Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017
Andi Sutisno
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
e-mail: aksaraabdikata@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membantah anggapan yang selama ini dianggap benar.
Dengan bukti-bukti yang ada pada teks novel Sengsara Membawa Nikmat. Penelitian ini
ingin membuktikan bahwa tokoh protagonis tidak selalu benar, dan sebaliknya tokoh atagonis
juga tidak selamanya salah. Penulis ingin mengungkap sisi lain dari tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita Sengsara Membawa Nikmat. Dengan pemunculan sisi lain tersebut, diharapkan
pembaca tidak hanya terkungkung pada satu makna yang selama ini mendominasi
pemahaman dan dianggap sebagai kebenaran mutlak di kalangan pembaca.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode dan teknik analisis teks untuk memahami karakter setiap tokoh yang
ada dalam cerita sengsara membawa nikmat. Penelitian ini menggunakan teori Dekonstruksi
yang digagas oleh Jacques Derrida, dan Strukturalisme sebagai teori pendukung dalam
menguraikan watak tokoh.
Pengkajian secara dekonstruksi telah melebur batas yang selama ini tercipta antara tokoh
protagonis-antagonis dan tokoh utama-tambahan. Setiap tokoh adalah tokoh, tidak ada
pertimbangan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis ternyata juga memiliki sisi
negatif, dan sebaliknya tokoh antagonis ternyata juga memiliki sisi positif yang patut
dicontoh. Dengan kata lain, tokoh dalam novel sengsara membawa nikmat juga seperti kita
(manusia nyata) yang memiliki sifat baik dan buruk, kelebihan dan kekurangan.
Begitu juga dengan tokoh utama dan tokoh tambahan. Kita tidak bisa mengabaikan
tokoh walaupun tokoh tersebut tidak selalu dimunculkan dalam cerita. Sekecil apapun peran
tokoh dalam cerita ia tetap ikut membangun cerita tersebut. Jika salah satu tokoh dihilangkan
akan muncul kemungkinan baru yang akan merubah jalan cerita. Kemungkinan baru juga
akan muncul jika salah satu tokoh melakukan tindakan yang berbeda dari apa yang
diceritakan.
selamanya salah. Penulis ingin mengungkap the human sciences ―,di universitas Johns
sisi lain dari tokoh-tokoh yang ada dalam Hopkins tahun 1966.
cerita Sengsara Membawa Nikmat. Dengan Secara leksikal prefiks ‗de‘ berarti
pemunculan sisi lain tersebut, diharapkan penurunan, pengurangan, penokohan,
pembaca tidak hanya terkungkung pada satu penolakan. Jadi, dekonstruksi dapat diartikan
makna yang selama ini mendominasi sebagai cara-cara pengurangan terhadap
pemahaman dan dianggap sebagai kebenaran konstruksi, yaitu gagasan. Kristeva
mutlak di kalangan pembaca. (1980:36-37), misalnya, menjelaskan bahwa
dekonstruksi merupakan gabungan antara
KAJIAN TEORI hakikat destruktif dan konstruktif.
Dekonstruksi Derrida Dekonstruksi adalah cara membaca teks,
Dekonstruksi identik dengan resepsi sebagai strategi. Dekonstruksi tidak semata-
sastra. Apabila teks dikaitkan dengan mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi
perempuan dan masalah-masalah kolonial, semua pernyataan kultural sebab
maka dekonstruksi identik dengan feminis keseluruhannya pernyataan tersebut adalah
dan postkolonial. Apabila teks dikaitkan teks yang dengan sendirinya sudah
dengan cerita dan penceritaan, dekonstruki mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi,
identik dengan naratologi dan postrukturalis. kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu.
Dengan demikian postrukturalisme adalah Dekonstruksi dengan demikian tidak terbatas
mendekonstruksi kekuatan laten subjek hanya melibatkan diri dalam kajian wacana,
kultural, subjek-subjek hegemonis yang baik lisan maupun tulisan, melainkan juga
secara terus menerus mengkondisikan situasi kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif
marginalitas. ‘perempuan ‗ adalah simbol mentransformasikan hakikat wacana.
marginalitas yang paling konstan. Menurut Al-fayyadl (2011: 232)
Perempuan adalah manifestasi hawa ditaman dekonstruksi adalah testimoni terbuka
eden, kaum buruh dan tani bagi kelompok kepada mereka yang kalah, mereka yang
marxis, pribumi dalam pandangan kolonial, terpinggirkan oleh stabilitas rezim bernama
ekonomi lemah dalam kaitannya dengan pengarang. Maka, sebuah dekonstruksi
proyek kapitalis, novel populer dalam adalah gerak perjalanan menuju hidup itu
kerangka sastra yang indah (kesusastraaan), sendiri.
pada tradisional dalam era swalayan, dan Tokoh terpenting dekonstruksi adalah
sebagainya. Pada dasarnya dekostruksi Jacques Derrida, seorang Yahudi Aljazair
diperhadapkan pada simbol-simbol yang kemudian menjadi ahli filsafat dan
‗perempuan‘ seperti diatas. kritik sastra di Perancis. Dekonstruksi
Dalam bidang filsafat maupun sastra, dikembangkan atas dasar pemahaman
dekonstruksi termasuk salah satu teori yang sepihak tradisi kritik, yaitu yang semata-
sangat sulit untuk dipahami. Dibandingkan mata memberikan perhatian terhadap ucapan.
dengan teori-teori postrukturalisme pada Aliran dekonsruksi lahir di Perancis sekitar
umumnya, secara definitif perbedaan tahun 1960-an, yang kemudian berpengaruh
sekaligus ciri khas dekonstruksi sebagaimana besar di Amerika sekitar tahun 1970-an
dikemukakan oleh Derrida (1976) adalah hingga pada tahun 1980-an. Pada dasarnya,
penolakannya terhadap logosentrisme dan menurut Sarup (2003:51) dekonstruksi
fonosentrisme yang secara keseluruhan bertujuan untuk membongkar tradisi
melahirkan oposisi biner dan cara-cara metafisika barat seperti fenomenologi
berpikir lainnya yang bersifat hierarkis Husserlian, strukturalisme Saussurean,
dikotomis. Konsep dekontruksi (Selden, strukturalisme Perancis pada umumnya,
1986:84) mulai dikenal sejak Derrida psikoanalisis Freudian dan Psikoanalisis
membawakan makalahnya yang berjudul Lacanian. Tugas dekonstruksi, mengungkap
―Structure, sign, and play in the discourse of hakikat problematika wacana-wacana yang
dipusatkan, dipihak yang lain membongkar
sebenarnya takut kepada Midun, karena ―Ya, f 500,-!‖ ujar Syekh Abdullah pula.
sudah dilihatnya bagaiman ketangkasan anak ―Midun mesti bayar f 500,- sekarang, sebab
muda itu dan juga kedekatan Midun dengan sekian ditulis dalam surat-utang.‖ (Sati: 156)
Turigi, orang yang paling ditakuti dan
disegani di dalam penjara ketika itu. Nasi Suka Bergunjing
cukup dengan lauk pauknya yang diantarkan Bergunjing adalah kebiasaan membicarakan
untuk Midun selalu diberikannya kepada aib atau keburukan orang lain. Kebiasaan ini
mandur Saman sebab Midun takut biasanya dimiliki oleh kaum perempuan.
hukumannya akan bertambah seperti Namun tokoh Midun ternyata juga suka
ancaman mandur Saman kepadanya. membicarakan keburukan orang lain seperti
terlihat pada dialog antara tokoh Midun dan
b) Buta Huruf Maun:
Midun adalah sosok yang buta terhadap ―Baik, saya pun amat suka berniaga,‖ jawab
huruf latin. Ia hanya bisa membaca dan Maun . . . Jika pandai menjalankan
menulis dengan huruf arab yang lazim perniagaan, memang lekas benar naiknya.
dikenal sebagai tulisan surau. Memang pada Tapi jatuhnya mudah pula. Lihatlah Baginda
zaman penjajahan Belanda buta akan huruf Sutanitu! Dari sekaya-kayanya jatuh jadi
latin adalah hal yang biasa karena banyak semiskin-miskinnya. Sekarang pikirannya
masyrakat Indonesia yang tidak bersekolah. tidak sempurna lagi.‖
Namun kekurangan ini membuat Midun ―Benar katamu itu. Karena Baginda Sutan
tidak bisa melakukan sesuatu yang sangat tamak akan uang dan sangat kikir
memerlukan kemampuan membaca huruf pula, ia dihukum Tuhan. Boleh jadi ia
latin seperti pengurusan surat pas untuk berniaga terlampau banyak mengambil
dirinya dan Halimah agar bisa berlayar ke untung, lalu dimurkai Allah. Kekikirannya
pulau jawa. Hal ini terlihat pada kutipan: jangan dikata lagi. Bajunya baju hitam yang
...‖Bagi saya gelap perkara surat pas itu. sudah berkilat lehernya, karen tidak bercuci.
Sebab itu saya harap Bapaklah yang akan Baunya pun tidak terperikan busuknya. Uang
menolong perkara itu.‖ (Sati: 122) seduit dibalikbaliknya dulubaru
Kebutaannya akan huruf latin juga memeiliki dibelanjakan.‖ (Sati: 68)
dampak lain bagi diri Midun. Karena tidak Dari kutipan di atas terlihat bahwa Midun
bisa baca tulis dalam huruf latin ia dengan dan Maun sedang membicarakan keburukan
gampang ditipu oleh seorang saudagar Baginda Sutan. Perilaku yang demikian biasa
keturunan arab. Midun yang hanya disebut bergunjing yang merupakan salah
meminjam uang sejumlah f 250,- diminta satu kebiasaan yang buruk. Selain
untuk membayar dengan jumlah dua kali menimbulkan dosa, kebiasaan ini juga bisa
lipat. Merasa dirinya tertipu, Midun tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat
mau membayar utangnya kepada saudagar karena adanya perubahan informasi dari
itu dan akhirnya Midun diadukan ke polisi. mulut ke mulut.
Karena saudagar arab itu memiliki bukti
berupa surat utang, Midun akhirnya kalah Lancang
dalam persidangan dan kembali ditahan Kelancangan Midun terlihat dari sikapnya
dalam penjara di Glodog. Hal ini terlihat yang secara terang-terangan menyalahkan
dalam kutipan: orang lain di pasar malam. Midun sedikitpun
Terperanjat sungguh Midun mendengar tidak memikirkan kalau pernyataannya itu
perkataan Syekh Abdullah itu. Ia tahu uang membuat orang lain merasa marah, malu,
yang dipinjamnya, Cuma f 250,- tiba-tiba atau tersinggung. Setelah melontarkan
sekarang menjadi f 500,- ? Maka ia pun perkataan Midun langsung pergi
berkata dengan cemasnya, katanya ―Berapa meninggalkan lawan bicaranya karena ia
Tuan? F 500,-? Mengapa jadi 500,-?, padahal melihat wajah orang itu tiba-tiba berubah,
saya terima uang dari Tuan Cuma f 250,-?‖