7/Sept/2018
75
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
maka invensi yang dianggap baru apabila dengan olah pikir manusia. Dengan
invensi yang belum penah diumumkan atau pengembangan sistem hak kekayaan intelektual
tidak merupakan bagian invensi lain yang telah diharapkan akan berkembang pula SDM kita
ada sebelumnya (prior-art). terutama terciptanya budaya inovatif dan
Suatu invensi dianggap telah diumumkan inventif.7 Sangat penting dikaitkan dengan
apabila dalam jangka waktu enam bulan kenyataan terdapat begitu banyak kekayaan
sebelum permintaan ekspresi budaya alam nyata atau sumber daya alam (SDA).
tradisional diajukan, invensi tersebut telah Peran sistem perlindungan kekayaan intelektual
digunakan oleh inventornya dalam rangka dalam kaitannya dengan perlindungan
percobaan dengan tujuan penelitian dan pengetahuan tradisional, mengenai bagaimana
pengembangan. Dan persyaratan ini berlaku untuk melestarikan, melindungi dan adil dalam
apabila invensi tersebut telah dipertunjukkan penggunaannya, mendapat perhatian
dalam suatu pameran internasional yang resmi meningkat dalam berbagai diskusi kebijakan
atau diakui sebagai resmi di Indonesia atau di internasional.
luar negeri.5 Keberagaman seperti pangan dan pertanian
Invensi ekspresi budaya tradisional juga (diverse of food and agriculture), lingkungan,
dianggap telah diumukan apabila dalam jangka khususnya konservasi keanekaragaman hayati,
waktu 12 bulan sebelum aplikasi ekspresi kesehatan (health), termasuk obat tradisional
budaya tradisional ditujukan, ternyata ada (traditional medicine), hak asasi manusia dan
orang lain yang mengumumkan dengan cara isu-isu masyarakat tradisional dan aspek-aspek
melanggar kewajiban untuk menjaga perdagangan dan pembangunan ekonomi.
kerahasiaan invensi yang bersangkutan. Ini Berkaitan dengan perkembangan yang
berarti, secara implisit undang-undang ekspresi berkaitan dengan masalah perlindungan hak
budaya tradisional membatasi keberlakuan kekayaaaan intelektual yang aktual saat ini
kebaruan invensi (novelty) selama dua belas adalah pembahasan konsep kepemilikan
bulan. bersama (common heritage) terhadap
pengetahuan tradisional (traditional
B. Perlindungan Pengetahuan Tradisional knowledge), sumber daya genetika (genetic
Dalam Sistem Hak Kekayaan Intelektual resources), serta ekspresi budaya tradisional
Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah (expression of folklore).8
konsepsi yang sederhana dan logis, sebab pada Menyangkut dengan perkembangan
intinya HKI mengatur tentang penghargaan atas masalah perlindungan HKI terhadap
karya orang lain, yang dapat berguna bagi pengetahuan tradisional yang ada dan
masyarakat banyak. Ini merupakan titik awal berkembang pada masyarakat perlu
dari pengembangan lingkungan yang kondusif mendapatkan perhatian lebih agar semuanya
untuk pengembangan invensi, kreasi, dan dapat berguna bagi masyarakat luas bahkan
bentuk karya intelektual lainnya.6 bagi para pihak yang memukan hal tersebut.
Hak kekayaan intelektual bersifat privat, Bahkan badan internasional seperti WIPO
namun hak kekayaan intelektual hanya akan (General Assemblies tahun 2000) telah
bermakna jika diwujudkan dalam bentuk membentuk Inter Govermental Committee
produk di pasaran, digunakan dalam sirklus (IGC) untuk mempelajari dan mengembangkan
permintaan dan penawaran, dan karena itu ketiga bidang tersebut di atas, dalam kaitan
memiliki suatu peranan dalam bidang ekonomi. dengan perlindungan karya intelektual.
Pengembangan hak kekayaan intelektual pada Beberapa kasus populer misalnya menyangkut
hakekatnya adalah pengembangan sumber masalah penggunaan kunyit sebagai obat
daya manusia (SDM). Sebab HKI berkaitan (India) yang di ekspresi budaya tradisionalkan di
dengan produk dan proses yang berkaitan Amerika Serikat, ekspresi budaya tradisional
atas brotowali di Jepang atau juga ayahuasca di
5
Sultan Takdir Alisjahbana, Sejarah Kebudayaan Indonesia
7
dilihat dari Segi Nilai-Nilai, Dian Rakyat, Jakarta, 2000, Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, hak Kekayaan
hlm. 43. Intelektual dan Budaya Hukum, PT.Raja Grafindo Persada,
6
Agus Sardjono (II), Membumikan Hak Kekayaan Jakarta, 2005, hlm. 48.
8
Intelektual/HKI di Indonesia, CV. Nuansa Aulia, Bandung, James Danandjaya, Folklor Indonesia, Cetakan Keempat,
2009, hlm. 53. Pustaka Utama Grafiti, , Jakarta, 2002, hlm. 61.
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
daerah amazon juga di ekspresi budaya perlindungan tersebut. dalam hal ini asas
tradisionalkan di Amerika Serikat. perlindungan defensif atau defensive protection
Masalah kepemilikan bersama terhadap doctrine dan Asas Perlindungan Positif atau
pengetahuan tradisional (traditional positive protection doctrine. Bentuk asas
knowledge), sumber daya genetika (genetic perlindungan defensif dari perlindungan
resources), serta ekspresi budaya tradisional pengetahuan tradisional ini adalah berupa
tidak dapat langsung disamakan dalam sistem tindakan yang menjamin bahwa hak atas
HKI yang telah ada, disamping itu perlu pengetahuan tradisional tidak diberikan kepada
dokumentasi yang jelas untuk menyatakan pihak lain selain pemegang hak pengetahuan
bahwa suatu produk atas proses sudah secara tradisional adalah adat sebagai pemiliknya (the
tradisional hidup dan dipergunakan oleh customary traditional knowledge).10
masyarakat setempat. Pengetahuan tradisional Perlindungan pengetahuan tradisional yang
dapat dilindungi. Selanjutnya pengetahuan ditemukan oleh masyarakat perlu diperhatikan
tentang akses terhadap sumber daya genetika karena penemuan tersebut merupakan hak
memungkinkan negara pemilik sumber untuk milik dari suatu masyarakat adat yang tidak bisa
menerima bagian manfaat dari sumber diambil oleh pihak manapun. Perlindungan
tersebut. untuk tingkat Regional Asia Pasific defensif dapat juga disebut perlindungan non
seperti telah diadakan Symposium on hukum yaitu perlindungan yang diberikan
Intellectual Property Rights, Traditional kepada traditional knowledge dan ekspresi
Knowledge, and Related Issues, hasil kerjasama budaya yang sifatnya tidak mengikat. Bentuk
antara Ditjen HKI dan WIPO. perlindungan adopsi melalui internasional,
Simposium telah berhasil mengeluarkan pemerintah dan organisasi non pemerintah,
suatu report (lampiran IV) yang berisi masyarakat profesional dan sektor swasta.
rekomendasi yang menghimpun negara-negara Perlindungan ini tidak memperdulikan
Asia Pasifik, serta WIPO untuk mengambil ketentuan mana (baik nasional maupun
langkah-langkah seperti yang diinginkan di atas. internasional) yang mengatur perlindungan
Sementara itu isu-isu tentang pengetahuan pengetahuan tradisional, karena keutamaan
tradisional yang luas dan beragam (broad and dari hak atas budaya dan pengetahuan atau
diverse), yang bersinggungan dengan masalah kekayaan intelektual tradisional eksistensinya
implementasinya dalam sistem HKI. Terdapat sudah ada sebelum sistem HKI itu ada, yang
menjadi dua tema kunci yang menjadi asas kemudian terjadi pengambilalihan peran
dalam perlindungan untuk pengetahuan seolah-olah HKI mendapat tugas untuk
tradisional. Perlindungan dalam bentuk hukum memberikan pengamanan maupun
yaitu upaya melindungi traditional knowledge perlindungan.
melalui bentuk hukum yang mengikat, misalnya Traditional knowledge harus dilindungi
hukum hak kekayaan intelektual, peraturan- secara defensif, yakni untuk menjamin supaya
peraturan yang mengatur dalam hukum adat.9 pihak lain tidak dapat memperoleh HKI atas
Lebih lanjut, perlindungan dalam bentuk non traditional knowledge tersebut dan
hukum yaitu perlindungan yang diberikan perlindungan positif melalui sarana hukum HKI
kepada traditional knowledge dan ekspresi dan hukum kontrak. Usaha untuk menampilkan
budaya yang sifatnya tidak mengikat, melalui pengetahuan tradisional agar semakin dilidungi
code of conduct yang diadopsi melalui digiatkan melalui forum internasional.11
international, pemerintah dan organisasi non Beberapa upaya atau langkah perlindungan
pemerintah, masyarakat profesional dan sektor defensif ini bermaksud upaya WIPO untuk
swasta. Perlindungan lainnya meliputi kompilasi mengadministrasi sistem ekspresi budaya
penemuan, pendaftaran, database traditional tradisional (the ekspresi budaya tradisionalt
knowledge.
Perlindungan pengetahuan tradisional
10
dalam sistem hak kekayaan intelektual Suyud Margono, Op-Cit, hlm. 306.
11
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum
mempunyai asas-asas yang mendukung Intellectual Property Rights (Kajian Hukum Terhadap Hak
atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komperatif Hukum
ekspresi budaya tradisional), PT.Ghalia Indonesia, Jakarta,
9
Agus Sarjono (I), Op-Cit, hlm. 40. 2005, hlm. 246.
77
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
12 13
Suyud Margono, Op-Cit, hlm. 307. Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Op-Cit, hlm. 38.
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
yang mengandung dimensi sakral maupun pertemuan WIPO dan GRTKF (Genetic,
profan. Resources, Traditional Knowledge and Folklore).
Eksistensi pengetahuan tradisional dan Apabila ada inisiatif untuk membentuk hukum
ekspresi kebudayaan itu oleh masyarakatnya atau undang-undang berkenaan dengan
dipahami sebagai bagian integral dari pemanfaatan warisan budaya suatu
kehidupan sosial dan spiritual mereka. masyarakat, maka inisiatif itu harus dilakukan
Masyarakat tidak memandang warisan budaya dalam kerangka mendukung para pelaku seni
secara possessive (bersifat memiliki), melainkan dan tradisi dalam mempraktekan dan
sebaliknya, masyarakat justru bersifat sangat mengembangkan seni dan tradisi itu.
terbuka. Mereka tidak keberatan jika ada orang Demikian pula halnya jika inisiatif itu muncul
luar yang bukan anggota kelompok ingin belajar dengan gagasan penggunaan sistem HKI, maka
tentang pengetahuan tradisional tertentu sistem HKI itu harus dapat menjamin bahwa
maupun seni tertentu dari masyarakat yang para pelaku seni dapat menikmati kebebasan
bersangkutan. Falsafah hidup dalam berekspresi dan dapat menikmati suatu kondisi
kebersamaan (togetherness) membuat tradisi di mana mereka dapat menciptakan kreasi-
berbagi (sharing) menjadi sesuatu yang hidup. kreasi baru dalam tradisi yang bersangkutan
Kebudayaan berbagi menjadi salah satu ciri serta dapat mewariskan kemampuan kreatifnya
dari kehidupan sosial yang sangat menghargai itu untuk generasi ke generasi.
keserasian dan keharmonisan kehidupan Sistem hak kekayaan intelektual tidak
bersama. Dalam terminologi modern, hasil memungkinkan untuk terpenuhinya
kreativitas sebagaimana pandangan masyarakat persyaratan tersebut, maka seharusnya sistem
barat. Hasil kreativitas individu dan hak kekayaan intelektual tidak dipaksakan
ditempatkan sebagai wujud dharma bakti berlaku guna melindungi pemanfaatan warisan
anggota masyarakat tersebut dalam budaya sebagai sumber ekonomi baru, kecuali
14
kelompoknya. jika dimungkinkan penyesuaian di sana sini.16
Perilaku dan sikap masyarakat semacam ini Kenyataannya, muncul diskursus tentang
memang rentan untuk terjadinya perlindungan warisan budaya berupa
misapproriation atas warisan budaya mereka pengetahuan tradisional dan ekspresi
yang dilakukan oleh orang-orang yang hanya kebudayaan lebih disebabkan karena faktor
memandang keuntungan pribadi sebagai tujuan luar. Faktor itu terutama berkenaan dengan
serta kepentingan tertentu. Di sinilah faktor penggunaan atau pemanfaatan secara tanpa
hukum memiliki peran untuk menentukan hak oleh pihak luar yang menggunakan warisan
warisan budaya dari sisi kewenangan budaya suatu masyarakat namun kemudian
perlindungan dan hak dalam arti siapa yang mengklaim sebagai milik individu mereka.
memiliki ataupun memanfaatkannya. Pembahasan tentang perlunya perlindungan
Hukum juga memandang warisan budaya bagi pengetahuan tradisional telah menjadi isu
dari aspek perlindungan, berupa bagaimana penting dalam pertemuan-pertemuan dewan
memberikan perlindungan hukum yang tepat HKI di WTO. Adanya perdebatan panjang ini
dan benar, serta dipahami oleh anggota lebih banyak berkenaan dengan perlu tidaknya
masyarakat itu sendiri. Faktor hukum dalam perlindungan pengetahuan tradisional diatur
konsepsi dan sistem hukum HKI sendiri atau dimasukkan ke dalam perundang-
menitikberatkan suatu karya baru, namun undangan HKI masing-masing negara anggota.
secara khusus disini ialah aspek perlindungan Telah terjadi tarik ulur kepentingan antara
hukum terhadap pengetahuan tradisional.15 negara maju dan negara berkembang dalam hal
Dikaitkan dengan sistem perlindungan HKI perlindungan terhadap pengetahuan
terhadap karya atau pengetahuan tradisional tradisionalnya. Tarik ulur kepentingan yang
yang telah dikenal sebelumnya atau lampau. terjadi ini merupakan konsekuensi adanya
Dalam forum Internasional, wacana globalisasi ekonomi dengan motor liberalisasi
perlindungan pengetahuan tradisional dan
ekspresi kebudayaan dibicarakan dalam 16
Agus Sadjono, Warisan Budaya Indonesia Sumber
Ekonomi Telaah Aspek Hukum, Makalah Seminar Pekan
14
Suyud Margono, Op-Cit, hlm. 309. Produk Budaya Indonesia, Rabu 11 Juli 2007, Jakarta, hlm.
15
Ibid, hlm. 310. 3.
79
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
perdagangan dan keuangan yang tidak selalu prinsipnya penerapan ekspresi budaya
memberikan keuntungan bagi semua orang di tradisional menerapkan sistem terbuka,
bumi ini.17 yaitu bahwa setiap invensi di bidang
Perjanjian TRIPs yang telah berlaku bagi ekspresi budaya tradisional dapat di ekspresi
negara-negara berkembang termasuk Indonesia budaya tradisionalkan, walaupun ternyata
namun tidak serta merta dapat memacu inovasi tidak semua invensi itu dapat di ajukan
yang lebih besar di negara-negara berkembang. permohonan ekspresi budaya tradisional.
Banyak persyaratan terhadap suatu inovasi Perlindungan ekspresi budaya tradisional
dapat bernilai ekonomis yang didasarkan pada terhadap invensi tersebut dapat berupa
kemajuan pendidikan dan penguasaan ekspresi perlindungan terhadap prosesnya maupun
budaya tradisionalyang belum dikuasai oleh produk yang di ekspresi budaya
negara-negara berkembang. tradisionalkan
Tidak banyak bukti yang menunjukkan 2. Perlindungan pengetahuan tradisional
bahwa TRIPs telah mendorong pengalihan dalam sistem haki berkaitan erat dengan
ekspresi budaya tradisionaldari negara industri bagaimana untuk melestarikan, melindungi
ke negara berkembang. Kenyataan di atas tentu dan adil dalam penggunaannya,
bukan alasan untuk menentang sistem HKI, mendapatkan perhatian meningkat dalam
namun harus dimanfaatkan sebagai ruang berbagai diskusi kebijakan internasional.
untuk meningkatkan daya saing negara Bentuk perlindungan untuk pengetahuan
berkembang untuk memajukan HKI yang lahir tradisional dapat dilakukan dengan
dari pengetahuan tradisional yang harus menggunakan dua macam model yaitu
dilindungi. perlindungan dalam bentuk hukum dan
Peran negara (dalam hal ini pemerintah) perlindungan dalam bentuk non hukum.
menjadi penting dalam rangka mewujudkan Dalam perlindungan pengetahuan
perlindungan pengetahuan tradisional. Negara tradisional ini didukung dengan
yang menjalankan fungsi sebagai pengatur menggunakan asas perlindungan defensif
(regulator) juga harus memainkan peran (defensive protection doctrine) dan asas
pentingnya sebagai penyedia (provider). Negara perlindungan positif (positive protection
dalam hal ini pemerintah harus menjadi doctrine).
penyeimbang (balancer) bagi berbagai
kepentingan masyarakat. B. Saran
Berjalannya fungsi yang demikian dalam 1. Diharapkan pemerintah dapat segera
dunia ekonomi, khususnya yang berkenaan menetapkan undang-undang mengenai
dengan keberadaan HKI pengetahuan ekspresi budaya di Indonesia. Agar dengan
tradisional, akan membawa konsekuensi pada hal tersebut masyarakat mendapatkan
keadilan ekonomi dan demi sebesar-besar kepastian hukum akan perlindungan
kemakmuran rakyat. Prinsip inilah yang menjadi ekspresi budaya tradisional di Indonesia.
landasan politik hukum perekonomian 2. Diharapkan indonesia tetap harus
Indonesia termasuk di dalamnya hal-hal yang berpartisipasi aktif pada tingkat
berkenaan dengan perlindungan hukum internasional dalam rangka sebagai negara
terhadap HKI pengetahuan tradisional. yang ikut serta memberikan perhatian dan
mempertimbangkan hak-hak masyarakat asli
PENUTUP khususnya berkaitan dengan perlindungan
A. Kesimpulan pengetahuan tradisional di bidang hak
1. Perlindungan ekspresi budaya tradisional kekayaan intelektual.
menurut Hak Kekayaan Intelektual yakni
diberikan untuk satu invensi. Ekspresi DAFTAR PUSTAKA
budaya tradisional di Indonesia pada Agus Sardjono, Warisan Budaya Indonesia
Sumber Ekonomi Telaah Aspek Hukum,
17
Ida Susanti dan Bayu Seto, Aspek Hukum dari Makalah Seminar Pekan Produk Budaya
Perdagangan Bebas, Menelaah Kesiapan Hukum Indonesia, Rabu 11 Juli 2007, Jakarta.
Indonesia dalam Melaksanakan Perdagangan Bebas, Aulia, M. Zulfa, Perlindungan Hak Kekayaan
Percikan Gagasan tentang Hukum IV, PT. Citra Aditya
Intelektual atas Pengetahuan
Bakti, Bandung, 2003, hlm. 1.
Lex Privatum Vol. VI/No. 7/Sept/2018
81