Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENERAPAN HAK CIPTA BAHAN PUSTAKA DI

PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH


Rian Ilmancendia P*), Mecca Arfa
Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,
JL.Prof.Soedarto, S.H, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Hak Cipta Bahan Pustaka di Perpustakaan Daerah
Provinsi Jawa Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
hak cipta bahan pustaka di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Penelitian ini meng gunakan
metode kualitatif deskriptif. Informan dipilih berdasarkan ahli bidangnya yang telah penulis
tentukan sebelumnya dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data
dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, dalam melakukan
kegiatan hak cipta mengandung dua hak cipta yaitu hak ekonomi dan hak moral. Dalam hak
ekonomi, perpustakaan melakukan penggandaan namun tidak untuk bertujuan komersial, akan
tetapi untuk pemeliharaan dan pergantian salinan yang diperlukan. Sedangkan, dalam hak moral,
perpustakaan menggandakan sebuah koleksi dengan tetap mencantumkan nama pengarang dan
tidak mengubah judul pada koleksi yang digandakan. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa
Tengah tidak melakukan kegiatan distorsi, mutilasi, atau modifikasi ciptaan dalam
menggandakan koleksi. Serta, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah memberlakukan
batasan jumlah dalam kegiatan fotokopi kepada pemustaka.

Kata Kunci: hak cipta; bahan pustaka; hak ekonomi; hak moral; penggandaan koleksi;
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Abstract
[Title: Analysis of Copyright Library Materials Implementation at Perpustakaan Daerah
Provinsi Jawa Tengah] This study entitled "Analysis of Copyright Library Materials
Implementation at Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah". The purpose of this study is to
find out how the implementation of copyright library materials at Perpustakaan Daerah Jawa
Tengah. This research is using descriptive qualitative method. Informants is based on the job
description chosen by purposive sampling technique. The data collection method used are
observation, interview, and documentation objects. The analysis of data technique in this
research are include data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study
indicate that Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tenga h, there are two content of copyright
applied, namely economic rights and moral rights. In economic rights, the library does duplicate
which is not for commercial purposes, but for maintenance and replacement of required copies.
Whereas, in moral rights, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah does duplicate activity a
collection by retaining the author's name and not changing the title in the collection.
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah does not engage in distortion, mutilation, or
modification of the collection. Also, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah is applying a
limit on the number of activities in photocopy to the user.

Keywords: copyright; library material; economic rights; moral rights; collections duplication;
Perpustak aan Daerah Provinsi Jawa Tengah

-------------------------------------------
*)Penulis Korespondensi.
E-mail:ilmancendia@g mail.co m
1. Pendahuluan itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-
Buku dapat digunakan sebagai sarana dalam undangan yang berlaku.
memperoleh informasi. Tak hanya informasi, buku Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014
juga mengandung banyak ilmu penting bagi pasal 1 ayat 2 menjelaskan pencipta ialah "seorang
peradaban masyarakat. Dalam keberagaman budaya atau beberapa orang yang secara sendiri – sendiri
ilmu, eksistensi buku tentu sangat penting. Sejalan atau bersama – sama menghasilkan suatu ciptaan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan yang bersifat khas dan pribadi". Pencipta bisa
teknologi, hanya dengan waktu singkat, kini seseorang atau beberapa orang, lembaga atau
informasi dapat diaksses dengan mudah. instansi, badan hukum, dan negara. Keberadaan
Salah satu lembaga penyedia berbagai buku Hak Cipta ini dimaksudkan untuk mencegah pihak
dan informasi adalah perpustakaan. Perpustakan lain agar tidak mengambil keuntungan dari suatu
merupakan satu dari sekian banyak sarana yang ciptaan tanpa sepengetahuan penciptanya secara
dibutuhkan dalam lingkup pendidikan. Keberadaan tidak jujur.
perpustakaan memberikan kemudahan kepada Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2014
khalayak umum untuk mendapatkan informasi dan pasal 1 ayat 4, pemegang hak cipta adalah pencipta
sumber pengetahuan. Menurut Undang-undang no. sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima
43 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 perpustakaan adalah hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak
institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
dan/ atau kerya reka secara professional dengan menerima hak tersebut secara sah. Dalam Hak
sistem yang baik guna memenuhi kebutuhan Cipta terkandung hak ekonomi dan hak moral.
pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, dan Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2014
rekreasi bagi para pemustaka. pasal 8 hak ekonomi merupakan hak eksklusif
Perpustakaan memungkinkan khalayak umum pencipta ayau pemegang hak cipta untuk
untuk dapat memperoleh kesempatan dalam mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pada
memperluas dan mendalami pengetahuan dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 pasal 9 ayat
cara membaca bahan pustaka yang telah disediakan. 1 menjelaskan pencipta atau pemegang hak cipta
Kemudian perpustakaan dapat dijadikan sebagai memiliki hak ekonomi terhadap ciptaannya untuk
pusat kegiatan belajar mengajar dan rekreasi. melakukan hal-hal mencakup:
Perpustakaan memiliki hubungan secara tidak 1. Penerbitan ciptaan
langsung mengenai dengan buku yang kemudian 2. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya
menjurus kepada masalah Hak Kekayaan 3. Penerjemahan ciptaan
Intelektual dan Hak Kebebasan Intelektual. Hak 4. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau
kebebasan intelektual mencakup hak seseorang pentransformasian ciptaan
mendapat informasi, sedangkan hak kekayaan 5. Pendistribusian ciptaan atau salinannya
intelektual adalah hal-hal yang berhubungan 6. Pertunjukan ciptaan
terhadap perlindungan hak milik seseorang. 7. Pengumuman ciptaan
Menurut Sutedi (2013: 1) Hak Atas Kekayaan 8. Komunikasi ciptaan, dan
Intelektual ialah hak atau wewenang untuk berbuat 9. Penyewaan ciptaan
sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak
tersebut diatur dalam norma-norma atau hukum Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi
yang berlaku. Oleh karena itu dalam kaitannya wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang
dengan HAKI perlu dipikirkan pembangunan hak cipta (pasal 9 ayat 2). Sementara itu, setiap
hukum HAKI sesuai dengan perspektif jelas dan orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak
terarah, sehingga sistem HAKI bertumpu pada cipta melaksanakan hak ekonomi dari suatu ciptaan,
penegak hukum yang memliki integritas tinggi dan dilarang melakukan penggandaan atau penggunaan
menguasai bidang tersebut, serta tentunya faktor ciptaan tersebut secara komersial (pasal 9 ayat 3).
penting lain adalah dukungan masyarakat luas yang Demikian pula, pengelola tempat perdagangan
memahami HAKI secara benar dan menghargai dilarang membiarkan penjualan atau penggandaan
hasil karya yang lahir dari kekayaan intelektual. barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun perdagangan yang dikelolanya (pasal 10).
2014 hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta Hak ekonomi suatu ciptaan tetap berada di
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip tangan pencipta atau pemegang hak cipta, selama
deklaratif, setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam seluruh hak ekonomi tersebut tidak dialihkan
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai kepada penerima pengalihan hak atas ciptaan. Hak
dengan dengan ketentuan peraturan perundang - ekonomi yang dialihkan pencipta atau pemegang
undangan. Undang-undang ini pun menjelaskan hak cipta untuk seluruh atau sebagian tidak dapat
bahwasanya pencipta atau penerima hak memiliki dialihkan untuk kedua kalinya oleh pencipta atau
hak ekslusif untuk mengumumkan dan pemegang hak cipta yang sama. Ciptaan berupa
memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk buku atau semua hasil karya tulis lainnya yang
dialihkan dalam perjanjian jual putus atau Menurut UU No 43 tahun 2007 koleksi
pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya beralih perpustakaan adalah "semua informasi dalam
kembali kepada pencipta setelah 25 tahun. bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
Sementara itu, hak cipta yang dimiliki pencipta rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai
setelah penciptanya tersebut meninggal dunia pendidikan, yang dihimpun, diolah dan dilayankan.
menjadi ahli waris atau penerima wasiat. Menurut John Feather didalam buku International
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun Encyclopedia of Information and Library
2014 hak moral merupakan hak yang melekat Science (2003: 371) secara singkat menyebutkan
secara pribadi pada diri pencipta. Hak moral ini koleksi perpustakaan sebagai koleksi bahan-bahan
secara kekal melekat pada diri pencipta. Hak moral yang ditata dengan cara tertentu untuk
mencakup tiga hal yaitu : Pertama, hak untuk dimanfaatkan.
menuntut kepada pemegang hak cipta agar nama Dari segi fisik media, koleksi perpustakaan
pencipta selalu dicantumkan pada ciptaannya. Hak dibagi menjadi dua kategori yaitu bahan tercetak
ini juga bermakna pencipta memiliki hak untuk dan noncetak. Bahan tercetak meliputi buku,
menentukan apakah nama pencipta harus majalah/jurnal, koran, tesis disertasi dan bahan-
dicantumkan atau tidak. Dan apakah nama bahan referensi yang meliputi kamus, ensiklopedi,
sebenarnya atau nama samarannya yang digunakan. sumber biografi, sumber geografi, sumber
Pencipta juga memiliki hak untuk menentukan hal bilbiografi, majalah indeks dan abstrak, dan buku
ini bila sebuah ciptaan turunan diumumkan. Kedua, tahunan. Sedangkan bahan noncetak meliputi online
hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan database, CD ROM, bentuk mikro (microform) dan
tanpa persetujuan pencipta atau ahli warisnya. sebagainya. Karya-karya tersebut umumnya disebut
Ketiga, hak pencipta untuk mengadakan perubahan sebagai karya tulis (Bintang, 1998: 15).
pada ciptaan sesuai. Adapun koleksi di layanan Perpustakaan Daerah
Pada pasal 5 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Nomor 28 Tahun 2014 hak moral merupakan hak 1. Koleksi Layanan Sirkulasi (Remaja dan Anak)
yang melekat secara pribadi pada diri pencipta Layanan sirkulasi ini melayani peminjaman
untuk : dan mencakup semua bentuk kegiatan
1. Tetap atau tidak mencantumkan namanya pencatatan yang berkaitan dengan
pada salinan yang sehubungan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi terutama
pemakaian ciptaannya untuk umum; untuk remaja dan anak.
2. Menggunakan nama alias atau samarannya; 2. Koleksi Layanan Sirkulasi (Dewasa/ umum)
3. Mengubah ciptaannya sesuai dengan Layanan sirkulasi ini melayani peminjaman
kepatutan dalam masyarakat; dan mencakup semua bentuk kegiatan
4. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; pencatatan yang berkaitan dengan
5. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi pemanfaatan, penggunaan koleks i terutama
distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi untuk dewasa dan umum.
ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan 3. Koleksi Layanan Referensi
reputasinya. Koleksi layanan referensi merupakan salah
satu kegiatan pokok yang dilakukan di
Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat perpustakaan yang khusus melayankan atau
(1) tidak dapat dialihkan selama pencipta masih menyajikan koleksi referensi kepada para
hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat pemakai atau pengunjung perpustakaan.
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai Koleksi referensi disini contohnya seperti
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan ensiklpoedi, kamus, kamus umum, dan lain-
setelah pencipta meninggal dunia (pasal 5 ayat 2). lain.
Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak 4. Koleksi Layanan Terbitan Berkala
moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Koleksi yang terdapat dilayanan terbitan
penerima dapat melepaskan atau menolak berkala ini antara lain:
pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau a. Surat Kabar (Koran)
penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan b. Majalah
secara tertulis (pasal 5 ayat 3). c. Jurnal
Penjelasan dari Undang-Undang No. 28 d. Lain-lain
Tahun 2014 Pasal 5 ayat 1 (e) disebutkan bahwa Di layanan terbitan berkala juga terdapat
pengertian distorsi ciptaan adalah tindakan koleksi Indek Surat Kabar Perpustakaan
pemutarbalikan suatu fakta atau identitas Daerah Nusa Tenggara Barat, Daftar
ciptaannya. Kemudian pengertian dari mutilasi Tambahan Buku Baru Perpustakaan NTB,
ciptaan adalah proses atau tindakan menghilangkan Katalog Induk Daerah Provinsi Nusa
sebagian ciptaan. Sedangkan pengertian dari Tenggara Barat, Katalog Bku Komputer
modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan. Penerbit Andi, Laporan Tahunan,
Bibliografi Biologi Beranotasi koleks
Perpustakaan Nasional Republik pengambilan, penggandaan, dan atau pengubahan
Indonesia, Bibliografi dan sari laporan suatu ciptaan dan/ atau produk secara seluruh atau
hasil survei. sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai
Pengadaan koleksi terbitan berkala dipesan pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan
langsung dari penerbit. Setelah terbian atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan
yang dipesan datang, bagian TU menerima pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
kemudian diinvetaris. Untuk majalah dan penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan
di jurnal dicap identitas dan dicap suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan
inventaris sedang untuk surat bakar hanya yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
di cap tanggal kedatangan saja. Menurut Hafiah (2009: 27-50) terdapat jenis
Koleksi terbitan berkala hanya di katalog layanan yang ada di perpustakaan, layanan tersebut
sekali karena terbitannya yang masih salah satunya ialah layanan fotokopi. Norman
berlanjut sehingga di ruang terbitan (1999: 16-17) menyatakan bahwa layanan fotokopi
berkala tidak ada katalog yang dapat ini diperbolehkan dengan kondisi sebagai berikut:
digunakan pemustaka untuk temu balik. 1. Pemesan/pemustaka menandatangani sebuah
Oleh karena itu, pemustaka dapat langsung formulir yang menyatakan bahwa:
mencari koleksi terbitan berkala yang a. Sebuah fotokopi terhadap bahan yang
dibutuhkan atau langsung menggunakan sama belum pernah diberikan oleh
terbitan berkala yang dibutuhka atau pustakawan;
langsung menggunakan terbitan berkala b. Bahan yang difotokopi hanya untuk
yang telah tersedia. keperluan riset atau hanya untuk studi
5. Koleksi Layanan Deposit pribadi;
Layanan deposit merupakan koleksi terbitan c. Peminta/pemohon fotokopi tidak
pemerintah maupun terbitan lain dari hasil menyadari bahwa ada pemohon lain yang
terbitan yang diserahkan ke ternyata memohon untuk bahan yang
perpusnas/perpusda sebagai pelaksanaan sama;
Undang-undang no 4 tahun 1990 tentang 2. Pustakawan tidak boleh menerima
Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam permintaan bahan fotokopi terhadap bahan
Indonesia. yang secara substansional sama pada saat
yang bersamaan ( istilah ini tidak
Kehadiran hukum hak cipta dimaksudkan didefinisikan;
untuk mencegah terjadinya pihak di luar pencipta 3. Tidak lebih dari satu artikel untuk satu
ataupun pemegang hak cipta mengambil jurnal dalam sekali terbit;
keuntungan karena kreativitas. Selain itu, 4. Pustakawan harus menarik bayaran untuk
perlindungan juga diartikan untuk memotivasi bahan fotokopi untuk biaya reproduksi, serta
masyarakat agar dapat berkarya nyata dalam bidang untuk pembiayaan perpustakaan;
apapun, baik karya tulis, seni, sastra ataupun dalam
inovasi perkembangan teknologi. Kreativitas masyarakat Indonesia bertebaran
Hak Cipta berbeda bila dibandingkan dengan di aneka bidang dan hasil karya yang diciptakan
undang-undang lain dalam hak kekayaan pun luar biasa. Hasil karya tersebut sejatinya
intelektual. Hak Cipta mengenal adanya menumbuhkan suatu penghargaan, sehingga antara
pembatasan yang tertuang dalam Undang-Undang lain dapat meningkatkan perekonomian. Namun
Nomor 28 Tahun 2014 pada pasal 43-51. Terkait hasil kreativitas ini tidak terhindar dari
dengan perpustakaan, hak cipta memiliki penyelewengan, misalnya pembajakan atau
pembatasan yang terkait dengan perpustakaan dan pengakuan dari pihak lain. Hal tersebut tentu saja
pengarsipan. Setiap perpustakaan dan lembaga arsip merugikan pemilik karya bahkan negara, baik
yang nonkomersial dapat membuat satu salinan secara moral maupun ekonomi. Oleh karena itu,
ciptaan atau bagian ciptaan tanpa seizin pencipta pemerintah telah menetapkan aturan mengenai
atau pemegang hak cipta dengan cara: legalisasi hak cipta, dengan diberlakukan Undang –
1. Penggandaan tulisan secara reprografi; Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
2. Pembuatan salinan dilakukan untuk tentang hak cipta.
memelihara atau mengganti salinan yang Seiring dengan adanya Undang-undang
hilang atau musnah dari koleksi permanen di Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta, maka
perpustakaan atau lembaga arsip lain; sudah sepantasnya khalayak umum mengetahu
3. Pembuatan salinan dimaksudkan untuk tentang adanya hak karya orang lain, tentunya hak
komunikasi atau pertukaran informasi ini harus dihormati secara moral dan diberikan
antarperpustakaan, antarlembaga arsip, serta timbal balik yang layak secara ekonomi. Agar
antara perpustakaan dan lembaga arsip. diketahu dan dipahami khalayak umum diperlukan
Pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 diadakan sosialisasi kepada masyarakat.
Pasal 44 ayat 1(a) menjelaskan bahwa penggunaan,
Dalam pelayanan Perpustakaan Daerah Menurut Arikunto (2007: 152) subjek
Provinsi Jawa Tengah, perpustkaan diwajibkan penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk menyajikan informasi dengan akses yang kedudukannya didalam penelitian, subjek penelitian
mudah dan ekonomis. Perpustakaan memiliki harus ditata sebelum peneliti siap untuk
layanan fotokopi untuk mempermudah para mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat
pemustaka mendapat informasi. Akan tetapi, berupa benda, hal atau orang. Dengan demikian
layanan fotokopi dapat meningkatkan praktek subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa
pelanggaran hak cipta bila perpustakaan tidak saja yang menjadi urusan manusia. Sedangkan
waspada tidak memiliki tanda yang jelas akan objek penelitian menurut Husein (2005: 303) adalah
pelanggaran hak cipta. Dengan memiliki wawasan menjelaskan tentang apa dan atau apa siapa yang
tentang hak cipta, diharapkan perpustakaan dapat menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan
memberikan pelayanan yang maks imal dan sesuai penelitian dilakukan bisa juga ditambahkan hal-hal
dengan aturan yang sudah berlaku sehingga dapat lain jika dianggap perlu. Pihak yang akan
memberikan edukasi pula terhadap pemustaka yang bertanggung jawab dan sebagai pelaksana kegiatan
berkunjung. Maka dari itu, perpustakaan butuh implementasi undang - undang hak cipta dapat
memberikan pembatsan konkrit mengenai layanan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis
fotokopi sehingga layanan ini tidak dikelompokan tentang implementasi undang - undang hak cipta
sebagai tindak pelanggaran hak cipta. mengenai penggandaan koleksi tercetak. Subjek
dalam penelitian ini adalah pegawai perpustakaan
2. Metode Penelitian yang bertanggung jawab atas hak cipta sedangkan
Jenis dan desain penelitian ini, menggunakan objek penelitian ini penerapan hak cipta adalah di
jenis penelitian deskriptif dan menggunakan desain Perpustakaan Daerah Jawa Tengah.
penelitian kualitatif. Menurut Sulistyo-Basuki Pemilihan informan dalam penelitian ini
(2006: 78) tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menggunakan purposive sampling yang berarti
memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu penentuan sampel informan dengan pertimbangan
hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Jenis tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Nasution
penelitian deskriptif berusaha mencari deskripsi (1992: 11) bahwa metode kualitatif tidak
yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, menggunakan random sampling atau acak dan tidak
proses, dan manusia (Sulistyo-Basuki, 2006: 110). menggunakan populasi dan sampel yang banyak.
Untuk memperjelas jenis penelitian ini Sampel yang diambil hanya sedikit dan dipilih
digunakan studi kasus. Studi kasus merupakan menurut tujuan penelitian.
strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti Penelitian ini membutuhkan kriteria dalam
menyelidiki secara cermat suatu program, membantu melakukan penelitian. Kriteria-kriteria
peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok untuk menentukan pemilihan informan adalah
individu (Creswell, 2010: 10). sebagai berikut:
Dengan menggunakan jenis penelitian a. Orang yang terlibat dalam pengawasan pada
deskriptif, peneliti berharap dapat melakukan koleksi tercetak.
penelitian yang lebih spesifik agar dapat b. Mengetahui cara kerja dalam pengawasan
mendeskripsikan data secara mendalam dan yang dilakukan.
meneyeluruh. Yin (2011: 1) mengatakan studi c. Aktif dalam kegiatan pengawasan yang
kasus adalah sebuah penyelidikan empiris yang dilakukan.
menginvestigasikan fenomena dalam konteks d. Bersedia diwawancarai sebagai informan.
kehidupan nyata, khususnya ketika batas Antara
fenomena dan konteks tidak begitu jelas. Perlu kita ketahui bahwa dalam penelitian
Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat kualitatif, hubungan antara peneliti dan informan
disimpulkan bahwa studi kasus ialah penelitian berlangsung dengan empati, akrab, kedudukan
yang mengarah untuk menghimpun data, peneliti sama, bahkan sebagai guru atau konsultan,
mengambil makna, dan memperoleh inti tentang berjangka waktu lama. Nasution dalam Prastowo
suatu kesatuan yang berasal dari kelompok, (2011: 148) menjelaskan bahwa dalam penelitian
individu, maupun sebuah sistem agar dapat kualitatif, subjek yang diteliti dipandang
mengetahui secara rinci. Sehingga, setelah berkedudukan sama dengan peneliti. Jadi, subjek
mendapat hasil dari penelitian yang dilakukan dapat tidak sebagai objek atau yang lebih rendah
menggambarkan lebih detail. kedudukannya; tetapi sebagai manusia yang setaraf.
Untuk pengumpulan data dalam penelitian Peneliti tidak menganggap dirinya lebih tinggi atau
studi kasus dapat dilakukan dengan wawancara, lebih tahu. Peneliti datang kepada subjek untuk
observasi, studi pustaka yang semuanya mengacu belajar, untuk menambah pengetahuan
untuk mendapatkan data dan kesimpulan agar pemahamannya.
peneliti dapat melakukan telaah secara mendalam Dalam penelitian ini jenis data yang
dan spesifik tentang kasus yang ingin diketahui. digunakan ialah kualitatif, data kualitatif yaitu data
yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan
dalam bentuk angka (Muhadjir, 1996: 2). Data sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan
kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran pengalaman pribadi (Sulisyto-Basuki, 2006:
implementasi undang-undang hak cipta. Sumber 173). Wawancara ini dimulai dengan mencari
data dalam penelitian adalah s ubjek dari mana data informan yang sesuai dengan kebutuhan
dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian, yakni kepala perpustakan dan
penelitian ini penulis menggunakan dua sumber pustakawan kemudian meminta persetujuan
data yaitu: wawancara. Setelah disetujui oleh informan,
1. Data Primer sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
Data primer menurut (Idrus, 2009: 84 ) adalah ditentukan peneliti melakukan wawancara.
data yang diperoleh peneliti dari sumber asli 3. Dokumentasi
langsung dari informan yang memiliki data Menurut Sugiyono (2012: 82-83) Dokumen
atau informasi tersebut. Sumber data primer merupakan catatan peristiwa yang sudah
dalam penelitian ini adalah hasil survei serta berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
wawancara dengan informan. Informan yang gambar, atau karya-karya monumental dari
akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah seseorang. Dalam penelitian ini tujuan
Kepala Perpustakaan Daerah Jawa Tengah, dokumentasi ialah untuk mengambil gambar
pegawai fotokopi, dosen dalam bidang ahli dari kegiatan rutinitas perpustakaan yang
hak cipta, dan mahasiswa. berkaitan dengan hak cipta dengan
2. Data Sekunder menggunakan suatu media tertulis dan
Data sekunder menurut (Idrus, 2009: 86) dokumen lain. Kemudian dokumentasi
adalah data yang diperoleh dari sumber kedua membutuhkan hasil berupa foto untuk
(bukan orang pertama atau sumber asli) yang membantu dalam pengumpulan data. Alat
memiliki informasi atau data tersebut. Sumber yang digunakan untuk dokumentasi ialah
sekunder dalam penelitian ini adalah Undang- kamera. Dokumentasi dalam penelitian ini
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak berupa foto kegiatan proses memfotokopi di
Cipta. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Lofland and Loftland (1984: 47) Menurut Ghony dan Fauzan Almanshur
menyebutkan bahwa sumber data utama dalam (2011: 247) analisis data untuk penelitian kualitatif
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dengan data, mengorganisasikan data, memilih-
dan lain- lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini milihnya menjadi satuan unit yang dapat dikelola,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
diantaranya: menemukan apa yang penting dan apa-apa yang
1. Observasi dipelajari, dan memutuskan apa-apa yang dapat
Observasi menurut Usman (2008: 52) ialah diceritakan kepada orang lain
pengamatan dan pencatatan yang sistematis Sugiyono (2012: 91) mengemukakan terdapat 3
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi langkah dalam analisis data yaitu reduksi data,
menjadi salah satu teknik pengumpulan data penyajian data, dan verifikasi data
apabila sesuai dengan tujuan penelitian, 1. Reduksi Data
direncanakan, dan dicatat secara sistematis, Pada tahap ini data yang telah diperoleh
serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) melalui proses observasi dan wawancara
dan kesahihannya (validitasnya). digolongkan, dikategorikan, diarahkan dan
Sedangkan observasi menurut Hamidi (2010: dibuang jika merasa tidak perlu, setelah itu
56) merupakan teknik yang mengharuskan data yang ada diorganisir sehingga akhirnya
peneliti berusaha dapat diterima sebagai warga data yang terkumpul dapat diverifikasi.
atau orang-orang dalam para responden, 2. Penyajian Data
karena teknik ini memerlukan hilangnya Pada tahap ini peneliti meyusun data hasil
kecurigaan para subjek penelitian terhadap reduksi yang telah relevan menjadi sebuah
kehadiran peneliti yang dilakukan di informasi yang disajikan secara deskriptif dan
Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Dalam mudah dipahami sehingga memberi
penelitian ini peneliti melakukan survei dan kemungkinan akan adanya penarikan
pengamatan terhadap tempat penelitian untuk kesimpulan dan pengambilan tindakan.
mengetahui kegiatan yang berkaitan dengan 3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
penerapan hak cipta secara umum di Tahap ini merupakan tahap terakhir penelitian
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. kualitatif. Peneliti harus sampai pada
Melalui observasi maka data yang diperoleh kesimpulan yang dapat menjawab rumusan
diharapkan lengkap dan relevan. masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
2. Wawancara mungkin juga tidak, karena masalah dan
Wawancara mempunyai tujuan rumusan masalah bersifat sementara dan akan
mengumpulkan informasi yang kompleks, berkembang setelah peneliti berada di
lapangan. Apabila kesimpulan yang 3.1 Hak Ekonomi
diutarakan pada tahap awal, didukung oleh Hak ekonomi merupakan hak yang paling
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat subtansial dalam hak kekayaan
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan intelektual.perbanyakan berarti penggandaan dalam
data, maka kesimpulan yang dikemukakan bentuk kongkrit melalui cetakan, alat scanner,
merupakan kesimpulan yang kredibel. mesin fotokopi dan sebagainya. Setiap ciptaan
Triangulasi menurut Susan Stainback dalam dalam daftar umum ciptaan memiliki masa berlaku
Sugiyono (2007: 330) merupakan “the aim is not to atas perlindungan hak cipta. Masa berlaku hak
determinate the truth about same social ekonomi terhitunan mulai tanggal 1 Januari.
phenomenon rather than the purpose of Sementara itu, masa berlaku jenis ciptaan buku
triangulation is to incrase one’s understanding of ialah selama hidup pencipta ditambah 70 tahun,
what ever is being investigated”. Dengan demikian setalah pencipta meninggal dunia terhitung mulai
triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi tanggal 1 Januari.
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data Perpustakaan Daerah Jawa Tengah memiliki
dan faktanya dimilikinya. koleksi tercetak yang terletak di dalam ruangan
Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono koleksi dan memiliki jumlah yang banyak. Dalam
(2007: 372) “ Triangulation is qualitative cross- ruang koleksi perpustakaan tersebut, terdapat
validation. It a ssesses the sufficiency of the data banyak koleksi perpustakaan berupa koleksi
according to the convergenceof multiple data tercetak yang memiliki jenis yang berbeda, salah
source or multiple data collection procedures”. satunya buku. Buku-buku tersebut seringkali
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dipinjamkan kepada pemustaka yang ingin
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai meminjam buku. Dari sekian banyak buku yang
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, dipinjamkan, banyak buku yang mulai rusak dari
sehingga triangulasi dapat dikelompokan dalam tiga sampul yang terlepas hingga isi buku yang sudah
jenis, yakni triangulasi sumber, triangulasi teknik tidak terbaca. Perpustakaan kemudian mengambil
pengumpulan data dan waktu. langkah atas adanya buku yang rusak dengan cara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan menggandakan koleksi tersebut. Dalam proses
model triangulasi sumber dikarenakan cara ini penggandaan koleksi, perpustakaan hanya membuat
mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan satu eksemplar dalam setiap judul buku yang
data berusaha menggunakan berbagai sumber yang digandakan. Yang dimaksud dengan satu eksemplar
ada untuk mendapatkan hasil yang baik apabila adalah perpustakaan hanya menggandakan satu
dibandingkan dengan menggunakan satu informasi model dari setiap jenis buku.
saja dalam suatu penelitian. Di dalam UU No. 28 Tahun 2014 Pasal 47
Menurut Alwasilah (2008: 150) Triangulasi dijelaskan bahwa ”setiap perpustakaan atau
Sumber berarti membandingkan kepercayaan suatu lembaga arsip yang tidak bertujuan komersial dapat
informasi yang diperoleh memalui sumber yang membuat satu salinan ciptaan atau bagian ciptaan
berbeda. Misalnya membandingkan hasil tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta”.
pengamatan dengan wawancara, membandingkan Dengan ini perpustakaan telah melakukan
Antara apa yang dikatakan umum dengan yang penggandaan koleksi tercetak sesuai dengan UU
dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil No. 28 Tahun 2014 Pasal 47.
wawancara dengan hasil yang ada. Kemudian perpustakaan dalam menghadapi
kekurangan koleksi dan pemeliharaan koleksi,
3. Hasil dan Pembahasan perpustakaan melakukan penggandaan koleksi agar
Membahas mengenai hasil penelitian yang koleksi dapat digunakan kembali dan dapat
telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasi memenuhi kebutuhan pemustaka yang
dan wawancara. Data yang sudah terkumpul, membutuhkan. Sesuai dengan peraturan yang ada,
selanjutnya diolah oleh peneliti untuk dapat perpustakaan telah melakukan penggandaan dengan
disajikan dalam susunan yang baik dan terarah. keadaan waktu yang sesuai dikarenakan menurut
Dalam proses analisis data, penelitian ini melalui UU No. 28 Tahun 2014 Pasal 47b dijelaskan
beberapa tahap yaitu, pengumpulan data, reduksi pembuatan salinan dilakukan untuk pemeliharaan,
data, display data, dan penarikan kesimpulan. penggantian salinan yang diperlukan, atau
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu penggantian salinan dalam hal salinan hilang, rusak,
mengetahui bagaimana implementasi hak cipta di atau musnah dari koleksi permanen di perpustakaan
Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Untuk atau lembaga arsip.
mengetahui hak cipta tersebut akan dilihat dari UU Perpustakaan melakukan penggandaan koleksi
No. 28 Tahun 2014 yang mengandung 2 hak yaitu dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
hak ekonomi dan hak moral. pemeliharaan terhadap koleksi yang dimiliki di
perpustakaan. Selain melakukan pemeliharaan
terhadap koleksi dalam melakukan penggandaan,
perpustakaan memiliki tujuan lain yaitu agar dapat
melakukan pertukaran informasi terhadap melakukan transaksi royalti akan dikenakan tindak
perpustakaan lain. Sebelum melakukan pidana penjara 10 tahun dan dikenakan denda
penggandaan koleksi yang belum dimiliki, sebesar empat miliar rupiah. Didalam Undang-
perpustakaan melakukan pertukaran informasi Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 Pasal 9 ayat
mengenai koleksi yang dibutuhkan dengan (1) huruf a, huruf b, huruf e dan/ atau huruf g
perpustakaan lain. Perpustakaan lain dapat menjelaskan bahwa pelanggaran terhadap hak
dijadikan bahan referensi dalam melakukan ekonomi pencipta yang memenuhi unsur untuk
pertukaran informasi yang pada akhirnya digunakan penggunaan secara komersial yang dilakukan dalam
untuk pelengkap koleksi yang dibutuhkan bentuk pembajakan akan menanggung akibat atas
.Perpustakaan melakukan penggandaan perbuatan pelanggaran tersebut.
koleksi yang bertujuan agar dapat memelihara
koleksi dan melakukan pertukaran informas i, sesuai
dengan UU. No. 28 Tahun 2014 Pasal 47b yang 3.2 Hak Moral
menjelaskan bahwa pembuatan salinan dilakukan Menurut Purba, Saleh, dan Krinawati hak
untuk pemeliharaan, penggantian salinan yang moral adalah hak yang melindungi kepentingan
diperlukan, atau penggantian salinan dalam hal pribadi dan reputasi pencipta atau penemu.
salinan hilang, rusak, atau musnah dari koleksi Dalam proses penggandaan buku,
permanen diperpustakaan. Kemudian di Pasal 47c perpustakaan melakukannya secara utuh. Kemudian
dijelaskan pembuatan salinan dimaksudkan untuk perpustakaan tetap mencantumkan nama pengarang
komunikasi atau pertukaran informasi antar buku tersebut agar mudah dicari oleh pemustaka
perpustakaan, antarlembaga arsip, serta antara karena bila perpustakaan tidak mencantumkan
perpustakaan dan lembaga arsip. nama pengarang buku disaat proses penggandaan
Layanan fotokopi di Perpustakaan Daerah buku akan menyulitkan pemustaka dalam pencarian
Provinsi Jawa Tengah merupakan bentuk kerjasama buku yang sedang dicari. Menurut UU No. 28
dengan pihak luar, namun pihak perpustakaan Tahun 2014 Pasal 5 ayat 1(a) menjelaskan bahwa
kurang berperan dalam pelayanan fotokopi. Pihak tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan
perpustakaan pun tidak bertanggung jawab apabila namanya pada salinan, sehubung dengan pemakaian
terjadi pelanggaran, melainkan pihak luar yang ciptaannya untuk umum. Oleh sebab itu dalam
bertanggung jawab. Diharapkan perpustakaan dapat melakukan penggandaan, perpustakaan tetap
ikut andil dalam layanan fotokopi karena pada mencantumkan nama pengarang dalam proses
hakikatnya layanan fotokopi sangat membantu dan penggandaan buku sesuai dengan peraturan yang
menunjang fasilitas yang disediakan oleh sudah ditetapkan.
perpustakaan. Layanan fotokopi mempermudah Selain itu, di dalam UU No.28 Tahun 2014
pemustaka untuk dapat memfotokopi koleks i yang Pasal 5 ayat 1 (b) dijelaskan bahwa menggunakan
ingin digandakan. Menurut Hafiah (2009, 27-50) nama aliasnya atau samarannya, yang dimaksud di
terdapat beberapa jenis layanan yang ada di dalam pasal tersebut ialah dalam pencantuman
perpustakaan. Layanan tersebut salah satu nya nama pengarang harus sesuai dengan yang terdapat
adalah layanan fotokopi koleksi. di buku aslinya menggunakan nama alias maka
Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) disesuaikan jika pengarang menggunakan nama
adalah institusi berbentuk badan hukum nirlaba samaran maka yang ditulis tetap harus nama
yang diberi kuasa oleh pencipta, pemegang hak samarannya. Pihak perpustakaan telah melakukan
cipta, dan/ atau pemilik hak terkait guna mengelola pencantuman nama pengarang sesuai dengan
hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan keorisinilan bukunya.
mendistribusikan royalti. Perpustakaan tidak merubah judul buku yang
UU Hak Cipta sebagai acuan untuk akan digandakan dikarenakan perpustakaan
mengetahui sebab akibat dari pelanggaran yang bukanlah pengarang asli dari buku tersebut jadi
dilakukan oleh pelaku tentang hak cipta. Buku yang tidak mungkin untuk melakukan perubahan judul
difotokopi secara keseluruhan oleh pekerja fotokopi buku. Apabila bagian judul buku rusak hingga tidak
untuk pelanggannya akan dikenakan pembayaran bisa dibaca atau diketahui, perpustakaan melakukan
royalti kepada Lembaga Manajemen Kolektif pencarian judul buku di internet untuk mengetahui
(LMK). Apabila penjaga fotokopi tidak membayar keaslian judul buku tersebut dengan tidak ada
royalti atas perbuatan kegiatan penggandaan buku perubahan judul sedikit pun. Dalam UU No. 28
tersebut kepada LMK, pekerja fotokopi akan Tahun 2014 Pasal 5 ayat 1 (d) menjelaskan bahwa
dikenakan tindak pidana atau sanksi sesuai dengan mengubah judul dan anak judul ciptaan, yang
Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. dimaksud dalam undang-undang ini ialah hanya
Pekerja fotokopi yang melakukan pelanggaran pencipta yang dapat merubah judul atau anak judul
menyangkut hak cipta seperti penerbitan ciptaan, pada karangan buku tersebut jadi perpustakaan
penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, tidak berhak dalam adanya perubahan judul buku
pendistribusian ciptaan atau salinannya dan atau anak judul. Perpustakaan tersebut telah
pengumuman ciptaan secara keseluruhan dan tidak melakukan penggandaan sesuai dengan perturan
yang ada dengan tidak melakukan perubahan judul 1. Dalam hak ekonomi perpustakaan melakukan
atau anak judul dalam suatu buku. penggandaan sebanyak satu eksemplar, tidak
Perpustakaan tidak melakukan kegiatan untuk bertujuan komersial akan tetapi untuk
distorsi kepada pengarang, kegiatan distorsi pemeliharaan dan pergantian salinan yang
dikatakan sebagai tindak kriminal karena diperlukan. Kegiatan fotokopi bagi pemustaka
perpustakaan memliki buku yang sudah memiliki di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
nama pengarang yang jelas dalam setiap buku. tidak diperbolehkan fotokopi ecara keseluruhan
Perpustakaan juga tidak melakukan mutilasi ciptaan karena akan dikenakan tindak pidana sesuai
karena dalam melakukan penggandaan buku sudah undang-undang yang berlaku.
ada tahap pengecekan yang disesuaikan dengan 2. Pada hak moral perpustakaan melakukan
buku asli untuk mencegah kurangnya isi buku penggandaan koleksi tercetak tetap
tersebut. Dalam modifikasi ciptaan perpustakaan mencantumkan nama pengarang dan tidak
tidak melakukan hal tersebut karena dapat mengubah judul atau anak judul pada koleksi
merugikan pencipta atau perpustakaan itu sendiri. yang digandakan. Perpustakaan Daerah provinsi
Dalam hal ini sesuai dengan UU No. 28 tahun 2014 Jawa Tengah tidak melakukan kegiatan distors i,
Pasal 5 ayat 1 (e) dikatakan mempertahankan mutilasi ciptaan, dan modifikasi ciptaan alam
haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi menggandakan koleksi. Perpustakaan juga
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat memberlakukan batasan dalam memfotokopi
merugikan kehormatan diri atau reputasi. Dengan kepada pemustaka.
ini perpustakaan telah melakukan penggandaan
sesuai dengan peraturan berlaku yang ditetapkan. Daftar Pustaka
Memfotokopi di perpustakaan dengan catatan
hanya bagian yang diperlukan saja. Memfotokopi Almanshur, Fauzan & Ghony. Metode Penelitian
dapat membantu mempermudah pemustaka dalam Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
hal pembelajaran dan juga menjadi salah satu Alwasilah, Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif.
pencegahan hilangnya buku koleksi. Jika Jakarta: Pustaka Jaya.
memfotokopi sebagian dari pemustaka merasa Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian.
diuntungkan karena tidak harus meminjam dan Yogyakarta: Bina Aksara.
mengembalikan kembali koleksi tersebut akan Basuki, Sulistyo. 2006. Metodologi Penelitian.
tetapi juga terdapat pemustaka yang merasa lebih Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
baik meminjam buku daripada memfotokopi. Bintang, Sanusi. 1998. Hukum Hak Cipta.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun Bandung: Citra Aditya Bakti.
2014 Pasal 44 ayat 1(a) yang menyatakan bahwa Creswell, J. W. (2010). Research design:
penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan atau pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk Hak mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Terkait secara seluruh atau sebagian yang Feather, John., dan Sturges, Paul. 2003.
substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Internasional Encyclopedia of
Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan Information and Library Sciene. New
secara lengkap untuk keperluan: pendidikan, York: Routledge.
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan Hafiah. 2009. Pengantar Layanan Perpustakaan.
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu Padang: PUSTAKINFO.
masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang Husein, Umar. 2005. Metode Penelitian untuk
wajar dan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.
Pada batasan fotokopi yang terdapat di Raja Grofindo Persada.
perpustakaan adalah dalam melakukan kegiatan Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu
fotokopi tidak dilakukan secara keseluruhan pada Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
isi buku. Pekerja fotokopi dapat mengingatkan Lofland, John dan Lyn H, Loftland. 1984.
dengan cara memberitahu kepada pemustaka untuk Analyzing Social Setting: A Guide to
menandai halaman yang ingin difotokopi, karena Qualitative Observation and Analysis.
perpustakaan tidak memperbolehkan memfotokopi Belmont, Cal: Wards worth Publishing
seluruh isi buku. Hal tersebut sudah disadari oleh Company.
para pemustaka untuk tidak melakukan fotokopi Muhadjir, Noeng. 1996. Metodelogi Penelitian
secara keseluruhan karena tidak memfotokopi Kualitatif Telaah Positivistik,
secara keseluruhan adalah salah satu cara Rasionalistik, Phenomenologi, Realisme
menghargai hak cipta buku. Metaphisik . Yogyakarta: Rake Sarasih.
Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik
4. Simpulan Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito
Analisis penerapan hak cipta di Perpustakaan Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
Daerah Provinsi Jawa Tengah telah dilakukan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
dengan dua kegiatan meliputi: 2007 tentang Perpustakaan : Jakarta.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang . 2007. Metodologi Penelitian
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
2014 tentang Hak Cipta : Jakarta. . 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Sutedi, Adrian. 2013. Hak Atas Kekayaan
Intelektual. SInar Grafika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai