BAB I. PENDAHULUAN
1
Budi Agus Riswandi,2005. Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, jakarta. PT.Raja
Grafindo Persada,
Untag Banyuwangi
2
Karya seni dengan melalui proses penciptaan yang kreatif, yaitu sebuah
rangkaian kegiatan seorang seniman dalam menciptakan dan melahirkan karya-
karya seninya sebagai ungkapan dan keinginannya. Proses penciptaan ini tidak
terjadi dan diturunkan dari ruang kosong, yaitu dengan mengekspresikan sesuatu
keindahan yang ia lihat dan rasakan dalam hatinya, kemudian diwujudkan dalam
bentuk karya cipta yang nyata2.
Oleh karena itu, bagi Indonesia sebagai negara berkembang telah tiba
saatnya untuk berperan aktif memberikan perlindungan hukum terhadap Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI). Hal ini sejalan dengan amanah yang diatur dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia ke empat yang menetapkan bahwa
salah satu tujuannya adalah ikut serta dalam perdamaian dunia. Salah satu aspek
hukum yang melindungi hak-hak manusia dalam intelektualnya adalah Hukum
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Sebagai bentuk penghargaan atas Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI), perlindungan hukum atas hak-hak tersebut
memerlukan perangkat hukum dan mekanisme perlindungan yang memadai.
Melalui cara inilah Hak Kekayaan Intelektual akan mendapat tempat yang layak
sebagai salah satu bentuk hak yang memiliki nilai ekonomis.
Saat ini negara Indonesia yang sedang maju dan berkembang telah
memiliki perangkat peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaan
intelektual yang cukup memadai dan tidak bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Persetujuan TRIPS, yaitu Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU No. 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta). Hasil dari kemampuan intelektual manusia tersebut
menimbulkan hak bagi penciptanya yang disebut hak atas kekayaan intelektual.
Perlindungan hak atas kekayaan intelektual pada umumnya untuk melindungi para
pencipta dan produser barang dan jasa intelektual lainnya melalui pemberian hak
tertentu secara terbatas untuk mengontrol penggunaan yang dilakukan produser
tersebut3. Salah satu cabang dari kekayaan intelektual tersebut yakni hak cipta.
2
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, 2007. Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius,
hlm. 7.
3
Suyud Margono, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori Dan Analisis Harmonisasi Ketentuan
World Trade Organization (WTO)-Trips Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 24.
Untag Banyuwangi
3
4
Ibid, hlm. 26-27.
5
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op Cit hlm. 19.
Untag Banyuwangi
4
diekspresikan dalam bentuk nyata. Hal ini berbeda dengan karya intelektual lain
yang mempersyaratkan dalam perolehan haknya melalui proses pendaftaran.
Meskipun hak cipta perolehannya tanpa harus didaftarkan terlebih dahulu,
namun terhadap ciptaan dapat didaftarkan. Pendaftaran yang dimaksud hanya
memberikan manfaat bahwa pendaftar tetap dianggap sebagai pencipta, sampai ada
pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya di pengadilan. Pendaftar menikmati
perlindungan hukum sampai adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan bahwa pihak lain (bukan pendaftar) yang menjadi pencipta6. Pada
UUHC 2014 istilah pendaftaran diganti dengan istilah pencatatan.
Banyuwangi adalah daerah yang terletak di ujung timur pulau Jawa
yang biasa disebut (sun rise of java) atau dikenal dengan Bumi Blambangan.
Selain kaya potensi alam, tempat wisata, situs-situs peninggalan bersejarah
Kerajaan Blambangan Kabupaten Banyuwangi juga kaya akan kebudayaan.
Pelestarian kebudayaan dan seni di Banyuwangi dengan melakukan promosi yang
dilakukan oleh pemda Banyuwangi sendiri dengan event Banyuwangi festival,
berbagai festival budaya dan seni, kuliner dengan menyajikan kearifan lokal
budya dan pariwisata yang ada di Banyuwangi.
Karya cipta seni budaya dari Banyuwangi yang berkembang dari daerah
ini merupakan hasil karya ciptaan seniman Banyuwangi yang pada umumnya
mengambil cerita, tema-tema atau ciri khas tentang masyarakat Banyuwangi
sendiri yang disebut dengan masyarakat Osing, misalnya kesenian alat musik
(seruling seruit bhit), lagu-lagu dalam bahasa Osing, musik (kendang kempul),
dan tari. Karya seni yang menjadi sebuah ikon kota Banyuwangi adalah Tari
Gandrung, yang mana tarian ini merupakan tari daerah yang dijadikan sebagai
maskot kepariwisataan dan simbol kebudayaan Kabupaten Banyuwangi. Ada
banyak macam tarian gandrung kreasi, selain tari gandrung tersebut masih banyak
hasil karya ciptaan seni tari dari Sanggar-sanggar tari lainnya oleh para seniman-
seniman Banyuwangi mulai dari tarian anak-anak, tarian remaja, hingga tari orang
dewasa yang tentunya di iringi dengan musik atau gending banyuwangian.
Banyaknya penciptaan karya seni tari Kreasi Baru oleh seniman-
seniman tersebut dapat dilihat dari jumlah sanggar tari di Kabupaten Banyuwangi.
6
Ibid, hlm. 29.
Untag Banyuwangi
5
Menurut data dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, yaitu
terdapat 53 (lima puluh tiga) sanggar tari yang sudah terdaftar di Dinas
Kebudayaan7. Dari setiap sanggar tersebut tentunya selalu melahirkan sebuah
ciptaan-ciptaan karya seni tari, baik jenis tarian kreasi maupun jenis tari
kontemporer. Tarian tersebut misalnya, tari Jaripah, tari Sritanjung Sidopekso, tari
Cunduk Menur, tari Gandrung Marsan, tari Sisik Melik, tari Gandrung Seblang,
tari Sri Ganyong dan lain-lain. Namun ada hal yang sangat disayangkan sekali
dari sekian banyak ciptaan seni tari oleh para seniman dan sanggar tari tersebut,
hingga kini hanya 3 (tiga tari) yang didaftarkan hak cipta, yaitu tari Gandrung
Seblang, tari Pertunjukan Gandrung, dan tari Jejer Jaran Dawuk8.
Karena Prestasi dari seniman-seniman di bidang penciptaan karya seni
tari di Kabupaten Banyuwangi tergolong cukup tinggi, hal tersebut terbukti dari
banyaknya penghargaan-penghargaan yang diterima oleh sanggar-sanggar tari,
tidak hanya dari Duta Nasional tetapi juga Duta Internasional. Dari hasil sebuah
karya ciptaan/garapan tarian dari sanggar-sanggar tari dan seniman Banyuwangi
tersebut oleh Pemda Banyuwangi di adakan sebuah Parade Festival Tari
Banyuwangi yang kemudian hasil ciptaan tari kreasi baru itu akan
ditampilkan/dilombakan mulai dari tingkat regional I sampai tingkat Internasional.
Sedemikian luasnya Pementasan atau penampilan karya tari kreasi baru oleh
sanggar tari dan seniman tari Banyuwangi sendiri tentunya juga bisa
menimbulkan permasalahan dikarenakan dapat dipakai gerakan dan kostumnya
oleh pelaku seni dan sanggar-sanggar tari lainnya, tanpa seijin penciptanya
sehingga dapat merugikan penciptanya sendiri.
Permasalahan yang dialami oleh seniman di Kabupaten Banyuwangi
yaitu penggunaan tarian tanpa izin pencipta hingga kejahatan pembajakan.
Penggunaan tarian tanpa izin merupakan pelanggaran terhadap hak cipta dan
pelakunya bisa digugat. Namun untuk menjadikan suatu permasalahan menjadi
sengketa memerlukan bukti tertulis berupa sertifikat kepemilikan hak cipta,
7
Data didapat dari dinas pariwisata dan kebudayan kab.banyuwangi tanggal 31 mei 2016
8
http://www.beritasatu.com/nasional/214027-pacu-ekonomi-kreatif-banyuwangifasilitasi-hk-
cipta-lagu-dan-tarian-lokal.html, diakses pada tanggal 31 April 2016, pukul 19.00 WIB.
Untag Banyuwangi
6
9
Agus, Sardjono, 2010. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, Bandung: P.T
Alumni, hlm. 446.
Untag Banyuwangi
7
Untag Banyuwangi
8
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Awengi
Retno Dumilah, Universitas Jenderal Soedirman yang berjudul Perlindungan
Hak Cipta Atas Tari Tradisional 10
Berdasarkan hasil penelitian menurutnya Perlindungan hukum Hak Cipta
atas tari tradisional, perlindungan hukum defensif, yaitu melakukan inventarisasi
10
Awengi Retno Dumilah, 2015, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Perlindungan Hak Cipta Atas Tari Tradisional
Untag Banyuwangi
9
11
Faza Novrisal, SH, 2009, Tesis, Jurnal Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Perlindungan Karya Cipta Seni Tari (Studi terhadap Konsep dan Upaya Perlindungan Hak
Cipta Seni Tari di Kalangan Seniman Tari Yogyakarta)
Untag Banyuwangi
10
Seniman tari sebagai pencipta suatu tarian merupakan subjek hukum Hak Cipta
yang memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya, hak eksklusif tersebut mencakup hak ekonomi dan hak moral.
Pemahaman dan kesadaran tentang Hak Cipta ini ternyata kurang menjadi
perhatian oleh seniman tari.
Hasil penelitian menjelaskan karya cipta seni tari yang terbagi ke dalam 3
(tiga) kategori, yaitu seni tari Klasik Kraton, seni tari Tradisional Kerakyatan dan
seni tari Kreasi Baru atau Kontemporer pada prinsipnya keberadaannya dilindungi
di dalam Undang-Undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, seniman tari di
Yogyakarta berpendapat bahwa perlu diberikan sebuah perlindungan terhadap
karya cipta seni tari mereka, karena pada prinsipnya mereka (seniman tari)
berpendapat bahwa penghargaan dan penghormatan terhadap sebuah kreatifitas
dan karya intelektualitas seorang seniman yang menggeluti bidang seni juga perlu
dihargai dan dihormati oleh masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh seniman tari
Yogyakarta dalam melindungi karya cipta seni tari mereka adalah melakukan
pendokumentasian terhadap karya ciptanya itu ke dalam bentuk deskripsi tari dan
dalam bentuk kaset serta compact disk (cd). Adapun saran dari penulis adalah
perlu segera dilakukan upaya sosialisasi tentang UUHC 2002 di kalangan seniman
tari di Yogyakarta, mengingat seniman tari sebagai salah satu subjek UUHC 2002
belum mengerti dan memahami tentang hak cipta dan seniman tari hendaknya
melakukan pertemuan bersama diantara sesama seniman tari untuk membahas
tentang arti pentingnya hak cipta bagi mereka.
Penelitian terdahulu ketiga yang dilakukan oleh I Wayan Agus Pebri
Paradiska, Universitas Udayana Denpasar dengan judul Perlindungan Hukum
Terhadap Hasil Karya Cipta Ogoh-Ogoh Berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 12. Menurutnya berbagai hasil karya seni
budaya telah diciptakan oleh masyarakat Indonesia baik dalam bidang seni, sastra
dan pengetahuan tradisional, salah satunya yang berada di Indonesia adalah ogoh-
ogoh, ogoh-ogoh merupakan salah satu hasil karya dalam bidang seni yang sering
12
I Wayan Agus Pebri Paradiska, Universitas Udayana Denpasar dengan judul Perlindungan
Hukum Terhadap Hasil Karya Cipta Ogoh-Ogoh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Untag Banyuwangi
11
Untag Banyuwangi
12
13
Satjipto rahardjo, 2003, Sisi sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta; Penerbit Kompas, hal
121.
14
Hetty Hasanah, 2004, Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atas
Kendaraan Bermotor Fidusia, (http//Jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html,hal 1.
15
Musrihah, 2000, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
(Surakarta,Magister Ilmu Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret), hal 20.
Untag Banyuwangi
13
16
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Cetakan
Kedua; Jakarta: P.T. Toko Agung Tbk, hal 35.
Untag Banyuwangi
14
17
Haris Munandar dan Sally Sitanggang. 2008, Mengenal Hak Kekayaan Intelektual, Hak cipta,
Paten, Merek dan Selak Beluknya, Jakarta. Erlangga Group.
18
OK. Saidin, 2010. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Jakarta . PT Raja Grafindo Persada. hal. 59.
Untag Banyuwangi
15
bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat menggunakanhak ters
ebut tanpa izin Pencipta. Kata tidak ada pihak lain dalam penjelasan tersebut
sama artinya dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya Pencipta yang boleh
mendapatkan hak semacam itu. Eksklusif berarti khusus, unik, spesifikasi.
Membahas mengenai hukum hak cipta, tidak cukup hanya membahas mengenai
pengertiannya saja namun juga perlu memberi pengertian tentang ciptaan,
pencipta dan pemegang hak cipta. Pengertian-pengertian tersebut telah
dirumuskan pada Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014.
Pada pasal 1 angka 3 Undang-Undang Hak Cipta tahun 2014, ciptaan
adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan,
atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Dari rumusan pasal
tersebut, dapat diketahui bahwa ciptaan yang dihasilkan harus dalam bentuk
nyata atau konkret bukan dalam bentuk abstrak. Ciptaan tersebut bersifat asli
bukan hasil tiruan dari ciptaan orang lain. Ruang lingkup ciptaan sesuai dengan
rumusan pasal tersebut terdiri dari tiga bidang yaitu ilmu pengetahuan, seni dan
sastra.
Hasil karya cipta sebagai bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, pencipta adalah seorang atau
beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan
suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dengan rumusan tersebut dapat
diketahui jumlah pencipta, bisa berjumlah satu orang atau lebih.
Apabila penciptanya beberapa orang pencipta, maka dalam proses
melahirkan suatu ciptaan wajib dilakukan secara bersama-sama. Hasil karya
ciptaan yang dihasilkan oleh pencipta sesuai rumusan pasal tersebut harus
bersifat khas dan pribadi yang dapat menunjukkan perbedaan antara hasil karya
ciptaannya dengan hasil karya ciptaan orang lain. Selain itu untuk menciptakan
suatu hasil karya yang baik, pencipta harus memiliki inspirasi, kemampuan,
pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang mengekspresikan
ide-ide maupun gagasan-gagasannya dalam bentuk nyata.
Untag Banyuwangi
16
Untag Banyuwangi
17
dalam memahami hak cipta agar dalam pelaksanaanya baik pemerintah maupun
masyarakat lebih jelas dan mengerti serta meminimalisir tindakan yang
merugikan pencipta dan pihak lain yang terkait dalam hak cipta tersebut.
Dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, dimasukkan beberapa
ketentuan baru, antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan wkatu lebih panjang sejalan
dengan penerapan aturan diberbagai negara sehingga jangka waktu
perlindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup
pencipta ditambah 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia;
b. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta
dan/atau Pemilik Hak Terkait;
c. Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana;
d. Tanggung jawab pengelolaan tempat perdagangaan atas pelanggaran Hak
Cipta dan/atau Hak Terkait;
e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek
jaminan fidusia;
f. Kewenangan Menteri untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan
apabilan Ciptaan tersebut melanggar norma dan peraturan
perundangundangan;
g. Imbalan royalty yang didapatkan oleh Pencipta dan/atau Pemilik Hak
Terkait untuk Ciptaan dalam hubungan dinas dan digunakan secara
komersil;
h. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan
mengelola hak ekonomi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait wajib
mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri;
i. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Untag Banyuwangi
18
b. Berne Convention
Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works
adalah kovensi multilateral terpenting dalam hak cipta. Konvensi ini pertama
kali berlaku pada 9 September 1886. Konvensi Berne memiliki tiga prinsip
dasar yaitu perlakuan nasional (national treatment), perlindungan otomatis
(automatic protection), dan kebebasan perlindungan (independence of
protection). Indonesia pernah menjadi anggota dalam Konvensi Berne tahun
1959 namun keluar dan kembali menjadi anggota melalui Keppres Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for The Protection of
Literary and Artistic Works.
20
Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, 1993, Hak Milik Intelektual (sejarah Teori dan
Prakteknya Di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 16.
Untag Banyuwangi
19
Apabila dilihat dari pasal tersebut, maka tampak bahwa ciptaan uang
dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta ini terbagi dalam dua jenis yaitu
ciptaan yang bersifat asli yang diatur dalam pasal 58 ayat (1) Undang-Undang hak
Cipta dan ciptaan hasil dari perkembangan teknologi yang diatur dalam pasal 59
ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta juga
mengatur mengenai ekspresi budaya tradisional. Dapat dilihat dalam pasal 38
Untag Banyuwangi
20
Undang-Undang Hak Cipta bahwa hak cipta atas ekspresi budaya tradisional
dipegang dan dilindungi oleh Negara dan berlaku tanpa batas sesuai pasal 60
Undang-Undang Hak Cipta.
Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi: 21
b. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan , dijelaskan,
atau digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka
lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato
pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan kitab suci atau
simbol keagamaan. 22
Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah:
- Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra
21
Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
22
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. .
23
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak
Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), hlm.18.
Untag Banyuwangi
21
Semua sesuatu tentu ada awalnya dan ada akhirnya. Demikian juga
dengan hak cipta tidak terlepas dari masa berlakunya atau ada batas waktunya.
Masalah berlakunya hak cipta tidak sama antara ciptaan yang satu dengan ciptaan
yang lain karena dipengaruhi oleh sifat ciptaan dari kelompok hak ciptanya. Ada
dua macam sifat ciptaan yaitu yang sifatnya asli (original) dan sifatnya turunan
(derivatif). Masa berlakunya juga bergantung pada jenis ciptaan atau objek hak
ciptanya, serta apakah objek itu diterbitkan atau tidak diterbitkan.
Hak cipta berlaku dalam jangka waktu terbatas, dan lamanya berbeda-
beda tiap negara. Sebagai suatu hak yang mempunyai fungsi sosial, maka hak
cipta mempunyai masa berlaku tertentu. Hal ini untuk menghindarkan adanya
monopoli secara berlebihan dari si pencipta. Di Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, jangka waktu berlakunya suatu
hak cipta adalah sebagai berikut:
Moral Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:
Untag Banyuwangi
22
- Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
- Karya arsitektur;
- Peta; dan
2) Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan
hak cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia
paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun
sesudahnya.
3) Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh
badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman.
- Karya fotografi;
- Potret;
- Karya sinematografi;
- Permainan video;
Untag Banyuwangi
23
- Program Komputer;
- Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer atau media lainnya;
- Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku
selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.
e. Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang
terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam,
batu, keramik, kertas, tekstil, dan lain-lain atau kombinasinya; dan
f. Upacara adat,
Untag Banyuwangi
24
Untag Banyuwangi
25
yang mendatangkan keuntungan.24 Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki
oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak
ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis
hak yang diliputnya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut.
Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak
ekonomi untuk melakukan:
a) Penerbitan ciptaan;
b) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
c) Penerjemahan ciptaan;
d) Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;
e) Pendistribusian ciptaan atau salinannya;
f) Pertunjukan ciptaan;
g) Pengumuman ciptaan;
h) Komunikasi ciptaan; dan
i) Penyewaan ciptaan.
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak
eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan
kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari
perbanyakan ciptaan tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk
memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan
semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan pencipta/pemegang
hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut.
Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian
keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari
penerimaan izin tersebut. 25
24
Abdulkadir Muhammad, 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung,
Citra Aditya Bakti,hal. 19.
25
Gatot Supramono, 2010. Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.45
Untag Banyuwangi
26
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral
karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu
perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada
dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai
karya cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan
moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah
menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian
kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang
lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta
seseorang menjadi atas namanya. Hak moral adalah hak yang melindungi
kepentingan pribadi atau reputasi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi
pencipta. Apabila hak cipta dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral
tidak dapat dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi atau
kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik,
kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu. Kekal
artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah
meninggal dunia.
Hak moral mempunyai dua asas, yaitu: 27
a. Droit de paternite: pencipta berhak untuk mencantumkan namanya pada
ciptaannya,
26
Ibid, hlm. 46.
27
Suyud Margono, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori Dan Analisis Harmonisasi Ketentuan
World Trade Organization (WTO)-Trips Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor., hlm. 15.
Untag Banyuwangi
27
6) Lisensi
a) Pengertian Lisensi
28
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Untag Banyuwangi
28
Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi, pihak
pencipta/ pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin kepada
pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya dan pemberian
izin tersebut tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan dari penggunaan
hak cipta. Pemberian izin dari pencipta/ pemegang hak cipta kepada orang
lain itulah yang disebut dengan lisensi.29
Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Hak Cipta 2014 disebutkan,
Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau
pemilikhak terkaitkepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi
atasciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.
Dari rumusan tersebut yang menjadi objek lisensi bukan hanya hak
cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak cipta yang
dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana lagu
berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di
bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada masyarakat
juga menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar merupakan hak yang
menjadi ruang lingkup objek lisensi. 30
29
Gatot Supramono, op.cit.,hlm. 47.
30
Ibid
Untag Banyuwangi
29
- Memiliki kecakapan
- Hal tertentu
Untag Banyuwangi
30
a) Pewarisan
b) Hibah
c) Wakaf
d) Wasiat
e) Perjanjian Tertulis
f) Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Untag Banyuwangi
31
31
Soekardono R. 1981.Hukum Dagang Indonesia I., Dian Rakyat, hl 15a1
Untag Banyuwangi
32
Untag Banyuwangi
33
2) Unsur-Unsur Tari
Unsur dasar tari adalah gerak yang selalu melibatkan anggota tubuh
dalam membentuk gerak tari yang dapat berdiri sendiri atau bersambungan.
Unsur pendukung/pelengkap dalam tari antara lain iringan (music), tema, tata
busana, tata rias, tempat (pentas atau panggung), tata lampu/sinar dan tata suara.
Sultan berpendapat, Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan
melalui gerak yang indah, maka seorang penari atau penata tari harus mampu
menafsirkan, menghayati, dan mengekspresikan makna-makna gerak yang
dipakai dalam tari tersebut. Tari memiliki unsur dasar sendiri yang meliputi tiga
aspek, antara lain: 37
b) Wirama, yaitu suatu pola pengaturan dinamika untuk mencapai gerakan yang
harmonis seperti aksen dan tempo tarian. Wirama terbagi menjadi dua, yaitu
wirama tandak dan wirama bebas.
3) Koreografi
Koreografi adalah istilah baru dalam tari, koreografi berasal dari Bahasa
inggris choreography, yaitu dari kata choreia (Yunani) yang artinya tarian
bersama atau koor, dan graphia artinya penulisan. Jadi koreografi adalah
37
Sultan, 2009.Unsur Tari. Diakses dari http://www.ras-Sultan.com /2014/04/. html. Tanggal 02
juni 2016
Untag Banyuwangi
34
penulisan dari sebuah tari kelompok. Dalam dunia tari, koreografi lebih dikenal
dengan istilah peengetahuan penyusunan tari atau hasil susunan tari. 38
Koreografi adalah proses penyeleksian dan pembentukan gerak ke
dalam sebuah tarian, serta perencanaan gerak untuk memenuhi tujuan khusus.
Selama pengalaman-pengalaman dalam gerak dan elemen-elemen waktu, ruang,
serta energi, untuk tujuan pengembangan kepekaan, kesadaran dan eksplorasi
berbagai macam materi tari. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dikatakan
sebagai pendekatan-pendekatan koreografi. 39
Di bawahini dijelaskan unsur-unsur yang mendukung sebuah koreografi
tari yaitu :
- Gerak
- Tema
- Musing Iringan
Fungsi musik iringan tari yaitu :
- Memberi irama/membantu mengatur waktu dalam menentukan cepat
lambatnya gerak.
- Memberi ilusi dan gambaran suasana.
- Membantu mempertegas ekspresi gerak.
- Mengatur dan memberi tanda efektivitas bentuk gerak tari.
- Menuntun dan memberi tanda permulaan dan akhir penampilan suatu
tari.
- Tata Rias dan Busana
38
Murgiyanto. 1983. Koreografi. Jakarta . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 3-4
39
Hadi, Sumandiyo. 1999. Konsep-konsep dasar dalam modern dance- pendekatan kreatif.
Yogyakarta: Manthili.hal 133
40
Setiawati, Rahmida. Dkk, 2008. Seni Tari untuk SMK : Jilid 1 Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 164-188
Untag Banyuwangi
35
Untag Banyuwangi
36
Untag Banyuwangi
37
41
http://www.ferroviaconnectivity.com/2011/02/perbedaan-tarian-dan-dansa-macam.html, diakses
pada 03 juni 2016, pukul 20.00 wib
42
Jazuli. Op cit hal 43
Untag Banyuwangi
38
daerah dalam memfasilitasi berbagai jenis produk dan ciptaan industri kreatif
untuk mendapatkan hak atas kekayaan intelektual. 43
Menyikapi Banyuwangi sebagai kawasan berbudaya kekayaan intelektual.
Haki di banyuwangi dalam perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2016 ini sudah ada 70 hasil karya masyarakat
Banyuwangi yang siap didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM. 44
Pemkab Banyuwangi memfasilitasi Pendaftaran Hak Cipta Secara Gratis,
guna memberi perlindungan atas karya ciptaan para seniman dan pelaku industri
kreatif banyuwangi. Sebuah perlndungan hukum dari karya ciptaan sangat
penting bagi pelaku seni terutama pada hail karya cipta seni tari kreasi baru
memang perlu dan harus dilakukan karena sebagai pendukung utama dalam aspek
kehidupan misal karya Ciptaan dapat memberikan sebuah keuntungan ekonomi
dan moral sebagai hak esklusif bagi penciptanya.
Seniman tari dalam menciptakan sebuah karya tari berawal dari sebuah
ide, gagasan yang timbul dan dituangkan dalam sebuah gerakan oleh pencipta,
kebanyak dalam menciptaka sebuah karya tari di sebuah sanggar tari. Dari
sanggar tari tersebuat karya tari yang di beri perlindungan memiliki ide yang telah
berwujud dan asli yaitu ciptaan yang mempunyai sifat keaslian (nilai orisinalitas)
setalah itu ciptaan di diskripsikan untuk dimohonkan hak ciptanya.
Hak cipta merupakan syarat utama dalam mendapatkan perlindungan
hukum bagi pencipta sebuah karya ciptaan tari kreasi baru. Tentunya perlindungan
hukum baik secara preventif maupun represif terhadap Karya Ciptaan tari kreasi
baru yang di hasilkan oleh Seniman Banyuwangi. Tentunya diawali dari suatu
permohonan pencatatan hak cipta yang pada akhirnya akan diterbitkan sertifikat
hak cipta, namun dalam alur prosesnya harus melalui legalitas proses. Dengan
tujuan agar tidak timbul permasalahan yang bersifat melawan hukum.
43
http://www.kabarbanyuwangi.info/banyuwangi-kawasan-budaya-hak-cipta.html diaksses pada
tanggal 9 juni 2016
44
http://www.antarajatim.com/berita/175513/pemkab-banyuwangi-fasilitasi-pendaftaran-hak-cipta-
secara-gratis di akses pada tanggal 9 juni 2016
Untag Banyuwangi
39
Untag Banyuwangi
40
perilaku nyata melalui pengamatan langsusng.45 Selain itu penelitian empiris juga
digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusisa yang berupa
peninggalan fisik maupun arsip.
Penelitian yuridis sosiologis mempunyai kajian tindakan interaksi
masyarakat yang timbul akibat aturan atau sytem yang ada. Interaksi ini muncul
sebagai bentuk dari sebuah reaksi atas diterapkannya sebuah ketentuan
perundang-undnagan yang positif, dan bisa berpengaruh terhadap pembentukan
sebuah ketentuan hukum positif di masyarakat, dan lokasi mahasiswa melakukan
penelitian yaitu :
- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi
- Sanggar Tari yang Berada di Kabupaten Banyuwangi
- Pelaku seni atau seniman Banyuwangi
45
Fajar Mukti dan Yulianto Ahmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris,yogyakarta: Pustaka pelajar. Hal 192
46
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1998, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Rajawali Press, , Hlm. 35.
Untag Banyuwangi
41
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini diperoleh dari dua
sumber yaitu data primer dan skunder penjelasannya sebagai berikut :
47
Fajar Mukti dan Yulianto Ahmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris,yogyakarta: Pustaka pelajar. Hal 192
Untag Banyuwangi
42
Untag Banyuwangi
43
48
Fajar Mukti dan Yulianto Ahmad. Op cit. Hal 194
Untag Banyuwangi
44
Untag Banyuwangi
45
Untag Banyuwangi
46
menyatakan bahwa Sanggar tari lebih banyak dari pada Sanggar yang bergerak di
bidang seni yang lain. Seniman tari di Kabupaten Banyuwangi rata-rata adalah
tenaga pendidik atau guru seni di SD, SMP Dan SMA di wilayah Kabupaten
Banyuwangi, tapi Banyak juga Seniman tari yang hanya sebagai seniman tari
murni memanfaatkan sanggar tarinya sebagai alat mata pencaharian untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi.
Sanggar tari di Banyuwangi sendiri sebagai wadah atau tempat untuk
mengembangkan kreativitas di bidang seni tari kegiatan yang ada di sanggar tari
Banyuwangi sendiri meliputi: Tempat latihan Tari, Kursus tari, dan Menciptakan
tari-tarian daerah Banyuwangi, semua itu sebagai bentuk melestarikan dan
menjaga kesenian tari daerah Banyuwangi. Keberadaan seni tari Kreasi Baru
Banyuwangi mempunyai fungsi dan peranan yang sangat strategis dalam berbagai
aktivitas Budaya, sosial, Pariwisata di kabupaten Banyuwangi.
4.1.2 Latar Belakang Proses Penciptaan Seni Tari kreasi Baru Banyuwangi
Seni tari kreasi baru daerah Banyuwangi menjadikan Kabupaten
Banyuwangi salah satu daerah yang memiliki pakem tarian yang berbeda dengan
tari-tarian yang ada di daerah lainnya di indonesia. Seni tari kreasi baru daerah
Banyuwangi sendiri memiliki pondasi yang menjadi dasar gerakan dan unusr-
unsur yang ada di seni tari kreasi baru di Banyuwangi adalah tari seblang dan tari
gandrung, dan seniman tari di sanggar tari Banyuwangi mengadopsi gerak-
gerakan dasar dari kedua tari tersebut di kembangkan dan kreasikan menjadi gaya
kreasi baru.
Tari kreasi baru merupakan suatu tarian yang tidak mengikuti pakem yang
ada pada tari tradisional atau dengan kata lain bahwa tari ini sudah lepas dari
aturan-aturan baku yang ada pada tari tradisional. Tetapi juga tidak semua tari
kreasi baru yang lepas dari pakem atau pola tradisional, seperti tari kreasi baru
daerah di Kabupaten Banyuwangi masih relatif mengikuti pakem tarian tradisional
dalam artian mengkreasikan dan mengembangkan tarian tradisional Banyuwangi
dengan gaya atau kreativitas baru yang di sesuaikan dengan tuntutan masa kini
yang selama ini di ciptakan seniman tari di sanggar tari Banyuwangi.
Untag Banyuwangi
47
Seni Tari Kreasi Baru Daerah Banyuwangi adalah bentuk tarian yang
memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan tari-tarian yang ada di Jawa pada
khusunya dan umumnya di indonesia karena terdapat perpaduan budaya Jawa dan
Bali dari unsur tata busana dan musik iringannya. Seni Tari Kreasi Baru Di
Kabupaten Banyuwangi banyak di ciptakan oleh seniman tari Banyuwangi di
sanggar tari yang berada di Desa dan Kecamatan di wilayah Kabupaten
Banyuwangi.
Dalam menciptakan tarian kreasi baru pada awalnya sangatlah tidak
beraturan masih belum ada sebuah metode gerakan dasar tari Banyuwangi sangat
sulit karena tidak ada ukuran gerak dan tidak ada nama-nama gerak dasar tari di
Kabupaten Banyuwangi sehingga pada Tahun 70an yang dimana pada saat itu
Bapak Sumitro Hadi di tunjuk sebagai pelatih tari unit kesenian daerah, dan pada
saat itu juga Bapak Sumitro Hadi merintis gerakan dasar tarian daearah
Banyuwangi yang hingga saat ini di pakai oleh semua seniman tari Banyuwangi
maupun seniman tari luar daerah Banyuwangi.
Seniman tari Banyuwangi dalam menciptakan karya tari kreasi baru
disanggar tarinya rata-rata dilakukan ketika mengikuti sebuah festival karya tari,
dan terinspirasi dari sejarah, legenda, alam, tradisi dan dari tema yang di tentukan
dalam festival karya tari. Dalam penciptaan karya tari seniman tari Banyuwangi
juga di bantu oleh pihak-pihak lain dan selesai menciptakan karya tari kreasi baru
itu sendiri kurang lebih dari 3 sampai 12 bulan tergantung dari unsur-unsur
pendukung yang ada didalam rangkaian tari kreasi baru itu sendiri seperti
mempadukan gerakan dengan iringan musik (gamelan) yang dilakukan bersama
dengan pengrawit, pemahaman penari sendiri terhadap gerakan-gerakan yang ada
di dalam karya tari kreasi baru setalah itu di latihkan sampai di mengerti oleh
penari yang ada di sanggar tari yang menciptakan tari kreasi baru tersebut.
Kegiatan menari di setiap Sanggar tari di Banyuwangi masih terjaga dan
aktiv hingga sekarang dan banyak menciptakan seniman tari dan hasil karya tari
kreasi baru daerah Banyuwangi sehingga menjadikan Kabupaten Banyuwangi
menjad daerah yang sangat di perhitungkan dengan hasil karya tari kreasi baru
Untag Banyuwangi
48
yang begitu banyak dan sangat memiliki prestasi yang bagus di kancah
international dan nasional.
Perkembangan seni tari kreasi baru daerah Banyuwangi yang bagus ini
akirnya memunculkan suatu campur tangan pemerintah dalam pelestariannya.
Dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Dewan Kesenenian Blambangan
Kabupaten Banyuwangi, meberikan sebuah penghormatan dan penghargaan atas
hasil karya tari yang sudah diciptakan seniman tari di sanggar tarinya, berupa
festival karya tari daerah Banyuwangi, seperti yang dikatakan Bapak Cholicul
ridha, selaku Kadis Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi, Pemerintah daerah pada 3 atau 4 tahun terakhir ini memfasilitasi
seluruh sanggar tari untuk berkreasi dalam membuat sebuah karya-karya tari
kreasi baru sehingga dengan demikian pemerintah berupaya bagaimana sanggar
tari itu memiliki sebuah karya tari kreasi setiap tahun 1 (satu) kali minimal dengan
membuat Festival Karya Tari Kreasi Baru Daerah Banyuwangi. 50
Upaya pemerintah Daerah Banyuwangi dalam perlindungan hukum secara
umum dan perlindungan hukum hak cipta pada khususnya terhadap seni tari
kreasi baru di Kabupaten Banyuwangi ini dilaksanakan dengan cara memberikan
fasilitas pendaftaran hak cipta secara gratis melalui dinas perindustrian,
perdagangan, dan pertambangan Kabupaten Banyuwangi untuk Karya Tari Kreasi
Baru yang diciptakan seniman tari dari sanggar tari di Banyuwangi, tetapi
kewenangan pendafatraan hak cpta sebenarnya di miliki Kementrian Hukum Dan
Ham melalui Ditjen HaKI tingkat propinsi, Disperindagtam Kabupaten
Banyuwangi disini hanya memberikan fasilitas pendaftaran hak cipta secara gratis
untuk diteruskan kepada Ditjen HaKI, tetapi selama ini masih 3 (tiga) karya tari
yang memiliki sertifikat hak cipta.
Upaya ini telah terlaksana beberapa tahun yang lalu, pemerintah daerah
Banyuwangi melalui Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi memberikan
fasilitas pendaftaran hak cipta gratis, tetapi selama ini yang memanfaatkan
fasilitas tersebut hanya pencipta lagu dan kerajinan Banyuwangi saja. Terkait 3
50
Wawancara dengan Kabid Kebudayaan Cholicul Ridha Disbudpar Kabupaten Banyuwangi
tanggal 22 Agustus 2016
Untag Banyuwangi
49
(tiga) karya tari yang memiliki sertifikat hak cipta difasilitasi secara langsung oleh
propinsi Jawa Timur dan semuanya dibiayai oleh gubernur Jawa Timur. 51
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada seniman tari mengenai
perlindungan hukum hak cipta, para seniman tari Banyuwangi membutuhkan
suatu perlindungan bahkan dari semua responden yang diwawancarai penulis
menyatakan bahwa tari kreasi baru daerah Banyuwangi perlu sekali untuk
dilindungi melalui hak cipta. Menurut salah satu responden yakni Sumitro Hadi
sebagai ketua sanggar tari Jingga Putih mengungkapkan karya tari Banyuwangi
harus dilindungi menurut hukum dan perlindungan hukum tersebut karena karya
tari kreasi baru merupakan karya cipta, 52 namun sayangnya masih banyak yang
belum memaknai hak cipta itu sendiri. Sekalipun mereka membutuhkan suatu
perlindungan, tetapi seniman tari Banyuwangi senang atau biasa saja apabila
gerakan tari dalam karya ciptanya diambil sebagian atau ditiru seniman tari yang
lain. Yang mereka jadikan patokan pastinya orang lain dapat menilai membedakan
keasliannya dengan kualitas yang ada bukan karena ciptaanya. Sekalipun seniman
tari Banyuwangi mengatakan tidak apa-apa diambil atau ditiru gerakan tari
ciptaanya, tetapi mereka masih menginginkan sebuah perlindungan yang tidak
terlalu mengikat. Hal ini dikarenakan seniman tari Banyuwangi yang cenderung
sosial.
Hasil karya cipta seniman tari Banyuwangi berupa tari kreasi baru ini
cenderung merupakan hasil karya individu biarpun disela penciptaannya di bantu
pihak-pihak lain, tetapi pada kenyataannya juga tidak pernah ada sengketa
terhadap karya tari di Kabupaten Banyuwangi sebagai bentuk rasa solidaritas dari
kalangan seniman tari Banyuwangi yang masih kuat, berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Aekanu Hariyono selaku Kasi Disbupar Kabupaten
51
Wawancara dengan Tokoh dan seniman Tari Banyuwangi Pimilik Sanggar Tari Jingga Putih
Sumitro Hadi Yang memiliki 3(tiga) sertifikat Hak Cipta tari kreasi Baru daerah Banyuwangi dan
juga Pencetus komposisi gerak tari banyuwangi. pada tanggal 23 agustus 2016
52
Wawancara dengan Tokoh dan seniman Tari Banyuwangi Pimilik Sanggar Tari Jingga Putih
Sumitro Hadi Yang memiliki 3(tiga) sertifikat Hak Cipta tari kreasi Baru daerah Banyuwangi dan
juga Pencetus komposisi gerak tari banyuwangi. pada tanggal 23 agustus 2016
Untag Banyuwangi
50
Banyuwangi semua seniman tari Banyuwangi mengaku tidak pernah ada sengketa
mengenai karya tari sadar sendiri-sendiri 53
Tidak semua seniman tari Banyuwangi produktif menciptakan karya tari,
namun karena beberapa pertimbangan-pertimbangan terkait pendaftaran, mereka
tidak mau mendaftarakan tari ciptaanya yang disebabkan oleh beberap hal. Aneh
nya walaupun mereka enggan mendaftarkan tapi merekajuga merasa kecewa
apabila gerakan tari diciptaannya tersebut ditiru atau dijiplak oleh seniman tari
lain. Pengaturan perlindungan hak cipta pada umumnya dan khususnya seni tari
kreasi baru Banyuwangi memang tidak ada suatu kewajiban untuk mendaftarkan
ciptaannya, tapi alangkah lebih baik apabila didaftarkan untuk mempermudah
proses pembuktian apabila ada suatu permasalahan atau sengketa di kemudian
hari. Dalam kenyataannya di sanggar tari Banyuwangi, belum ada yang
mendaftarkan karya seni tari kreasi barunya selain 3 (tiga) Karya tari kreasi yang
di daftarkan oleh Bapak Sumitro hadi.
4.1.3 Jumlah Sanggar Tari yang memiliki Nomor Induk terdaftar Di dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
Tabel 4.1 Jumlah Sanggar Tari Banyuwangi terdaftar Yang Memiliki No Induk
53
Wawancara dengan Kasi Adat Kebudayaan Aekanu Hariyono, S.Pd Disbudpar Kabupaten
Banyuwangi tanggal 22 Agustus 2016
Untag Banyuwangi
51
54
Salinan Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaetn Banyuwangi
Untag Banyuwangi
52
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pelaksanan Perlindungan Hukum Hak cipta terhadap Karya Cipta
Tari Kreasi Baru di Sanggar Tari Banyuwangi
Karya seni merupakan salah satu perwujudan kreasi manusia melalui akal
budinya untuk mengkreasikan dan mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan
dalam perasaan dan pemikirannya dan kemudian diwujudkan dalam bentuk suatu
karya nyata, misalnya; gerak tubuh( tari), lagu puisi, dan karya cipta lainya. Ini
merupakan hasil kreatifitas dalam berekspresi manusia dalam suatu bentuk karya
nyata yang biasanya disebut dengan karya cipta. Seperti yang dikatakan Bapak
Hasan basri, selaku wakil ketua Dewan Kesenian Blambangan Banyuwangi,
Mengatakan bahwa seni atau berkesenian merupakan ekspresi yang timbul dari
akal budi yang dimiliki manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
berbudaya dengan menciptakan macam-macam karya seni, seperti; karya seni tari,
seni lukis,seni musik dan keseniann-kesenian lainnya.55
Pada prinsipnya setiap hasil kreatifitas intelektual seseorang seniman tari
di Banyuwangi harus dihargai dan dihormati oleh orang lain atau seniman tari
Banyuwangi yang lainnya, sehingga dalam perkembangannya untuk mewujudkan
adanya penghargaan dan penghormatan itu dibutuhkan adanya sebuah aturan
hukum untuk melindunginya.
Syarat untuk dapat dilindungi sebagai ciptaan adalah ide yang telah
berwujud dan asli. Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan
hak cipta adalah konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk
perwujudan dari suatu ciptaan. Prinsip dasar ini telah melahirkan dua sub prinsip,
yaitu: 56
a) Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian untuk dapat menikmati hak-hak
yang diberikan Undang-Undang, keaslian sangat erat hubungannya dengan
bentuk perwujudan suatu ciptaan;
55
Wawancara dengan Wakil Ketua Dewan Kesenian Blambangan Hasan Basri DKB Kabupaten
Banyuwangi tanggal 20 Agustus 2016
56
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Raja
Grafindo Persada, 2005, Jakarta, hal 8-9.
Untag Banyuwangi
53
57
Citrawinda Cita Priapantja, Hak Kekayaan Intelektual Tantangan Masa Depan, badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, Jakarta, hal 73.
58
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal 144
Untag Banyuwangi
54
Subyek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau pemegang hak cipta,
aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggar hukum, berdasarkan
penelitian adalah sebagai berikut: pemilik atau pemegang hak cipta yakni seniman
tari Banyuwangi itu sendiri, adanya aparat penegak hukum dari pihak kepolisian
sebagai tempat pengaduan, adanya pejabat pendaftar yakni Ditjen HKI yang dapat
melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia wilayah propinsi bahkan di
dalam lokasi penelitian pendaftaran hak cipta di fasilitasi oleh Disperindagtam
Kabupaten Banyuwangi untuk mempermudah pendaftaran Hak Cipta terhadap
seni tari kreasi baru oleh seniman tari disanggar tari Banyuwangi melakukan
pendaftaran secara secara gratis.
b) Kedua, obyek perlindungan.
Obyek yang dimaksud adalah semua jenis hak cipta yang diatur dalam
undang-undang yakni dalam Pasal 40 ayat (1) UUHC 2014. Dalam kajian yang
diteliti penulis adalah seni tari, di Kabupaten Banyuwangi seni tari kreasi baru
yang termasuk klasifikasi jenis seni tari merupakan salah satu obyek yang
mendapatkan perlindungan hukum melalui hak cipta.
c) Ketiga, pendaftaran perlindungan.
Dalam UUHC 2014 sistem pendaftaran atau pencatatan berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem
deklaratif mempunyai arti tidak di wajibkan untuk di lakukan Pencatatan. Jadi
perlindungan Hukum hak cipta Karya cipta tari kreasi Baru Banyuwangi bukan
hanya yang sudah di catatkan atau didaftarkan tetapi juga yang belum di lakukan
pencatatan Hak Ciptanya ke Ditjen HaKI. Tetapi UUHC 2014 di Indonesia
bersifat deklaratif negatif Meskipun pendaftaran bukan keharusan, untuk
kepentingan pembuktian kalau terjadi sengketa di kemudian hari, sebaiknya Hak
Cipta didaftarkan ke Dirjen HKI.
d) Keempat, jangka waktu.
Jangka waktu adalah adanya hak cipta dilindungi oleh undang-undang hak
cipta, yakni selama hidup ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia. Dalam hal ini termasuk jangka waktu untuk perlindunga hak
Untag Banyuwangi
55
ekonomi atas obyek perlindungan ciptaan karya seni tari kreasi baru di
Banyuwangi. Dan ada juga jangka waktu perlindungan hak moral atas obyek
perlindungan ciptaan seni tari kreasi baru di Banyuwangi yang dilindungi dalam
jangka waktu yang tidak ditentukan.
e) Kelima, tindakan hukum perlindungan.
Apabila terbukti terjadi pelanggaran hak cipta, maka pelanggar harus
dihukum, baik secara perdata maupun pidana. Dalam hal kasus penjiplakan,
peniruan, dan juga pemanfaat dan pengguaan secara tidak sah yang sebenarnya
ada, namun oleh seniman tari dianggap sebagai hal yang wajar padahal
seharusnya mendapatkan perlindungan.
Berdasarkan pemahaman unsur-unsur dari perlindungan hukum dan hasil
wawancara yang penulis lakukan di lokasi penelitian di Sanggar tari Banyuwangi
sudah selayaknya Seni tari Kreasi Baru yang di ciptakan oleh seniman tari
Banyuwangi mendapatkan perlindungan hukum khususnya melalui hak cipta, dan
pelaksanaan perlindungan hukum hak cipta terhadap tari kreasi baru banyuwangi
disanggar tari Banyuwangi berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2014
tentang hak cipta dapat dipaparkan sebagai berikut:
Seni tari sebagai hasil proses kreatif manusia terbagi atas beberapa macam
bentuk, salah satunya seni tari merupakan hasil karya kreatifitas melalui olah fikir
budinya dalam bentuk ide dan gagasan yang terwujudkan melalui gerak tubuh
yang memiliki makna estetik dengan iringan musik yang menambahkan
keindahan dari sebuah tari tersebut. Menurut Sahuni,S.sn.Mm. selaku tokoh seni
tari Banyuwangi, mendefinisikan tari adalah suatu kreatifitas manusia yang
berasal gerak alus yang ditata dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu
kreatif-kreatif yang ada di dalam gerak tari tersebut. 59
Obyek perindungan Hak cipta yang dituangkan dalam undang-undang hak
cipta 2014 dalam pasal 40 ayat (1) UUHC 2014 yang berbunyi sebagai berikut:
Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:
59
Hasil wawancara dengan tokoh dan seniman tari kabupaten banyuwangi Bapak Sahuni,
S.sen.Mm pada tanggal 19 Agustus 2016
Untag Banyuwangi
56
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya
tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.
Seni kreasi baru yang diciptakan seniman tari Banyuwangi adalah
merupakan hasil kreatifitas yang dimiliki oleh seniman tari Banyuwangi dan atau
bersama-sama dari sebuah ide dan gagasan yang terwujudkan melalui gerak tubuh
yang memiliki makna estetik dengan iringan musik (gending) yang dihasilkan atas
inspirasi, keterampilan, imajinasi, kemampuan atau keahlian dalam
mengembangkan dan mengkreasikan tari tradisi yang ada di Banyuwangi yang
berhasil diwujudkan nyata yang memiliki sifat khas dan pribadi , ide dan gagasan
yang di dapat dari:
1. Tema festival tari meliputi: sejarah, legenda, alam, dan kearifan lokal
Daerah Banyuwangi
2. Pengalaman hidup pencipta tari ketika melihat, mendengar dan merasakan
keadaan disekitarnya dan terinspirasi dari pengembangan, pengkreasian
Untag Banyuwangi
57
yang bersumber dari sebuah tari tradisi yang berada di Banyuwangi dengan
diwujudkan dalam gerak melalui ide garap yang setelah selesai berhasil di
wujudkan atau diciptakan dapat dilihat, didengarkan, dirasakan dalam
bentuk pertujukan tari.
Maka disini dapat di ketahu bahwa seni tari adalah bagian dari hak cipta,
begitu juga seni tari kreasi baru di Banyuwangi yang di ciptakan seniman tari
Banyuwangi adalah obyek perlindungan Hukum hak cipta yang diatur Undang-
Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dalam pasal 40 ayat (1) huruf e.
Namun dalam UUHC 2014, namu tari tidak disebutkan secara tegas tari dalam
bentuk klasifikasi jenis tari apa, unsur yang ditekankan dalam UUHC 2014 adalah
pembuatan karya cipta tari yang dihasilkan dari pemikiran, keahlian atau
kemampuan seniman tari yang diwujudkan dalam bentuk nyata yang memiliki
sifat khas dan pribadi.
Berdasarkan UUHC 2014 dan proses penciptaan Tari kreasi baru di
Banyuwangi yang diciptakan oleh seniman tari di sanggar tari Banyuwangi harus
diberikan perlindungan hukum hak cipta, perlindungan hukum hak cipta tersebut
sebenarnya telah dimulai dalam UUHC 1987 hingga UUHC 2014. Sekalipun
berlakunya UUHC sejak tahun 1987 di Indonesia, namun hal ini tidak berarti
bahwa para seniman tari Banyuwangi telah memanfaatkan UUHC 2014 dalam
upaya mendapatkan perlindungan bagi hasil karya cipta tarinya.
Seni tari kreasi baru yang di ciptakan seniman tari Banyuwangi karena Seni
tari kreasi baru Banyuwangi merupakan hasil ekpresi dalam bentuk ide dan
gagasan dalam bentuk gerak yang dihasilkan dari kemampuan atau keahlian
seniman tari Banyuwangi yang mempunyai nilai budaya dan makna tertentu,
pembuatan karya tari kreasi baru bukan pekerjaan dalam waktu singkat, ia
membutuhkan waktu lama dan biaya besar sehingga wajar jika hasil cipta tersebut
harus dilindungi jangan sampai karya seni tradisional ini juga menjadi sasaran
empuk pembajakan, yang dapat menimbulkan suatu kerugian bagi Penciptanya,
begitu pula seni tari kreasi baru di Kabupaten Banyuwangi.
Menurut Bapak Agus Suhendro Kasi Standarisasi Dan HaKI
Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi, sebuah hasil karya cipta seniman tari
Untag Banyuwangi
58
60
Wawancara dengan Kasi Standarisasi Dan HaKI Agus Suhendro Disperindagtam Kabupaten
Banyuwangi tanggal 25 Agustus 2016
61
Wawancara dengan Wakil Ketua Dewan Kesenian Blambangan Hasan Basri Kabupaten
Banyuwangi tanggal 20 Agustus 2016
62
Wawancara dengan Punjul Ismuwardoyo Seniman tari Pemilik sanggar tari Alang-alang kumiter
dan juga anggota dewan komisi II DPRD Kabupaten Banyuwangi tanggal
Untag Banyuwangi
59
Karya tari yang berhasil diciptakan oleh seniman tari Banyuwangi relatif
sama antara senimana Banyuwangi dan memiliki karateristik yang khas yang
berbeda dengan karya tari kreasi baru di daerah lain, Berikut beberapa Karya tari
kreasi baru Banyuwangi yang di dapat dari hasil penelitian yang penulis lakukan
dengan mewawancarai Beberapa responden yang dianggap dapat mewakili yakni
seniman-seniman tari di sanggar tari Banyuwangi, Dapat di lihat daftar tari
dibawah berikut ini :
Tabel 4.2 Daftar karya tari kreasi baru yang berhasil di ciptakan seniman tari
di sanggar tari Banyuwangi.
Untag Banyuwangi
60
7 1. Onclang kidang
Suharno
- 2. Kembang Pesisiran
(Tawang Alun)
3. Cengkir Gading
8 1. Sawung alit
Slamet Diharjo
- 2. Panji Blambangan
(Laros Wangi)
3. Lundoyo
9 1. Ganyong
Sabar Hariyanto 2. Sabuk mangir
-
(lang-lang Buana) 3. Kembang goyang
4. Seblang lukinto
10
Jajulaidik Selendang Sikep
-
(Sayu Wiwit)
Sumber: hasil wawancara dengan beberapa seniman tari di sanggar tari
Banyuwangi yang menjadi responden
Bentuk perlindungan hak cipta karya tari kreasi baru Di Kabupaten
Banyuwangi yang diberikan negara melalu ketentuan UUHC 2014, masih banyak
Pencipta seni tari atau seniman tari disanggar tari Banyuwangi yang tidak
mengetahui atau kurang inforamsi tentang UUHC 2014, atau hanya pernah
mendengarkan saja yang nantinya mereka memberi definisi yang Sangat sempit
sekali. Hal ini rata-rata terjadi pada seluruh para seniman tari Banyuwangi di
sanggar tari Banyuwangi, tidak memanfaatkan secara maksimal pendaftaran Hak
cipta atas karya ciptaannya karena hanya berfokus dalam berkarya sebagi bentuk
pelestarian dan pengembangan seni tari ditambah juga tingkat solidaritas antar
seniman Banyuwangi yang sangat tinggi. disamping di para seniman tari di Kabu
paten Banyuwangi belum memahami betapa pentingnya perlindungan hak cipta
terhadap karya cipta tarinya.
Pada prinsipnya perlindungan hak cipta sesuai dengan pasal 1 angka 1
UUHC 2014 yaitu menganut sistem deklaratif, Sekalipun Menganut sistem
deklaratif Hak Cipta itu didaftarkan undang-undang hanya mengakui seolah-olah
yang bersangkutan sebagai pemiliknya, secara de jure harus dibuktikan lagi, jika
ada orang lain yang menyangkal hak tersebut. Dapat dikatakan pendaftaran itu
tidak menerbitkan hak, tetapi hanya memberikan anggapan bahwa seniman tari
Banyuwangi yang karya tari kreasi baru terdaftar itu adalah pihak yang berhak
Untag Banyuwangi
61
atas karya tari kreasi baru tersebut dan sebagai pemilik asli dari karya cipta seni
kreasi baru Banyuwangi terdaftar.
Menurut sistem deklaratif, dapat dijelaskan Bahwa seniman tari
Banyuwangi yang pertama kali mendaftarkan ciptaan karya tari kreasi baru
dianggap sebagai Pencipta yang mempunyai Hak Cipta sehingga di sini
perlindungan berlaku tidak didasarkan pada prinsip pendaftaran dan persyaratan
resmi yang diajukan oleh suatu negara. Ciptaan karya tari kreasi Baru
Banyuwangi yang diumumkan oleh penciptaanya (seniman tari Banyuwangi)
secara otomatis mendapatkan perlindungan hukum dari peraturan perundang-
undangan di bidang HaKI melalui Hak Cipta itu sendiri.
Di Kabupaten Banyuwangi hampir semua responden dari seniman tari di
sanggar tari Banyuwangi rata-rata belum mendaftarkan seni tari kreasinya , karena
berbagai alasan yang menjadi pertimbangan mereka, kecuali seni tari kreasi Baru
yang diciptakan oleh Bapak Sumitro Hadi seperti dikatakan Bapak Sumitro Hadi,
pada tahun 2004 di minta secara langsung dari propinsi Jawa Timur untuk diminta
mendaftarakan seni tari kreasi barunya yang semua di fasilitasi oleh Gubernur
Jawa Timur. Sebagai bentuk upaya pemerintah propinsi Jawa Timur dalam
memberikan penghargaan dan penghormatan untuk bapak Sumitro Hadi atas jasa
dalam meletarikan dan mengembangkan seni tari.
Tetapi pada dasarnya Hak Cipta sendiri tidak memerlukan pencatatan atau
pendaftaran atas karya Ciptaan, seperti penjelasan Pasal 64 ayat (2) menjelaskan
bahwa : Pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait bukan merupakan syarat
untuk mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait. Timbulnya perlindungan suatu
ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran
atau pencatatan. Hal ini berarti bahwa suatu ciptaa baik yang terdaftar maupun
tidak terdaftar tetap dilindungi. Pendaftaran atau pencatatan ciptaan tidak
mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti atau bentuk dari ciptaan yang
didaftarkan atau dicatatkan.
Berdasarkan hal tersebut maka tidak salah apabila para seniman tari di
sanggar tari Banyuwangi tidak mencatatkan karya cipta tari kreasi barunya ke
dalam daftar ciptaan di ditjen HaKI. Hal ini juga tidak mengurangi perlindungan
Untag Banyuwangi
62
hukum yang seharusnya seniman tari di sanggar tari Banyuwangi dapatkan karena
memang dalam pengaturan UUHC 2014 di indonesai tidak mengaharuskan
adanya suatau pendaftaran. Perlindungan Hak Cipta karya seni tari kreasi baru
terhadap karya pribadi mungkin belum begitu terasa, karena diKabupaten
Banyuwangi belum pernah ada suatu perselisihan atau permasalahan yang
menyangkut Hak cipta seni tari kreasi Baru daerah Banyuwangi itu sendiri.
Bentuk perlindungan hukum sebuah karya cipta seni tari kreasi di sanggar
tari Banyuwangi yang di peroleh akibat dari pencatatan atau pendaftaran hak
cipta, antara lain sebagai berikut:
a. Pencipta maupun pemegang Hak cipta seni tari kreasi baru Banyuwangi akan
mendapatkan kepastian hukum mengeani hak cipta seni tari kreasi baru
Banyuwangi dalam arti mendapatkan pengakuan hak atas ciptaannya bagi
pencipta (seniman tari Banyuwangi) atau pemegang hak cipta seni tari kreasi
baru Banyuwangi tersebut. Kepastian hukum terhadap karya tari kreasi baru
Banyuwangi yang di daftarakan atau dicatatkan bukan hanya menyangkut
kepastian hukum terhadap karya seni tari kreasi baru Banyuwangi yang di
daftarakan atau dicatatakan di Ditjen HaKI juga memberikan manfaat ekonomi
dan penghargaan bagi Penciptanya.
b. Memberikan kedudukan lebih kuat apablia terjadi sengketa pencipta atau
pemegang hak yang tidak mendaftarkan hak ciptanya guna mempermudah
proses pembuktian apabila ada suatu permasalahan atau sengketa. Hasil dari
Pendaftaran dan dicatatatkan tersebut berupa sertifikat dari Ditjen HaKI.
Sertifikat inilah yang nantinya dapat meyakinkan dan membantah pihak lawan.
Apabila Hak Cipta karya tari kreasi baru yang di ciptakan oleh seniman tari
Banyuwangi tersebut didaftarkan oleh orang lain yang mendapatkan pengalihan
hak dari pencipta aslinya maka orang tersebut hanya memperoleh hak
ekonominya saja, sedangkan hak moral untuk diakui sebagai pencipta asli tetap
dipegang oleh pencipta aslinya walaupun tanpa adanya pendaftaran hak cipta ke
Ditjen HaKI. Seperti selama ini rata-rata yang di lakukan oleh seniman tari
Banyuwangi terhadap pemakaian karya tari kreasi baru itu sendiri masih sering
Untag Banyuwangi
63
kurang peduli terhadap karya tari kreasi baru ciptaannya ketika di pakai atau di
gunakan oleh seniman tari Banyuwangi lain.
Pertimbangan dalam memberikan kebebasan menggunakan hak cipta
kepada pencipta atau pemegang hak cipta, UUHC 2014 menentukan pula adanya
pembatasan terhadap penggunaan hak cipta itu sendiri, yang terdapat pada pasal
Pasal 43 sampai dengan Pasal 51 Undang-undng No 28 Tahun Tentang Hak Cipta
2014, dan tentang pembatasan perlindungan pasal 26 sampai dengan Pasal 30
Undang-Undang No 28 Tahun Tentang Hak Cipta 2014.
Seniman Banyuwangi yang masih sangat tradisional atau murni ini,
menganggap karya seni itu dapat di nikmati semua orang atau masyarakat, selama
ini seniman tari Banyuwangi yang menciptakan tari kreasi baru sendiri merasa
tidak pernah keberatan apabila karya tarinya digunakan atau di pakai untuk
kepetingan pendidikan atau pelestarian seni tari itu sendiri selama tidak melanggar
norma-norma atau asa kepatutan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
walaupun salama ini yang menggunakan karya tari ciptaanya tidak pernah
meminta ijin dalam penggunaan karya tarinya. Di karenakan pengaruh kultur
sosial budaya masayarakat Banyuwangi yang masih tinggi rasa solidaritas dan
berfikir sangat bangga bisa bermanfaat di masyarakat.
Ketika untuk keuntungan ekonomis bagi pencipta atau pemegang hak cipta
di Kabupaten Banyuwangi penggunaan karya tari tidak pernah ada pembayaran
royalti hanya bersifat membayar sewa sanggar tari yang melakukan pertunjukan
seni tari kreasi baru dari ciptaan seniman tari dari tari Banyuwangi, padahal di
UUHC 2014 di beri batasan penggunanan yang bersifat melanggar ataupun yang
bersifat bukan pelanggaran Hak Cipta yang bertujuan untuk yang tidak melanggar
kesusilan dan ketertiban umum dan juga fungsi sosial hak cipta dan pembatasan
dalam hal pemberian lisensi wajib untuk kepentingan penggunaan hak ekonomi
dari karya tari kreasi baru tersebut.
Hakikatnya hak cipta tari kreasi baru Banyuwangi ini sebenarnya memberikan
perlindungan bagi si pencipta untuk menikmati secara materiil jernih payahnya dari
karya cipta tersebut. Seperti yang di jelaskan dalam pasal 16 ayat (1) menyatakan
bahwa, Hak cipta sebagai benda bergerak yang tak berwujud (immateriil), Maka
Untag Banyuwangi
64
hak cipta tari kreasi baru di Banyuwangi merupakan bagian dari kekayaan
seseorang seniman tari Banyuwangi, maka hak cipta karya tari kreasi baru
tersebut dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian.
Mengenai pemindah tanganan hak cipta bahwa benda ini dapat beralih atau
dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Hak
Cipta 2014 telah diatur tentang hal tersebut, bahwa hak cipta dapat beralih atau
dialihkan baik sebagian atau seluruhnya karena: pewarisan, hibah, wakaf, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak
ekonomi dari hak cipta karya tari kreasi baru, sedangkan hak moral tetap melekat
pada diri penciptanya.Pengalihan hak cipta ini harus dilakukan secara jelas dan
tertulis baik dengan atau tanpa akta notaris.
Bentuk perlindungan hukum melalui UUHC 2014 ini sendiri terdiri dari dua
bentuk, yakni perlindungan hukum preventif dan represif:
1) Perlindungan hukum preventif adalah upaya-upaya pencegahan secara hukum
agar tidak terjadi pelanggaran hukum hak cipta atas karya tari kreasi baru
daerah Banyuwangi, sedangkan perlindungan hukum diartikan suatu tindakan
hukum yang dapat dilakukan untuk melindungi hak cipta atas karya tari kreasi
baru daerah Banyuwangi yang sedang dan atau telah dilanggar. Dalam hal
perlindungan hukum preventif hak cipta atas karya tari kreasi baru
Banyuwangi sebenarnya ada dua cara yang dapat dilakukan, yakni:
a) Melalui pendaftaran Hak Cipta karya tari kreasi baru Banyuwangi ke
Kementrian Hukum dan Ham melalu Direktorat Jenderal HKI di Jakarta.
Berdasarkan ketentuan ini dapat diketahui pendaftaran hak cipta bersifat
tidak mutlak. Undang-Undang cipta memberikan perlindungan secara
otomatis kepada pencipta dan tidak harus melalui proses pendaftaran,
namun pendaftaran adalah salah satu langkah preventif yang dapat
dilakukan dan lebih menguntungkan si pencipta dan pemegang hak terkait
karena melalui pendaftaran, hak pencipta dan pemegang hak terkait.
Menteri menerbitkan surat pencatatan Ciptaan dan mencatat dalam daftar
umum Ciptaan. Surat pencatatan ini menjadi bukti awal kepemilikan suatu
Untag Banyuwangi
65
Untag Banyuwangi
66
Untag Banyuwangi
67
Untag Banyuwangi
68
terdapat 1 (satu) Pasal saja, yaitu Pasal 72. Ke 8 (delapan) Pasal yang mengatur
tentang Pidana diatur didalam Pasal 112 s.d Pasal 119. Didalam ke 8 (delapan)
Pasal tersebut diatur tentang Pidana Penjara dan Pidana Denda. Pidana Penjara
menurut UUHC No. 28 Tahun 2014 disebutkan; pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun. Sedangkan didalam UUHC yang lama (UUHC No.19 Tahun
2002) disebutkan bahwa pidana penjaranya paling lama 7 (tujuh) tahun.
Sedangkan untuk Pidana Denda menurut UUHC No. 28 Tahun 2014 ditentukan;
paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah), sedangkan didalam
UUHC yang lama (UUHC No.19 Tahun 2002) ketentuan pidana dendanya paling
banyak 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Perlindungan terhadap karya cipta yang mengacu pada ketentuan diatas,
seharusnya dapat pula diterapakan pada karya cipta Seni tari kreasi baru
Banyuwangi. Namun dalam kenyataannya baik si Pencipta maupun karya cipta
Seni tari kreasi baru Banyuwangi belumlah mendapat perlindungan sesuai dengan
ketentuan UUHC 2014.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh responden Pencipta tari
Banyuwangi, mengatakan bahwa selama ini belum pernah ada pihak lain yang
mempertunjukkan karya ciptanya meminta izin kepada mereka sebelum karya
ciptanya dipertunjukkan, para pencipta tari Banyuwangi tersebut juga menyatakan
bahwa mereka memang tidak tahu bahwa dengan dipertunjukkan karya cipta
mereka terutama pertunjukan secara komersiil, seharusnya meminta izin pada
mereka, apalagi mengadakan perjanjian sesuai dengan ketentuan UUHC 2014,
untuk membayar royalty sama sekali tidak terfikirkan olehnya. 63
Bagi para Pencipta tari Banyuwangi jika karya ciptanya semakin banyak
dipertunjukkan oleh pihak lain secara komersil ataupun non komersil tidak
dipermasalahkan, malahan mereka bangga karya ciptaanya dapat diterima oleh warga
masyarakat dan mereka juga tidak mereka tidak mengetahui karya cipta mereka
mendapatkan perlindungan secara otomatis. Adapun untuk kepentingan
pendidikan seperti tugas penelitian sebuah karya ilmiah ataupun untuk
63
Wawancara dengan seluruh responden pencipta tari Di Banyuwangi Pada Tanggal 20 September
2016
Untag Banyuwangi
69
64
Wawancara dengan Subari seniman Tari Banyuwangi Pimilik Sanggar Tari Sayu Gringsing pada
Tanggal 14 Agustus 2016
Untag Banyuwangi
70
Untag Banyuwangi
71
Untag Banyuwangi
72
perlindungan yang di atur dalam pasal 57 dan pasal 58 UUHC 2014 mengenai
batasan-batasan jangka waktu perlindungannya.
Adapun perlindungan hak moral atas karya tari kreasi baru berlaku tanpa
batas waktu sedangkan perlindungan hak ekonomi atas karya cipta tari kreasi baru
Banyuwangi tersebut berlaku selama hidup pencipta (seniman tari Banyuwangi)
di tambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah penciptanya meninggal dunia. Seperti
yang di katakan Bapak Sumitro Hadi jangka waktu yang cukup panjang ini dapat
dikatakan memadai. Dianggap bahwa dalam jangka waktu selama itu para
pencipta/seniman tari atau yang memegang hak ciptaan tersebut telah dapat
menikmati karya ciptaannya yakni dengan menikmati manfaatnya secara ekonomi
terhadap karya ciptaannya. 65
Jangka waktu perlindungan tersebut diberikan bagi karya tari kreasi baru
Banyuwangi yang merupakan sebagai karya cipta pribadi, selama jangka waktu
yang diberikan tersebut, para pencipta atau pun yang memegang hak cipta atas
karya tari kreasi baru ini dapat menikmati hak eksklusif. Hak eksklusif tersebut
menurut penjelasan UUHC 2014 adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi
Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut
tanpa izin Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang bukan Pencipta hanya memiliki
sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi. Tentunya penggunaan hak
eksklusif tersebut digunakan secara wajar.
Perlindungan Hukum Hak Cipta terhadap karya tari kreasi baru di sanggar
tari Banyuwangi ini dapat dikatakan belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dari
beberapa hal:
Pertama, dimana para seniman tari Banyuwangi belum mengetahui bahwa
seni tari kreasi baru Banyuwangi telah dilindungi melalui pendaftaran hak cipta
ataupun tidak didaftarkan hak cipta, walaupun para responden belum memahami
konsep dari Hak cipta tetapi mereka paling tidak mengerti bahwa karya tari kreasi
baru Banyuwangi ini merupakan sebuah hasil Karya cipta seorang seniman tari
Banyuwangi yang dalam pembuatan dan penciptaannya membutuhkan jerih payah
65
Wawancara dengan Tokoh dan seniman Tari Banyuwangi Pimilik Sanggar Tari Jingga Putih
Sumitro Hadi Yang memiliki 3(tiga) sertifikat Hak Cipta tari kreasi Baru daerah Banyuwangi dan
juga Pencetus komposisi gerak tari banyuwangi. pada tanggal 23 agustus 2016
Untag Banyuwangi
73
serta menghabiskan waktu, tenaga dan pemikiran yang tidak sedikit yang
harusnya di lindungi.
Tetapi ada kebiasaan dikalangan seniman tari Banyuwangi yang masih saja
mengutip atau mengambil dan juga meniru beberapa gerakan tari dari karya tari
cipta tari kreasi baru seniman tari Banyuwangi lain kemudian memasukankannya
ke dalam karya tari ciptaannya sendiri atau mengakui ciptaan tersebut merupakan
ciptaannya sendiri, disamping itu juga ketika melakukan pertunjukan seni tari
kreasi baru karya seniman lain belum pernah ada yang meminta izin kepada
pemilik karya tari kreasi baru tersebut.
Kedua, para seniman tari Banyuwangi belum mendaftarkan karya cipta tari
kreasi baru pribadinya. Berdasarkan pendaftaran Hak Cipta yang difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah Banyuwangi melalui Disperindagtam Kabupaten Banyuwangi
sendiri pun dapat dikatakan masih belum maksimal. Dikatakan belum maksimal
karena seniman tari belum memanfaatkan pencatatan atau pendaftaran hak cipta
yang di fasilitasi pemerintah daerah Banyuwangi, dari begitu banyak karya tari
kreasi baru yang di ciptakan Seniman tari di Sanggar tari Banyuwangi, hanya 3
(tiga) karya tari kreasi baru yaitu pertunjukan gandrungan, jejer jaran dawuk, jejer
gandrung yang semuanya itu beratas nama Bapak Sumitro Hadi pemilik Sanggar
Tari Jingga putih, selainnya karya cipta lagu dan kerajinan Banyuwangi.
Selama ini menunjukkan bahwa pada umumnya seniman tari kurang
mengetahui benar tentang HaKI. Budaya timur berbeda dengan budaya barat yang
lebih individualis, yang sangat membutuhkan suatu perlindungan terhadap karya
seninya. Harusnya masyarakat Indonesia pada umumnya dan seniman tari
Banyuwangi pada khususnya juga sadar betapa pentingnya perlindungan karya
seni yang diciptakannya mengingat segala penciptaannya juga tidak mudah.
Untag Banyuwangi
74
kendala dalam pelaksanaan perlindungan hukum Hak Cipta Terhadap karya tari
kreasi baru di Sanggar tari Banyuwangi adalah sebagai berikut: 66
a) Pengetahuan dan Pemahaman yang lemah Pencipta Tari dan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terhadap Hak Cipta
Hak cipta yang merupakan salah satu bidang HaKI, di Indonesia Hak cipta
diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang
merupakan produk hukum yang mengatur tentang perlindungan terhadap hasil
kreatifitas manusia dan intelektualitas manusia dibidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra sebagai intitusi hukum yang melindungi karya cipta belumlah dipahami
oleh masyarakat secara keseluruhan.
Dari Hasil Penelitian yang di lakukan di sanggar tari dan juga Pemerintahan
Daerah Kabupaten Banyuwangi menunjukan bahwa rata-rata Para pencipta tari di
sanggar tari dan pihak stakeholder khususnya Dinas terkait belum memahami
dengan baik tentang subtansi dari Undang-undang No 28 Tahun 2014 Tentang
Hak cipta, Menurut Bapak Cholicul ridho Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Pengetahuan HaKI tentang keberadaan
Hak Cipta masih kurang dipahami dan dimengerti karena bukan wewenang kami
dalam pelaksaannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwasata hanya menindaklanjuti
surat pemberitahuan dari Dinas terkait yang menangani HaKI jadi subtansi dari
UUHC 2014 kami belum begitu mengerti.67
Begitu juga wawasan dan pengetahuan mengenai Hak Cipta di kalangan
para pencipta tari di Banyuwangi yang dimana seharusnya para pelaku seni
terutama Pencipta Tari Banyuwangi harus memahami subtansi dari UUHC juga
memberikan manfaat bagi mereka atas Hak ekonomi dan Hak Moral yang ada
pada karya tari kreasi Baru Ciptaanya. Hal tersebut dapat di lihat memlalui tabel
di bawah ini: 68
Tabel 4.5 Pengetahuan Pencipta Tari di sanggar tari Banyuwangi
tentang Undang-Undang Hak Cipta
No Pencipta Tari Pengetahuan Pencipta Tari Tentang
66
Wawancara dengan seluruh responden pencipta tari Di Banyuwangi Pada Tanggal 20 September
2016
67
Wawancara dengan Kabid Kebudayaan Cholicul Ridha Disbudpar Kabupaten Banyuwangi
tanggal 22 Agustus 2016
68
Hasil Wawancara di lapangan dengan semu pencipta tari Banyuwangi yang Menjadi Responden
Untag Banyuwangi
75
1 Sumitro Hadi
(Jingga Putih)
2 Sayun Sisiyanto
(Damar Wangi)
3 Subari
(Sayu Gringsing)
4 Punjul Ismuwardoyo
(Alang-alang Kumitir)
5 Dwi Agus Cahyono
(Kuwung Wetan)
6 Hendri Fardias (Marsan)
7 Suharno
(Tawang Alun)
8 Slamet Diharjo
(Laros Wangi)
9 Sabar Hariyanto
(lang-lang Buana)
10 Jajulaidik
(Sayu Wiwit)
Sumber : Hasil Penelitian dengan wawancara dengan pencipta tari
Banyuwangi
Dari hasil tersebut diatas dapat diketahui bahwa para pencipta tari kreasi
baru di sanggar tari Banyuwangi masih banyak yang tidak mengetahui mengenai
UUHC, Pada kenyataannya, tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat
utamanya Pencipta tari Banyuwangi terhadap hak cipta masih rendah, sehingga
kondisi ini menjadi lebih buruk lagi karena kurangnya kemampuan untuk
mengakses informasi serta minimnya pemahaman aparat penegak hukum maupun
pejabat dinas terkait mengenai arti penting hak cipta. Hal ini disebabkan beberapa
hal, antara lain: kurangnya sosialisasi, tidak mengetahui pemahaman yang
sebenarnya, mengenai makna dan fungsi serta ketentuan-ketentuan UUHC 2014
dan fasilitasi bantuan pendaftaran Hak Cipta.
Untag Banyuwangi
76
Pelaksanaan perlindungan hukum hak cipta atas karya tari kreasi baru di
sanggar tari Banyuwangi memiliki manfaat yang besar bagi penciptanya.
Walaupun tidak ada keharusan atau kewajiban untuk mencatatkan ciptaanya
namum alangkah baiknya jika dilakukan pendaftaran atau pencatatan hak cipta
atas seni tari kreasi baru Banyuwangi agar memperoleh perlindungan hukum yang
pasti. Pendaftaran Hak Cipta bagi pencipta maupun pemegang Hak Cipta
berfungsi sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di kemudian hari timbul
sengketa mengenai hasil karya cipta tersebut.
Di kabupaten Banyuwangi yang terjadi adalah Minimnya kesadaran hukum
para Pencipta Tari Banyuwangi untuk mendaftarkan karya seni tari kreasi barunya
dapat disebabkan kurang paham tentang hak cipta dan pencatatan hak cipta
disamping itu juga tidak adanya keharusan melakukan pencatatan atau
pendaftaran. Sistem yang berlaku pada UUHC 2014 adalah deklaratif. Menurut
hukum hak cipta, suatu ciptaan yang diwujudkan dari suatu ide akan secara
otomatis dilindungi pada saat ciptaan itu diumumkan atau diperbanyak pertama
kali oleh pencipta atau pemegang hak cipta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Suhendro Kasi
Standarisasi Dan HaKi Dinas perdagangan, Perindustrian dan Pertambangan di
Banyuwangi Mengatakan bahwa pemahaman pencipta tari Banyuwangi tentang
hak cipta dan pentingnya proses pencatatan atau pendaftaran masih rendah. 69 Hal
ini terbukti dari sekian banyak pencipta tari di Banyuwangi yang melakukan
proses pendaftaran hak cipta karya tari hanya berjumlah 1 (satu) pencipta tari saja.
Untuk pencipta tari Banyuwangi yang lain belum begitu tertarik untuk
mendaftarakan Hak cipta karya tari kreasi baru ciptaannya.
Dari hasil wawancara dengan para pencipta tari di Banyuwangi ada
beberapa faktor yang menyebabkan pencipta tari di sanggar tari Banyuwangi tidak
tertarik untuk memanfaatkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 melalui
instrument pendaftaran Hak Cipta seni tari kreasi baru ciptaanya diantaranya
adalah sebagai berikut: 70
1. Motivasi untuk mendaftarkan hak cipta masih rendah.
69
Wawancara dengan Kasi Standarisasi Dan HaKI Agus Suhendro Disperindagtam Kabupaten
Banyuwangi tanggal 25 Agustus 2016
70
Hasil Wawancara di lapangan dengan semu pencipta tari Banyuwangi yang Menjadi Responden
Untag Banyuwangi
77
Hal ini disebabkan karena pencipta Tari menganggap belum perlu dilakukan,
Karena nominalnya tak seberapa karena tidak pernah ada pembayaran royalti
atas karya tari tersebut selama ini hanya bersifat menyewa sanggar tarinya
saja ditambah juga belum pernah adanya sengketa terhadap karya tari di
Banyuwangi di rasa pendaftaran hak cipta tidak akan memberikan manfaat
secara nyata bagi pencipta tari di Banyuwangi.
2. Tidak mengetahui prosedur.
Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan kepada senaman tari
di Banyuwangi tentang tata cara pendaftaran/pencatatan hak cipta.
3. Mahalnya Biaya.
Biaya di sini dimaksud adalah Biaya Perekaman Untuk merekam Hasil Karya
Tari yang menjadi bagian persyaratan pendaftaran dan juga biaya akomodasi
karena pendaftaran dilakukan di pusat yakni di Jakarta.
4. Rumit,
Hal ini dikatakan rumit karena dalam pencatatan sebuah karya tari, karena
salah satu persyaratan dalam pendaftaran hak cipta tari harus disertakan
sebuah deskripsi tari terdapat notasi tari yang disebut notasi laban, notasi
laban ini tidak semua seniman bisa menggunakan notasi tersebut. Diskripsi
secara manual saja masih sulit apalagi notasi laban tersebut.
Untag Banyuwangi
78
Untag Banyuwangi
79
Untag Banyuwangi
80
Pada bagian terakhir ini, beberapa saran dengan harapan saran ini dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang terkait. Adapun saran tersebut
antara lain :
a. Dirjen HaKI perlu lebih mendayagunakan tugas dan wewenangnya dengan
cara membuka kantor pelayanan di setiap perwakilan Kabupaten atau kota,
untuk memudahkan pendaftaran karena pendaftaran di Ibu Kota ataupun Ibu
Kota Propinsi dirasa masih terlalu jauh dan membutuhkan biaya yang lebih
besar. Apabila tidak dilakukan pembukaan kantor perwakilan maka para
seniman tari masih tetap enggan untuk mendaftarkan karya cipta Seni tari
kreasi Barunya, dikarenakan tempat pendaftaran yang jauh sehingga
membutuhkan biaya akomodasi yang relatif tinggi dan hal tersebut
menyebabkan beban pendaftaran yang semakin tinggi pula. Prosedur
Pendaftaran Hak cipta sendiri juga tidaklah mempersulit Seniman Tari
sendiri.
b. Pemerintah Daerah Banyuwangi perlu melakukan upaya dalam
pengembangan, mendata dan mengiventaris Karya Seni tari kreasi Baru
yang dihasilkan oleh seniman tari di sanggar tari di Kabupaten Banyuwangi
ini melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan
juga membina Seniman Tari Banyuwangi agar lebih memperdulikan karya
tari kreasi baru yang sudah berhasil diciptakan seniman tari Banyuwangi.
c. Selain itu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan dan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi bekerja sama
memberikan suatu tindakan yang positif dalam memperhatikan suatu Karya
Cipta tari kreasi baru yang di ciptakan seniman tari Banyuwangi dengan
memberikan sosialisasi mengenai pentingnya HaKI pada umumnya dan hak
cipta pada khususnya, keuntungan pendaftaran Hak Cipta kepada pelaku
seni pada umumnya dan khususnya pada Seniman Tari Banyuwangi.
d. Seniman Tari Banyuwangi perlu mengubah pola pemikiran yang kurang
tepat mengenai hak cipta itu sendiri, sehingga para seniman tari
Banyuwangi merasakan betapa pentingnya perlindungan hukum hak cipta
terhadap karya cipta yang telah diciptakannya dan akhirnya mendaftarkan
karya cipta tari kreasi barunya melalui hak cipta.
Untag Banyuwangi