Indonesia
Abstract
Every businessman always innovates to distinguish his creations from others, including batik
entrepreneurs in Indonesia. The results of innovations and creations that are traded must have
economic value or can be used by the owner for profit or commercially useful to increase their
profits. Various efforts were made by the owner of the innovation to protect his innovation
from being used by others without the permission of the owner of the innovation, or what is
known as copyright. In this article the author will discuss the protection and regulation of
HakCipta/2020/PN.Niaga.JKT.PST.
1
Michael Endha Bastari Barus, Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
michaelendha@gmail.com
Abstrak
Setiap pelaku usaha selalu berinovasi untuk membedakan kreasinya dengan pelaku usaha lain,
termasuk para pengusaha batik di Indonesia. Hasil Inovasi dan kreasi yang diperjual belikan
tersebut tentunya memiliki nilai ekonomi atau dapat digunakan oleh pemiliknya untuk
keuntugannya. Berbagai upaya dilakukan oleh pemilik inovasi tersebut untuk melindungi
inovasinya agar tidak dipergunakan oleh orang lain tanpa seijin dari pemilik inovasi tersebut,
atau yang disebut hak cipta. Pada artikel ini penulis akan membahas mengenai perlindungan
dan pengaturan hak cipta di Indonesia sebagaimana dibahas dalam putusan pengadilan No.
4/Pdt.Sus-HakCipta/2020/PN.Niaga.JKT.PST.
2
A. PENDAHULUAN
Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia.
Hal ini dibuktikan dengan ditetapkannya batik sebagai Indonesian Cultural Heritage,
yaitu warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational, Scientific and
sebagai Hari Batik Nasional, yang menunjukkan apresiasi dan penghargaan terhadap
dianggap sebagai pakaian adat atau pakaian yang bersifat formal dan kaku. Batik
bahkan sudah menjadi salah satu model pakaian yang diminati oleh kalangan muda.
di Indonesia semakin berlomba- lomba untuk berinovasi dan berkreasi agar dapat
bersaing dan memasarkan produk kreasi mereka ke berbagai kalangan usia, baik tua
maupun muda. Inovasi dan kreasi para pengrajin batik tersebut dapat dikategorikan
sebagai karya seni batik, sehingga pada hakikatnya akan menimbulkan hak cipta,
sebagaimana diatur pada Pasal 40 ayat 1 huruf j Undang- Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, yang pada bagian penjelasan menyatakan bahwa karya seni
batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif, masa kini, dan bukan
tradisional. Karya tersebut dilindungi karena mempunyai nilai seni, baik dalam
berbagai inovasi dan kreasi tersebut memerlukan suatu kepastian hukum dalam bentuk
2
Iskandar dan Eny Kustiyah,”Batik Sebagai Idenditas Kultural Bangsa Indonesia di Era Globalisasi”,GEMA,THN
XXX/52/Agustus 2016-Januari 2017.
3
Lutfi Maulana Hakim,”Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa dan Nation Brand Indonesia”, Nation State,
Journal of International Studies,Vol 1, No. 1, Juni 2018.
3
Hak Cipta.4 Hak cipta tersebut merupakan suatu hak eksklusif yang didapat dari hasil
pemikiran serta kreativitas yang dapat diwujudkan dan mampu memiliki nilai
ekonomi.5
Pentingnya perlindungan hasil karya cipta sebagai ekspersi budaya karya seni
batik agar para pengrajin batik tersebut mendapatkan perlindungan hukum berkaitan
dengan hak cipta agar tidak terjadi klaim atas ciptaan karya seni batik diantara para
pengrajin yang dapat merugikan dari segi ekonomi, seperti permasalahan yang sering
terjadi yaitu hasil karya cipta batik yang dipergunakan oleh pihak lain tanpa izin atau
landasan hak yang sah dari pemilik hak cipta karya seni batik tersebut. Terkait
permasalahan hak cipta atas karya seni batik ini, penulis mengambil contoh kasus pada
perlindungan hak cipta di Indonesia dan analisis terhadap putusan hakim terhadap kasus
Cipta/2020/PN.Niaga.JKT.PST.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat ditarik
rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini yaitu :
4
Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, Visimedia, Jakarta, hlm.9.
5
Andy Noorsman Sommeng, Penegakan Hukum di Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2007, hlm.10.
4
2. Bagaimana analisis terkait pertimbangan hakim dalam kasus putusan No.
4/Pdt.sus-hak Cipta/2020/PN.Niaga.JKT.PST?
perlindungan penerapan ide, kreasi, maupun inovasi yang memiliki nilai ekonomi atau
komersial. Hak kekayaan intelektual adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan
diperlakukan sama dengan bentuk- bentuk kekayaan lainnya. 6 Hak kekayaan intelektual
juga dapat diartikan sebagai hasil proses kemampuan berpikir manusia yang dijelmakan
Hak Kekayaan Intelektual secara garis besar juga dapat diartikan sebagai hak
yang berasal dari karya, karsa, cipta manusia karena berasal dari kemampuan
intelektual manusia dan merupakan hasil dari kegiatan kreatif suatu kemampuan daya
pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya,
yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia juga
mempunyai nilai ekonomi. Hal yang terpenting dari setiap bagian hak kekayaan
intelektual adalah adanya suatu ciptaan tertentu. Bentuk nyata dari ciptaan tersebut bisa
Hak kekayaan intelektual dan hak cipta merupakan suatu hak milik. Karena
itu Hak kekayaan intelektual bersifat khusus karena hak tersebut hanya diberikan
kepada pencipta atau pemilik atau pemegang hak., yang dalam waktu tertentu
6
Tim Lindsey,Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, Hlm. 3.
7
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, 2007,
Bandung, hlm.9.
8
Budi Agus Riswandi, Hak Cipta di Internet : Aspek Hukum dan Permasalahannya di Indonesia, FHUII Press,
Yogyakarta, 2009, hlm. 2-3.
5
karya ciptaannya, atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakan hal- hal
tersebut.9
tentang hak cipta, Indonesia telah ikut serta menjadi anggota dalam Agreement
Rights atau Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual yang
D. Hak Cipta
Hak cipta merupakan salah satu bagian antara beberapa cabang dari Hak
Kekayaan Intelektual. Hak cipta dalam ensiklopedia diartikan sebagai hak eksklusif
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk
menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut
untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak
cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. 10 Terdapat dua unsur penting yang
harus terkandung atau termuat dalam rumusan atau terminology hak cipta, yaitu hak
moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun tidak dapat
ditinggalkan dari padanya dan hak yang dapat dipindahkan kepada pihak lain atau hak
ekonomi.11
9
Suyud Margono, Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, PT. Gramedia Widisarana
Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 19.
10
Arif Lutviansori, Hak CIpta dan Perlindungan Folklor di Indonesia,Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm.68.
11
OK Saidin, Aspek Hukum hak kekayaan Intelektual (intellectual Property Rights), Jakarta, Raja Grafindo
Persada,2015,hlm.200.
6
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 Hak cipta
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin pihak lain untuk
Hak Cipta merupakan suatu hal yang berbentuk namun tidak berwujud, hak cipta akan
muncul setelah terciptanya karya yang memiliki bentuk, nyata, dan berwujud. 13
Pengaturan mengenai objek yang memiliki hak cipta berdasarkan pasal 40 ayat
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 1.
13
Otto Hasibuan, Hak CIpta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting
Society, PT. Alumni, Bandung, 2008, Hlm. 6.
7
h. karya arsitektur;
i. peta;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
s. program komputer.
ciptaan tersebut.
Pada Prinsipnya, yang dilindungi oleh hak cipta adalah ide yang telah terwujud
dan asli. Prinsip ini adalah prinsip yang paling mendasar dari pelindungan Hak Cipta,
maksudnya yaitu bahwa Hak Cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan suatu
8
Ciptaan. Prinsip ini dapat diturunkan menjadi beberapa prinsip lain sebagai prinsip-
diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bentuk material yang lain. Ini berarti
3. Karena Hak Cipta adalah hak eksklusif dari pencipta atau penerima hak
bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak tersebut tanpa seizin
Hak Cipta timbul dengan sendirinya. Hak cipta akan muncul ketika seorang
pencipta mewujudkan idenya dalam bentuk yang berwujud, dengan adanya wujud dari
suatu ide, maka suatu ciptaan akan lahir dengan sendirinya. Suatu ciptaan tidak wajib
diumumkan untuk memperoleh suatu hak ciptaan, ciptaan tersebut dapat diumumkan
atau tidak diumumkan, tetapi jika suatu ciptaan tidak diumumkan, kedua- duanya tetap
Hak cipta bukan hak mutlak atau absolut. Hak cipta bukan merupakan suatu
monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoli terbatas. Hak cipta secara
konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sebab mungkin saja seorang
pencipta menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta lebih
dahulu, dengan syarat tidak terjadi suatu bentuk penjiplakan atau plagiat, asalkan
14
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung : PT. Alumni, 2005, Hlm. 98.
9
Ciptaan yang tercipta kemudian tidak merupakan duplikasi atau penjiplakan murni dari
Ciptaan terdahulu.
Menurut Pasal 31 Undang- undang nomor 28 tahun 2004 tentang Hak CIpta,
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi, yang dianggap sebagai
pencipta adalah orang yang Namanya disebut dalam ciptaan, dinyatakan sebagai
pencipta suatu ciptaan, disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan, dan atau tercantum
dalam daftar umum ciptaan sebgaia pencipta. Pemegang hak cipta adalah pencipta
sebagai pemilik hak cipta dan pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari
pencipta.
undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, dilakukan dengan cara :
dan
c. membayar biaya.
Pemegang hak cipta berhak memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan
Surat Perjanjian Lisensi. Adapun tujuan pemberian lisensi adalah untuk memberi
10
kesempatan kepada pihak yang bukan pencipta atau pemegang gak cipta untuk
memanfaatkan hasil ciptaan pencipta dan bagi pencipta dapat menerima imbalan atau
royalti atas ciptaannya. Perjanjian Lisensi wajib dicatatkan dikantor hak cipta agar
Artinya, seorang pencipta yang tidak mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan
mendaftarkan ciptaannya atau tidak. Manfaat pendaftaran yaitu tetap dianggap sebagai
pencipta, sampai ada pihak yang dapat membuktikan sebaliknya di pengadilan. Beba n
pembuktian di pengadilan berada di pihak lain, bukan pada pihak yang telah
Salah satu contoh kasus terkait dengan Hak Cipta terdapat dalam Putusan
dengan para pihaknya yaitu Deddy Fan Bintoro sebagai Penggugat dan Dedi Krisniadi
sebagai Tergugat. Adapun kasus posisi dalam putusan adalah sebagai berikut :
1. Pada tanggal 10 Oktober 2010, penggugat telah membeli motif batik Tunas
Harapan Bangsa dari Alm Mulyana sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta
Rupiah).
15
Eddy Pelupessy, Hak Kekayaan Intelektual, Malang,Intelegensia Media,2017,hlm. 13-14.
16
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm.118-119.
11
2. Motif batik tunas harapan bangsa tersebut dikembangkan oleh Penggugat
3. Sehingga terhadap motif batik tunas harapan bangsa telah menjadi suatu
ciptaan tersendiri dari penggugat sesuai dengan pasal 1 ayat (3) undang-
undang No. 28 tahun 2014 tentang hak cipta yang menyatakan “Ciptaan
adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
motif batik tunas harapan bangsa, maka penggugat termasuk dalam definisi
pencipta sesuai pasal 1 ayat 2 UU No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Maka penggugat adalah pemegang hak cipta yang sah atas motif batuk tunas
harapan bangsa.
untuk pertama kalinya diumumkan motif batik tunas harapan bangsa yang
telah dilakukan perubahan. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang
6. Bahwa tergugat telah melakukan pencatatan ciptaan pada tahun 2011 dan
12
motif batik tunas harapan bangsa yang telah dikembangkan dan dikreasikan
tersebut.
Pada putusan ini, Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan bahwa :
Sengketa terkait Hak Cipta yang terjadi antara Dedy Fan Buntoro sebagai
penggugat atau tergugat rekonvensi dan Dedi Krisniadi sebagai tergugat atau
penggugat rekonvensi yang telah diputus oleh Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Pada putusan hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat ini, majelis hakim
dapat dipisahkan dari bagian putusan tersebut. Ditinjau dari formulasinya, putusan
13
hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 4/Pdt.Sus-
sebagai berikut :
atas Motif Batik Tunas Harapan Bangsa. Penggugat sudah terlebih dahulu
mengumumkan motif batik tunas harapan bangsa yang telah dikembangkan dan
dikreasikan pada tanggal 10 Oktober 2010, sehingga pendaftaran hak cipta nomor
050096 tertanggal 15 Maret 2011 dengan atas nama Tergugat harus dibatalkan
Sehingga jumlah kerugian Penggugat yang harus dibayarkan oleh tergugat adalah
Jendral Hak Kekayaan Intelektual, dalam hal ini adalah Direktur Hak Cipta, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit terpadu dan Rahasia Dagang,untuk tunduk dan
taat kepada putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan
3. Atas gugatan Penggugat tersebut, tergugat telah mengajukan jawaban, yang apda
pokoknya pendaftaran ciptaan nomo 050096 tertanggal 15 Maret 2011 atas nama
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
14
yang berlaku pada saat itu, sehingga telah memenuhi persyaratan administrative
maupun ketentuan hukum untuk didaftar sesuai Undang- Undang Hak CIpta,
terdaftar pada tanggal 15 Maret 2011, namun Tergugat telah memiliki hak Ekslusif
sejak ciptaan Tergugat dipublikasikan dan diwujudkan untuk pertama kalinya yaitu
4. Dalam putusan ini tergugat menytakan Penggugat tidak mempunyai hak apapun
atas Ciptaan tersebut, sehingga alasan yang dikemukakan Penggugat dalam gugatan
Tergugat, telah ada hubungan dagang antara Penggugat dan Tergugat dimana
Penggugat merupakan salah satu pelanggan yang membeli atau memesan kain batik
dari Tergugat dengan motif berupa Hak Cipta terdaftar nomor 050096 milik
Tergugat.
5. Berdasarkan dali- dalil Penggugat dan Tergugat tersebut, selanjutnya majelis hakim
harus dipenuhi oleh suatu surat gugatan, khususnya menyangkut adanya korelasi
atau hubungan timbal balik yang jelas antara identitas dan kedudukan hukum dari
para pihak, baik Penggugat maupun Tergugat, uraian atau posita gugatan dan
tuntutan yang diuraikan dalam petitum gugatan. Dalam hal ini, majelis hakim dalam
6. Sengketa dalam perkara ini adalah mengenai pembatalan hak cipta, sebagaimana
diatur dalam pasal 97 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
bahwa :
15
a. Dalam hal Ciptaan telah dicatat menurut ketentuan Pasal 69 ayat (1), pihak lain
gugatan yang seharusnya ditujukkan kepada pencipta dan/ pemegang hak cipta
Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit terpadu dan Rahasia
Dagang disatu sisi tidak terlibat sebagai pihak dalam perkara, sementara disisi lain
pihak Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit terpadu dan
Rahasia Dagang, dimohonkan untuk dihukum untuk tunduk dan taat pada
yang demikian itu tidak memiliki korelasi atau hubungan timbal balik yang jelas
Penggugat adalah bersifat kabur dan tidak jelas adalah keberatan yang berdasar
hukum dan dapat diterima. Selanjutnya gugatan Penggugat tersebut aalah termasuk
gugatan yang tidak memenuhi syrata formal dan oleh karenanya harus dinyatakan
8. Karena keberatan Penggugat dikabulkan, maka majelis hakim tidak perlu lagi
Rekonvensi ini lahir dari adanya Gugatan Konvensi yang telah dinyatakan Tidak
16
Dapat Diterima tersebut, maka dengan demikian, Gugatan Rekonvensi yang
diajukan atau lahir dari Gugatan Konvensi yang telah dinyatakan Tidak Dapat
Diterima, maka dengan demikian Gugatan Rekonvensi yang demikian, harus pula
9. Pertimbangan hakim ini juga didasarkan pada Penggugat yang mendalilkan bahwa
Penggugat terlebih dahulu mengumumkan atas motif batik Tunas Harapan Bangsa
yang telah dikembangkan dan di kreasikan yakni pada tanggal 10 Oktober 2010.
Penggugat telah menggunakan Motif Batik Tunas Harapan Bangsa yang telah
2019, sehingga Perlindungan hukum atas suatu ciptaan bersifat otomatis yaitu suatu
pendaftaran ciptaan hanya merupakan suatu anggapan hukum atas suatu karya cipta
sehingga suatu ciptaan tersebut meskipun sudah terdaftar maupun belum terdaftar
tetap dilindungi secara hukum, dengan telah diumumkannya pertama kali motif
batik tunas harapan bangsa tersebut sejak tanggal 10 oktober 2010 maka secara
pencatatan saja. Pertimbangan hakim ini sudah sejalan dengan ketentuan pasal 40
ayat 3 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menyatakan
bahwa Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman tetapi
17
tersebut. Selanjutnya pada bagian penjelasan juga dinyatakan bahwa pada
prinsipnya hak cipta diperoleh bukan karena pendaftara. Pendaftaran ciptaan hanya
merupakan anggapan hukum. Hal ini dikarenakan hak cipta merupakan hak
eksklusif yang melekat pada diri penciptanya, dimana apabila pihak- pihak yang
ini Penggugat tidak dapat membuktikan dalilnya sebagai pencipta, salah satunya
dan pernah melakukan pembelian atau pemesanan batik yang telah didaftarkan oleh
Tergugat.
10. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menangani sengketa pendaftaran
dengan ketentuan dan undang- undang yang berlaku. Dalam putusannya, majelis
hakim menyatakan tidak dapat diterima gugatan yang diajukan oleh Penggugat.
Alsan majelis hakim untuk tidak menerima gugatan tersebut adalah benar, karena
pihak Penggugat telah gagal untuk membuktikan korelasi antara dalil atau
hubungan timbal balik yang jelas antara subjek, posita dan petitum gugatan. Dalam
hal ini majelis hakim tidak melihat adanya keterlibatan Direktur Hak Cipta, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit terpadu dan Rahasia Dagang dalam sengketa
tersebut.
Pusat tersebut, maka sengketa pendaftaran hak cipta yang terjadi antara Dedy Fan
yang berlaku. Meskipun dalam putusan tersebut majelis hakim menyatakan bahwa
gugatan tidak dpat diterima, namun majelis hakim dalam pertimbangannya tetap
18
merujuk pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hal ini
sudah tepat, karena meskipun hakim dapat melakukan penafsiran hukum maupun
membuat suatu hukum, namun dalam sengketa ini majelis hakim tidak memutuskan
untuk melanjutkan persidangan ke tahap pokok perkara karena jelas bahwa apabila
gugatan tidak memenuhi syarat formil maka gugatan tersebut harus dinyatakan
G. Kesimpulan
1. Perlindungan terhadap hak cipta ini penting karena menyangkut kepemilikan suatu
barang atau jasa yang diperdagangkan ataupun yang memiliki nilai ekonomis.
keuntungan atas ciptaan orang lain, baik dilakukan dengan cara yang sah misalnya
dengan melakukan pembelian izin atau cara- cara sah lain sebagaimana diatur
dalam undang- undang, maupun dengan cara yang tidak sah. Hak cipta pada
dasarnya tidak wajib untuk didaftarkan, melainkan dapat didaftarkan dan bersifat
ciptaan dalam daftar umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas
isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang didaftar. Dasar pemberian hak cipta
bukan terletak pada pendaftarannya, tetapi pada kreasi atau ide yang diwujudkan
2. Dalam Putusan majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 4/Pdt.Sus-
Buntoro dan Dedi Krisniadi telah sesuai dengan peraturan perundang- undangan
dan ketentuan yang berlaku serta tidak memihak. Majelis hakim meskipun
19
menyatakan gugatan tidak dapat diterima, namun tetap merujuk Undang- Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak CIpta. Dengan demikian, kedepannya peraturan
perundang- undangan mengenai Hak CIpta tersebut dapat menjadi acuan bagu
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Lindsey, Tim. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung : PT. Alumni, 2006
Lutviansori, Arif. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu,
2010
Hasibuan, Otto. Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Margono, Suyud, Amir Angkasa. Komersialisasi Aset dan Intelektual Aspek Hukum Bisnis.
Muhammad, Abdulkadir. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung : PT.
Riswandi, Budi Agus. Hak Cipta di Internet : Aspek Hukum dan Permasalahannya di
Saidin, O. K. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights). Jakarta :
21
Sommeng, Andy Noorsman. Penegakan Hukum di Bidang Hak Kekayaan Intelektual.
Sutedi, Adrian. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta : Sinar Grafika, 2009.
Tim Visi Yustisia. Panduan Resmi Hak Cipta. Jakarta : Visimedia, 2009.
Jurnal
Hakim, Lutfi Maulana.Batik sebagai Warisan Budaya Bangsa dan Nation Brand Indonesia.
Iskandar dan Eny Kustiyah. Batik sebagai Idenditas Kultural Bangsa Indonesia di Era
Undang- Undang
Indonesia, Undang- Undang Hak Cipta. UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014.
22