologi informasi dapat mendukung dalam penyimpanan data pelanggan dan menjadi sumber
informasi untuk dapat melayani pelanggan.1Mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus
bertemu face to face, cukup melalui peralatan komunikasi sudah dapat terlaksana. Penerapan teknologi
informasi akan menimbukan berbagai perubahan sosial. Karena itu perlu adanya partisipasi masyarakat
dan peranan hukum, upaya pengembangan teknologi tidak saja kehilangan dimensi kemanusiaan tetapi
juga menumpulkan visi inovatifnya. Peranan hukum diharapkan dapat menjamin bahwa pelaksanaan
perubahan itu akan berjalan dengan cara teratur, tertib, dan lancar. Perubahan yang tidak direncanakan
dengan sebuah kebijakan hukum akan menimbulkan berbagai persoalan dalam kehidupan
bermasyarakat. Uraian di atas mengindikasikan dua hal, di satu sisi teknologi dianggap baik yaitu sebagai
alat yang menawarkan kemudahan serta memberikan kemakmuran, akan tetapi di sisi lain karena
kemampuan teknologi yang tanpa batas memiliki berbagai bentuk kejahatan di dalam kehidupan
bermasyarakat dikarenakan dari pengguna teknologi informasi yang sering kali tidak berfikir jauh
sehingga sampai kepada tindak kejahatan itu sendiri. Kejahatan yang terjadi dewasa ini semakin
kompleks. Para pelakunya bukan lagi setiap individu manusia biasa atau elite melainkan sudah
merupakan suatu jaringan kerja (network criime) yang dinamakan dengan sindikat atau ganggang
(gangstar). Ini bisa dilihat dari kejahatan narkotika, perbankan, perjudian, terorisme dan KKN yang jarinan
kerjanya bisa mirip dengan kejahatan dan perilaku mafi, Triad dan Yakuza.2Banyak yang berpendapat
bahwasanya wujud dari pada teknologi informasi itu adalah internet. Kini komputer telah menjadi media
pertukaran data dan informasi serta sarana komunikasi inter personal yang mengglobal melalui jaringan
internet. Internet tidak hanya pertukaran data dan informasi, dengan fasillitas Vioce Over Internet Protocol
(VoIP) internet juga mampu melayani percakapan antar pengguna, memberikan siaran siaran radio (real
time) dan televisi (streaming).3Internet bagaikan dua mata pisau, yaitu satu bagian tajam dan bagian lain
tumpul dalam penerapan kehidupan. Dengan kata lain manusia perlu internet sebagai sarana komunikasi
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, akan tetapi banyak dampak negatif dari pemanfaatan teknologi
informasi. Banyak kejahatan kejahatan yang muncul dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, penipuan dan masih banyak contoh kejahatan lain yang berawal
dari teknologi informasi. Peran pemerintah pada dasarnya sudah mengantisipasi perubahan yang
disebabkan oleh Teknologi Informasi. Kebijakan dan peraturan dibuat untuk memfasilitasi masyarakat
agar dapat semaksimal mungkin memamfaatkan teknologi informasi serta menekan serendah rendahnya
dampak dari kejahatan yang ditimbulkan oleh Teknologi Informasi. Penyalahgunaan teknologi informasi
akan menjadi kewajiban hukum untuk “meluruskanya” demi tercipta tertib masyarakat beradab dan untuk
berusaha mencegah kelakuan anti sosial, yakni kelakuan yang bertentangan dengan asas asas
ketertiban sosial dan hukum. 4 Sehingga dalam pelaksanaan untuk menjalankan hukum yang baik sesuai
dengan asas yang berlaku di Indonesia tanpa ada diskriminasi atau apapun di dalamnya. modern yang
memekai teknologi tinggi harus mampu mengurangi perilaku yang amat merugikan kepentingan orang
banyak atau pihak lain. Adanya kebebasan individu untuk mengekspresikan ilmu atau teknologinya dalam
kehidupan masyarakat adalah dalam kerangka perubahan sosial (social change).5Ada beberapa hal
yang menjadi asas dalam pembentukan hukum dan perundang undangan mengenai teknologi informasi
yaitu asas legalitas, itikad baik, etika, moral. Keseluruhan produk hukum mengenai teknologi informasi ini
baik mengenai pemanfaatan teknologi internet, transaksi elektronik, informasi elektronik, hak kekayaan
intelektual, dan kejahatan komputer hendaknya mengacu kepad asas asas tersebut di atas. Dalam Pasal
179 KUHAP ayat 1 ditemukan bahwa: “setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli wajib
memberikan keterangan ahli demi kebenaran, misalnya ahli kedokteran kehakiman, dokter, ahli
telematika, dan ahli lainnya.” Keterangan ahli disini dimaksudkan sebagai keterangan yang diberikan oleh
seseorang yang mewakili keahlian khusus tentang apa yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara. Dalam Pasal 179 ayat 2 KUHAP, ditentukan bahwa : “semua ketentuan harus dipenuhi untuk
menjadi saksi berlaku bagi mereka yang memberi keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
mengucap sumpah atau berjanji bahwa mereka akan memberikan keterangan sebaik baiknya dan
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.” Dalam Pasal 186 KUHAP, disebutkan
bahwa keterangan ahli ini harus dinyatakan dalam suatu sidang pengadilan. Terlebih lagi masih banyak
kasus perkara pidana melalui dunia maya yang hadir seiring bertambahnya ilmu teknologi sehingga
barang tentu pemerintah tidak dapat acuh tak acuh mengenai perkembangan kejahatan ini. Dalam
penegakan hukum, polisi, jaksa, hakim tidak boleh semaunya menjalankan acara pidana, tetapi harus
berdasarkan ketentuan undang-undang, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan
perundang–undangan diluar Kitab Undang-Undang HukumPidana (KUHP) yang mengandung ketentuan
acara pidana yang menyimpang, dengan terciptanya KUHAP maka untuk pertama kalinya Indonesia
diadakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi seluruh proses pidana dari awal
(mencari kebenaran) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung, bahkan sampai meliputi peninjauan
kembali (herziening).6Perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan maka tujuan dalam mencari siapa pelaku tindak dan
selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan dan putusan terhadapnya sesuai dengan bukti bukti yang ada
dalam siding pengadilan, diperlukan ahli khusus yang mempelajari bentuk bentuk kejahatan yang muncul
serta peraturan perundang-undangan lain yang mendukung Undang Undang Nomor 11 tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang tertuang
dalam sebuah penulisan hukum

C.TUJUAN
tujuan pelanggaran hukum di bidang tik adalah untuk terhindar dari beberapa kejahatan misalnya
pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak
sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang bersifat
merugikan hak milik orang lain. menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi
secara elektronik, melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi agar
terhindar dari kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan
komputer secara tidak sah,tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer
yang dimasukinya, biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukanya dengan maksud sabotase ataupun
pencurian informasi penting dan rahasia

D.MANFAAT
1. Pertemuan Daring dalam Penyusunan Perundang-undangan

2. Masukan Masyarakat dengan Cara Online

3. Bentuk Perundang-undangan Digital (paperless)

4. Database Digital dan Penyebarluasan Perundang-undangan Online

BAB 2
A. TEORI
1. Perkembangan Hukum Di Indonesia Setelah kemerdekaan, Indonesia bertekad untuk membangun
hukum nasional yang berdasarkan kepribadian bangsa melalui pembangunan hukum. Secara umum
hukum Indonesia diarahkan ke bentuk hukum tertulis. Pada awal kemerdekaan dalam kondisi yang
belum stabil, masih belum dapat membuat peraturan untuk mengatur segala aspek kehidupan
bernegara. Untuk mencegah kekosongan hukum, hukum lama masih berlaku dengan dasar Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945, Pasal 192 Konstitusi RIS (pada saat berlakunya Konstitusi RIS) dan
Pasal 142 UUDS 1950 (ketika berlaku UUDS 1950). Sepanjang tahun 1945-1959 Indonesia
menjalankan demokrasi liberal, sehingga hukum yang ada cenderung bercorak responsif dengan ciri
partisipatif, aspiratif dan limitatif. Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem
politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam
demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)
diberlakukan pada sebagian besar bidangbidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasanpembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak
individu seperti tercantum dalam konstitusi. Pada masa Orde Lama Pemerintah (Presiden)
melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD 1945. Demokrasi yang berlaku adalah
Demokrasi Terpimpin yang menyebabkan kepemimpinan yang otoriter. Akibatnya hukum yang
terbentuk merupakan hukum yang konservatif (ortodok) yang merupakan kebalikan dari hukum
responsif, karena memang pendapat Pemimpin lah yang termuat dalam produk hukum.Indonesia
memang tetap memakai beberapa hukum dan sistem hukum bentukan Belanda sampai saat ini.
Tetapi sejak kemerdekaannya dan sejak 18 Agustus 1945 berlaku Undang-Undang Dasar yang supel
dan eslatis untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia telah merdeka. Selanjutnya5 bahwa
sebenarnya pemberlakuan peraturan hukum Belanda pada awalnya hanya agar tidak terjadi
kekosongan hukum saja. Oleh karena itu pemerintah terus berusaha untuk mewujudkan hukum
nasional yang secara perlahan akan menggantikan hukum yang sudah ada.

B. DEFINISI
Hak kekayaan intelektual (HKI) didefinisikan sebagai hak untuk memperoleh perlindungan secara hukum
atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang HKI, seperti UU Hak
Cipta, Paten, Desain Industri, Rahasia Dagang, Varitas Tanaman, Sirkuit terpadu dan Merek serta telah
disahkan oleh ITB melalui penerbitan SK Rektor Ketentuan Insentif Kekayaan Intelektual Institut
Teknologi Bandung Nomor 643/I1.B04/SK-WRRIM/XI/2018. ITB telah berupaya untuk
mengimplementasikan HKI melalui perwujudan kelembagaan di LPIK ITB yang berfungsi untu
mengembangkan strategi implementasi HKI berupa pengusahaan lisensi untuk usaha startup dan bekerja
sama dalam upaya promosi, negosiasi, kontrak kerjasama, Collecting Royalty dan Licensee Relation
Management. Sampai tahun 2019, terdapat 6 (enam) klaster yang terdaftar, tersertifikasi, dan
terkomersialisasi melalui LPIK ITB, yaitu klaster Transportasi dan Infrastruktur, Energi dan Lingkungan,
Smart City, Kesehatan, Pangan, dan Ilmu Hayati, Industri TIK, Jasa Digital, dan Kreatif, serta Pertahanan
dan Keamanan.

BAB 3
PENUTUP
Perkembangan hukum di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari sudut pandang yang berbeda-
beda. Reaksi ini tidak terlepas dari berbagai faktor baik dari dalam lembaga penegak hukum itu sendiri
maupun pengaruh dari luar. Ketidak profesionalisme para aparat penegak hukum itu sendiri yang
menciderai wibawa hukum di Indonesia, baik sifat Arogansi sampai keterlibatan penegak hukum dalam
kasus hukum yang sedang di tanganinya. Perilaku aparat penegak hukum yang demikian seyogianya
wajib dilenyapkan dari NKRI yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Adapun kejahatan dalam Teknologi
Informasi dan Komunikasi adalah Pencurian uang atau harta benda dengan menggunakan sarana
komputer/ cyber dengan melawan hukum. Bentuk kejahatan ini dapat dilakukan dengan mudah dalam
hitungan detik tanpa diketahui siapapun juga. Penggelapan, pemalsuan pemberian informasi melalui
komputer yang merugikan pihak lain dan menguntungkan diri sendiri. Perbuatan pidana perusakan
sistem komputer (baik merusak data atau menghapus kode-kode yang menimbulka kerusakan dan
kerugian). Perbuatan pidana ini juga dapat berupa penambahan atau perubahan program, informasi, dan
media dan Pembajakan yang berkaitan dengan hak milik intelektual, hak cipta, dan hak paten.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta,

2005

Djamali, R. Abdoel. 1984. ¥+XNXP GDODP $UWL 7DWD +XNXPµ dalam

Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada,

pp. 5-66

Lev, Daniel S. 1976. ¥2ULJLQV RI WKH ,QGRQHVLDQ $GYRFDF\µ Indonesia,

No. 21, pp. 134-169

Maramis Frans, Bahan Ajar Hukum Teknologi Informasi dan

Teknologi, Fakultas Hukum Universitas Samratulangi, 2015

Anda mungkin juga menyukai