Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

UPAYA PENERAPAN HAK CIPTA TERHADAP PEMANFAATAN


KOLEKSI BUKAN BUKU DI PERPUSTAKAAN DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh : Syauzul Wisda Pradipta, Drs. Aan Permana, M.M *

E-mail : dipta.ripper@gmail.com

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Diponegoro Semarang

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan oleh
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah terhadap penerapan hak cipta yang ada pada
koleksi bukan buku. Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa upaya perlindungan hak
cipta yang dilakukan oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, yaitu dengan cara : 1).
Koleksi bukan buku pada layanan audio visual dan layanan deposit tidak boleh dibawa
pulang. 2). Bagi pemustaka yang ingin meminjam diwajibkan mengisi formulir dan membuat
surat pernyataan bahwa koleksi tersebut tidak untuk digandakan demi kepentingan
komersialisasi. 3). Jika pernyataan tersebut sudah ditandatangani dan koleksi tersebut
disalahgunakan atau dilanggar oleh pemustaka, maka sudah menjadi tanggungjawab
pemustaka secara pribadi. Selain itu diperlukan upaya penanggulangan terhadap permasalah
tersebut dengan cara melakukan kegiatan sosialisasi secara berkala yang dilakukan oleh
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang bekerjasama dengan pihak kepolisian
Polrestabes Semarang.

Kata Kunci: Upaya perlindungan hak cipta, koleksi bukan buku.

Abstract

The purpose of this research is to determine the extent of the efforts made by the
Central Java Regional Library to the application of existing copyright in a non book
materials. From the result of descriptive analysis, it was known that the Central Java Public
Library carried out some efforts in copyright protection such as: 1) Non book materials in
audio visual sevice is forbidden to be borrowed to home. 2) For library visitor who want to
borrow non book materials, they must fill the form and make the declaration letter which
assert that the collection will not used in commercial purpose. 3) If the declaration was
already signed and the borrower breaks the declaration, it is the borrower responsibility if
there are some punishment. Besides, it is needed some efforts to prevent that problem, like
massive socialization about Non Book Materials Copyright by Central Java Public Library
and Semarang Police Force which was done periodically.

Key Word : Copyright protection effort, non book materials.

*Dosen Pembimbing
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

1. PENDAHULUAN karya tanpa izin dari pengarang dan


menerima keuntungan ekonomi atas jasa
Indonesia merupakan negara yang foto kopi yang diberikannya. Selain
memiliki keragaman suku, bahasa, agama layanan foto kopi yang diberikan oleh
dan kebudayaan yang beraneka ragam. perpustakaan, perpustakaan juga mulai
Dari keragaman budaya tersebut Indonesia berlomba-lomba untuk menghimpun
merupakan salah satu negara yang koleksi digital dalam rangka menuju
memiliki kekayaan seni dan kebudayaan perpustakaan digital. Bahkan saat ini
terbesar diseluruh dunia. Melalui seni dan koleksi digital dijadikan sebagai parameter
kebudaya tersebutlah, Indonesia dapat apakah sebuah perpustakaan tersebut maju
berbicara banyak di mata internasional atau tidak. Akan tetapi realisasi
dengan berbagai macam prestasi yang perpustakaan digital bukan tanpa masalah,
dapat dibangakan (Ermansjah Djaja, terutama terkait dengan hak cipta. Untuk
2009:1). Apresiasi tersebut dapat mendigitalisasi buku, jurnal dan koleksi
diwujudkan dengan cara melindungi karya lainnya perpustakaan sering terbentur
anak bangsa melalui pengesahan UU dengan masalah hak cipta. Sampai saat ini
Perlindungan Hak Atas Kekayaan belum ada aturan yang jelas mengenai
Intelektual (HKI) yang terbaru yaitu UU digitalisasi koleksi dan pelanggaran hak
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. cipta. Dalam hak cipta melekat hak
Undang-undang tersebut dibuat untuk ekonomi dan hak moral, dan proses
melindungi pencipta dan ciptaannya dari digitalisasi dapat melanggar kedua hak
penjiplakan atau bahkan pengakuan dari tersebut yaitu apabila mendatangkan
pihak lain, yang tidak bertanggung jawab. keuntungan bagi perpustakaan maka ini
Hak cipta bertujuan untuk memberikan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
pengakuan, penghormatan, dan hak ekonomi dan dikatakan melanggar hak
penghargaan kepada seorang pencipta moral karena digitalisasi mengalih
karya. Di dalam hak cipta juga terdapat bentukkan dari format tercetak kedalam
hak ekonomi yang dapat memberikan format digital atau dengan kata lain
keuntungan ekonomis kepada pencipta merusak integritas bentuk karya tersebut
sehingga seseorang akan terdorong untuk (Heri Abi Burachman Hakim : 2011).
menciptakan suatu karya atau lebih.
Terutama untuk penulis, hak cipta dapat Dalam kasus di Perpustakaan Daerah
mendorong kreativitas penulis untuk Provinsi Jawa Tengah, perpustakaan
menciptakan karya-karya yang berkualitas. dituntut untuk menyediakan informasi
yang cepat dengan akses yang murah dan
Dilihat dari kondisi yang ada mudah (tidak menyulitkan pemustaka).
perpustakaan saat ini masalah yang terlihat Untuk itulah mereka memberikan layanan
sangat mencolok adalah mengenai penggandaan bahan pustaka (foto kopi)
penggandaan dan pengalih mediaan dan layanan peminjaman karya digital
koleksi digital yang dimiliki perpustakaan. yang dapat dibawa pulang oleh pemustaka,
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia sehingga memberikan peluang bagi
informasi bagi masyarakat dituntut untuk pemustaka yang ingin menggandakan
dapat menyediakan informasi dalam beberapa bagian buku atau karya digital
berbagai format sesuai kebutuhan yang mereka butuhkan. Namun belum
pengguna. Salah satunya adalah dengan diketahui, apakah layanan tersebut
menyediakan layanan foto kopi di memiliki dasar hukum yang jelas tanpa
perpustakaan, foto kopi dapat mengesampingkan nilai Hak Cipta yang
dikategorikan sebagai tindakan terkandung dalam tiap bahan pustaka. Jika
pelanggaran hak cipta. Hal ini dikarena ada, apakah telah diterapkan sesuai hukum
foto kopi berarti memperbanyak suatu yang berlaku. Proses penegakkan Hak
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

Cipta harus dilakukan secara nyata dengan koleksi-koleksi yang terdapat di


dasar hukum yang jelas pula. Hal ini perpustakaan sebagian besar memiliki Hak
dimaksudkan agar tidak ada pihak yang Cipta. Pasal 12 dalam Undang-undang
merasa dirugikan. Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
Bertolak dari latar belakang tersebut menyebutkan secara jelas.
penulis tertarik untuk mengambil judul Jenis ciptaan-ciptaan tersebut
penelitian “Upaya Penerapan Hak Cipta sebagian besar dimiliki oleh perpustakaan
Terhadap Pemanfaatan Koleksi Bukan umum. Jadi ciptaan-ciptaan dalam
Buku Di Perpustakaan Daerah Provinsi perpustakaan umum tersebut tidak dapat
Jawa Tengah”. digandakan atau dialihmediakan tanpa
persetujuan penciptanya.
2.1 PENGERTIAN HAK CIPTA Tetapi ada beberapa pengecualian
untuk memperbanyak ciptaan di
Istilah Hak Cipta pertama kali perpustakaan. Diantaranya seperti yang
disahkan pada saat rapat Seksi Hak tertera pada (UU Hak Cipta No. 19 Tahun
Pengarang dari Kongres Kebudayaan 2002 Pasal 15 ayat A dan ayat C) :
Indonesia ke-2, di Bandung pada Bulan Dengan syarat bahwa sumbernya
Oktober 1951. Sebelumnya dikenal dengan harus disebutkan atau dicantumkan, tidak
istilah hak pengarang, namun karena dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta :
istilah tersebut seperti membatasi dalam A. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk
hal karang-mengarang saja, maka diganti kepentingan pendidikan, penelitian,
menjadi Hak Cipta yang pengertiannya penulisan karya ilmiah, penyusunan
lebih luas dalam hal ilmu pengetahuan, laporan, penulisan kritik atau tinjauan
seni dan sastra. suatu masalah dengan tidak
Dalam pengertiannya menurut (UU merugikan kepentingan yang wajar
Hak Cipta No. 19 Tahun 2002) : dari Pencipta.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Sedangkan menurut Ayat C ;
Pencipta atau penerima hak untuk C. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik
mengumumkan atau memperbanyak seluruhnya maupun sebagian, guna
ciptaannya atau memberikan izin keperluan ;
untuk itu dengan tidak mengurangi (i) ceramah yang semata-mata untuk
pembatasan-pembatasan menurut tujuan pendidikan dan ilmu
peraturan perundang-undangan yang pengetahuan; atau
berlaku. (ii) pertunjukan atau pementasan yang
Berdasarkan peranan dan fungsi tidak dipungut bayaran dengan
tersebut, perpustakaan sebagai pusat ketentuan tidak merugikan
informasi harus dapat memberikan layanan kepentingan yang wajar dari
dan fasilitas yang dibutuhkan oleh Pencipta.
pemustaka baik dalam hal koleksi maupun Secara umum dapat dimbil
sarana prasarana yang mendukung. kesimpulan bahwa penggandaan ciptaan
Terlebih lagi dengan begitu pesatnya diperbolehkan asal sumbernya disebutkan,
perkembangan teknologi informasi saat ini tidak dikomersilkan atau diambil hak
yang pada akhirnya membuat pemustaka ekonomisnya, dan dilihat dari tujuan
tidak lagi membutuhkan koleksi dalam pemakaian ciptaan pihak lain. Tetapi
bentuk fisik. Hal inilah yang menjadi peraturan tersebut belum menjelaskan
tantangan tersendiri bagi perpustakaan di pertanyaan lain yang berkaitan dengan
dalam menyadiakn koleksi yang dapat urusan penggunaan ciptaan pihak lain
langsung dipergunakan di perpustakaan, seperti :
dipinjam, atau bahkan digandakan dengan “Bagaimana cara mengukur tidak
tujuan tertentu oleh pemustaka. Padahal merugikan kepentingan yang wajar dari
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

pencipta, Berapa batas penggandaan dan bentuk tercetak seperti pamflet, leaflet,
penggunaan ciptaan pihak lain. Berapa manuskrip, peta, terbitan berkala dan
banyak boleh digandakan, dan berapa musik. Dengan demikian, cakupan istilah
persen dari karya yang boleh digunakan, bahan koleksi bukan buku sangat luas dan
atau berapa kali ciptaan tersebut dapat juga mencakup bahan tersebut di atas yang
dipentaskan. Peraturan tersebut tidak disajikan ulang dalam bentuk yang
membahas secara spesifik mengenai berbeda, seperti peta yang berbentuk
permasalahan-permasalahan terkait. Tetapi slide, terbitan berkala berbentuk mikrofis.
untuk saat ini kedua peraturan tersebut Lebih jauh Fothergill, menyebutkan
menjadi dasar hukum yang paling cocok bahan koleksi bukan buku berdasarkan
diterapkan sampai saat ini dalam hal jenis dan sifatnya yang mungkin adalah :
kelegalitasan penggandaan bahan pustaka 1. Kertas, yang dikemas dalam berbagai
di perpustakaan”. cara, seperti kartu, bagan, seni
reproduksi, foto tercetak;
2.2 KOLEKSI BUKAN BUKU
2. Film, termasuk didalamnya filmstrip,
Pada awalnya, perhatian slide, film layar lebar, bentuk mikro;
perpustakaan lebih banyak dicurahkan
pada bahan pustaka tercetak, seperti buku 3. Pita magnetik mencakup pita suara,
dan terbitan berseri. Adanya kaset, pita video, gulungan, kaset
perkembangan teknologi dibidang media piringan magnetik;
informasi, merupakan suatu tantangan bagi
4. Plastik, plastik transparan, opak
pustakawan untuk mampu menyediakan
laservision, CD audio, dan CD-Rom.
bahan koleksi bukan buku (nonbuku).
Penggunaan bahan koleksi bukan buku Bahan-bahan lain yang menurut Fothergill,
pada zaman dahulu hanya sebagai alat yang mungkin juga tergolong dalam bahan
bantu pendidikan, tetapi sekarang tidak koleksi bukan buku adalah model, artefak,
hanya sebagai alat bantu melainkan juga dan spesimen. Selain itu, bahan koleksi
merupakan sarana kebutuhan individu bukan buku juga mencakup yang dapat
yang mendasar. Sebagi contoh banyak diakses secara elektronik dari jarak jauh,
sekali perguruan tinggi yang telah seperti teleteks dan sistem view data.
menggunakan sistem multimedia berskala
penuh. Sehingga antara pengajar dan 3.1 METODE PENELITIAN
mahasiswa dapat melakukan kegitan Dalam penelitian ini penulis
belajar mengajar tanpa harus bertatap menggunakan jenis penelitian kualitatif
muka secara langsung, sehingga dengan metode deskriptif. Penelitian
dibutuhkan suatu media perantara yang Kualitatif adalah penelitian yang
dapat menyampaikan informasi secara bermaksud memahami fenomena tentang
mudah (Yulia, 2009:7.1). apa yang dialami oleh subjek penelitian
Penggunaan istilah bahan koleksi misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
bukan buku yang sering muncul adalah tindakan, dll., secara holistik, dan dengan
koleksi multimedia dan koleksi audio cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
visual dan semacamnya. Menurut bahasa, pada suatu konteks khusus yang
Fothergill (1990:3) sebagaimana dikutip alamiah dan dengan memanfaatkan
oleh Mirmani (2011:1.2) memberikan berbagai metode alamiah (Moleong,
batasan istilah koleksi bukan buku atau 2011:6). Pengertian lain mengenai
banah nonbuku yaitu mencakup semua penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
bahan yang tidak dijilid kedalam bentuk dalam ilmu pengetahuan sosial secara
sebuh buku. Istilah tersebut digunakan di fundamental bergantung pada pengamatan
luar segala pesan yang disajikan dalam terhadap manusia dalam kawasannya
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

sendiri dan berhubungan dengan orang- berdasarkan data tersebut, selanjutnya


orang dalam bahasa, peristilahan dan dicarikan data lagi secara berulang-ulang
peristiwa (Iskandar, 2009:12). sehingga selanjutnya dapat disimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau
3.2 PEMILIHAN INFORMAN ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Informan dalam penelitian ini Bila berdasarkan data yang dapat
ditentukan dengan purposive sampling dikumpulkan secara berulang-ulang
yaitu teknik pemilihan informan dengan teknik triangulasi, ternyata
berdasarkan pertimbangan tertentu. hipotesis diterima maka hipotesis tersebut
dengan menggunakan pertimbangan (1) berkembang menjadi teori.
berdasarkan kesediaan menjadi Informan, Teknik analisis penelitian kualitatif
(2) berdasarkan jabatan fungsional pada umumnya berawal dari pengumpulan
pustakawan, (3) sudah bekerja di data melalui observasi, wawancara
perpustakaan selama 5 tahun atau lebih maupun dokumentasi, kemudian reduksi
sehingga sudah mengetahui bagaimana data, serta analisis dan interpretasi data.
kondisi lingkungan di perpustakaan, (4) Dari hasil analisis tersebut akan ditarik
berdasarkan kriteria pemustaka yang kesimpulan yang akan menjadi hasil akhir
sering memanfaatkan layanan deposit dan dari penelitian. Hasil akhir data penelitian
layanan audio visual, (5) berdasarkan tersebut akan dituangkan dalam bentuk
kriteria dari pendapat beberapa ahli yang narasi deskriptif.
bergerak dalam hal perlindungan dan
penegakan hak cipta. 5. HASIL ANALISIS DATA

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA Di Indonesia seseorang dapat


Pada penelitian ini digunakan dengan mudah memfoto kopi sebuah
metode pengumpulan data melalui buku, mauapun menggandakan koleksi
wawancara, observasi dan dokumentasi. bukan buku padahal karya tersebut
a. Observasi partisipatif melekat hak cipta yang dimiliki oleh
b. Wawancara mendalam pengarang atau pemegang hak cipta,
c. Dokumentasi sehingga apabila kegitan foto kopi
dilakukan dan tanpa memperoleh izin dari
pemegang hak cipta maka dapat
3.4 TEKNIK ANALISIS DATA dikatagorikan sebagai pelanggran hak
Menurut Sugiyono (2009:244) cipta. Terlebih lagi di perpustakaan,
analisis data adalah proses mencari dan lembaga ini sebenarnya rentan akan
menyusun secara sistematis data yang pelanggaran hak cipta apabila tidak paham
diperoleh dari hasil wawancara, catatan mengenai konsep hak cipta itu sendiri.
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara Digitalisasi koleksi dan layanan foto kopi
mengorganisasikan data ke dalam kategori, merupakan hal-hal yang bersinggungan
menjabarkan ke dalam unit-unit, dengan hak cipta. Akan tetapi selain rentan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam dengan pelanggaran hak cipta
pola, memilih mana yang penting dan yang perpustakaan dapat dijadikan sebagai
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan media sosialisasi hak cipta sehingga dapat
sehingga mudah dipahami baik oleh diri meminimalkan kasus pelanggaran hak
sendiri maupun orang lain. cipta di tanah air. Untuk itu dalam
Analisis data kualitatif adalah melayankan berbagi koleksi yang dimiliki
bersifat induktif, yaitu suatu analisis perpustakaan, maka perpustakaan perlu
berdasarkan data yang diperoleh, berhati-hati agar layanan yang diberikan
selanjutnya dikembangkan menjadi kepada masyarakat bukan merupakan
hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan salah satu bentuk praktek pelanggaran hak
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

cipta, dan seharusnya perpustakaan dapat  Tuntutan layanan prima kepada


dijadikan teladan dalam penegakan hak pengguna, jika aturan hak cipta terlalu
cipta dan sosialisasi tentang hak cipta. kaku maka perpustakaan akan
Perpustakaan perlu memberikan batasan ditinggalkan pengguna.
yang jelas mengenai layanan foto kopi
sehingga layanan ini tidak dikategorikan Dari penjelasan tersebut dapat
sebagai bentuk pelanggaran hak cipta, dan penulis simpulkan bahwa hal tersebut
juga pada digitalisasi koleksi dimana yang melatarbelakangi terjadinya
perpustakaan juga perlu berhati-hati agar pelanggaran hak cipta di Perpustakaan
kegiatan yang dilakukan tidak melanggar Daearah Provinsi Jawa Tengah. Ada pun
hak cipta bagi pengarang. upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan
Daerah Provinsi Jawa Tengah bertujuan
Seperti yang dikatakan oleh Tri untuk melindungi hak cipta pada bahan
Wahyu (2008:4), bahwa penerapan hak pustaka yang ada. Hal ini dibuktikan
cipta di perpustakaan tidak dapat berjalan dengan adanya langkah kongkrit di dalam
optimal karena disebabkan oleh beberapa mencegah terjadinya pelanggaran hak
alasan berikut : cipta pada koleksi yang dimiliki oleh
 Ketidaktahuan pengguna tentang hak perpustakaan. Selain langkah-langkah
cipta, dapat dibuktikan dengan tersebut diperlukan upaya penanggulangan
banyaknya permintaan foto kopi terhadap masalah tersebut dengan cara
keseluruhan buku. melakukan kegiatan sosialisasi secara
 Penjelasan yang kurang lengkap dari berkala yang dilakukan oleh pihak
petugas perpustakaan tentang hak cipta perpustakaan yang bekerjasama dengan
membuat pengguna merasa tidak kepolisian. Selain itu, bahwa ada beberapa
mempunyai beban untuk membuat ketentuan yang harus diperhatikan
salinan keseluruhan isi buku. perpustakaan dalam upaya perlindungan
 Pelanggaran hak cipta menjadi hak cipta (Cornish, 2007:66), yaitu :
tanggung jawab moral pengguna, 1. Suatu kopian tidak diberikan sebelum
karena merekalah yang memanfaatkan form pernyataan ditandatangani oleh
salinan perbanyakan dengan alasan pengguna.
apapun. 2. Kopian tidak akan digunakan kecuali
 Tidak adanya sanksi yang tegas untuk penelitian dan untuk tujuan non-
terhadap pelanggaran hak cipta di komersial atau pembelajaran pribadi
perpustakaan, karena di UU Hak Cipta dan berjanji bahwa kopian tersebut
sendiri juga tidak menyatakan secara tidak akan diberikan ke banyak pihak.
jelas tentang pemanfaatan koleksi di 3. Jika form pernyataan tersebut sudah
perpustakaan. ditandatangani dan kopian tersebut
 Terbatasnya terbitan yang ada di disalahgunakan/dilanggar oleh
perpustakaan, sehingga mengharuskan penggunaannya, maka sudah menjadi
pengguna memperbanyak sendiri tanggung jawab pengguna secara
dengan menggunakan jasa pribadi.
perpustakaan. Dalam konteks ini, UU tersebut
 Tuntutan kebutuhan pengguna dalam sudah memberikan batasan dan syarat
penguasaan ilmu pengetahuan dan secara jelas dan tegas terhadap lembaga
teknologi, sehingga pengetahuan pengelola pusdokinfo, termasuk juga
tersebut harus disebarluaskan kepada perpustakaan. Tujuannya adalah untuk
masyarakat luas. melindungi setiap koleksi digital terhadap
 Pendidikan moral dan faktor ekonomi pelanggaran hak cipta. Dalam UU Hak
yang menyebabkan perpustakaan lebih Cipta No.19 Tahun 2002 istilah koleksi
bijak menyikapinya.
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

disebut dengan ciptaan, suatu koleksi atau ada kesepakatan atau lisensi di atas
ciptaan dianggap sama maknanya yaitu surat pernyataan terlebih dahulu.
setiap hasil karya pencipta yang 3. Akurasi atau keaslian
menunjukkan keasliannya dalam lingkup Hal tersebut diatur dalam Pasal 25 Ayat
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra (Pasal 1 1 UU Hak Cipta No.19 Tahun 2002
Ayat 3). Sedangkan, koleksi digital bahwa: “informasi elektronik tentang
diartikan sebagai karya cipta hasil informasi manajemen hak pencipta
pengalihwujudan yang dilindungi oleh tidak boleh ditiadakan atau
hukum hak cipta. Pernyataan ini diatur diubah”. Berdasarkan pasal tersebut,
dalam Pasal 12 ayat 1 point (l) UU Hak maka perpustakaan dalam
Cipta No.19 Tahun 2002 bahwa: mendigitalkan koleksi tetap
mencantumkan identitas penulis aslinya
“dalam undang-undang ini ciptaan dan tugas perpustakaan hanya
yang dilindungi adalah ciptaan mempublikasikan informasi. Misalnya,
dalam bidang ilmu pengetahuan, untuk keaslian identitas si penulis
seni, dan sastra yang mencakup: dalam setiap halaman koleksi digital di
karya terjemahan, tafsir, saduran, bagian footer diberi
bunga rampe, database, dan karya tanda copyrigth atau “©”. Sebagai
lain dari hasil pengalihwujudan”. contoh e-jurnal “Al-Jamiah”, di
Dalam mengelola sumber koleksi bagian footer-nya disisipkan identitas
digital, khusunya karya hasil penelitian aslinya yaitu”Al- Jamiah: Journal of
dan jurnal hendaknya perpustakaan lebih Islamic Studies”.
memperhatikan empat prinsip tentang 4. Hak Akses
kaedah atau aturan digitalisasi seperti Yaitu semua koleksi local content dapat
halnya yang dikatakan oleh Pendit diakses secara bebas dan dapat dibaca
(2007:166) yaitu privasi (kerahasiaan), secara keseluruhan (full text). Akan
akurasi (keaslian), properti (kepemilikan), tetapi, pengguna tidak dapat men-
dan keteraksesan informasi. Sebagai download file digital tersebut mengenai
contoh dalam implementasi kaedah- aspek keaslian dari identitas si penulis
kaedah tersebut, perpustakaan harus karya digital.
memperhatikan :
1. Privasi 6. SIMPULAN DAN SARAN
Yaitu menyangkut kerahasiaan berarti
masalah keamanan database koleksi 6.1 Simpulan
digital maka pada sistem jaringan
perpustakaan digitalnya ditanami Berdasarkan analisis data dan
sistem keamanan (mosesax). Pihak pembahasan yang diperoleh dari 8 orang
perpustakaan juga memberikan informan di dalam meneliti “Upaya
batasan-batasan terhadap koleksi local Penerapan Hak Cipta Terhadap
content yang akan diakses, misalnya Pemanfaatan Koleksi Bukan Buku Di
pengguna tidak dapat men- Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa
download file-nya. Tujuannya agar Tengah”, maka dapat disimpulakan bahwa
tidak terjadi penjiplakan atau upaya pernerapan hak cipta tersebut belum
pembajakan ciptaan digital secara dilakukan atau diterapkan secara serius
besarbesaran. oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa
2. Properti Tengah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
Yaitu mengenai kewajiban serah karya faktor penghambat dalam pelaksanaan
cetak dan rekam yang sudah diserahkan penegakan hukum terhadap para
ke perpustakaan adalah milik pelanggaran hak cipta atas koleksi bukan
sepenuhnya perpustakaan, karena sudah buku, yaitu :
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

Tengah di dalam memenuhi kebutuhan


informasi bagi para pemustaka. Adapun
1. Kurangnya pemahaman pustakawan saran tersebut lahir dari hasil penelitian
terhadap pentingnya perlindungan hak sebagai berikut :
cipta terhadap koleksi yang dimiliki
oleh perpustakaan. 1. Melakukan sosialisasi secara berkala
dan intensif yang dilakukan oleh
2. Rendahnya tingkat kesadaran perpustakaan yang bekerjasama dengan
pemustaka untuk tidak melakukan aparat penegak hukum, untuk
pembajakan dan penggandaan koleksi memberikan pengarahan kepada
bukan buku, yang salah satunya pustakawan dan pemustaka.
disebabakan oleh ketidak tahuan
pemustaka dan kurangnya sosialisasi 2. Untuk menghindari terjadainya
yang dilakukan oleh pihak perpustakaan pembajakan, pemerintah dalam hal ini
dan aparat penegak hukum. juga harus memikirkan kemampuan
daya beli masyarakat kita yang masih
3. Tidak adanya sanksi yang jelas dan sangat rendah. Oleh karena itu harga
mengikat yang dibuat oleh barang orisinil perlu disesuikan dengan
perpustakaan, sehingga pemustaka kemamapuan daya beli masyarakat.
dapat dengan mudah melakukan
pembajakan dan pelanggaran hak cipta 3. Penanganan dan penegakan hukum
terhadap koleksi bukan buku. atas kasus pelanggaran hak cipta yang
terjadi, disebabkan kurangnya
4. Kurang optimalnya kinerja aparat kesadaran dari pihak perpustakaan dan
penegak hukum dalam hal ini aparat kepolisian di dalam menangani kasus
kepolisaian terhadap pelaku tersebut. Sehingga diperlukan adanya
pembajakan. ketegasan dari pihak Perpustakaan
Daerah Provinsi Jawa Tengah dan
5. Sanksi hukum terhadap para pelanggar kepolisian di dalam menangani kasus
hak cipta atas koleksi bukan buku tersebut tanpa pandang bulu.
dinilai kurang efektif dan tidak optimal
berfungsi sebagai efek jera (deterent 4. Apabila terjadi pelanggaran maka
effect). pelanggaran itu harus diperoses secara
hukum, dan bilamana terbukti
6.2 Saran melakukan pelanggaran akan
dijatuhkan hukum sesuai dengan
Hasil penelitian mengenai “Upaya ketantuan Undang-Undang Hak Cipta.
Penerapan Hak Cipta Terhadap Pelakau pelanggaran hukum tersebut
Pemanfaatan Koleksi Bukan Buku Di harus ditindak tegas dan segera
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa mengganti kerugian yang diderita oleh
Tengah” menyatakan bahwa ada hubungan pemilik/pemegang hak atau negara.
antara upaya penerapan hak cipta dengan
pemanfaatan koleksi bukan buku dengan
cara pengalih mediaan informasi.
Berdasarkan pada hasil tersebut, maka
penulis memberikan saran yang sekiranya
dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka melakukan DAFTAR PUSTAKA
perlindungan hak cipta pada koleksi bukan
buku dan untuk meningkatkan kinerja Indonesia. Undang-Undang No. 19 Tahun
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa 2002 tentang Hak Cipta.
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 1 (1), 2012

Sulistyo – Basuki. 2010. Metode


Penelitian. Jakarta: Penaku.

Pendit, Putu Laxmana.2007. Perpustakaan


Digital: Perspektif Perpustakaan
Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Pendit, Putu Laxmana.2007. Perpustakaan
Digital: Perspektif Perpustakaan
Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Cornish, Graham P. 2004. Copy right:
Interpreting the Law for
Libraries, Archives and Information
Services. London: Facet Publishing.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodelogi
Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rusdakarya Offset.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualaitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Arikunto, Suharismi. 2006. Proses
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dirjen HKI. Buku Panduan Hak Kekayaan
Intelektual. Jakarta.
Indonesia. Undang-Undang No. 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai