Anda di halaman 1dari 4

KUPASAN SAJAK DALAM PUISI ASMARADANA KARYA GOENAWAN

MOHAMAD

Sanjaya Nugrahandi
200212606034
Offering EE S1 Bahasa dan Sastra Indonesia
sanjaya.nugrahandi.2002126@students.um.ac.id

PENDAHULUAN
Puisi merupakan karya sastra yang berisi pemikiran-pemikiran indah penyair, terdapat
berbagai tanggapan serta pendapat penyair mengenai berbagai hal di dalam sebuah puisi.
Sebuah karya sastra yang tertuang dalam tulisan maupun lisan dengan perasaan dan memiliki
gagasan terhadap suatu hal. Menurut Pradopo, puisi adalah ekaman dan interpretasi dari
berbagai pengalaman manusia yang penting, digubah dalam bentuk atau wujud yang paling
berkesan (Pradopo, 1995). Keindahan-keindahan dalam puisi tentu saja bukan hal mudah
dalam sekejap kata, sajak-sajak penuh makna inilah yang perlu kita apresiasi dalam karya
sastra.
Apresiasi karya sastra adalah sebuah pembelajaran sastra. Menurut Roestam Effendi,
Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Di dalam
mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan
setelah itu penerapan (Roestam Effendi, 1998). Apresiasi atau pengupasan terhadap karya
sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton. Salah satu puisi yang
berhak atau perlu diapresiasi karena keindahan sajak dan nilainya adalah puisi Asmaradana
karya Goenawan Mohamad.
Puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad merupakan puisi rekontruksi atau
pembentukan ulang dari puisi Jawa klasik yaitu tembang asmaradhana. Puisi Asmaradana
menjadi salah satu puisi karya Goenawan Mohamad yang sering mengubah karya klasik
menjadi sebuah karya yang baru. Kreativitasan inilah yang menjadi suatu hal menarik untuk
dibahas dalam tulisan ini.

PEMBAHASAN
Puisi Asmaradana adalah puisi karya Goenawan Mohamad. Puisi ini menggunakan
peristiwa-peristiwa terdahulu atau legenda, dan puisi ini merupakan sebuah rekontruksi dari
puisi Jawa klasik berupa tembang asmaradhana. Kata asmaradana berasal dari kata “asmara”
dan “dahana”. Asmara dalam bahasa Jawa berari cinta sedangkan dahana adalah api.
Asmaradana diartikan sebagai cinta yang mengebu-gebu terhadap lawan jenis.
Asmaradana
Karya Goenawan Mohamad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti,
yang jauh.

Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,


perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada
tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.


Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

Sajak Asmaradana karya Goenawan Mohamad di atas menceritakan tentang perpisahan sepasang
kekasih antara Anjasmara dan Damar Wulan. Goenawan Muhamad dalam puisi ini berhasil mengubah
cerita klasik tersebut menjadi sajak-sajak indah yang sedemikian rupa bisa dipahami dan dinikmati oleh
generasi ke generasi. Goenawan Muhamad menangkap momen perpisahan Anjasmara dan Damar
Wulan dalam lukisan yang menyayat hati dan penuh kepasrahan.

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti,
yang jauh.

Pelukisan momen perpisahan digambarkan dengan latar alam yang suram dan juga romatik.
Suasana sehabis hujan pada malam hari yang tergambarkan dengan terdengarnya kepakan sayap
kelelawar menjadikan perasaan penuh magis: dingin, mencekam, dan suram. Langit yang cerah pada
malam hari kembali menampakan galaksi bimasakti setelah gelap tertupi hujan. Seperti gejolak hati
Anjasmara dan Damar Wulan yang ingin menyampai banyak hal tentang kesedihan, tangis dan
ketidakberdayaan mereka. Sebuah secerca harapan yang ingin mereka dapatkan dalam gelapnya takdir.
Apakah masih ada harapan itu walau hanya angan-angan?

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,


perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada
tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi.
Bait yang meceritakan betapa nahasnya nasib Damar Wulan, bagaikan buah simalakama. Sebuah
pilihan yang kedua hasilnya tidak akan bisa menyatukannya dengan Anjasmara, menang atau bertarung
sampai mati. Jika ia menang melawan Minak Jingga, Anjasmara akan menjadi kaum yang memiliki
jabatan penting dalam kerajaan Majapahit. Ia pastinya akan dinikahkan dengan perempuan yang
sederajat dengannya dan meninggalkan Anjasmara. Pilihan yang sangat sulit dan tak mungkin juga
didapatkan karena tangguhnya Minak jingga. Kemungkinan paling besar adalah sebuah pertarungan
hingga akhir hayat. Namun, ia tahu bahwa Anjasmara tidak akan menangis dengan pertemuan terakhir
ini. Ia tahu bahwa Anjasmara akan membuang masa lali dalam kepalanya hingga ia tidak punya alasan
untuk bersedih lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.


Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

Waktu terakhir kalinya, Damar Wulan meminta Anjasmara untuk melupakannya dengan lambat
laun. Karena, dalam remang-remang pun ia akan melupakan Anjasmara. Damar Wulan meminta
Anjasmara untuk tunduk dan menerima takdir dengan pasrah.
Puisi ini tidak hanya membahas sebuah asmara dalam hubungan saja, puisi ini jauh menuliskan
apa yang terjadi dalam kehidupan tentang manusia yang berani berkorban meninggalkan keluarganya
demi negara. Tulisan Goenawan Muhamad ini juga seolah memberitahukan kita bahwa hidup ini penuh
dengan takdir. Hidup tidaklah semulus dengan apa yang diinginkan. Secara tidak langsung puisi ini
mengajarkan kita untuk menghargai kehidupam, perpisahan, keluarga, cinta, dan takdir.

PENUTUP
Puisi Asmaradana karya Goenawan Muhamad menceritakan tentang perpisahan sepasang
kekasih antara Anjasmara dan Damar Wulan. Puisi ini menjadi tonggak baru dalam dunia karya sastra
dengan perubahan atau kontruksi puisi Jawa klasik menjadi sajak terkini yang indah dan mudah
dipahami. Sajak Asmaradana menjadi sebuah bukti karya kreativitas seorang penyair untuk tetap
menyelamatkan warisan budaya Indonesia.
Puisi Asmaradana juga kental dengan amanat yang dapat dipetik dalam kehidupan. Sebuah
pengorbanan cinta dalam asmara dengan takdir yang tidak mempersatukan menjadi pelajaran untuk
kehidupan. Goenawan Muhamad seolah menyampaikan bahwa kehidupan tidak selamanya berjalan
denga napa yang diinginkan karena adanya takdir. Hal yang perlu dilakukan adalah pasrah dan
menerima takdir tersebut. Karena sejatinya manusia tidak akan bisa melawan takdir.
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad. Pengertian Puisi: Jenis-jenis, Contoh dan Cara Membuat Puisi, (online),
(https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puisi/), diakses 11 November 2021

Santosa, P. (1999). Kajian Asmaradana dalam sastra bandingan. Bahasa Dan Sastra, XVII(3): 30–50.

Sepenuhnya. 2021. Puisi: Asmaradana (Karya Goenawan Mohamad), (online),


(https://www.sepenuhnya.com/1971/01/puisi-asmaradana-karya-goenawan-mohamad.html),
diakses 11 November 2021

Anda mungkin juga menyukai