Nafas kami terengah Dari serakah penjajah hati rakyat
Jerit kami tertahan Kemana kami harus salurkan aspirasi?
Jiwa kami meronta Dimana kami dapatkan keadilan sejati?
Batin kami mengangis Bukan janji janji yang kami nanti
Tapi keadilan yang kami cari
Para Pedasi disegani
Pejalan kaki dicaci Wahai penguasa negeri
Kekayaan bebas membungkam Dengarkanlah jeritan kami..!
Kebenaran hilang diabaikan
Analisis unsur intrinsik puisi
Para terhormat urus surat dipercepat “Wong Cilik”
Kalangan melarat diperlambat 1. Tema
Tema Umum Bukan pelayanan masyarakat Tema umum dari sajak ini Tapi pengabdian buat pejabat adalah keadilan Tema Khusus Sajak “Wong Cilik” ini adalah Ratusan amplop terkantongi sebagai bentuk ekspresi kesedihan dan sebagai bentuk Puluhan keluhan menumpuk jeritan dari para rakyat kecil Nasib wong cilik tak peduli yang merasa keadilan di negeri ini hanya untuk para pejabat Ribuan tenda digusuri yang memiliki jabatan tinggi sedangkan para rakyat kecil tidak diperhatikan, dan Lagi-lagi wong cilik harus tercekik dipersulit segala urusannya. Tangan penguasa kian menggila 2. Feeling atau rasa Peraturan daerah kian merambah Dala sajak wong cilik penulis menggambarkan kesedihan para rakyat Wong cilik jadi sasaran panah kecil yang merasa tidak mendapatkan keadilan di negeri ini. Negara hanya memperhatikan para pejabat diatas Kami berdiri di bumi pertiwi sana Bukan untuk dihina dan diinjak .
Kami pertahankan negeri ini
3. Amanat dari rakyat kecil yang berharap Penulis berharap dengan membuat aspirasinya didengar oleh para pejabat. puisi ini banyak orang terutama para 6. Citraan pejabat diatas sana tersadar bahwa Puisi Wong Cilik ini menimbulkan imaji masih banyak rakyat kecil yang perasaan dimana pembaca bisa ikut kesusahan, merasa tidak mendapatkan merasakan kuatnya kesengsaraan yang keadilan. Dan puisi ini sebagai tamparan dialami rakyat kecil ini bagaimana bagi pembaca yang memiliki jabatan mereka tersiksa dan sengsara, mereka tinggi untuk tidak semena-mena dalam tidak tahu lagi harus mengadu kemana memperlakukan rakyat kecil dan selain hanya pesimis atas nasib mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk kedepannya. Pejabat yang seharusnya kepentingan diri sendiri. menjadi pelindung mereka bahkan tidak 4. Tipografi memperdulikan. Dengan berbagai Tipografi dalam sajak ini ditulis dalam citraan yang mampu ditampilkan kertas hvs ukuran F4. penyair ini pembaca akan ikut 5. Diksi meraasakan apa yang ditulis oleh Kata seperti “Nafas terengah, Jerit penyair dengan inderanya sendiri. tertahan, Jiwa meronta, Batin menangis” pada bait pertama memiliki makna yang menggambarkan ekspresi dari para rakyat kecil bagaimana sengsaranya hidup diposisi mereka. Mereka serasa tersiksa hidup dinegeri ini karena ketidakadilan yang terjadi oleh para pejabat. Ratusan amplop terkantongi sedangkan puluhan keluhan menumpuk menggambarkan bagaimana para pejabat tidak tanggung jawab atas tugasnya, mereka terus mendapatkan gaji yang bahkan dari rakyat tetapi keluhan dari rakyat itu sendiri tidak didengar. Kemana kami harus salurkan aspirasi? Dimana kami dapatkan keadilan sejati? Merupakan pertanyaan dari rakyat yang bahkan mereka kebingungan harus mengadu kemana sedangkan perwakilan dari mereka yang seharusnya mendengarkan aspirasi rakyat malah menjadi pemain utama dalam ketidakadlilan ini. Dan kata “Dengarkanlah jeritan kami!” merupakan bentuk emosi/kekesalan