Anda di halaman 1dari 7

LOKABASA

Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah serta Pengajarannya


Volume 10, No. 2, Oktober - 2019, Hal. 124 -130
p-2338-6193 (print) | e-2528-5904 (online)
Homepage: http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa
doi: 10.17509/jlb.v10i2

Naskah Drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran”


Karya Yus Rusyana
(Kajian Struktural dan Semiotik)
Farhan Mustaqim1, Dedi Koswara2, Ruswendi Permana2
1
SMAN 2 Tambun Selatan, 2Universitas Pendidikan Indonesia
farhanphd95@gmail.com

Sejarah Artikel: Diterima (28 Februari 2019); Diperbaiki (24 April 2019); Disetujui (01 Juni 2019);
Pusblished (31 Oktober 2019)

Bagaimana mengutip artikel ini (dalam gaya APA): Mustaqim, M., Koswara, D., Permana, R.
(2019). Naskah Drama Hutbah Munggaran di Pajajaran Karya Yus Rusyana (Kajian Struktural dan
Semiotik). Lokabasa, 10(2), 124-130. doi: 10.17509/jlb.v10i2.21337

Abstrak: Dewasa ini tidak banyak pengarang yang menulis naskah drama Sunda, apalagi jika
dibandingkan dengan penulis cerpen, novel, atau puisi. Lahan untuk memuat naskah drama pun terbatas,
sehingga sulitnya mencari buku kumpulan naskah drama. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan karya sastra, khususnya naskah drama berdasarkan struktur dan semiotiknya kemudian
diterapkan sebagai bahan pembelajaran di SMA/SMK/MA. Dalam pendeskripsian permasalahan
tersebut, penulis menggunakan dua metode, yakni metode deskriptif analitis, dan struktural-semiotik.
Kajian struktural digunakan untuk mendeskripsikan struktur drama sedangkan kajian semiotik
digunakan dalam mendeskripsikan makna yang terdapat dalam naskah karya Yus Rusyana yang berjudul
“Hutbah Munggaran di Pajajaran”. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari naskah
drama karya Yus Rusyana yang berjudul “Hutbah Munggaran di Pajajaran”. Setelah proses identifikasi
terhadap naskah drama tersebut dapat dideskripsikan naskah tersebut bertemakan tentang réligi yang
memiliki fokus di persoalan moral. Penemuan lainnya berdasarkan kajian semiotik yaitu, dalam naskah
“Hutbah Munggaran di Pajajaran” terdapat 17 ikon, 15 indeks dan 11 simbol.
Kata Kunci: Naskah drama; semiotik; struktur

The Manuscript “Hutbah Munggaran di Pajajaran” by Yus Rusyana for Learning


(a structurally semiotic study)

Abstract: This research entitled “The Manuscript “Hutbah Munggaran di Pajajaran” by Yus Rusyana
(A Structurally Semiotic Study). Nowdays, there are tot much author that write Sunda manuscript drama,
beside that write drama manuscript in comparison with author short story, novel or poetry. Drama to
load manuscript is limited, so it is difficult ti find a book manuscript collection drama. Purpose of this
study was conducted to identify and describle works of literature, in particular manuscript drama based
on structure-semiotic then applied as a learning materian in SMA/SMK/MA. The description of these
problem the authors, used two methods namely descriptive analytical method used in data processing,
and structural-semiotic. Structural studies are used to describle the structure of the drama while semiotic
studies are used to identify and describle the meaning contained in the text of manuscript by Yus Rusyana
entitled “Hutbah Munggaran di Pajajaran. The data source used in this research is from the drama
manuscript by Yus Rusyana entitled “Hutbah Munggaran di Pajajaran”. After the identification of the
manuscript drama can be described theme of religion that is the issue of moral. Other findings based on
studies semiotic is in the script “Hutbah Munggaran di Pajajaran” there are 17 icons, 15 index, and 11
symbols.
Keywords: Drama script, semiotic, structure, teaching materials

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.

124
Farhan Mustaqim: Naskah Drama “Hutbah Munggaran… | 125

PENDAHULUAN mementaskan drama dengan baik, tentunya


Sastra merupakan hasil kreativitas aktor harus paham terhadap makna-makna
manusia yang mengandung unsur-unsur dalam naskah, juga perlu didalami lagi
estetis, juga memiliki nilai-nilai kehidupan. unsur keindahannya, sebab unsur estetis
Hal itu sesuai dengan pendapat Rusyana yang diterapkan merupakan tanda-tanda.
(1992, hlm. 7-8), yang memaparkan bahwa Ilmu tentang tanda disebut semiotik.
sastra merupakan kegiatan kreatif, kegiatan Charles Sander Peirce menyampaikan,
menciptakan, dan kegiatan seni. Dalam bahwa kita bisa berpikir menggunakan
karya sastra, pengarang mengolah unsur- sarana tanda, jika tidak ada tanda, kita tidak
unsur estetis menggunakan media bahasa bisa berkomunikasi (Sudjiman & Zoest,
untuk mengungkapkan rasa. (Nurlaily, 1991, hlm. 7). Tanda ada dimana-mana,
2018. hlm. 146). ucapan, gerak isyarat, bendera, struktur
Sastra merupakan “gejala sosial”, film, struktur karya sastra, bangunan
artinya sastra ditulis dalam periode yang ataupun suara burung, bisa dianggap tanda.
jelas berhubungan dengan norma adat- Ini sesuai dengan pendapat Barthes (dalam
istiadat jaman tersebut. Isnendes, 2010, hlm. 39-40), yang
Menurut Koswara (2010, hlm. 2) menyebutkan bahwa semiotik adalah ilmu
periode gelar sastra Sunda dibagi dua, yaitu yang meneliti segala sistem tanda, yang
satra lama dan modern. Jenis sastra lama di bentuknya bisa berbentuk apapun.
antaranya wawacan, guguritan, mantra, Beberapa naskah drama ditulis untuk
sisindiran, kakawihan dan cerita pantun, ditampilkan. Salah satunya adalah naskah
sedangkan jenis sastra modern yaitu novel, drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran”
cerpen, sajak, dan drama. Dilihat dari karya Yus Rusyana. Naskah ini mencerita-
bentuknya, sastra dibagi tiga, yaitu prosa, kan mengenai penyebaran agama Islam di
puisi, dan cerita drama. Pajajaran, sesudah pulangnya Kean
Sesuai dengan paparan di atas, drama Santang dari tanah sebrang.
merupakan salah satu jenis sastra. Drama Berdasarkan uraian di atas, yang
adalah karya sastra yang menyajikan cerita menjadi latar belakang dipilihnya naskah
dalam bentuk dialog. Hal ini sesuai dengan drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran”
pendapat Isnendes (2010, hlm. 21) yang jadi objek penelitian, karena naskah ini
menyebutkan bahwa drama adalah karang- merupakan salah satu karya seorang sastra-
an yang menyajikan cerita atau lakon dalam wan Sunda terkemuka yaitu Yus Rusyana.
bentuk dialog diperankan oleh aktor di atas Bahasa yang digunakan dalam
panggung. naskah drama “Hutbah Munggaran di
Naskah drama jumlahnya lebih Pajajaran” sesuai dengan bahasa ketika
sedikit dibandingkan novel, cerpen, atau naskah tersebut diciptakan, yaitu masih
sajak. Penelitian terhadap naskah drama dipakainya kata-kata seperti “kula” untuk
pun masih kalah banyak dibandingkan pengganti sebutan untuk diri sendiri dan
karya sastra lainnya. “andika” untuk pengganti sebutan lawan
Naskah drama memiliki struktur yang bicar. Walaupun demikian, bahasa yang
berbeda dengan karya sastra lainnya, yaitu dalam naskah drama ini, masih dapat
adanya percakapan. Selain itu, drama dimengerti oleh orang banyak.
memiliki unsur plot dan karakter seperti Meskipun naskah drama “Hutbah Mung-
yang ada di karya fiksi. Tapi dalam proses garan di Pajajaran” ditulis lebih dari
memanfaatkan bahasa, naskah drama terasa setengah abad yang lalu, isinya masih bisa
lengkap fungsinya apabila dipentaskan, diterapkan dalam kehidupan sekarang,
sebab bisa terlihat gerak, posisi, isyarat, dan karena bukan hanya menceritakan soal
roman wajah jika sudah diperankan oleh sejarah atau babad, tapi menceritakan
aktor di atas panggung. Supaya aktor bisa

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.


126 | LOKABASA Vol. 10, No. 1, April 2019

tabiat-tabiat manusia yang muncul dalam dan latar), dan sarana sastra (sudut pandang
setiap jaman. dan gaya basa)

METODE Tema
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tema adalah inti masalah yang ingin
kualitatif dengan metode yang digunakan diungkapkan oleh pengarang dalam karya-
deskriptif analisis. Menurut Ratna (2012, nya. Dalam cerita fiksi, hususnya drama,
Hal. 53) metode deskriptif analisis adalah banyak kejadian-kejadian yang di dalam-
metode yang mendeskripsikan fakta-fakta nya mengandung banyak hal, tapi hanya
yang diteruskan oleh analisis. Métode satu tema yang menjadi inti dari masalah-
deskriptif analisis digunakan untuk men- masalah itu.
deskripsikan dan menganalisis secara Dalam naskah drama Hutbah
sistematis data yang ada di dalam naskah Munggaran di Pajajaran terlihat keinginan
drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran” Kean Santang untuk mengislamkan
berdasarkan kajian struktural dan semiotik. Pajajaran, termasuk ayahnya sendiri, Prabu
Sumber data yang digunakan dalam Siliwangi. Meskipun Kean Santang harus
penelitian ini adalah naskah drama “Hutbah perang dengan ayahnya sendiri, karena
Munggaran di Pajajaran” (2018) cetakan Kean Santang memiliki pandangan, bahwa,
pertama, tebal 38 halaman dan terdiri atas Pajajaran akan jaya dengan dianutnya
221 dialog. agama Islam.
Pengumpulan data dilakukan melalui
tehnik studi pustaka dengan cara membaca Fakta-Fakta Cerita
dan menelaah beberapa buku, dokumen, Alur adalah runtutan kejadian dalam
dan sumber tulisan lainnya yang berkaitan cerita. Berdasarkan hasil analisis alur dalam
dengan penelitian. Data yang terkumpul naskah drama menggunakan alur progresif,
kemudian diolah melalui teknik deskripsi kejadian- kejadian dalam cerita dibahas
dan analisis dilanjutkan dengan menginter- secara kronologis, kejadian dimulai dengan
pretasikannya. Interpretasi digunakan pembukaan (menjelaskan situasi, muncul
untuk menjelaskan makna yang ada dalam konflik), tengah cerita (konflik, klimaks),
naskah drama tersebut. dan penutup cerita (beresnya persoalan
Dalam penelitian ini, instrumen yang yang ada).
digunakan adalah kartu data yang berfungsi Tokoh atau pelaku adalah nama-
untuk menyimpan data-data yang diana- nama yang menjadi lakon dalam cerita.
lisis. Tujuannya agar memudahkan dalam Berdasarkan hasil analisis dalam naskah
menganalisis data serta mudah pula dalam drama ini tercatat delapan orang pelaku,
membuat kesimpulannya. yang tokoh utamanya bernama Kean
Santang yang memiliki peran penting juga
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki karakter yang kuat dalam
Berdasarkan hasil analisis data dalam membangun cerita, dari awal pembuka,
naskah drama “Hutbah Munggaran di konflik, sampai akhir cerita. Sedangkan
Pajajaran” karya Yus Rusyana akan dijelas- Anengga, Janatra, Madenda, Sanggabaya,
kan seperti di bawah ini. Salahudin, Jaya Antea, Ki Pungpu, Ki Gori,
Bagus Setra, Purnamasari, Rakean, Halid
dan Mikdad merupakan pelaku tambahan.
Struktur Naskah Drama “Hutbah Latar adalah lingkungan yang
Munggaran di Pajajaran” menjadi tempat/waktu berlangsungnya satu
Struktur yang dianalisis dalam penelitian kejadian dalam cerita (Robert Stanton,
ini menggunakan teori Robert Stanton yang 2012, hal. 35). Berdasarkan hasil analisis,
meliputi tema, fakta cerita (alur, pelaku, latar dalam naskah drama Hutbah

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.


Farhan Mustaqim: Naskah Drama “Hutbah Munggaran… | 127

Munggaran di Pajajaran terdapat 11 latar Prolog


yang terbagi menjadi; a) latar sosial ada 3 Prolog adalah cerita awal yang
(27%), b) latar geografis ada 5 (45%), dan disampaikan dalam pembukaan drama
c) latar waktu ada 3 (27%). Jadi dalam Berdasarkan analisis terdapat satu prolog
naskah drama Hutbah Munggaran di dalam naskah drama Hutbah Munggaran di
Pajajaran latar yang paling banyak adalah Pajajaran. Penjelasannya seperti yang
latar geografis yang artinya banyak dibahas di bawah ini.
menunjukkan tempat dan gaganti tempat.
DI TEGAL SI AWAT-AWAT, PRAJURIT
Sarana-Sarana Cerita PAJAJARAN KEUR LALATIHAN. SOARA
Sarana sastra adalah tehnik yang PAKARANG PATINGGALONJRANG.
digunakan oleh pengarang untuk memilih
dan menyusun detil- detil cerita menjadi Prolog di atas sebagai cerita awal
pola yang mempunyai makna. Rupa-rupa dalam naskah drama Hutbah Munggaran di
saranasastra adalah sudut pandang dan gaya Pajajaranyang menggambarkan pelaku,
bahasa. Sudut pandang adalah pusat tempat kajadian, dan gambaran kejadian
kesadaran yang membaca dalam mema- dalam cerita.
hami semua kejadian yang ada dalam cerita
(Robert Stanton, 2012, hal. 52-60). Dialog
Berdasarkan hasil analisis sudut pandang Hasanuddin (dalam Yurnelis dkk,
dalam naskah drama Hutbah Munggaran di 2013, hal. 29), menyebutkan bahwa dialog
Pajajaran menggunakan sudut pandang di dalam drama merupakan bagian
orang ketiga karena dalam naskah drama ini terpenting. Dalam naskah drama Hutbah
semua pelaku disebutkan namanya. Munggaran di Pajajaran terdapat 221 dialog
Gaya bahasa adalah cara pengarang yang semuanya diucapkan oleh tokoh. Hal
dalam menggunakan bahasa (Robert ini terlihat dari salahsatu kutipan dialog di
Stanton, 2012, hal. 61), berdasarkan hasil bawah ini.
analisis gaya bahasa yang digunakan dalam ANENGGA : HAHAHA, KI JANATRA
naskah drama ini terdapat gaya bahasa TISUNGKUR... HAHAHA!
simile ada 3 (17%), gaya bahasa hiperbola TUMBAKNA ANGGUR NGAMPUL
ada 3 (17%), gaya basa tautologi ada 2 IEU TAMÉNG KULA TEU BARÉD-
(11%), gaya bahasa metafora ada 4 (23%), BARÉD ACAN... HAHAHA!
dan gaya basa epitet ada 5 (29%). JANATRA : (BARI NUMBAK MANI
NGAGONJRÉNG KEUNAKANA
Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama KEPENG KI ANENGGA. ANU
“Hutbah Munggaran di Pajajaran” NAMPA NGAJEBLAG) TAMPA IEU
Unsur intrinsik yang dianalisis dalam TUMBAK KULA! HAHAHA...
naskah drama Hutbah Munggaran di AWAS ULAH SAMBAT KANIAYA!
Pajajaran meliputi prolog, dialog, babak, HEUP!
adegan, wawancang, solilokui, aside,
episode, dan epilog. Berdasarkan hasil Data di atas merupakan dialog yang
analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam diucapkan oleh tokoh, isi dialognya adalah
naskah drama Hutbah Munggaran di mengungkapkan perilaku tokoh, dan
Pajajaran yaitu prolog, dialog, babak, sebagai penyambung terhadap jalannya
adegan, wawancang, dan epilog. Penjelas- cerita dalam naskah drama
annya seperti yang dibahas di bawah ini.
Babak
Babak dalam naskah drama biasanya
dibangun oleh 3-5 babak, tetapi ada juga
naskah drama yang tidak memakai babak

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.


128 | LOKABASA Vol. 10, No. 1, April 2019

atau dibangun oleh 1-2 babak.Dalam hasil Unsur Semiotik


analisis naskah drama Hutbah Munggaran Unsur semiotik yang dianalisis dalam
di Pajajaran dibangun oleh 7 babak. naskah drama Hutbah Munggaran di
Pajajaran karya Yus Rusyana
Adegan menggunakan teori Charles Sander Pierce
Adegan ditandai oleh adanya pelaku yang meliputi ikon, indeks, dan simbol.
baru atau situasi dalam cerita yang berubah.
Dalam hasil analisis, naskah drama Hutbah Ikon
Munggaran di Pajajaran memiliki 28 Suatu hal yang menjalankan fungsi
adegan, yang terbagi menjadi adegan sebagai penanda suatu objek atau sejenis
berat/sulit, adegan kecil, adegan mengikat, objek. Dalam hasil analisis naskah drama
adegan ringan/hiburan, adegan terbuka, dan Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat 17
adegan wajib. ikon yaitu ikon imagis terdapat 17 (100%).
Penjelasannya seperti yang dibahas di
Wawacang bawah ini.
Wawancang adalah teks perintah Ikon imagis adalah tanda yang secara
untuk pelaku . Dalam hasil analisis naskah langsung mempunyai sifat ikonis yang
drama Hutbah Munggaran di Pajajaran menampilkan kualitas-kualitas husus
ditemukan ada 32 wawancang/side text. seperti menunjukan citrawi dan objek yang
Wawancang/side text dalam naskah drama diacunya. Dalam hasi analisis terdapat 17
Hutbah Munggaran di Pajajaran ikon imagis, penjelasannya seperti yang
menunjukan perintah untuk pelaku dan dibahas di bawah ini.
menunjukan suara-suara atau Salah satu kata/kalimat yang
menggambarkan keadaan lainya yang mengandung ikon imagis adalah “Macan
berkaitan dengan cerita naskah drama Pajajaran” yang disebutkan dalam dialog
Hutbah Munggaran di Pajajaran. prajurit Pajajaran merupakan kata ganti
sebutan untuk Kean Santang. Kata/kalimat
Epilog yang kedua yang mengandung ikon imagis
Epilog adalah pidato singkat diakhir adalah Ratu Pajajaran yang disebutkan
cerita yang biasanya mengungkapkan dan prajurit Pajajaran merupakan kata ganti
menjelaskan inti cerita atau teks tambahan. sebutan untuk Prabu Siliwangi.
Dalam hasil analisis terdapat epilog yang
mengakhiri cerita dalam naskah drama Indeks
Hutbah Munggaran di Pajajaran. Indeks adalah suatu hal yang
Penjelasanya seperti yang terdapat di melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
bawah ini. menunjukan petandanya (Pierce dalam
Santosa, 1993, hal. 10). Tanda ini lebih
TI DINYA LANGLAUNG KADÉNGÉ fokus terhadap hubungan sebab akibat.
ADAN! DITÉMBALAN KU NU HADIR Tanda indeks bisa merupakan prilaku,
MANI EUNDEUR. BARANG ADAN gerak-gerik, gejala fisik, aktualisasi, dan
TAMAT, MARANÉHNA NADAHKEUN suara. Dalam hasil analisis naskah drama
LEUNGEUN DARU’A. Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat 15
indeks yang terbagi menjadi kategori yaitu
Data di atas merupakan epilog dalam indeks prilaku terdapat 8 (52,9%), indeks
naskah drama Hutbah Munggaran di gejala fisik terdapat 3(17,6%), dan
Pajajaran, epilog ditulis diakhir cerita, diisi indeks aktualisasi terdapat 4 (29,4%).
dengan kesimpulan cerita. Penjelasannya seperti yang dibahas di
bawah ini.

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.


Farhan Mustaqim: Naskah Drama “Hutbah Munggaran… | 129

Indeks Prilaku “lali rabi tégang pati” diucapkan oleh


Salahsatu kalimat/kata yang prajurit Pajajaran. Kalimat lali rabi tégang
mengandung indeks perilaku adalah “nyiar pati merupakan simbol dari orang yang
batur gelut” merupakan ujaran salahsatu memiliki semangat untuk berkorban demi
prajurit Pajajaran. Kata nyiar merupakan negara yang ia cintai.
indeks prilaku orang yang sedang mencari.
Sedangkan dalam kalimat/kata kedua yang SIMPULAN
mengandung indeks perilaku adalah Naskah drama “Hutbah Munggaran
“cicing” merupakan ujaran Bagus Setra ke di Pajajaran” karya Yus Rusyana (2018)
Purnamasari merupakan indeks perilaku cetakan pertama, tebal 38 halaman dan
berhenti di suatu tempat. terdiri atas 221 dialog. Tema dalam naskah
drama ini adalah téma religi atau
Indeks Gejala Fisik keagamaan yang berfokus pada persoalan
Salahsatu kalimat/katayang moral. Hal tersebut terlihat dari keinginan
mengandung indeks gejala fisik adalah Kean Santang untuk mengislamkan
“lolong” diucapkan oleh prajurit Pajajaran. Pajajaran, termasuk ayahnya sendiri, Prabu
Kata lolong merupakan indeks gejala fisik Siliwangi, walaupun harus berperang
orang yang tidak bisa melihat. Sedangkan dengan ayahnya tersebut. Hal itu dilakukan
dalam kalimat/kata kedua yang karena Kean Santang meyakini bahwa
mengandung indeks gejala fisik adalah Pajajaran akan jaya kalau menganut agama
“gagahna” diucapkan oleh Jaya Antea Islam.
kepada Rakean. Kata gagahna merupakan Terdapat 11 latar yang ditemukan
indeks gejala fisik yang menandakan orang dalam naskah ini, terbagi menjadi 3
yang kuat. kriteria: latar sosial ada 3 (27%), latar
geografis ada 5 (45,%), dan latar waktu ada
Indeks Aktualisasi 3 (27%), artinya latar terbanyak yang
Salahsatu kalimat/kata yang digunakan adalah latar geografis yang
mengandung indeks aktualisasi adalah “di menandakan kaitanya dengan kehidupan
dieu” merupakan ujaran dari Bagus Setra ke sosial suatu masyarakat di satu tempat,
Purnamasari. Kata di dieu merupakan kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
indeks aktualisasi yang menandakan keyakinan, dan pandangan berpikir. Sudut
pengganti tempat. pandang dalam naskah drama ini
menggunakan sudut pandang orang ketiga
Simbol (third-person). Gaya bahasa yang
Simbol adalah suatu hal yang digunakan ada 17 yang terbagi menjadi
menjalankan fungsi sebagai penanda gaya bahasa simile ada 3 (17%), gaya
berdasarkan konvensi yang digunakan di bahasa hiperbola ada 3 (17%), gaya basa
masyarakat (Pierce dalam Santosa, 1993, tautologi ada 2 (11%), gaya bahasa
hal. 10). Dalam hasil analisis terdapat 11 metafora ada 4 (23%), dan gaya basa epitet
simbol yang terdapat dalam naskah Hutbah ada 5 (29%).
Munggaran di Pajajaran. Penjelasannya Unsur intrinsik drama dalam naskah
seperti yang dibahas di bawah ini. “Hutbah Munggaran di Pajajaran” prolog
Salahsatu kalimat/kata yang yang menggambarkan pelaku, tempat
mengandung simbol adalah “leutik burih” kejadian, dan gambaran awal
diucapkan oleh prajurit Pajajaran. Kalimat berlangsungnya cerita; terdapat 221 dialog
leutik burih merupakan simbol dari orang yang diucapkan oleh semua pelaku;
yang orang yang tidak mempunyai terdapat 7 babak; terdapat 28 adegan;
keberanian. Sedangkan dalam kalimat/kata terdapat 32 wawancang; tidak ditemukan
kedua yang mengandung simbol adalah adanya sililokui, aside, dan episode;

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.


130 | LOKABASA Vol. 10, No. 1, April 2019

terdapat epilog yang mengakhiri ceirta Nurlaily, A. S. (2018). Unsur Seksualitas


naskah drama Hutbah Munggaran di yang Direpresentasikan Tokoh
Pajajaran.Naskah drama yang berjudul Novel Pasung Jiwa Karya Okky
Hutbah Munggaran di Pajajaran memiliki Madasari: Analisis Wacana Kritis
unsur semiotik. Tanda ikon yang dianalisis Teun A. Van Dijk. Metasastra
terdapat Dalam hasil analisis naskah drama Jurnal Penelitian Sastra. 12 (2).
Hutbah Munggaran di Pajajaran terdapat 17 145-156.
ikon semuanya ikon imagis (100%)., tanda Koswara, D. (2010). Sastra Sunda Modern.
indéks ada terdapat 15 indeks yang terbagi Bandung. JPBD FPBS UPI
menjadi kategori yaitu indeks prilaku Isnendes, R. (2010). Kajian Sastra:
terdapat 8 (52,9%), indeks gejala fisik Aplikasi Teori & Kritik Pada Karya
terdapat 3(17,6%), dan indeks aktualisasi Sastra Sunda dan Indonesia.
terdapat 4 (29,4%), sedengkeun simbol ada Bandung: Daluang Publishing.
11 jenis. Sudjiman, P. & Zoest. A.V. (1991). Serba-
Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia
UCAPAN TERIMA KASIH Pustaka Utama.
Terima kasih penulis sampaikan Ratna, Ny. K. (2012). Teori, Metode, dan
kepada semua pihak yang telah membantu Teknik Penelitian Sastra.
penelitian ini, terutama kepada penyunting Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
urnal Lokabasa atas dimuatnya tulisan ini. Stanton, R. (2012). Teori Fiksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
CATATAN PENULIS Yurnelis, dkk. (2013). Peningkatan
Penulis menyatakan bahwa tidak ada Keterampilan Menulis Naskah
konflik kepentingan terkait publikasi artikel Drama Melalui Pendekatan
ini. Penulis mengkonfirmasi bahwa data Pembelajaran Kontekstual Siswa
dan artikel ini bebas plagiarisme. Kelas VIII RSBI-1 SMP N
12Padang. Jurnal Bahasa, Sastra
PUSTAKA RUJUKAN dan Pembelajaran, Vol. 1 (2): 27-
Rusyana, Y. (1992). Panyungsi Sastra. 37.
Bandung: Rahmat Cijulang.

Copyright ©2019 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai