Anda di halaman 1dari 2

1) Dimuatnya hak-hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengajukan guga

tan perdata ke pengadilan niaga dan apa yang dapat dimintakan dalam gugatan (pet
itum) merupakan wujud perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak cipta p
ada umumnya dan khususnya terhadap hak cipta atas batik dari pelanggaran-pelangg
aran yang bersifat perdata terhadap hak cipta. Meskipun tanpa pengaturan secara
khusus, gugatan semacam itu dapat diajukan ke pengadilan negeri dengan menggunak
an Pasal 1365 KUHPer. Namun karena kini telah ditentukan secara khusus maka seng
keta perdata mengenai hak cipta berdasarkan hukum hak cipta menjadi kewenangan p
engadilan niaga semata.
2) Dalam UUHC 2002 dimuat pula hukum pidana, baik hukum pidana materiil mau
pun hukum pidana formil. Ada ketentuan Pasal hukum pidana materiil dan hukum pid
ana formil. Tindak Pidana hak cipta ditempatkan dalam Pasal 112 sampai dengan pa
sal 119 UUHC 2014 yang terdiri atas beberapa rumusan yang dimuat pada masing-mas
ing ayat. Tindak Pidana hak cipta dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum pe
ncipta atas inspirasinya yang melahirkan hak cipta dari perbuatan-perbuatan oran
g lain yang menyerang kepentingan hukum yang timbul dari hak cipta. Khususnya me
lindungi kepentingan hukum dalam hal kepemilikan dan menggunakan hak cipta oleh
pencipta atau pemegang hak cipta. Sementara hukum pidana formil hanya ada satu P
asal, yakni Pasal 110 UUHC 2014 tentang Penyidikan.
Pada UUHC 2014 pelanggaran suatu hak cipta dikategorikan sebagai delik aduan yang
dijelaskan pada pasal 120 UUHC 2014 tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam und
ang-undang ini merupakan delik aduan, Delik aduan artinya, penyelidikan dan peny
idikan oleh pihak kepolisian bersama instansi terkait atau tuntutan sanksi pidan
a dapat dilakukan oleh penuntut umum atas dasar pengaduan dari plhak-pihak yang
dirugikan, baik para pencipta, pemegang izin, warga masyarakat sebagai konsumen
ataupun negara sebagai penenima pajak. Delik aduan ini adalah dalam bentuk delik
aduan mutlak, yakni peristiwa pidana yang hanya dapat dituntut bila ada pengadu
an. Perubahan ini sebagai upaya pemerintah mengajak masyarakat untuk menghargai
dan menghormati karya ciptaan mengingat masalah pelanggaran hak cipta telah menj
adi bisnis ilegal yang merugikan para pencipta dan pemasukan pajak/devisa negara
di samping masyarakat internasional menuding Indonesia sebagai surga bagi para pe
mbajak.
Bab XIV Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur tentang kete
ntuan-ketentuan yang cukup memadai tentang penyelesaian sengketa secara perdata
dengan mengajukan gugatan ganti rugi oleh pemegang Hak Cipta atas pelanggaran H
ak Ciptanya kepada Pengadilan Niaga. Gugatan ganti rugi tersebut dapat berupa p
ermintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan dari pelanggaran H
ak Cipta atau produk Hak Terkait. Ganti rugi tersebut diberikan dan dicantumka
n sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana Hak Cipt
a dan/atau Hak Terkait, dan dibayarkan paling lama 6 (enam) bulan setelah putusa
n pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Selain gugatan ganti rugi atas pelang
garan Hak Cipta, pasal 99 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta memberikan hak kepada
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau produk Hak Terkait untuk dapat memohon putus
an provinsi atau putusan sela kepada Pengadilan Niaga untuk :
a) Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan pengumuman atau penggandaan, da
n/atau alat penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil pelangga
ran Hak Cipta dan produk Hak Terkait, atau
b) Menghentikan kegiatan pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau
penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Te
rkait
Permasalahan atau sengketa Hak Cipta mengenai seni tari kreasi baru banyuwangi j
arangsekali terjadi kasus pelanggaran hak cipta pada karya seni kreasi baru bany
uwangi, bahkan di lokasi penelitian Sanggar tari di kabupaten banyuwangi tidak a
da sengketa mengenai batik pelanggaran hak cipta itu sendiri. Hal tersebut seben
arnya dikarenakan pemahaman hak cipta yang masih rendah sehingga tindakan peniru
an atau penjiplakan terhadap gerak tari tidak dianggap sebagai suatu tindak pida
na melainkan dianggap sebagai suatu hal yang biasa dan bukan merupakan pelanggar
an. Mereka (seniman tari banyuwangi) hanya berfikir bahwa masyarakat dapat menil
ai melalui kualitas karya tari kreasi baru yang di ciptakannya.
Dengan adanya pelanggaran atas karya cipta tari kreasi baru, sanksi perdata yang
dikenakan selain dikenakan gugatan ganti rugi, seniman tari banyuwangi yang mer
asa telah dirugikan sebagai seorang pencipta atas karya tari kreasi baru ciptaan
nya berhak atas pemulihan nama baik pencipta, pembatalan hak, dan berhak untuk m
enuntut penghentian semua kegiatan pelanggaran.
Mengenai tata cara gugatan atas pelanggaran Hak Cipta, pasal 100 Undang-Undang H
ak Cipta menjelaskan :
1. Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua Pengadilan
Niaga.
2. Gugatan tersebut kemudian dicatat oleh panitera pengadilan pada
tanggal gugatan tersebut didaftarkan.
3. Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda terima yang telah
ditandatangani pada tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
4. Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan permohonan gugatan kepada
ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung
sejak tanggal gugatan didaftarkan.
5. Dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sehak gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga menetapkan hari persidangan.
6. Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak gugatan
didaftarkan.

Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa,


yang mengarahkan tindakan pemerintah berikap hati-hati dalam pengambilan keputus
an berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyeles
aikan terjadinya sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan.

Anda mungkin juga menyukai