E-mail : dipta.ripper@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan oleh
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah terhadap penerapan hak cipta yang ada pada
koleksi bukan buku. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa upaya perlindungan hak
cipta yang dilakukan oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, yaitu dengan cara : 1).
Koleksi bukan buku pada layanan audio visual dan layanan deposit tidak boleh dibawa
pulang. 2). Bagi pemustaka yang ingin meminjam diwajibkan mengisi formulir dan membuat
surat pernyataan bahwa koleksi tersebut tidak untuk digandakan demi kepentingan
komersialisasi. 3). Jika pernyataan tersebut sudah ditandatangani dan koleksi tersebut
disalahgunakan atau dilanggar oleh pemustaka, maka sudah menjadi tanggungjawab
pemustaka secara pribadi. Selain itu diperlukan upaya penanggulangan terhadap permasalah
tersebut dengan cara melakukan kegiatan sosialisasi secara berkala yang dilakukan oleh
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang bekerjasama dengan pihak kepolisian
Polrestabes Semarang.
Abstract
The purpose of this research is to determine the extent of the efforts made by the
Central Java Regional Library to the application of existing copyright in a non book
materials. From the result of descriptive analysis, it was known that the Central Java Public
Library carried out some efforts in copyright protection such as: 1) Non book materials in
audio visual sevice is forbidden to be borrowed to home. 2) For library visitor who want to
borrow non book materials, they must fill the form and make the declaration letter which
assert that the collection will not used in commercial purpose. 3) If the declaration was
already signed and the borrower breaks the declaration, it is the borrower responsibility if
there are some punishment. Besides, it is needed some efforts to prevent that problem, like
massive socialization about Non Book Materials Copyright by Central Java Public Library
and Semarang Police Force which was done periodically.
*Dosen Pembimbing
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012
pencipta, Berapa batas penggandaan dan bentuk tercetak seperti pamflet, leaflet,
penggunaan ciptaan pihak lain. Berapa manuskrip, peta, terbitan berkala dan
banyak boleh digandakan, dan berapa musik. Dengan demikian, cakupan istilah
persen dari karya yang boleh digunakan, bahan koleksi bukan buku sangat luas dan
atau berapa kali ciptaan tersebut dapat juga mencakup bahan tersebut di atas yang
dipentaskan. Peraturan tersebut tidak disajikan ulang dalam bentuk yang
membahas secara spesifik mengenai berbeda, seperti peta yang berbentuk
permasalahan-permasalahan terkait. Tetapi slide, terbitan berkala berbentuk mikrofis.
untuk saat ini kedua peraturan tersebut Lebih jauh Fothergill, menyebutkan
menjadi dasar hukum yang paling cocok bahan koleksi bukan buku berdasarkan
diterapkan sampai saat ini dalam hal jenis dan sifatnya yang mungkin adalah :
kelegalitasan penggandaan bahan pustaka 1. Kertas, yang dikemas dalam berbagai
di perpustakaan”. cara, seperti kartu, bagan, seni
reproduksi, foto tercetak;
2.2 KOLEKSI BUKAN BUKU
2. Film, termasuk didalamnya filmstrip,
Pada awalnya, perhatian slide, film layar lebar, bentuk mikro;
perpustakaan lebih banyak dicurahkan
pada bahan pustaka tercetak, seperti buku 3. Pita magnetik mencakup pita suara,
dan terbitan berseri. Adanya kaset, pita video, gulungan, kaset
perkembangan teknologi dibidang media piringan magnetik;
informasi, merupakan suatu tantangan bagi
4. Plastik, plastik transparan, opak
pustakawan untuk mampu menyediakan
laservision, CD audio, dan CD-Rom.
bahan koleksi bukan buku (nonbuku).
Penggunaan bahan koleksi bukan buku Bahan-bahan lain yang menurut Fothergill,
pada zaman dahulu hanya sebagai alat yang mungkin juga tergolong dalam bahan
bantu pendidikan, tetapi sekarang tidak koleksi bukan buku adalah model, artefak,
hanya sebagai alat bantu melainkan juga dan spesimen. Selain itu, bahan koleksi
merupakan sarana kebutuhan individu bukan buku juga mencakup yang dapat
yang mendasar. Sebagi contoh banyak diakses secara elektronik dari jarak jauh,
sekali perguruan tinggi yang telah seperti teleteks dan sistem view data.
menggunakan sistem multimedia berskala
penuh. Sehingga antara pengajar dan 3.1 METODE PENELITIAN
mahasiswa dapat melakukan kegitan Dalam penelitian ini penulis
belajar mengajar tanpa harus bertatap menggunakan jenis penelitian kualitatif
muka secara langsung, sehingga dengan metode deskriptif. Penelitian
dibutuhkan suatu media perantara yang Kualitatif adalah penelitian yang
dapat menyampaikan informasi secara bermaksud memahami fenomena tentang
mudah (Yulia, 2009:7.1). apa yang dialami oleh subjek penelitian
Penggunaan istilah bahan koleksi misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
bukan buku yang sering muncul adalah tindakan, dll., secara holistik, dan dengan
koleksi multimedia dan koleksi audio cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
visual dan semacamnya. Menurut bahasa, pada suatu konteks khusus yang
Fothergill (1990:3) sebagaimana dikutip alamiah dan dengan memanfaatkan
oleh Mirmani (2011:1.2) memberikan berbagai metode alamiah (Moleong,
batasan istilah koleksi bukan buku atau 2011:6). Pengertian lain mengenai
banah nonbuku yaitu mencakup semua penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
bahan yang tidak dijilid kedalam bentuk dalam ilmu pengetahuan sosial secara
sebuh buku. Istilah tersebut digunakan di fundamental bergantung pada pengamatan
luar segala pesan yang disajikan dalam terhadap manusia dalam kawasannya
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012
disebut dengan ciptaan, suatu koleksi atau ada kesepakatan atau lisensi di atas
ciptaan dianggap sama maknanya yaitu surat pernyataan terlebih dahulu.
setiap hasil karya pencipta yang 3. Akurasi atau keaslian
menunjukkan keasliannya dalam lingkup Hal tersebut diatur dalam Pasal 25 Ayat
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra (Pasal 1 1 UU Hak Cipta No.19 Tahun 2002
Ayat 3). Sedangkan, koleksi digital bahwa: “informasi elektronik tentang
diartikan sebagai karya cipta hasil informasi manajemen hak pencipta
pengalihwujudan yang dilindungi oleh tidak boleh ditiadakan atau
hukum hak cipta. Pernyataan ini diatur diubah”. Berdasarkan pasal tersebut,
dalam Pasal 12 ayat 1 point (l) UU Hak maka perpustakaan dalam
Cipta No.19 Tahun 2002 bahwa: mendigitalkan koleksi tetap
mencantumkan identitas penulis aslinya
“dalam undang-undang ini ciptaan dan tugas perpustakaan hanya
yang dilindungi adalah ciptaan mempublikasikan informasi. Misalnya,
dalam bidang ilmu pengetahuan, untuk keaslian identitas si penulis
seni, dan sastra yang mencakup: dalam setiap halaman koleksi digital di
karya terjemahan, tafsir, saduran, bagian footer diberi
bunga rampe, database, dan karya tanda copyrigth atau “©”. Sebagai
lain dari hasil pengalihwujudan”. contoh e-jurnal “Al-Jamiah”, di
Dalam mengelola sumber koleksi bagian footer-nya disisipkan identitas
digital, khusunya karya hasil penelitian aslinya yaitu”Al- Jamiah: Journal of
dan jurnal hendaknya perpustakaan lebih Islamic Studies”.
memperhatikan empat prinsip tentang 4. Hak Akses
kaedah atau aturan digitalisasi seperti Yaitu semua koleksi local content dapat
halnya yang dikatakan oleh Pendit diakses secara bebas dan dapat dibaca
(2007:166) yaitu privasi (kerahasiaan), secara keseluruhan (full text). Akan
akurasi (keaslian), properti (kepemilikan), tetapi, pengguna tidak dapat men-
dan keteraksesan informasi. Sebagai download file digital tersebut mengenai
contoh dalam implementasi kaedah- aspek keaslian dari identitas si penulis
kaedah tersebut, perpustakaan harus karya digital.
memperhatikan :
1. Privasi 6. SIMPULAN DAN SARAN
Yaitu menyangkut kerahasiaan berarti
masalah keamanan database koleksi 6.1 Simpulan
digital maka pada sistem jaringan
perpustakaan digitalnya ditanami Berdasarkan analisis data dan
sistem keamanan (mosesax). Pihak pembahasan yang diperoleh dari 8 orang
perpustakaan juga memberikan informan di dalam meneliti “Upaya
batasan-batasan terhadap koleksi local Penerapan Hak Cipta Terhadap
content yang akan diakses, misalnya Pemanfaatan Koleksi Bukan Buku Di
pengguna tidak dapat men- Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa
download file-nya. Tujuannya agar Tengah”, maka dapat disimpulakan bahwa
tidak terjadi penjiplakan atau upaya pernerapan hak cipta tersebut belum
pembajakan ciptaan digital secara dilakukan atau diterapkan secara serius
besarbesaran. oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa
2. Properti Tengah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
Yaitu mengenai kewajiban serah karya faktor penghambat dalam pelaksanaan
cetak dan rekam yang sudah diserahkan penegakan hukum terhadap para
ke perpustakaan adalah milik pelanggaran hak cipta atas koleksi bukan
sepenuhnya perpustakaan, karena sudah buku, yaitu :
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012