Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI KELOMPOK STUDI KASUS 1

KELOMPOK 5

MATA KULIAH :
Etika Profesi Pustakawan
Dosen Pengampu:
Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum.
(NIP 198801262015041001)
PENYUSUN:
Adelia Ayu O 13040120120006
Elfnka Hayyu A 13040120140083
Fani Wahyu Susetyo 13040120140096
Indah Nofitasari 13040120140127
Satria Hafiyyan AR 13040120140142

Kelas C

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada suatu kondisi dimana terdapat penyensoran sebuah informasi di suatu
tempat yang diakibatkan oleh adanya anggapan bahwa informasi tersebut tidak layak
dikonsumsi ataupun tidak layak untuk beredar di dalam kehidupan masyarakat tentu
membuat suatu keadaan yang sangat dilematis bagi perpustakaan. Tidak sedikit buku
yang dimusnahkan, bahkan terdapat beberapa buku yang diberikan subjek “buku
terlarang”. Tentu nya terdapat upaya librisida yang dilakukan oleh kaum intelektual
dan vandal. Sebagai lembaga penyedia informasi, tentu perpustakaan harus bersikap
secara adil dalam memberikan informasi tersebut kepada pemustaka nya.
Peran perpustakaan pada kasus ini sangat membingungkan, di satu sisi
perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi harus berusaha sebaik mungkin
untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna nya, namun di sisi lain lembaga
perpustakaan juga merupakan bagian dari instansi pemerintahan yang dimana harus
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Tentu diperlukan sikap yang pasti dari
lembaga perpustakaan dalam menyikapi keadaan tersebut. Laporan ini menggunakan
metode penelitian studi literatur yaitu dengan membaca literatur literatur sebelumnya
yang memiliki kasus serupa. Tujuan dari dibuat nya laporan ini yaitu untuk
mengetahui sikap baik yang dapat diambil oleh lembaga perpustakaan dalam
menyikapi kasus tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara perpustakaan mengatur persebaran informasi dalam situasi
masyarakat tersebut?
2. Bagaimana cara perpustakaan menyikapi permasalahan tersebut secara adil?

C. Job Desk
1. Satria Hafiyyan AR (Ketua)
2. Indah Nofitasari (Sekretaris)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah khusus
1. Librisida
Librisida atau yang biasa disebut dengan bibliosida merupakan salah satu
kegiatan pemusnahan buku. Selain diartikan sebagai upaya pemusnahan buku,
librisida juga dikenal dengan kalimat pembunuhan buku. Librisida biasanya
dilakukan karena adanya anggapan terhadap sebuah buku yang dianggap tidak
baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Namun pada masa yang lalu,
Librisida dilakukan karena adanya kebencian terhadap buku yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yaitu, pelarangan dan sensor,
pembakaran buku, atau bahkan dalam bentuk yang lebih besar yaitu
penghancuran sebuah perpustakaan. Di dalam (Knuth 2003, viii) menjelaskan
bahwa librisida merupakan praktik sistematis dari suatu rezim yang
mendominasi dengan tujuan tertentu.

2. Desiminasi
Desiminasi adalah suatu kegiatan penyebaran informasi yang ditujukan kepada
kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, mengubah perilaku sasaran, dan akhirnya mereka
mampu memanfaatkan informasi tersebut. Perubahan tersebut menuju ke arah
yang sesuai dengan konsep dan cara yang benar atau seharusnya.

3. Dilematis
Dilematis merupakan sebuah kondisi dimana terdapat dua kemungkinan dalam
suatu masalah yang keduanya sama-sama sulit untuk diterima.

4. Vandal
Vandalisme di perpustakaan merupakan tindakan perusakan yang dilakukan
oleh manusia terhadap koleksi maupun fasilitas yang ada di perpustakaan.
Bentuk dari tindakan vandalisme terhadap bahan pustaka diantaranya corat
coret, menjalin hubungan dengan bolpoint atau stabilo, memberi tanda sebagai
batas baca, melipat bahan pustaka, mengambil alih, mengambil sebagian dari
bahan pustaka, menggunting, mencopot stiker, menambahkan tulisan serta
mengotori bahan pustaka.

B. Pemecahan Masalah
Peranan perpustakaan sebagai penyedia informasi semakin tergeser dengan
perkembangan teknologi informasi. Teknologi yang semakin maju membuat
informasi semakin mudah didapat. Tidak terkecuali informasi yang dianggap
menentang peraturan dan dapat mengakibatkan tindakan kekerasan atau anarkis.
Namun, kemajuan teknologi informasi tersebut menjadi tantangan bagi perpustakaan,
serta pustakawan sebagai pengelolanya.
Berdasarkan referensi jurnal yang berjudul "PERSEPSI PUSTAKAWAN
TENTANG PENGADAAN BUKU KIRI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN
KEARSIPAN KABUPATEN ENREKANG" terdapat dua pendapat dari dua informan
yang diwawancara, informan pertama menganggap bahwa pengadaan buku kiri perlu
dilakukan oleh perpustakaan karena bisa saja pemustaka membutuhkan buku-buku
tersebut sebagai referensi. Selain itu, pengadaan tanpa batas dapat diterapkan karena
tidak semua pemustaka langsung "terjangkit" buku kiri apabila membacanya. Namun,
informan kedua menganggap bahwa pengadaan buku kiri tidak diperlukan apabila
tidak sesuai dengan keyakinan dan tidak layak untuk dilayankan.
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi memiliki tantangan di era
kemajuan teknologi. Dalam menghadapi tantangan di era kemajuan teknologi tersebut
tentu nya akses sebuah informasi pun akan berubah menjadi sangat bebas.
Kemudahan untuk akses informasi tentu menjadi tantangan baru bagi perpustakaan.
Sesuai dengan kasus yang telah diberikan, mungkin pemerintah dapat melakukan
librisida yaitu berupa pembakaran buku ataupun penyensoran sebuah informasi.
Namun, kemajuan teknologi yang ada membuat seseorang dapat dengan mudah
mendapatkan informasi yang mungkin dianggap terlarang. Salah satu langkah yang
mungkin dapat dilakukan oleh pihak perpustakaan yaitu dengan melakukan perannya
untuk memberikan informasi yang benar dan akurat. Lembaga perpustakaan juga
dapat memberikan bimbingan pemustaka kepada para pemustaka nya agar informasi
yang dikatakan “terlarang” tidak lagi disalahgunakan oleh masyarakat. Pengadaan
buku kiri pun tidak seharusnya dilarang, beberapa buku kiri digunakan sebagai
referensi dalam melakukan penelitian atau sebagai sumber informasi baru karena
tidak semua orang yang membaca buku kiri akan langsung terjangkit oleh ideologi
yang disebarkan di dalam buku tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan informasi di lingkup masyarakat sangat beraneka ragam. Dengan
keanekaragaman tersebut perpustakaan pun memiliki peran penting dalam
mengatur dan menyediakan kebutuhan informasi yang sesuai. Di zaman yang
semakin modern ini pun memberikan kemudahan pada setiap pemustaka dalam
mendapatkan kebutuhan informasinya. Untuk itu perpustakaan tidak memiliki
kriteria yang menjadi acuan atau aturan secara tertulis dalam pengadaan suatu
buku.
Dalam menyikapi kebutuhan masyarakat yang sangat beraneka ragam
tersebut. Perpustakaan pun harus dapat berhati-hati dalam memberikan pelayanan
informasi. Terlebih lagi terhadap pada koleksi yang terlarang. Karena
perpustakaan harus dapat subjektif dalam memberikan koleksi yang terlarang pada
pemustaka. Menurut beberapa persepsi yang didapat dari Perpustakaan Dan
Kearsipan Kabupaten Enrekang maka dapat dikatakan bahwa perpustakaan dapat
melakukan tindakan yang sekiranya diperlukan untuk menjaga keaslian dari
koleksi tersebut dan menjaga perdamaian masyarakat. Tindakan yang dilakukan
harus bersikap adil baik terhadap pemerintah ataupun masyarakat. Tanpa
menghilangkan identitas nya sebagai penyedia sumber informasi yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Rahim, A. (2018). Presepsi Pustakawan tentang Pengadaan Buku Kiri di Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Kabupaten Enrekang - Repositori UIN Alauddin Makassar. Uin-

Alauddin.ac.id. https://doi.org/http://repositori.uin-alauddin.ac.id/15655/1/AMALIAH

%20RAHIM.pdf

‌Nugrohoadhi, A. (2022). Kedudukan perpustakaan ditengah teknologi informasi. Info

Persadha, 6(2). https://e-journal.usd.ac.id/index.php/Info_Persadha/article/view/28/24

‌Robet, R. (2021). Librisida: Pemurnian Masyarakat dan Demokrasi yang Cacat1 Robertus

Robet. Academia.edu.

https://www.academia.edu/4335863/Librisida_Pemurnian_Masyarakat_dan_Demokras

i_yang_Cacat1_Robertus_Robet

Anda mungkin juga menyukai