Anda di halaman 1dari 3

Nama : Annisa Aulia Citra

NIM : 11180210000076

Kelas : 7E

Mata Kuliah :Al-Adab Al-Muqaraan

Resume buku Antologi

Kajian :”Asmaradana” Dalam Sastra Bandingan Oleh: Puji Santosa

Asmaradana dalam teks Sastra Jawa Klasik

1. Kata asma radana merupakan perpaduan dari kata asmara dan dana. Berdasarkan
mitologi Jawa, Asmara merupakan nama dewa percintaan dan kata dana sendiri
merupakan kependekan dari kata dahana, yang artinya: api. Jadi, kata asmaradana
memiliki arti: api percintaan atau api asmara.
2. Nama tembang "asmaradana" diambil dari (atau berkaitan dengan) peristiwa
terbakamya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Syiwa, seperti yang
disebutkan dalam kakawin Smaradahana karya Empu Darmaja. Asmaradana sebagai
matra puisi Jawa klasik dapat digolongkan ke dalam ragam sekar (tembang) macapat
asli.
3. Kabamya, sekar macapat asmaradana dalam tradisi lisan diciptakan oleh Kanjeng
Sunan Girl Kedaton. Sebagai salah satu bentuk sajak Jawa tradisional, asmaradana
memiliki sifat persajakan yang mampu menggambarkan kesedihan akibat ulah api
asmara, rindu dendam asmara.

Asmaradana dalam teks Sastra Indonesia Modern

1. Dalam khazanah karya sastra Indonesia modern setidak-tidaknya terdapat tiga teks
sastra yang menggunakan judul "Asmaradana' Tiga teks karya sastra itu sam
berbentuk cerita pendek, dan dua lagi berbentuk puisi atau sajak. Yaitu karya oleh
Danarto, Goenawan Mohamad dan Subagio Sastrowardojo.
2. Berdasarkan pada penanda tahun pembuatan karya sastra tersebut, dapatlah
dilakukan studi sastra bandingan secara sinkronis (satu zaman) Namun, dapat pula
di lakukan studi sastra bandingan secara diakronis (berlainah zaman) untuk
menelusuri genetika teks sajak Asmaradana dalam khazanah sastra Jawa klasik yang
sudah ditulis mulai abad XV Masehi, semasa zaman Sunan Giri Kedaton.
3. Studi sastra bandingan hendaknya memperhatikan empat asas yang menjadi pokok
pembanding, yaitu (1) genetik teks, (2) generik teks, (3) tematik teks, dan (4)
kesejajaran teks.
4. Sebagian kritikus mengatakan bahwa "Asmaradana" karya Danarto itu merupakan
simbol sufistik kerinduan manusia pada Tuhan. Disini Danarto hanya mengacu teks
sastra Jawa, Asmaradana, sebagai suatu gagasan dan bukan sebagai genre. Teks yang
demikian tidak memiliki kesejajaran teks untuk dibandingkan.
5. Karya yang cocok untuk sampel kajian sastra bandingan, yaitu antara "Asmaradana
dalam khazanah sastra Jawa klasik dengan "Asmaradana" dalam khazanah sastra
Indonesia modern, adalah sajak karya Goenawan Mohamad dan karya Subagio
Sastrowardojo.

Asmaradana Goenawan Mohamad

1. Asmaradana karya Goenawan Mohamad merujuk pada matra puisi tembang Jawa
klasik yang biasanya dipakai untuk bagian cerita yang berpokok cinta kasih antara
orang muda, bercerita tentang perpisahan antara Anjasmara dengan kekasihnya,
Damar Wulan.
2. Apabila kita perbandingkan antara asmaradana metrum tembang Jawa klasik dalam
episode Anjasmara-Damar Wulan dan sajak "Asmaradana Goenawan Mohamad,
terdapat persamaan. Persamaan antara keduanya terletak pada judul sajak, roh atau
jiwa sajak, sifat, suasana, dan karakter asmaradana yang tidak mengalami perubahan
sebagai bagian dari pokok cerita tentang kisah-kasih asmara yang bernada kesedihan,
pilu, dan keromantisan.
3. Adapun perbedaannnya dari segi perubahan bentuk bait, teknik penulisan, bentuk
ucapan langsung, suasana, dan sudut pandang aku terlihat dalam tembang
Asmaradana itu di ubah oleh Goenawan menjadi dua sudut pandang.
4. Sejumlah modifikasi dan artifisial yang terdapat dalam sajak "Asmaradana' karya
Goenawan Mohamad itu menunjukkan adanya aktivitas dan kreativitas penyair
untuk mengubah karya seni yang bermutu.

Asmaradana Subagio Sastrowardojo


1. Sajak karya Subagio Sastrowardojo ini pun mengacu pada matra puisi Jawa
klasik tembang macapat asmaradana. Meskipun demikian, antara Goenawan
Mohamad dan Subagio Sastrowardojo terda pat perbedaan acuan pokok cerita.
2. Hal yang menarik sajak asmaradana karya Subagio Sastrowardojo terletak pada
perbedaan visi sebagai sudut pandang penceritaan.

Sajak "Asmaradana" karya Danarto, Goenawan Mohamad, dan Subagio Sastrowardojo


adalah tiga contoh karya sastra Indonesia Modern yang secara nyata mendapat pengaruh
kuat dari karya sastra Jawa klasik, baik dalam gagasan maupun dalam genre sastra. tidak
sekadar menyalin, meniru, dan menerjemahkan teks karya sastra Jawa Klasik, asmaradana,
ke dalam karya sastra Indonesia modern begitu saja. Akan tetapi, mereka menggubahnya
kembali dengan daya kreativitas yang tinggi dan menggunakan teknik berkisah yang
cemerlang.

Anda mungkin juga menyukai