Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2021/2022


PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Mata Ujian : Perpustakaan Perguruan Tinggi


Dosen Pengampu : Lydia Christiani, S.Hum., M.Hum.
Kelas : B / Ilmu Perpustakaan
Nama : Indah Nofitasari
NIM : 13040120140127

Kondisi dan Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia

Perpustkaan dikatakan sebagai jantung perguruan tinggi (the heart of


university) karena menyimpan sumber informasi yang tentu nya dapat membantu
kelancaran aktivitas sivitas akademik. Tentu nya dalam pelaksanaan kegiatan nya
harus memiliki landasan hukum yang mengatur seluruh tata kelola yang ada pada
perpustakaan tersebut. Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa Sistem pendidikan
nasional merupakan suatu keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dijelaskan pula pada UU
No 23 Tahun 2003 Pasal 50 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa
salah satu syarat pendirian perguruan tinggi yaitu harus memiliki perpustakaan. Pada
UU No 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan juga disorot tentang perpustakaan
perguruan tinggi karena perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian integral
yang tidak bisa terlepas dari induknya. Keberdaan perpustakaan perguruan tinggi
menjadi bagian penting dari keberlangsungan suatu tata kegiatan di perguruan tinggi
tersebut. Landasan hukum yang mrngatur tentang pendirian perpustakaan perguruan
tinggi juga diatur dalam peraturan yang lain seperti Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan, Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0686/U/1991 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi,
dan masih banyak lagi landasan hukum lainnya yang turut mengatur tentang
pedoman penyelenggaraan di perguruan tinggi.
Dalam penyelenggaran perpustakaan perguruan tinggi tentu nya memerlukan
struktur organisasi yang mengatur jalannya roda kegiatan pada perpustaakan tersebut.
Seperti yang dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Tinggi, pada pasal 34 ayat (2) yang menyebutkan bahwa salah satu unsur
penunjang yang harus dimiliki yaitu professional atau ahli yang akan megelola
keberadaan perpustakaan tersebut. Struktur organisasi yang ada dalam perpustakaan
terbagi menjadi 2 bagian yaitu mikro dan makro. Pada struktur organisasi makro
dijelaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berada di lingkup institusi terkait.
Pada struktur ini perpustakaan perguruan tinggi sejajar dengan fakultas, lembaga
penelitian, dana lembaga pengabdian masyarakat. Pada bagian makro ini pula tingkat
tertinggi dipegang oleh rektor dan wakilnya, dan dalam kegiatannya kepala
perpustakaan akan selalu berkonsultasi kepada rektor dan wakilnya. Sedangkan pada
struktur organisasi mikro, dijelaskan bagaimana struktur perpustakaan perguruan
tinggi beserta segala bagian yang bekerja didalamnya. Pada struktur organisasi mikro
ini dijelaskan bahwa kepala perpustakaan bertanggung jawab kepada pimpinan yang
ada yaitu rektor dan wakilnya. Sedangkan kepala perpustakaan membawahi tata
usaha, layanan teknis, layanan pemustaka, Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan
juga berkoordinasi dengan pustakawan yang ada pada struktur organisasi tersebut.
Tentu nya jumlah bagian pada perbagian nya akan berubah seiring perkembangan
IPTEK agar tetap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada.

Sudah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa keberadaan professional


pada perpustakaan perguruan tinggi menjadi hal penting. Keberadaan sumber daya
manusia yang kompeten pada bidang nya tentu nya akan menjadi sebuah kebutuhan
yang wajib demi menunjang keberlangsungan kegiatan pada perpustakaan tersebut.
Tenaga perpustakaan yang wajib ada yaitu kepala perpustakaan, pustakawan, tenaga
ahli perpustakaan, dan tenaga teknis pada perpustakaan. Seorang kepala perpustakan
diberi amanat untuk memimpin serta merencanakan, mengelola, mengembangkan
dan mengevaluasi, yang tentu nya memiliki tujuan akhir yaitu untuk menunjang
kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam bidang
perpustakaan. Sumber daya kedua yaitu pustakawan, seorang pustakawan memiliki
arti yaitu seorang yang mempunyai kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta memilliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Tentu nya tugas yang
dimaksud pada definisi tersebut yaitu pengelolaan, pelayanan, dan pengembangan
perpustakaan. Sumber daya ketiga yaitu tenaga ahli perpustakaan, tenaga ahli
perpustakaan diartikan sebagai tenaga alhi non-perpustakaan namun memiliki
kemampuan dalam bidang perpustakaan. Sumber daya terakhir yaitu tenaga teknis
perpustakaan, tenaga teknis tersebut terdiri dari tenaga teknis komputer, audio visual,
ketatausahaan, dan tenaga teknis lainnya yang tentu nya memiliki tugas untuk
membantu pekerjaan fungsional yang ada pada perpustakaan perguruan tinggi
tersebut. Tentu nya diperlukan pembinaan SDM salah satu nya melalui diklat yang
dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI agar kompetensi SDM yang ada di
perpustakaan perguruan tinggi semakin baik.

Sesuai dengan yang ada pada Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua informasi
dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media
yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Dari UU
tersebut dapat dilihat jenis koleksi yang harus dimiliki oleh suatu perpustakaan.
Karya tercetak dapat berupa terbitan berkala/berseri, peta, gambar, brosur, pamphlet,
booklet, artefak, dan makalah. Sedangkan karya terekam dapat berupa CD, DVD,
kaset, atau disket. Tentu nya jenis koleksi tersebut harus dilakukan pengembangan
yaitu pertama dengan penambahan koleksi 2% pertahun dari total koleksi yang telah
ada, yang kedua yaitu pemilihan bahan perpustakaan yang tentu nya harus sesuai
dengan kebutuhan pemustaka yang ada pada perguruan tinggi tersebut dan tetap
memperhatikan aturan aturan serta buku buku yang tidak boleh beredar, yang ketiga
yaitu pengadaan bahan perpustakaan yang dapat berasal dari pembelian, tukar
menukar, hadiah, titipan, dan terbitan sendiri, tahapan pengadaan yang harus dilalui
yaitu pemesanan, penerimaan, dan inventarisasi. Tentu nya bahan perpustakaan
tersebut harus diolah melalui pengkatalogan deskriptif dan subjektif, serta harus
dilakukan pengaturan koleksi sesuai dengan jenis nya. Koleksi tersebut tentu nya
harus dirawat dan dilestarikan karena banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi
kerusakan bahan Pustaka sehingga perlu dilakukan pencegahan dan apabila telah
terlanjur terjadi kerusakan maka harus dilakukan perawatan lebih lanjut agar koleksi
tersebut tetap dapat dipertahankan.

Sistem layanan di perpustakaan menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh


setiap pustakawan. Layanan pada perpustakaan perguruan tinggi tentu nya bertujuan
untuk memberikan informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, serta menunjang proses perkuliahan, penelitian, pengabdian
masyarakat, dan program lembaga yang ada di perguruan tinggi tersebut. Sesuai
dengan aturan yang dibuat yaitu perpustakaan perguruan tinggi memberikan layanan
kepada pemustaka minimal 40 jam per minggu, dan dibuka minimal 5 hari kerja
dalam seminggu. Sistem layanan yang dapat diberikan dapat berupa sistem layanan
terbuka yaitu pemustaka bebas mengambil dan memilih sendiri bahan Pustaka yang
diinginkan, sistem layanan tertutup yaitu pemustaka memilih bahan Pustaka melalui
katalog yang ada dan pengambilan akan dilakukan oleh pustakawan yang ada, sistem
layanan campuran yaitu penggabungan dua sistem sebelumnya hanya saja pada
beberapa koleksi dilakukan sistem pelayanan tertutup. Selain sistem tentu nya
terdapat jenis layanan yang tersedia pada perpustakaan perguruan tinggi seperti yang
pertama yaitu layanan sirkulasi yaitu kegiatan peredaran koleksi di luar perpustakaan
agar dapat dimanfaatkan dengan tepat guna. Jenis layanan kedua yaitu layanan
referensi yaitu suatu kegiatan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemustaka
dalam tujuan nya untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Dan layanan yang ketiga
yaitu literasi informasi, kegiatan ini dilakukan dengan memberikan arahan kepada
pemustaka untuk mengenali informasi yang diperlukan. Bimbingan ini dikenal
dengan bimbingan pemustaka (user education), orientasi perpustakaan dll. Tentu nya
bimbingan tersebut bertujuan untuk mempermudah pemustaka dalam menemukan
informasi yang mereka perlukan. Diperlukan juga promosi dan jejaring untuk
pengembangan perpustakaan karena perpustakaan tentu nya tidak dapat berjalan
sendiri.

Sarana dan prasarana merupakan komponen penunjang dalam perpustakaan


perguruan tinggi, perabotan dan peralatan terbagi menjadi 4. Yang pertama yaitu
perabot kerja seperti kursi dan meja baca pengunjung, kursi dan meja kerja
pustakawan, meja sirkulasi, dan meja multimedia. Yang kedua yaitu perabot
penyimpan seperti rak buku, rak majalah, rak surat kabar, lemari/laci katalog, dan
lemari yang memiliki pengaman. Yang ketiga yaitu peralatan multimedia seperti
computer dan perangkat keras pendukung nya. Yang ke empat yaitu perlengkapan
lain seperti buku inventaris, buku pegangan, buku Daftar Tajuk Subjek, Peraturan
Pengatalogan, buku pegangan, buku referensi, buku fiksi, majalah, koran,
leaflet/booklet, Skripsi, Tesis, Disertasi, Jurnal,karya ilmiah, serta papan
pengumuman. Selain itu lahan, Gedung, dan ruang perpustakaan juga harus diatur.
Seperti lokasi harus berada di pusat gedung perguruan tinggi sehingga mudah dicapai
oleh maha siswa dan dosen. Luas Gedung minimal 0,4 m2 x jumlah seluruh
mahasiswa. Yang tiap ruang dibagi menjadi ruang pengadaan, ruang pengolahan,
ruang multi media, ruang koleksi buku dan ruang baca, ruang layanan, dan ruang
pelestarian. Penerangan, temperatur, kelembaban, suhu, tata ruang, dan dekorasi juga
harus diatur agar aktifitas layanan perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar

Seperti yang telah diatur bahwa setiap perguruan tinggi harus


menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional. Tentu nya
layanan tersebut minimal harus sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan (SNP).
Kegiatan akreditasi perpustakaan merupakan suatu proses pengakuan formal yang
dilakukan oleh lembaga akreditasi yang menyatakan bahwa lembaga perpustakaan
telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan pengelolaan perpustakaan.
Lembaga yang memiliki hak melakukan kegiatan akreditasi adalah Lembaga
Akreditasi Perpustakaan Nasional (LAP-N). komponen dalam akreditasi yaitu
layanan, kerja sama, koleksi, pengorganisasian bahan perpustakaan, sumber daya
manusia, Gedung atau ruang, dan sarana prasarana, anggaran, manajemen
perpustakaan, dan yang terakhir yaitu perawatan koleksi perpustakaan yang
dilakukan oleh perpustakaan perguruan tinggi tersebut. Prosedur akreditasi
perpustakaan dimulai dari pengusulan, penerimaan berkas dan verifikasi data,
pemetaan lapangan, survey perpustakaan, rapat tim asesmen, presentasi tim asesmen,
tanggapan lembaga, rapat tim akreditasi, sampai dengan penerbitan sertifikast.Tentu
nya setiap komponen yang ada di dalam perpustakaan perguruan tinggi menjadi
bagian penting untuk keberjalanan kegiatan di perpustakaan perguruan tinggi. Perlu
nya Kerjasama yang baik antara satu dengan yang lainnya sehingga tujuan
dibentuknya perpustakaan perguruan tinggi dapat tercapai.

Daftar Pustaka
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI PERPUSTAKAAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. (n.d.). https://press.perpusnas.go.id/files/pdf/120.pdf

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2007. (n.d.).


https://library.usu.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/UU-Nomor-43-Tahun-2007-
Tentang-Perpustakaan.pdf

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003. (n.d.).


http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf

Anda mungkin juga menyukai