PENDAHULUAN
Hak Kekayaan Intelektual merupakan salah satu hak kekayaan yang dimiliki
oleh manusia yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual atau akal
ini bahasan mengenai topik Hak Kekayaan Intelektual selanjutnya disebut HKI
sedang menghangat dengan adanya kasus penciplakan karya cipta di bidang seni batik
telah memiliki ide atau gagasan mengenai sesuatu hal sehingga timbul hak-hak
yang bersifat imateriil dan dapat diterima oleh nalar manusia. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa HKI merupakan hak milik terhadap benda tidak
ketrampilan, dan lain-lain yang tidak mempunyai bentuk tertentu (Ditjen HKI,
2005:26).
menjadi resah, pasalnya kasus ini bukan kali pertama negara tetangga Malaysia
mengklaim dirinya sebagai pemilik karya cipta terutama di bidang kesenian, baik seni
1
musik, kesenian reog, batik tradisional hingga makanan khas Indonesia “tempe”.
Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan
Batik adalah salah satu hasil ciptaan intelektual manusia yang menjadi ciri khas
dari suatu daerah. Kekayaan intelektual ini telah menjadi bagian dari budaya
pemerintah. Banyak motif Batik yang memiliki nilai seni yang cukup tinggi dan
mempunyai nilai filosofi diberbagai daerah yang ada di Indonesia telah didaftarkan
sebagai milik orang asing. Keadaan ini harus mendapat perhatian serius dari semua
pihak. Batik merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa yaitu: “Ba” atau “mba”
yang merupakan awalan umum dalam bahasa Jawa yang berarti akan melakukan
sedangkan kata “Tik” berarti titik, jadi batik artinya membuat titik. Batik sendiri pada
dasarnya terdiri dari dua (2) goresan dasar yaitu titik dan garis, dari dua goresan
belakang sosial, budaya, ekonomi, dan geografi suatu daerah. Daerah penghasil batik
Tuban.
1
Afrillyanna Purba, dkk, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 1
2
Hak kekayaan intelektual merupakan padanan kata dari istilah Intellectual
Property Right atau lebih dikenal dengan istilah HAKI atau HKI . Istilah tersebut
terdiri dari tiga kata kunci, yaitu: Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan
merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Adapun
kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya
pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, dan
atau kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut, yang diatur
Artinya, seorang pencipta yang tidak mendaftarkan Hak Cipta juga mendapatkan
Undang Hak Cipta melindungi Pencipta, terlepas apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau
tidak. Manfaat pendaftaran yaitu tetap dianggap sebagai pencipta, sampai ada pihak yang
pihak lain, bukan pada pihak yang telah mendaftarkan Hak Cipta. Perlindungan hukum
yang diberikan ini berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban atas kekayaan
penemuannya dengan perasaan aman, dilain pihak penemu juga harus menjalankan
2
http://home.indo.net.id dikunjungi tanggal 20 Maret 2017
3
1.2 Rumusan Masalah
Cipta ?
Agar dalam melakukan penulisan tidak menyimpang dari judul yang dibuat,
permasalahan dan mempersempit ruang lingkup, yang dalam hal ini adalah mengenai
terhadap karya seni batik dan upaya pemerintah dalam mencegah terjadinya
pengkaliaman terhadap karya seni batik. Karya seni batik merupakan hak cipta yang
Penelitian ini pada dasarnya merpakan suatu kegiatan ilmiah yang didasari pada
metode sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk menemukan gejala
4
hukum dan menganalisanya. Penulisan ini termasuk jenis penulisa hukum yuridis
yang dibahas serta melihat kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian
hukum empiris pada dasarnya adalah meneliti tentang hukum dengan prosesnya,
hukum dalam interaksinya, hukum dalam penerapannya dan atau pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai sejarah ciptaan batik pada awalnya merupakan “ciptaan” khas bangsa
Indonesia yang dibuat secara konvensional. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta
yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
seni, baik pada motif, gambar, maupun komposisi warnanya. Menurut teminologi,
batik adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan alat canting atau
2014 tentang Hak Cipta, mengenai criteria keaslian ditegaskan dalam pasal 1 angka 3,
bahwa Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang dihasilakan atas ispirasi,
diekspresikan dalam bentuk nyata.4 Dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf q Undang-Undang
3
A.N Suyanto, Sejarah Batik Yogyakarta, Merapi, Yogyakarta, 2002, hlm. 101
4
Ni Ketut Supasti Darmawan, dkk, Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Deepublish
(Grup Penerbitan CV Budi Utama), Yogyakarta 2016, hlm. 36
6
“Ciptaan atau karya cipta yang mendapatkan perlindungan Hak Cipta adalah
karya cipta yang dalam penuangannya harus memiliki bentuk yang khas dan
intelektual manusia yang mendapat perlindungan hak cipta adalah karya dibidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang sudah berujud kara nyata (expression work)
bukan ide semata, yang menunjukkan kaslian (orisinal) dan khas sebaga ciptaan
mengatur bahwa karya/ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu
a) Buku, pamphlet, perwajahan, karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f) Karya seni rupa dengan segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
5
Ibid
7
h) Asitektur;
i) Peta;
k) Karya fotografi;
l) Potret;
m) Karya sinematografi;
budaya tradisional;
p) Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
s) Program computer.
Pencipta yang telah melahirkan karya cipta akan memiliki hak hkusus atau hak
Cipta, lingkup hak yang dimiliki oleh Pecipta/Pemegang, Hak Cipta atas karya
ciptaan adalah sebagai berikut: Pencipta atau Pemegang Hak Cipta berhak
8
secara otomatis, serta berhak unutk memberikan izin atau melarang orang lain yang
Perlindungan hukum terhadapp hasil karya cipta diperoleh oleh pencipta secara
otomatis, artinya tana melalui proses pendaftaran terlebih dahulu pencipta secara
otomatis sudah mendapat perlindungan hukum atas karya ciptanya begitu karya
tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk karya cipta nyata (expression work).
Menurut konsep perlindungan ini, Hak Cipta boleh dicatatkan boleh juga tidak.
Pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait diatur dalam Pasal 64 sampai dengan
Pasal 79 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 64
ayat (2) menyebutkan bahwa pencatatan suatu ciptaan tidak merupakan suatu
kewajiban. Jadi, berdasarkan ketentuan tersebut pencatatan Hak Cipta bersifat tidak
7
mutlak. Meskipun menurut hukum Hak Cipa perlindungan Hak Cipta bersifat
otomatis yang diperoleh oleh pencipta sejak ciptaan lahir, dan tidak harus mealui
proses pencatatan atau dalam kelompok HKI lainnya dikenal dengan sebutan
pendaftaran, namun kalau dilakukan pencatatan atau pendaftaran itu akan lebih baik
nada bukti formal sebagai anggapan adannya hak cipta jika tidak terbukti sebaliknya.
Dengan adanya proses pencatatan jika terjadi peniriuan atau penjiplakan karya
cipa, si pencipta lebih mudah membuktikan dan mengajukan tuntutann, karena ada
6
Ibid, hlm.38
7
Ibid, hlm.39
9
bukti formal pendaftaran. Dalam Undang-Undang Hak Cipta, selain mengatur
perlindungan karya cipta yang bersifat individual, juga mengatur perlindungan atas
Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur tentang Ekspresi Budaya Tradisionaldan Hak
Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui. Pasal 38 ayat (1) menngatur
bahwa Hak Cipta atas ekspresi udaya tradisional dipegang oleh negara.8
Menurut sifatnya Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang dapat
beralih atau dialihkan baik mellaui proses pewarisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian
tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan (Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.9
Jangka waktu perlindungan karya seni batik diatur dalam Pasal 58 ayat (1)
bahwa:
pengetahuan;
8
Ibid, hlm.40
9
Ibid
10
e) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
g) karya arsitektur;
h) peta; dan
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh)
tahun berikutnya.”
Pelanggaran Hak Cipta serta penyelesaian sengketa Hak Cipta diatur dalam
menyebutkan bahwa:
Pengadilan Niaga.
(4) Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk
11
Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui
Upaya Pencegahannya
lain yaitu :
1) Tidak adanya aturan yang jelas untuk mengatur bagaimana jalanya perli
2) Realitas membuktikan bahwa pemuda saat ini telah banyak yang melupa
kan dan tidak acuh atas eksistensi budaya Indonesia. Apresiasi yang
bahwa budaya local itu kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik
generasi tua.
12
4) Kurangnya sosialisasi budaya Indonesia dalam media. Padalah peran
dan Malaysia itu sama semua jadi klaim mengklaim itu tidak salah di
mata Malaysia).
dunia).
negara Malaysia.
bekerja di luar negeri. Bahkan banyak pula yang telah menetap di sana
13
menutup kemungkinan akan diikuti perpindahan budaya. Budaya-
Indonesia dengan Malaysia dari factor kesamaan alat musik nada sebuah
malaysia.
tanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak
14
2. Faktor Eksternal Penyebab Pengklaiman Budaya Indonesia oleh
politik hukum nasional, sehingga untuk mengatasi masalah pengklaiman budaya ini,
dialog dengan pihak diplomatic negara Malaysia. Namun pada saat itu, pihak
diplomatic Malaysia mengatakan bahwa ini hanya sebuah kesalah pahaman dan pihak
pemerintah Indonesia juga sudah mengirimkan bita dialog kepada pihak diplomatic
Malaysia akan tapi tidak diguubris. Sedangkan, Presiden kita hanya meminta
15
masyarakatnya untuk bersabr setelah sebelumnya mengatakan hal yang sama kepada
public. Sangat disayangkan, terlihat di sini ada ketidaktegasan dari pemerintah kita.
2) Keaneragaman budaya Indonesia yang terdiri dari ribuan etnis harus bias
3) Perlu adanya tindakan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya
berkesinambungan.
budaya tradisional.
16
akan terus berkelanjutan dan meningkat seiring perkembangan zaman.
secara kreatif dan inovatif agar generasi muda tertarik untuk mempelajari
senii dan budaya tradisional dan mengikis anggapan bahwa seni budaya
7) Pemerintah cepat dan tegas menanggulangi jika terjadi pencurian atau klaim
budaya Indonesia oleh bangsa asing. Dan kasus-kasus yang sudah terlanjur
berkarya karena takut karyannya di klaim oleh bangsa lain. Penegak hukum
harus tegas menindak para pembajak yang terjadi di Indonesia, agar kita
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu Pasal 40 huruf j karya seni
batik merupakan hak cipta yang dilindungi. Hak Cipta mempunyai hak
khusus yaitu hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dan jangka waktu
negara luar seperti Malaysia terhadap karya seni batik Indonesia terdapat
dua factor yaituu factor eksternal dan factor internal. Salah satu upaya
3.2 Saran
Adapun saran kami dalam kasus pengklaiman tersebut adalah setiap masyarakat
tidak terjadi pengkaliaman oleh negara lain. Dan pemerintah harus lebih
tradisional.
18
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Afrillyanna Purba, dkk, 2005, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Ni Ketut Supasti Darmawan, dkk, 2016, Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual (HKI),
Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama), Yogyakarta.
Perundang-Undangan
19