Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Poetika Vol. I No.

2, Desember 2013

NASKAH SYAIR KANJENG NABI DAN HIKAYAT NABI BERCUKUR


DALAM RELASI EPIGONISTIK

Agus Sulton
Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga Surabaya.
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan. Surabaya 60286
Email: bin.arif@ymail.com

Abstrak
Syair Kanjeng Nabi beraksara pegon dan Arab menceritakan Nabi Muhammad sewaktu
rambutnya dipotong. Begitu juga dengan Hikayat Nabi Bercukur beraksara Jawi, teksnya mengangkat
keadaan Nabi Muhammad saat rambutnya dipotong. Teks ke-duanya menceritakan hal yang sama
padahal mempunyai perbedaan geografis. Dari sinilah konsep epigonistik akan difungsikan untuk
mengungkap ke duanya, tidak berdasar atas plagiat namun lebih tepatnya sebagai bentuk kreatifitas
sang kreator (penyalin). Bentuk hasil kreatifitas itu adalah penulis mencoba menitik beratkan pada
identifikasi fungsi naskah dan identifikasi tema, selanjutnya menafsirkan keduanya dari berbagai
prespektif budaya dan tradisi penyalinan.
Kata kunci: Syair Kanjeng Nabi, Hikayat Nabi Bercukur, Epigonistik, Identifikasi Fungsi Naskah,
Identifikasi Tema, Tafsiran Bandingan.
Abstract
The Kanjeng Nabi Verses (Syair Kanjeng Nabi) is a pegon and Arabic lettered verse that tells us the story
about Prophet Muhammad when his hair was cut. The same story is also narrated in the Tale of Shaving Prophet
(Hikayat Nabi Bercukur) that was written in Jawi. Both texts tell the similar story despite their different geographical
backgorund. This study enables the epigone theory as an approach to controvert the idea on act of plagiarism between
authors of both texts then to propose the creator‘s creativity in producing texts. Identifications on texts‘ functions and
themes methods, and interpretation on cultural perspectives and transcribing tradition are used in this study in order to
demonstrate author‘s creativity in producing texts.
Keywords: The Kanjeng Nabi Verses, The Tale of Shaving Prophet, Epigone, text function identification,theme
identification, comparative interpretation

Pendahuluan Menurut pandangan Suwardi Endraswara


Kehidupan dunia sastra sebagai bagian (2011: 12) bahwa hampir tidak mungkin ada
dari kebudayaan suatu masyarakat pada karya sastra tanpa adanya persentuhan dengan
gilirannya juga akan mengalami perkembangan karya sastra lain; bahkan karya yang melukiskan
sejalan dengan perkembangan kebudayaan hal ihwal kekosongan pun tetap hadir dari suatu
masyarakat. Sehingga seperti juga yang terjadi keadaan tertentu. Hampir tidak ada karya yang
pada kebudayaan. Perkembangan sastra juga otonom. Karya yang lahir dari kevakuman juga
akan mengalami saling mempengaruhi antar tidak pernah ada. Di tengah persentuhan karya
sastra yang hidup pada masa tertentu, dengan sastra tetap memiliki suatu kreativitas yang
sastra lain di luar masyarakat tersebut. Bentuk layak direnungkan. Persinggungan antar ide,
keterpengaruhan ini akan beraneka ragam, kata, gaya, dan aliran malah bisa memunculkan
sesuai dengan tingkat interaksi yang telah dan keunikan lain dengan karya sastra.
sedang terjadi. Ini menunjukkan bahwa sebuah Perkembangan suatu masyarakat yang
karya sastra tidak dapat berdiri otonom, sebuah diwujudkan melalui kebudayaan sangat
karya sastra tidak lepas dari karya-karya yang bergantung pada faktor-faktor yang ada
sudah ada. Karya sebelumnya sebagai bentuk pada masyarakat itu sendiri. Salah satu faktor
kristalisasi, relasi, atau bentuk pengembangan utama adalah manusianya. Tingkat pemikiran
ide. manusia yang secara langsung maupun tidak

143
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

langsung terbentuk oleh interaksi dengan alam yang berbeda dalam ruang lingkup satu negara.
lingkungannya akan menemukan kedinamisan Hikayat Nabi Bercukur, dan Syair Kanjeng
perkembangan masyarakat tersebut. Nabi, selanjutnya penulis singkat SKN dan
sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi Hikayat Nabi Bercukur disingkat HNB secara
perkembangan kebudayaan yang relatif sama relasi antarteks mempunyai kemiripan atau
antar budaya suatu masyarakat dengan budaya semacam epigon pengarang, atau bisa jadi
masyarakat lainnya, walaupun tidak pernah terjadi kreativitas pengarang yang berangkat dari tradisi
interaksi. Gejala yang demikian juga terjadi pada baru. Dalam bahasa Sunda yang mempunyai
dunia sastra. Dalam arti bahwa, karena tingkat persamaan teks dengan Syair Kanjeng Nabi
perkembangan dan keadaan faktor-faktor yang adalah Wawacan Paras Nabi. Naskah (manuskrip)
ada di masyarakatnya mempunyai kedudukan Wawacan Paras Nabi ini terdaftar pada Katalog
serta kondisi yang sama, maka tidak menutup Jawa Barat Koleksi Lima Lembaga, terdiri atas
kemungkinan sastra yang dihasilkan juga relatif 36 halaman kertas dengan memakai aksara
sama. pegon berbentuk puisi, ukuran kertas 21 x
Sastra bandingan dalam hal ini diposisikan 16,5 cm dan ruang teks 18 x 15 cm. Bahkan
sebagai jembatan untuk menganalisis mengenai dalam salah satu episod manuskrip Raja Kandak
persoalan-persoalan tersebut. Dalam pandanga (tersimpan di PNRI) dan Singir Paras Nabi
Sapardi Djoko Damono (2005: 2) sastra (tersimpan di perpustakaan UI) menjelaskan
bandingan merupakan bandingan sastra mengenai paras Nabi.
sebuah negara dengan sastra negara lain dan Menurut Asdi S. Dipodjojo (1986: 79)
membandingkan sastra dengan bidang lain Hikayat Nabi Bercukur tersimpan di beberapa
sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan. perpustakaan di dunia, di PNRI tersimpan tuju
Konsep Sapardi Djoko Damono hampir sama buah naskah, selanjutnya tersimpan di Leiden,
pada apa yang diungkapkan Suwadi Endraswara London, dan di ‘sGravenhage. Naskah Hikayat
(2003: 128) yang menyatakan bahwa, sastra Nabi Bercukur terdiri atas beberapa macam
bandingan lebih banyak memperhatikan bahasa, misalnya bahasa Makasar, bahasa
hubungan sastra menurut aspek waktu dan Bugis, bahasa Sunda yang pernah dimuat oleh
tempat. Dari aspek waktu sastra bandingan Grashuis dalam buku bacaannya pada tahun
dapat membandingkan dua atau lebih periode 1874, dan bahasa Aceh dengan nama Nabi
yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan Meucuko. Hikayat ini juga pernah diterbitkan
mengikat sastra bandingan menurut wilayah di Jakarta pada tahun 1953 dan di Singapura
geografis sastra. sampai berulang kali terbit.
Pendapat Sapardi Djoko Damono Sastra dalam lingkup manuskrip hampir
nampaknya mengarah pada dua asusmsi, yaitu semuanya mempunyai variasi teks, entah teks
bandingan antar negara dan bandingan sastra itu lebih luas atau menyempit. Ini tugas
dengan disiplin ilmu lain. Namun, Suwardi filologi sebagai kerja merunut teks naskah
Endraswara juga menekankan pada dua asli atau naskah yang mendekati asli. Tetapi
landasan pokok, yaitu bandingan berdasarkan naskah SKN dan HNB akan diperlakukan
letak geografis dan bandingan berdasarkan relasi antarteks sebagai bentuk epigonistik.
kurun waktu (periode). Dalam makalah Maman Sebenarnya masih banyak sekali karya sastra
S. Mahayana yang disampaikan pada seminar lama yang mempunyai relasi antarteks, namun
sastra bandingan di Fakultas Sastra (sekarang penulis mengambil SKN dan HNB mencoba
FIB) Universitas Indonesia, 1990 berpendapat untuk dianalisis karena kedua manuskrip
bahwa sastra menyagkut bahasa, wilayah, dan ini terdapat kemiripan tetapi dalam SKN
politik. Akan tetapi penulis pada perbandingan ada tambahan teks asmaul husna. Begitu juga
kali ini akan menganalisis karya sastra tulisan bentuk penyampaian teks berbeda; manuskrip
tangan (manuskrip) dengan bahasa dan aksara SKN disampaikan (tulis) dalam bentuk syair.

144
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

Selanjutnya sebagai pembanding lain, yaitu Identifikasi Keterkaitan Fungsi Manuskrip


manuskrip yang berbeda aksara dan bahasa, Pemaparan dalam penelitian ini akan
yaitu manuskrip HNB. membatasi persoalan-persolan pokok terutama
mengenai fungsi naskah, tema, dan relasi
Deskripsi Objek Bandingan keduanya. Fungsi naskah (manuskrip) adalah
Manuskrip Hikayat Nabi Bercukur dan nilai lebih dari suatu naskah tersebut, hal ini
Syair Kanjeng Nabi akan diungkan bandingan ada hubungannya dengan tema karena tema
kandungan teks. Apa ada berbedaan yang atau kandungan teks itulah yang mempunyai
singnifikan dari keduaya, padahal ketiga suatu keistimewaan. Keduanya ada harapan
naskah itu dimunculkan dalam kondisi dan bahwa kedua naskah yang dijadikan analisis
budaya masyarakatnya yang berbeda. Namun merupakan suatu relasi. Relasi itu kemungkinan
secara inti, teks keduanya membicarakan Nabi ada pengaruh epigonistik.
Muhammad SAW bercukur disertai fungsi teks. Ketiga persolan itu sekedar menjembatani
Penarikan keterpengaruhan ketiganya simpulan atau titik temua bagian mana
penulis menjadikan SKN sebagai inti atau saja yang terletak kemiripannya dengan cara
tonggak pegangan, bukan artian yang lebih komparasi, kemudian ditafsirkan sederhana
lengkap, tetapi sebatas membatasi teksnya. apakan HNB dan SKN ada pengaruh unsur
Pada akhirnya kedua teks itu mampu dicari epigonistik. Menurut Suwardi Endraswara
kesamaannya. Singkat deskripsi teks SKN, (2011: 112) epigon berasal dari bahasa latin,
yaitu Nabi Muhammad lahir di Makah anak yaitu epigonos atau epigignestai, yang berarti terlahir
laki-laki dari kyai Abdullah ibu Dewi Aminah, kemudian. Seniman atau sastrawan adalah
selama masih dalam kandungan, ayah Nabi kreator yang gemar melakukan penjelajahan
Muhammad sudah meninggal dunia. Tidak imajinasi. Melalui imajinasi tentu ada hal
begitu lama setelah kelahiran Nabi Muhammad yang baru, atau suatu penolakan terhadap
sang bunda Dewi Aminah menyusul suaminya yang dahulu, dan tidak tertutup kemungkinan
dan dimakamkan di Abwa juga. Dalam posisi ada inovasi. Apapun wujudnya, kemampuan
seperti itu, Nabi Muhammad berada di kota sastrawan menciptakan perlu dihargai sebagai
Madinah diasuh oleh pamannya, yaitu Abu kreatifitas. Biasanya karya yang lahir terdahulu
Tholib, seorang putra Abdul Muthalib. sering dijadikan induk epigon, sedangkan karya
Selang beberapa tahun Nabi Muhammad berikutnya disebut epigon.
kembali ke Mekah dan menikah dengan Siti Titik temu epigon pada akhirnya secara
Khodijah. Tidak begitu lama, malaikat Jibril otomatis akan terdeteksi berdasarkan komparasi
menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad keduanya dari sudut penokohan dan temanya.
di Gua Hira. Awalnya setelah Nabi Muhammad Sajian pertama ditemukan fungsi orang yang
mendapatkan wahyu, kemudian berdakwah menyimpan teks naskah dari keduanya.
ke kerabatnya dan berlanjut ke kaum Quraisy
didampingi oleh para sahabat Nabi yang telah “sabab agamane dak erti / sing safa
sepakat mempercayai terhadap syariat Islam. simfen ing caritane / maka selamet ing sak
Dari sedikit ringkasan cerita awal teks umure/ maka sun faring rahmat sak leksa /
saben wengi lawan den reksa / sing dak gelem
tersebut, SKN berisi tentang keluarga Nabi simfen ing caritane / ingsun kurai ing sak
antara lain ayahnya (Abdullah), ibunya (Dewi usine / lan sun kurai sandang paane / sekehe
Aminah), kakeknya (Abdul Muntholib), dan ferabot jero omahe / yen wong kang demen
istrinya (Siti Khodijah). Dalam cerita teks SKN carita rasul / ulehe faras ing kanjeng rasul /
selanjutnya lebih kepada ajaran (dakwah) syariat jin lan syethan iku dak wani / tur dadi syahid
Islam yang dikonsep dalam bentuk syair dan besuk matine / lan yen lara ya gelis waras /
oleh berkate nabi fefaras / lan lamun sira aref
doa-doa mujarab atau syair doa. leluan / festhi selamet sekehe begal / lan selamet

145
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

maring kesasar / miwah selamet kala leluan / / besuk qiyamat lufut ing geni / allah ta‘ala
/ “(SKN) ambagusana” (SKN).

“sing simfen ing caritane / ingsun sefura “Barang siapa perdayakan padanya,
sekeh dusane” (SKN) nescaya bertambah rahmat Allah turun
pada rumahnya pada sehari-hari jua
“barang siapa menaruh perilaku adanya”(HNB).
bercukur ini, maka Allah ta‘ala
menurunkan rahmat-Nya dibalas rumah Dari kedua teks tersebut terdapat fungsi
kamu berpuluh amal dan beberapa rizki”
yang berbeda. Kemungkinan perbedaan fungsi
(HNB)
tersebut karena proses penyalinan. Naskah yang
disalin bisa jadi sebuah ringkasan, menjelaskan
Kedua teks tersebut menyajikan fungsi
sebatas inti pokok teksnya. Secara garis besarnya
dari naskah itu sendiri bahwa teks Nabi
tema dari fungsi naskah penulis bagia dalam
Muhammad bercukur mempunyai fungsi.
tiga tahapan yaitu tahap menyimpan menyalin,
Fungsi dari keduanya terdapat kemiripan
dan membaca. Tahap membaca dari cerita Nabi
antara lain: a) SKN menjelaskan bahwa barang
Muhammad bercukur fungsinya tertera pada
siapa yang mau menyimpan naskah SKN jin
kutipan teks di atas, seperti: a) “apabila membaca
dan setan tidak berani, akhirnya akan mati
teks naskah SKN maka tidak akan kekurangan
sahid, apabila sakit akan cepat sembuh, apabila
rizki selama-lamanya dilapangkan kuburnya,
akan bepergian akan selamat dari perampok,
ketika mati (nazak) tidak sakit, malaikat
dan dimaafkan dari semua banyaknya dosa
Mungkar dan Nangkir tidak adan menanyai,
dan b) teks HNB kalau disimpan makan akan
hari kiamat tidak akan masuk api neraka, dan
diberikan rahmat oleh Allah, dan berpuluh
selamat dari mara bahaya. Di samping itu jin
amal serta rizki.
dan setan tidak akan menggoda (sia-sia), Allah
Selain menyimpan naskah, ternyata cerita
SWT memberikan kekayaan. Apabila hal itu
Nabi Muhammad bercukur juga ada hikmah
dilaksanakan, nantinya bisa terhindar dari
dibalik menulis naskah. Menulis di sini diartikan
bahaya api neraka dan barang siapa yang ragu
sebagai menyalin. Seperti pada kutipan di
pasti kufur” dan b) “apabila membaca HNB
bawah ini: “yen dak bisa maca do‘a tulisan / maka
maka Allah SWT akan menurunkan rahmat
simpena iku tulisan / maka areksa allah ta‘ala”
di rumah orang yang membaca itu setiap hari”.
(SKN). Dalam teks HNB tidak dijelaskan secara
Keduanya mempunyai fungsi yang
spesifik akan makna dari menyalin naskah cerita
berlainan, padahal fungsi yang dimaksudkan
Nabi Muhammad. Fungsi menyalin hanya
adalah membaca cerita Nabi Muhammad
diketemukan pada naskah SKN, yaitu barang
bercukur. Termasuk berasal dari daerah yang
siapa yang menulis (menyalin) naskah akan
berbeda-beda dan masa yang berbeda. Dalam
terhindar dari kejelekan dan di surga mendapat
SKN sendiri tercantum kolofon ―hataman syiir
bidadari.
ing dina ahad / nyerambahana maring wong tobat /
Arti membaca dalam hal ini, penulis
tanggal wolulas rabiul awal / syufa‘at den enggalenggal
artikan melafalkan tanpa teks dan membaca
fukul fitu fasaran wage / bisaha metu nyang ageage /
menggunakan teks naskah.
hijrahe sewu telung atus / lan rong puluh fitu funjule.”
“lan akeh akeh iku syawabe / lamun Syair ini selesai ditulis (salin) hari Minggu,
den waca iku do‘ane / dak kurang resqi kang tanggal 18 Rabiul Awal, jam 7 pasaran Wage,
selawase / den padaaken ing kuburane / kala bulan Hijriah 1327 (1906). Naskah HNB
sekarat iku dak lara / munkar wa nangkir // berasal dari museum negeri Banda Aceh,
dak nakoni / dina kiyamat dak melebu geni
lan selamet ing foncabaya / jin lan syethan dak di dalam deskripsi dijelaskan kalau naskah
niyaniya / allah ta‘ala annyugehaken / ikilah HNB memakai kertas watermark Bulan Sabit
do‘a den amalaken / sartane lufut sekehe belahi Bersusun Tiga, sekitar tahun 1696 M.

146
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

Menurut Abdul Hadi WM (2007) lua maring madinah / ibune seda ana abuwa
kesusastraan Melayu dan Jawa merupakan dua / sanding kang rakara den abdullah / den
kesusastraan serumpun yang khazanahnya karekaken ana madinah / nabi muhammad
bali nyang mekah / melase garwa dewi hadijah”
begitu kaya dan sangat berpengaruh terhadap (SKN)
perkembangan kesusastraan Nusantara
yang lain. Selanjutnya Suwardi Endraswara Pada permulaan teks SKN dijelaskan
menambahkan, saling berpengaruh antara secara singkat kelahiran Nabi Muhammad
keduanya sebagai dampak dari keterjalinan sampai beristri dengan Dewi Khodijah. Hal
budayanya, menyebabkan kedua ranah ini tidak diketemukan peristiwa itu pada teks
kesusastraan itu kaya bahan penelitian sastra HNB. Cerita Nabi Muhammad bercukur dalam
bandingan. Baik dalam khazanah kesusastraan teks SKN dimulai pada saat salah satu orang
Melayu maupun dalam khazanah kesusastraan mukmin datang ke Abu Bakar, kemudian Abu
Jawa terdapat karya-karya saduran dan gubahan Bakar menjawabnya, seperti pada kutipan:
dari sumber yang sama, dipengaruhi dan
diilhami oleh sumber yang sama, serta ditulis “ya abu bakar ratune mu‘min / ing
berdasarkan pandangan estetika pada paham dawuh tuwan kula kefiin / kalane faras njeng
rasulullah / dinane sasi niku funafa / duk
keagamaan yang sama. miyosi kuluk kang pundi / den fariaken ing
kanjeng nabi / ya abu bakar iku andika /
Identifikasi Tema ing wong mu‘min kang fada teka // tetkala
Tema adalah pokok pembahasan dari faras nabi muhammad / bakdane kundur
kang perang lahad / ing dina isnain wus ana
persoalan dalam sebuah teks. Tema cerita Nabi makkah / iku kundure saking madinah / njeng
Muhammad sangat luar biasa banyaknya. gusti darus qur‘an sak saat / maka katekan
Mulai dari masa kelahiran sampai meninggalnya ing malaikat jabarail mbekta kalimah ayat /
Nabi Muhammad. Cerita-cerita itu di Nusantara den fariaken kekasih tuwan / mukholikina
ru‘usakum / wamuqashirina latakhafuna
dikreasikan menjadi beragam bahasa dan versi- / punika werni ing ayat qur‘an/ …sa‘alas
versi yang sifatnya jalinan. Dalam teks Syair ramdan sagale sasi”(SKN)
Kanjeng Nabi mempunyai persamaan dengan
teks-teks sejenis, seperti HNB. “maka datanglah seorang daripada
kaum sahabat nabi Allah. Maka dia
Pada awal teks SKN dimulai dengan cerita pun bertanya kepada Abu Bakar Sadiq
Nabi Muhammad adalah anak laki-laki Abdullah, Radiallahu anhu bertanya apalah kiranya
dan ayahnya meninggal kamudian dimakamkan peri kemuliaan mukjizat nabi Allah
di Abwa sebelum Nabi Muhammad lahir. bercukur itu. Di hadapan siapa nabi
Allah bercukur itu dan kopiah daripada
Setelah kelahiran Nabi Muhammad ibunya mana akan dipakai nabi Allah bercukur
meninggal dimakamkan dekat Abdullah. Dalam itu dan berapa tahun lamanya sudah nabi
kondisi tanpa ayah dan ibu, Nabi Muhammad Allah bercukur. Maka ujar Abu Bakar al-
dirawat oleh Dewi Aminah di kota Madinah Siddiq radiallahuanhu demikian bunyinya,
‘Hai mukmin yang percaya akan Allah,
sampai dewasa akhirnya menikah dengan Dewi jika tuan hamba hendak mendengar peri
Khodijah. kemuliaan mukjizat nabi Allah bercukur
itu baiklah, hamba ceterakan kepada tuan
“futera jalere kiyahi abdullah / hamba’.... Adapun tatkala nabi Allah
finuteraken ana ing makkah / durue zhahir bercukur itu waktu Rasulullah kembali
njeng rasulullah / den tilar sedara den abdullah daripada perang dengan Raja Lahud
/ nalika sedara den abdullah / iku benere ana pada sembilan hari bulan Ramadhan hari
abuwa // den sarekaken ana madinah / kari isnin tatkala membaca Quran pada ketika
rerandan dewi aminah / sarta aandut njeng itu ia turun dibawa oleh Jibril kepada nabi
rasulullah / tur masi tetep ana ing mekah / demikian muhalliqunarausikumuilaihi
sawuse fahir menyang mudinah / den susuaken ...sembilan belas hari bulan Ramadhan
dewi halimah / lawase lawas bali nyang makkah pada hari isnin” (HNB).
/ den aturaken / dewi aminah / den ejak

147
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

Dalam teks tersebut seorang mukmin


bertanya mengenai hari dan bulan saat Nabi Topi yang dipaparkan dari kedua teks
Muhammad bercukur. Setelah bercukur tersebut adalah topi dari daun kastuba yang
harus memakai topi apa sekiranya pantas diambil oleh malaikat Jibril dari surga sutera
untuk Nabi Muhammad. Kemudian Abu (SKN) berwarna hijau. Pemakaian topi itu
Bakar menjawabnya bahwa Nabi Muhammad berdasarkan perintah Allah yang diberikan
bercukur pada hari Senin sepulang dari perang kepada malaikat Jibril. Pada saat bercukur
Lahad tepat sudah berada di Makkah. Tanggal Nabi Muhammad disaksikan oleh empat para
19 bulan Ramadhan. Sedangkan pada teks HNB sahabat Nabi. Mengenai jumlah rambut Nabi
menyatakan kalau Nabi Muhammad bercukur Muhammad juga dimunculkan dalam kedua
setelah pulang perang melawan Raja Luhud pada teks manuskrip itu, seperti pada kutipan:
sembilan belas hari bulan Ramadhan, tepat hari
Senin. Kedua teks itu mempunyai kemiripan “katahe rambut tuwan wunia / niku
dari apa yang ditanyakan oleh seorang mukmin sak keti lan telung leksa / lan telung ewu lan
telung atus / lan telung fuluh telu den urus //”
kepada Abu Bakar dan atas perintah Allah hari (SKN).
mulainya Nabi Muhammad bercukur.
Selain itu di teks SKN, sepulang dari “adapun banyak rambut tuan
Madinah Nabi Muhammad membaca Al hamba itu, sakti dua laksa enam ribu enam
ratus enam puluh enam helai” (HNB).
Qur‘an sebentar, kamudian malaikat Jibril
datang dengan membawa ayat “mukholikina Dalam SKN banyaknya rambut Nabi
ru‘usakum/ wamuqashirina latakhafuna” Hal Muhammad adalah satu keti (10.000), satu leksa
yang sama juga muncul di teks HNB, malaikat (100.000), tiga ribu, dan tiga ratus; berarti total
Jibril datang dengan membawa ayat keseluruhan 113300. Hal ini berbeda dengan
“muhalliqunarausikumuilaihi”. teks HNB yang menjelaskan kalau jumlah
Selesai tanya jawab seorang mukmin rambut Nabi Muhammad adalah satu keti
dengan Abu Bakar, dan dilanjutkan malaikat (10.000) dua leksa (200.000), enam ribu enam
Jibril datang dengan membawa ayat. Kemudian ratus enam puluh enam (6.666); berarti total
atas izin Nabi Muhammad Jibril datang kepada 216.666.
Allah menanyakan mengenai topi yang akan Berlangsungnya Nabi Muhammad
digunakan setelah Nabi Muhammad Bercukup, bercukur oleh malaikat Jibril, Allah
seperti: menurunkan firman kepada para bidadari di
“ya ilayhi anta faeran / fundi kuluk surga. Mereka disuruh untuk turun ke bumi
kasihe tuwan / kebat lu‘aha menyang suwarga untuk menyaksikan bercukur, dan disuruh
/ sira menika godong kastuba / ingkang sak untuk mengambil sehelai rambut-Nya, seperti
lembar gawe kuluke / kekasih ingsun maring pada kutipan:
farase / nuli jabarail menyang suwarga /
menika godonge kayu kastuba / amung sak
lembar lir sutera ijo //” (SKN). “he widadari fada mudhuna / menya‘a
mekah fada nuntana / olehe faras nabi
“maka firman Allah ta‘ala kepada muhammad / ingkang marasi ya malaikat /
Jibril ‘Adapun kekasihku itu bercukur sira mareka jaluk rambute / sak lembar ewu
di hadapan cahaya dirinya jua kerana ia akeh syawabe / sirata lekena ing le‘en ira /
cahaya nabi- nabi dan yang mencukur sekeh dusamu isun sefura / sing simfen ing
kekasihku itu engkau Jibril dengan caritane / ingsun sefura sekeh dusane” (SKN).
firmanku dan kopiah yang akan dipakai
kekasihku jika sudah bercukur ambil “maka firman Allah ta‘ala
olehmu daun kayu Tuba yang amat menitahkan segala anak bidadari ‘Hai
hijau warnanya di dalam syurga, perbuat anak-anakan bidadari keluarlah engkau
olehmu akan kopiah kekasihku daripada sekalian dari dalam syurga, pergilah
nugerahku’” (HNB). engkau segera turun ke dunia mengambil

148
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

rambut kekasihku yang dicukur oleh Jibril lisan. Sudah barang tentu dalam menulis teks
dan sehelai rambutnya pun janganlah lisan itu ada beberapa bagian yang lupa atau
gugur ke bumi. Ambillah olehmu sehelai susunan cerita yang berbeda.
seorang akan mukjizat, ikatkanlah
pada lengan kamu yang kanan supaya Pengamatan yang dilakukan Sri Wulan
kuampuni sekelian dosa kamu’” (HNB). Rujiati Mulyadi lebih sederhana. Beranggapan,
penyalinan naskah di Indonesia mempunyai
Manuskrip SKN menyebutkan jenis kebebasan. Dalam artian, penyalin bebas
rambut Nabi Muhammad ada seribu macam, memberbaiki kesalahan teks naskah yang
tetapi pada teks HNB tidak disebutkan dianggap salah di dalam naskah yang disalin,
jenisnya. Namun pada kedua teks manuskrip misalnya mengubah, menambah, dan
menjelaskan bahwa bagi siapa yang mau mengurangi menurut seleranya.
mengambil rambut Nabi Muhammad kemudian Pengertian itu bisa dilihat pada beberapa
letakkan di lengan kanan (HNB) atau kedua manuskrip Melayu dan Jawa, keduanya
lengan (SKN), maka semua dosa akan diampuni mempunyai pengaruh besar terhadap titik
oleh Allah. mirip. Letak kemiripan ini yang penulis
jadikan sebagai titik epigon dari hasil inovasi.
Penafsiran Perbandingan Menurut Sapardi Djoko Damono (2005: 18-25)
Penafsiran merupakan persoalan menjelaskan beberapa poin keterpengaruhan
mempertimbangkan keterpengaruhan dalam dari sastra bandingan, yaitu asli, pinjaman
mencari sebab suatu teks tersebut mempunyai dan tradisi. Tradisi inilah yang mendapati
titip mirip dengan teks lain. Bisa jadi teks itu letak kemunculan epigonistik. Tradisi adalah
mengalami penyempitan atau perkembangkan penuturan teks yang turun- temurun.8
teks berdasarkan kreatifitas penyalin atau Sementara itu Siti Baroroh Baried, dkk (1994:
penafsir naskah. Semakin kreatif seorang 59) tradisi adalah rangkaian penurunan yang
penyalin manuskrip itu maka semakin beragam dilewati oleh suatu teks yang turun-temurun.
pula teks itu dimunculkan. Kemungkinan Baik teks itu berupa teks naskah turunan
lain, memang penyalin manuskrip sengaja atau teks lisan.
mengurangi teks tersebut dengan maksud Tradisi ini sangat berpengaruh akan
lain. Penyalin adalah orang yang melakukan kelangsungan suatu kerya itu mengalami
penyalinan teks naskah berpedoman atas epigonistik, seperti SKN dan HNB. Keduanya
naskah rujukan yang ada. sama-sama menceritakan tentang Nabi
Berdasarkan pengamatan Edwar Muhammad bercukur disertai fungsi teks
Djamaris (2002: 5-6) penyalinan naskah naskah. SKN disalin 1906 M, sedangkan HNB
membaginya menjadi bermacam-macam cara, 1696 M. Apakah SKN pegon terlahir kemudian
sebagai berikut: a) penyalin menyalin suatu setelah HNB Jawi, padahal Sunan Kalijaga
naskah secara otomatis, tidak cermat dan juga menuslis Serat Paras Nabi memakai
tidak memperhatikan isi kalimat naskah yang aksara pegon. Hal ini harus merunut Islam di
disalinnya itu, sehingga naskah itu sering terjadi Nusantara dan karya-karyanya. Menurut Ismail
kesalahan tulis, b) penyalin menyalin naskah Hamid (1983: 19) cerita-cerita kisah nabi versi
dengan sengaja mengubah kata, menambah, Melayu banyak digubah berdasarkan sumber
dan mengurangi kata kata atau susunan kalimat Arab dan Parsi seperti Kitab al-Mubtada wa Qisas
yang dianggapnya salah itu, sehingga naskah al- Anbiya‘ (buku tentang kejadian alam dan
semacam ini terdapat banyak kata atau kalimat cerita para nabi) karangan Wahb ibn Munabba
yang berbeda, c) penyalin menyalin suatu (w. 730 M), Ara`is al-Majalis: Qisas al-`Anbiya‘
naskah dengan gaya bahasanya sendiri sehingga (para pengantin dalam majlis: kisah para nabi)
terdapat beberapa naskah yang gaya bahasanya karangan Tha`labi (abad ke-10 M), dan Qisas al-
berbeda, dan d) teks naskah itu disalin dari teks `Anbya‘ karangan Ibn Khalaf dari Nisyapur.

149
Jurnal Poetika Vol. I No. 2, Desember 2013

Suatu kemungkinan naskah cerita Nabi Lama Pada Zaman Pengaruh Islam.
Muhammad bercukur dari berbagai bahasa di Yogyakarta: Lukman.
Nusantara merujuk dari sumber yang sama, tak Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi.
terlepas mendapat tafsiran dari para kreator Jakarta: CV Manasco
waktu itu. Karena Islam masuk Nusantar Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian
dengan cara damai, dan nilai keutuhan lokal Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
tetap dilestarikan. Sastra Islam yang dikemas Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian
menjadi hikayat dan syair tentang tokoh Sastra Bandingan. Jakarta: bukupop.
kepahlawanan inilah orang-orang Nusantara Hamid, Ismail. 1983. Kesusasteraan Melayu Lama
terpengaruh, pada akhirnya memberikan kesan dari Warisan Peradaban Islam. Petaling
kepada pembaca atau pendengar waktu itu Jaya, Selangor: Fajar Bakti.
bahwa tokoh-tokoh Islam itu sangat hebat. Manuskrip Syair Kanjeng Nabi. Manuskrip
Dengan cara ini menutup kemungkinan ajaran- Hikayat Nabi Bercukur.
ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat. Pradopo, Rahmat Djoko. 2005. Pengkajian
Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis
Kesimpulan Struktural dan Semiotik. Yogyakarta:
Teks SKN dan HNB dari wilayah yang Gajah Mada University Press.
berbeda sama-sama menceritakan mengenai Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nabi Muhammad pada saat bercukur, disertai Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa
dengan fungsi naskah. Namun kesamaan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
itu tidak secara singnifikan dimunculkan. Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar
Banyak berbedaan yang nampak, mulai dari Macapat. Depok: Fakultas Sastra
kelahiran Nabi Muhammad ada dalam teks Universitas Indonesia.
SKN sedangkan di HNB tidak diketemukan, Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam
termasuk tambahan teks asmaul husna dari Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer
SKN. Fungsi naskah masing-masing juga ada Gramedia
sedikit perbedaan antara di Melayu dan di Jawa.
Kalau Naskah SKN lebih beragam nilai- nilai
fungsinya bila dikomparasikan dengan naskah
HNB.
Perbedaan proses penyalinan atau
penafsiran tidak lepas dari pengaruh sosial dan
budaya dari mana suatu karya itu dimunculkan.
Epigonistik sebagai alat untuk mengembangkan
kreatifitas penyalin agar memberikan pengaruh
bagi pembaca atau pendengar akan sebuah teks
“tradisi” bersastra.

Daftar Pustaka
Baried, Baroroh, dkk. 1994. Pengantar Teori
Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian
dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi
Filologi, Fakultas Sastra UGM.
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pengantar
Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat
Bahasa, Depdiknas.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusastraan Indonesia

150

Anda mungkin juga menyukai