ratiharnisa231101@gmail.com
muhammadnazili52@gmail.com
ABSTRACT
Copyright is the exclusive right of the creator that arises automatically based on declarative
principles. Copyright has differences with other intellectual property rights that need to be
registered. The emergence of copyright on the basis of an idea that is realized in a tangible
form which then gets exclusive rights by itself. The exclusive rights of copyright are divided
into two rights, namely moral rights and economic rights. Moral rights are the rights of every
person to the copyrighted work they produce not to be changed by anyone, even though the
copyright of the work has been handed over to other parties. Economic rights are the
exclusive rights of the creator to obtain economic benefits from his creation.
ABSTRAK
Hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif. Hak cipta memiliki perbedaan dengan hak kekayaan intelektual lainnya yang perlu
dicatatkan. Timbulnya hak cipta atas dasar ide yang diwujudkan dalam bentuk nyata yang
kemudian mendapatkan hak eksklusif secara sendirinya. Hak eksklusif dari hak cipta terbagi
atas dua hak, yaitu hak moral dan hak ekonomi. Hak moral merupakan hak setiap orang
terhadap karya cipta yang dihasilkannya untuk tidak diubah siapapun, walaupun hak cipta
karya tersebut telah diserahkan kepada pihak lain. Hak ekonomi adalah hak eksklusif
pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaannya.
1
Member of Pseudorechtpraak, Faculty of Law Diponegoro University
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang dilahirkan dengan akal budi untuk
berpikir kreatif dalam menciptakan suatu karya. Hasil karya cipta memberikan
pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, karya cipta
telah melahirkan hak yang biasa disebut dengan Hak Cipta. Hak cipta merupakan
salah satu hak kekayaan intelektual yang harus dilindungi, dengan maksud untuk
memberikan apresiasi kepada pemegang hak cipta terhadap karya yang diciptakan.
Hak cipta diatur di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Hak cipta
merupakan hak yang melekat pada pencipta, hak ini dikenal dengan hak eksklusif.
Dalam hak cipta, terdapat 2 (dua) hak yang terkandung di dalamnya, yaitu hak moral
(moral rights) dan hak ekonomi (economic rights). Kekayaan intelektual merupakan
kreativitas yang dihasilkan dari olah pikir manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia.
Kasus ini bermula pada awal bulan September 2021 silam, yang mana jagat
hiburan Indonesia dihebohkan dengan munculnya grup lawak yang mirip dari segala
aspeknya dengan grup lawak yang telah lama ada yaitu Warkop DKI. Diketahui
bahwa Ketua Lembaga Warkop DKI yakni Hana Sukmaningsih yang mewakili pihak
Warkop DKI sebenarnya mengapresiasi kemunculan Warkopi sebagai bentuk
pengembangan kreativitas. Namun, kemunculan grup lawak yang baru ini, yakni
Warkopi sangat menghebohkan dunia hiburan karena grup lawak tersebut terus
2
Kompas.com. Dirjen Kekayaan Intelektual Sebut Warkopi Telah Langgar Hak Cipta. Diakses dari:
https://www.kompas.com/hype/read/2021/09/27/141748366/dirjen-kekayaan-intelektual-sebut-warkopi-telah-
langgar-hak-cipta. Pada Minggu, 14 November 2021.
mengunggah konten-kontennya melalui media sosial khususnya Instagram dan
Youtube yang membuat grup lawak ini bermunculan di layar kaca Indonesia.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa dilihat dari segala aspek, grup
lawak Warkopi ini hampir mirip dengan grup Warkop DKI. Seharusnya jika dilihat
secara etika, Warkopi ini harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak Warkop
DKI. Namun, hal tersebut tidaklah dilakukan hingga sampai Warkopi ini viral di
jagad hiburan Indonesia.
Pada 13 September 2021, pihak Warkop DKI meminta kepada pihak Warkopi
untuk melakukan take down terhadap konten-konten mereka yang telah viral tersebut.
Namun, hingga 17 September 2021, diketahui bahwa pihak Warkopi kembali
melakukan pengiriman e-mail dan ingin bertemu secara langsung dengan pihak
Warkop DKI. Dalam hal ini tidak hanya secara moral dan etika, Warkopi juga diduga
belum meminta izin hak atas kekayaan intelektual kepada Warkop DKI terhadap
kemiripan pada konten yang dibuat.
Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai pelanggaran Hak atas
Kekayaan Intelektual berupa Hak Cipta yang dilakukan oleh Warkopi terhadap
Warkop DKI dengan rumusan masalah di bawah ini.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaturan mengenai hak moral dan hak ekonomi dalam Hak atas
Kekayaan Intelektual?
2) Apakah terdapat kesamaan antara Warkopi dengan Warkop DKI?
3) Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terdapat kesamaan antara Warkopi
dengan Warkop DKI?
B. METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan
metode yuridis normatif (hukum normatif) dengan memaparkan suatu permasalahan
yang sebelumnya telah dijabarkan. Penelitian hukum normatif didasarkan pada bahan
hukum primer dan sekunder, yaitu penelitian yang mengacu kepada bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. bahan hukum primer
merupakan bahan hukum yang berasal dari hukum positif Indonesia seperti peraturan
perundang-undangan. Kemudian bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang
berasal dari buku, jurnal, dan kasus hukum. Terakhir adalah bahan hukum tersier,
yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk yang bermakna terhadap bahan hukum
primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.3 Dengan
demikian, objek suatu permasalahan hukum akan dianalisis dengan pendekatan yang
bersifat kualitatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma hukum pada
peraturan perundang-undangan.
C. PEMBAHASAN
1. Pengaturan Mengenai Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Hak atas Kekayaan
Intelektual (HKI)
Pada dasarnya manusia itu dilahirkan dengan berbagai kelebihan, baik itu
berupa cipta, rasa, maupun karsa yang disalurkan hingga orang lain juga bisa
menikmatinya. Hal inilah yang biasanya disebut sebagai karya intelektual. yang mana
kemampuan ini di bidang tertentu diarahkan pada suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu temuan. Kekayaan intelektual itu sendiri merupakan kreasi pemikiran manusia
yang terdiri atas invensi, sastra dan seni, simbol, nama, gambar serta desain yang
digunakan dalam perdagangan. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI)
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Republik Indonesia membagi Hak
atas Kekayaan Intelektual menjadi hak cipta dan hak Kekayaan Industri yang terdiri
atas Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia
3
Johnny Ibrahim, Teol & Metodologi penelitian hukum normatif, 2012, bayumedia publishing, malang.Hal 392
Dagang dan Varietas Tanaman. Suatu temuan kekayaan intelektual itu melahirkan hak
yang harus dilindungi, yaitu hak cipta. Definisi dari hak cipta ini terdapat pada Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menyatakan
bahwa hak cipta adalah hak eksklusif yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.4
Kemudian pada Pasal 4 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
“Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif
yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi”.5 Hak cipta adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Hak moral
adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan
atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah
dialihkan.6
Pengaturan mengenai hak moral berawal pada abad ke-19 di Perancis dan
dalam perkembangannya tercantum dalam Pasal 6 bis revisi Konvensi Bern 1982
yang berbunyi:
“Independently of the author’s economic rights, and even after the transfer of
the said rights the author shall have the right to claim authorship of the work
and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other
derogatory action in relation to, the said work, would be prejudicial to his
honour or reputation”.
Sehingga dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa substansi hak moral
meliputi:
4
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
5
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
6
Hendra Tanu Atmaja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common
Law. Jurnal Hukum. No. 23 Vol. 10. Mei 2003: 153-168. Diakses dari:
https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/4763/4201
a. The right to claim authorship, yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan
sebagai pencipta. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyebutkan atau
mencantumkan nama pencipta dalam ciptaan;
b. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the
work, yaitu hak pencipta untuk menolak tindakan yang dapat mendistorsi,
memotong, atau menghilangkan sebagian dari ciptaan ataupun memodifikasi
ciptaan secara sedemikian rupa sehingga merusak atau merugikan reputasi dan
kehormatan pencipta;
c. The right to object other derogatory action in relation to the said work, yaitu
hak pencipta untuk menolak segala bentuk tindakan atau perlakuan yang dapat
mengganggu atau merendahkan kehormatan dan reputasi pencipta.7
Selain itu pengaturan mengenai hak moral ini juga dapat kita lihat dalam
Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 5 yang pada intinya
menyatakan bahwa hak moral ini merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri
pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum, menggunakan nama aliasnya
atau samarannya, mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat,
mengubah judul dan anak judul ciptaan, dan mempertahankan haknya dalam hal
terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan atau hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri atau reputasinya. dalam hal ini, hak moral tidak dapat
dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia. Sehingga
dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat melepaskan atau
menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan
hak tersebut secara tertulis.
Konsep hak moral berasal dari sistem hukum eropa kontinental, negara-negara
yang menganut sistem civil law, seperti Perancis dan Jerman memfokuskan secara
7
Faiza Tiara Hapsari, Eksistensi Hak Moral Dalam Hak Cipta Di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Universitas
Diponegoro. diakses dari ejournal.undip.ac.id
eksklusif terhadap ciptaan individual, sedangkan negara-negara common law, seperti
Amerika Serikat dan Inggris memfokuskan pada kepemilikan hak cipta.
8
Eddy Damian, Hukum HakCipta menumtBeberapa KonvensiIntemasional, Undang-undangHakCipta 1997dan
Periindungannya terhadap Buku sertaPerjanjian Peneititannya (Bandung: FT. Alumni, 1999), him. 62-63.
9
Ibid, hlm. 142.
personel Dono, Kasino, dan Indro begitu melekat di dalam ingatan sejak muncul di
tahun 1980-an silam. Kemunculan grup Warkopi seperti oase sekaligus pelepas rindu
bagi penikmat aksi tiga sosok komedian tersebut. Namun, kemiripan tersebut justru
menimbulkan masalah, yakni penggunaan embel-embel Warkopi termasuk juga
penyajian konten yang dimiripkan dengan adegan-adegan film Warkop disoalkan oleh
Indro yang merupakan satu-satunya dari anggota legendaris yang tersisa.10
10
Bisnis.com, Seri Kekayaan Intelektual:Belajar dari Kasus Warkop DKI vs Warkop(i). Diakses dari: https://m-
bisnis-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20211010/16/1452525/seri-kekayaan-intelektual-
belajar-dari-kasus-warkop-dki-vs-
warkopi?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16374029872982
&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
11
Ibid.
dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang
atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.12
Mengenai merek ini Pasal 100 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menjelaskan bahwa:
“Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.
Jika mengacu pada pasal tersebut, maka seharusnya pihak Warkopi dapat
dikenakan pidana karena telah secara sepihak dan tanpa izin mendeklarasikan grup
lawak mereka ke dunia hiburan Indonesia tanpa seizin dari pihak Warkop DKI. Hal
ini dikarenakan apa yang dilakukan oleh Warkopi memiliki potensi pelanggaran Hak
atas Kekayaan Intelektual, seperti hak cipta apabila Warkopi membuat konten-konten
yang mirip dengan konten Warkop DKI yang telah ada sebelumnya. Diketahui juga
bahwa film komedi Warkop DKI telah mendapat perlindungan sebagai ciptaan
sinematografi yang berupa hak moral atas karya pertunjukan. Sangat disayangkan
sekali jika karya-karya dari Warkop DKI tidak terlindungi dari tujuan Hak atas
Kekayaan Intelektual itu sendiri.
12
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu lembaha
pengelesaian sengketa melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak, yaitu
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
Pada kasus antara Warkopi dan Warkop DKI telah dilakukan penyelesaian
sengketa melalui jalur mediasi dengan melakukan take down terhadap konten-konten
Warkopi yang sudah disebarluaskan dan bersepakat untuk menyelesaikan kasusnya
melalui salah satu mekanisme alternatif penyelesaian sengketa, yaitu mediasi.
Lembaga Warkop DKI menegaskan bahwa tidak memberi izin untuk menggunakan
nama Warkopi. Hal ini disampaikan oleh pernyataan sikap dari Satrio, yakni anak dari
almarhum Dono, yang mewakili Lembaga Warkop DKI dalam konferensi pers virtual
pada 6 Oktober 2021 yang lalu.13
13
Marvela, Tidak Beri Izin, Lembaga Warkop DKI Minta Warkopi Segera Ganti Nama. Diakses dari:
https://seleb.tempo.co/read/1514393/tidak-beri-izin-lembaga-warkop-dki-minta-warkopi-segera-ganti-nama
D. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas, antara lain:
1. Hak cipta merupakan salah satu hak atas kekayaan intelektual yang didefinisikan
sebagai hak eksklusif yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hak cipta merupakan hak eksklusif
yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi. Hak moral merupakan hak yang melekat
pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan
apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan, sedangkan hak ekonomi
adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat
ekonomi atas ciptaan.
2. Grup Warkopi menyebarluaskan konten melalui berbagai saluran media sosial yang
tidak meminta izin terlebih dahulu kepada Grup Warkop DKI yang merupakan
pemegang hak kekayaan inteletual dengan nama, merek, atau karya intelektual lainnya
seperti hak cipta. Atas hal tersebut, kesamaan antara Grup Warkopi dan Grup Warkop
DKI memiliki konsekuensinya tersendiri.
3. Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui jalur arbitrase, pengadilan,
maupun alternatif penyelesaian sengketa berupa konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli. Pencipta dapat menempuh jalur pengadilan baik dalam ranah perdata
maupun pidana. Selain itu, pihak yang merasa dirugikan harus melakukan upaya
alternatif penyelesaian sengketa sebelum menempuh tuntutan secara pidana.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Johnny Ibrahim, Teol & Metodologi penelitian hukum normatif, 2012, bayumedia publishing,
malang.Hal 392
Jurnal
Faiza Tiara Hapsari, Eksistensi Hak Moral Dalam Hak Cipta Di Indonesia, Magister Ilmu
Hukum Universitas Diponegoro. Diakses dari https://ejournal.undip.ac.id
Hendra Tanu Atmaja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil
Law dan Common Law. Jurnal Hukum. No. 23 Vol. 10. Mei 2003: 153-168. Diakses
dari: https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/4763/4201
Peraturan Perundang-Undangan
Internet
Marvela, Tidak Beri Izin, Lembaga Warkop DKI Minta Warkopi Segera Ganti Nama.
Diakses dari: https://seleb.tempo.co/read/1514393/tidak-beri-izin-lembaga-warkop-
dki-minta-warkopi-segera-ganti-nama. Pada Minggu, 14 November 2021.