Anda di halaman 1dari 12

BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252

Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

KAJIAN DEKONSTRUKSI DERRIDA DALAM NOVEL


SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA SUTAN SATI

Andi Sutisno
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

e-mail: aksaraabdikata@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membantah anggapan yang selama ini dianggap benar.
Dengan bukti-bukti yang ada pada teks novel Sengsara Membawa Nikmat. Penelitian ini
ingin membuktikan bahwa tokoh protagonis tidak selalu benar, dan sebaliknya tokoh atagonis
juga tidak selamanya salah. Penulis ingin mengungkap sisi lain dari tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita Sengsara Membawa Nikmat. Dengan pemunculan sisi lain tersebut, diharapkan
pembaca tidak hanya terkungkung pada satu makna yang selama ini mendominasi
pemahaman dan dianggap sebagai kebenaran mutlak di kalangan pembaca.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode dan teknik analisis teks untuk memahami karakter setiap tokoh yang
ada dalam cerita sengsara membawa nikmat. Penelitian ini menggunakan teori Dekonstruksi
yang digagas oleh Jacques Derrida, dan Strukturalisme sebagai teori pendukung dalam
menguraikan watak tokoh.
Pengkajian secara dekonstruksi telah melebur batas yang selama ini tercipta antara tokoh
protagonis-antagonis dan tokoh utama-tambahan. Setiap tokoh adalah tokoh, tidak ada
pertimbangan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis ternyata juga memiliki sisi
negatif, dan sebaliknya tokoh antagonis ternyata juga memiliki sisi positif yang patut
dicontoh. Dengan kata lain, tokoh dalam novel sengsara membawa nikmat juga seperti kita
(manusia nyata) yang memiliki sifat baik dan buruk, kelebihan dan kekurangan.
Begitu juga dengan tokoh utama dan tokoh tambahan. Kita tidak bisa mengabaikan
tokoh walaupun tokoh tersebut tidak selalu dimunculkan dalam cerita. Sekecil apapun peran
tokoh dalam cerita ia tetap ikut membangun cerita tersebut. Jika salah satu tokoh dihilangkan
akan muncul kemungkinan baru yang akan merubah jalan cerita. Kemungkinan baru juga
akan muncul jika salah satu tokoh melakukan tindakan yang berbeda dari apa yang
diceritakan.

Kata Kunci: Sengsara Membawa Nikmat, Dekonstruksi Derrida.

PENDAHULUAN keadaan tertentu, perilaku manusia dapat


Manusia merupakan makhluk hidup berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
paling sempurna yang terlahir dengan sikap yang sedang dihadapinya.
dan pola perilaku yang berbeda satu sama Karya sastra adalah hasil kreativitas
lainnya. Hal itu selalu kita jumpai dalam manusia yang objeknya adalah manusia dan
kehidupan sehari-hari. Perbedaan sikap dan kehidupan. Kreativitas sastrawan dalam
perilaku tersebut dipengaruhi oleh banyak menemukan dan memilih suatu peristiwa
faktor, baik yang berasal dari dalam diri atau kejadian untuk dijadikan bahan dan
manusia itu maupun faktor dari luar. tema karyanya dapat berupa pengalaman
Pengaruh-pengaruh itu menjadikan manusia yang diolah secara estetis sehingga
sebagai makhluk yang dinamis. Dalam menghasilkan karya baik berupa prosa atau

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


1
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
puisi. Sastra merupakan refleksi dari lain. Hal ini membuat pembaca cenderung
pengalaman hidup pengarangnya. mempercayai satu makna dominan sebagi
Pengalaman hidup tersebut bisa berwujud kebenaran mutlak, sehingga mereka tidak
pengalaman pengarang sendiri dan melihat atau menilai karya sastra secara
pengalaman orang lain yang telah melalui objektif dengan penilaian dua arah melalui
perenungan, penghayatan, dan penjiwaan dua perspektif yang berbeda.
sehingga menjadi nilai-nilai yang bermakna Pemaknaan tunggal ini terjadi pada
bagi kehidupan manusia. Berdasarkan sebagian besar karya sastra. Salah satunya
paparan di atas dapat pula dikatakan bahwa pada novel Sengsara Membawa Nikmat
sastra merupakan cerminan budaya pada saat karya tulis Sutan Sati yang diterbitkan oleh
karya sastra itu dibuat. Oleh karena itu, Balai Pustaka. Novel ini merupakan salah
perkembangan kebudayaan suatu bangsa satu novel yang terbilang sukses di eranya.
dapat dipelajari dari karya sastra yang Novel ini menceritakan tentang
dihasilkan. Jadi, karya sastra tidak dapat kehidupan Midun yang penuh cobaan dan
dipandang sebagai hasil karya seni yang masalah. Masalah itu tak lain datang dari
sempit, tetapi harus dipandang sebagai hasil seorang kemenakan penguasa di
budaya yang memiliki dimensi luas. kampungnya yaitu Kacak. Kacak sangat
Karya sastra diciptakan untuk dapat membenci Midun karena keelokan rupa dan
dibaca, dinikmati, dan dipahami sehingga tingkah lakunya. Kacak berharap orang-
bisa bermanfaat dalam kehidupan orang dapat menyukai dirinya seperti mereka
masyarakat. Melalui karya sastra pengarang menyukai Midun. Namun karena sikap
berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan Kacak yang begitu kurang ajar, masyarakat
tertentu kepada pembaca. kampung tersebut malah membenci Kacak.
Salah satu sarana untuk menyampaikan Hal ini membuat Kacak menjadi iri dan
pesan tersebut adalah melalui tokoh dalam dendam kepada Midun, sehingga tak henti-
cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang hentinya ia mencoba mencelakakan Midun.
mengalami peristiwa atau tindakan di Dengan kesabaran dan kesungguhan hatinya,
dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, akhirnya Midun bisa keluar dari masalahnya
1991:16). Tokoh pada umumnya berwujud dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
manusia dan kadang-kadang juga berwujud Pada akhirnya Midun mendapatkan semua
binatang, tumbuhan (dalam kebahagiaan sebagai buah dari kesabaran,
cerita fabel), serta benda mati yang kerja keras, dan kejujuran yang ia miliki
dihidupkan. selama ini. Sementara Kacak justru
Pemaknaan karya sastra sangat ditangkap polisi karena menyalahgunakan
bervariasi. Biasanya pengarang berusaha jabatannya. Konflik yang terjadi antara
menuntun pembaca untuk memaknai sebuah Midun sebagai tokoh protagonis dan Kacak
karya sesuai dengan harapan pengarang. sebagai tokoh antagonis berikut tokoh-tokoh
Namun, dalam beberapa karya, pembaca yang mendukung kedua belah pihak secara
diharapkan untuk menerka dan meyimpulkan langsung telah mengkotak-kotakan karakter
makna karya sastra sesuai dengan masing-masing tokoh. Semua sifat yang baik
pemahamannya masing-masing. ditemukan pada tokoh protagonis, sementara
Tidak ada jaminan bahwa pembaca tokoh antagonis diidentikkan dengan sifat-
akan mampu menangkap makna dalam karya sifat yang tidak baik.
sastra sesuai harapan pengarang. Tetapi, Penelitian yang akan bertujuan untuk
akan selalu muncul satu makna dominan membantah anggapan yang selama ini
yang berkembang di kalangan pembaca. dianggap benar. Dengan bukti-bukti yang
Makna dominan tersebut dipengaruhi oleh ada pada teks novel Sengsara Membawa
konsep pemikiran barat yang bersifat Nikmat penelitian ingin membuktikan
logosentris, melalui oposisi biner yang bahwa tokoh protagonis tidak selalu benar,
menyatakan satu hal lebih baik dari yang dan sebaliknya tokoh atagonis juga tidak

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


2
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

selamanya salah. Penulis ingin mengungkap the human sciences ―,di universitas Johns
sisi lain dari tokoh-tokoh yang ada dalam Hopkins tahun 1966.
cerita Sengsara Membawa Nikmat. Dengan Secara leksikal prefiks ‗de‘ berarti
pemunculan sisi lain tersebut, diharapkan penurunan, pengurangan, penokohan,
pembaca tidak hanya terkungkung pada satu penolakan. Jadi, dekonstruksi dapat diartikan
makna yang selama ini mendominasi sebagai cara-cara pengurangan terhadap
pemahaman dan dianggap sebagai kebenaran konstruksi, yaitu gagasan. Kristeva
mutlak di kalangan pembaca. (1980:36-37), misalnya, menjelaskan bahwa
dekonstruksi merupakan gabungan antara
KAJIAN TEORI hakikat destruktif dan konstruktif.
Dekonstruksi Derrida Dekonstruksi adalah cara membaca teks,
Dekonstruksi identik dengan resepsi sebagai strategi. Dekonstruksi tidak semata-
sastra. Apabila teks dikaitkan dengan mata ditunjukkan terhadap tulisan, tetapi
perempuan dan masalah-masalah kolonial, semua pernyataan kultural sebab
maka dekonstruksi identik dengan feminis keseluruhannya pernyataan tersebut adalah
dan postkolonial. Apabila teks dikaitkan teks yang dengan sendirinya sudah
dengan cerita dan penceritaan, dekonstruki mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi,
identik dengan naratologi dan postrukturalis. kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu.
Dengan demikian postrukturalisme adalah Dekonstruksi dengan demikian tidak terbatas
mendekonstruksi kekuatan laten subjek hanya melibatkan diri dalam kajian wacana,
kultural, subjek-subjek hegemonis yang baik lisan maupun tulisan, melainkan juga
secara terus menerus mengkondisikan situasi kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif
marginalitas. ‘perempuan ‗ adalah simbol mentransformasikan hakikat wacana.
marginalitas yang paling konstan. Menurut Al-fayyadl (2011: 232)
Perempuan adalah manifestasi hawa ditaman dekonstruksi adalah testimoni terbuka
eden, kaum buruh dan tani bagi kelompok kepada mereka yang kalah, mereka yang
marxis, pribumi dalam pandangan kolonial, terpinggirkan oleh stabilitas rezim bernama
ekonomi lemah dalam kaitannya dengan pengarang. Maka, sebuah dekonstruksi
proyek kapitalis, novel populer dalam adalah gerak perjalanan menuju hidup itu
kerangka sastra yang indah (kesusastraaan), sendiri.
pada tradisional dalam era swalayan, dan Tokoh terpenting dekonstruksi adalah
sebagainya. Pada dasarnya dekostruksi Jacques Derrida, seorang Yahudi Aljazair
diperhadapkan pada simbol-simbol yang kemudian menjadi ahli filsafat dan
‗perempuan‘ seperti diatas. kritik sastra di Perancis. Dekonstruksi
Dalam bidang filsafat maupun sastra, dikembangkan atas dasar pemahaman
dekonstruksi termasuk salah satu teori yang sepihak tradisi kritik, yaitu yang semata-
sangat sulit untuk dipahami. Dibandingkan mata memberikan perhatian terhadap ucapan.
dengan teori-teori postrukturalisme pada Aliran dekonsruksi lahir di Perancis sekitar
umumnya, secara definitif perbedaan tahun 1960-an, yang kemudian berpengaruh
sekaligus ciri khas dekonstruksi sebagaimana besar di Amerika sekitar tahun 1970-an
dikemukakan oleh Derrida (1976) adalah hingga pada tahun 1980-an. Pada dasarnya,
penolakannya terhadap logosentrisme dan menurut Sarup (2003:51) dekonstruksi
fonosentrisme yang secara keseluruhan bertujuan untuk membongkar tradisi
melahirkan oposisi biner dan cara-cara metafisika barat seperti fenomenologi
berpikir lainnya yang bersifat hierarkis Husserlian, strukturalisme Saussurean,
dikotomis. Konsep dekontruksi (Selden, strukturalisme Perancis pada umumnya,
1986:84) mulai dikenal sejak Derrida psikoanalisis Freudian dan Psikoanalisis
membawakan makalahnya yang berjudul Lacanian. Tugas dekonstruksi, mengungkap
―Structure, sign, and play in the discourse of hakikat problematika wacana-wacana yang
dipusatkan, dipihak yang lain membongkar

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


3
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
metafisika dengan megubah batas-batasnya fonosentrisme, differEnce / differAnce, trace,
secara konseptual. dan dencentering.
Pada dasarnya dekonstruksi yang Differance (Derrida, 2002:45,61)
sudah dilakukan oleh Nietzsche (Culler, adalah istilah yang diciptakan oleh Derrida
1983:86-87) dalam kaitannya dengan usaha- tahun 1968 dalam kaitannya dengan
usaha untuk memberikan makna baru pemahamannya mengenai ilmu bahasa
terhadap prinsip sebab-akibat. Prinsip sebab- Saussure dan antropologi Levi-Strauss.
akibat selalu memberikan perhatian terhadap Menurut Derrida, perbedaaan difference dan
sebab, sedangkan akibatnya sebagai gejala differance, bahasa kamus baik bahasa Inggris
minor. Nietzsche menjelaskan bahwa prinsip maupun bahasa Perancis dan bahasa
sebab akibat bukanlah hukum universal dekonstruksi Derrida, tidak dapat diketahui
melainkan merupakan retorika bahasa, melalui ucapan, melainkan melalui tulisan.
sebagai gejala metonimi, gejala bahasa Menurutnya, tulisan lebih utama
dengan cara melekatkan nama orang atau dibandingkan dengan ucapan. Menurut
benda-benda pada pusat objek yang lain. Derrida (Eagleton, 1983:127-128) makna
Saussure menjelaskan bahwa makna tidak dengan sendirinya hadir dalam suatu
yang diperoleh melalui pembagian lambang- lambang. Lambang mempersoalkan sesuatu
lambang menjadi penanda dan petanda. yang bukan dirinya, lambang mewakili
Dekonstruksi menolak keputusan tersebut sesuatu yang lain. Makna hadir dalam
dengan cara terus menerus berusaha rangkaian penanda.
melepaskan diri, sekligus mencoba Konsep Saussure yang juga
menemukan pusat-pusat yang baru. Menurut didekonstruksi oleh Derrida adalah doktrin
Saussure (Eagleton, 1983:128), hubungan hierarki ucapan-tulisan, yang pada dasarnya
penanda dengan petanda bersifat pasti. memandang ucapan sebagai pusat,
Derrida (Spivak, 1976:xliii) sedangkan tulisan sebagai non pusat.
menjelaskan peristiwa diatas dengan istilah Menurut Saussure, ucapan lebih dekat
differEnce dan differAnce, dua kata yang dengan pikiran dan perasaan sebab ucapan
ucapannya hampir sama tetapi penulisannya mengimplikasikan subjek yang berbicara,
berbeda, dibedakan melalui huruf ke-7. subjek yang hadir secara serta merta,
Kedua kata tersebut berasal dari bahasa latin, sedangkan tulisan yang bersifat sekunder,
differe, yang sekaligus berarti to differ termediasi, grafis dan mewakili.
(membedakan) yang berkonotasi spasial, dan Menurut Derrida konsep ucapan-
to defer (menuda) yang berkonotasi tulisan dapat saja dibalik menjadi tulisan-
temporal. Derrida (Norris, 1983:32) ucapan. Ujaran pun adalah sejenis tulisan,
menghubungkan kerangka ruang dan waktu ujaran selalu sudah tertulis, dan dengan
dengan tanda dan bendanya, tanda sebagai demikian bahasa pun sudah tertulis. Menurut
wakil dari bendanya. Tanda sekaligus Rousseau, ucapan merupakan bentuk asal,
menunjukkan kehadiran yang tertunda. tulisan merupakan pelengkap bahasa lisan.
Makna kata difference berada dalam posisi Di pihak yang lain, Levi-Strauss melukiskan
yang mengambang antara to differ dan to hubungan antara alam dan kebudayaan yang
defer, keduanya berpengaruh terhadap dengan sendirinya sudah tertulis.
kekuatan tekstual, tetapi tidak secara utuh Dekonstruksi juga berkembang di
mewakili kata difference tersebut. Oleh Amerika, sebagai aliran yale. Dekonstruksi
karena tanda-tanda mengimplikasikan Amerika, disamping memiliki ciri-ciri
makna, maka makna karya pun selalu tersendiri, sebagai akibat latar belakang
berbeda dan tertunda, sesuai dengan ruang sosiokultural. Tokoh-tokoh deonstruksi
dan waktu. Artinya, antara konsep dan Amerika diantaranya: Paul de Man, J.Hillis
kenyataan selalu mempunyai jarak sekaligus Miller, Geoffery Hartman, dan Harold
perbedaan. Derrida menjdai terkenal karena Bloom.
konsep dekonstruksi, logosentrisme,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


4
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

Paul de Man berusaha untuk meruntuhkan paham bahwa


(Eagleton,1983:145;Selden,1986:96) lahir di suatu karya sastra, baik itu cerita maupun
Belgia, merupakan seorang Filolog dan tokohnya hanya mempunyai satu makna dan
kritikus sastra. Paul de Man memandang penilaian yang dominan dengan kebenaran
bahwa semua bahasa bersifat metafora, mutlak. Dekonstruksi hadir untuk mewadahi
bahasa sastra mendekonstruksi hakikatnya konsep multi-makna serta pemunculan
sendiri. Hillis Miller memusatkan perhatian makna dan penilaian baru dengan bukti-bukti
pada dekonstruksi rekaan Goeffery Hartman yang cukup sebagai pendukung. Sebuah teks
memusatkan perhatian pada sastra selalu memiliki wajah ganda. Ketika kita
kontemporer, teks-teks injil, dan kritik berpikir mengenai sebuah makna dan
kebudayaan. Harold Bloom menggabungkan menarik kesimpulan dari makna tersebut,
teori trope atau bahasa kias, psikologi Freut seringkali di saat itulah teks menorehkan
dan teks injil. makna lain yang berbeda dari makna yang
Model dekonstruksi dalam sejarah telah kita ambil (Al-Fayyadl, 2006:78). Teori
dikemukakan oleh Hayden White dalam Dekonstruksi bisa kita gunakan untuk
bukunya Tropics of Discourse (1987). mengungkap makna dan menarik kesimpulan
Menurut White, sejarah tidak seratus persen lain yang selama ini mungkin saja luput dari
objektif sebab bagaimanapun sejarahwan perhatian kita sebagai pembaca karya sastra.
menyusun cerita kedalam suatu struktur, Penelitian yang penulis lakukan bertujuan
menceritakan kembali dalam suatu plot. untuk menunjukkan bahwa makna yang
Perbedaan antara pembaca non selama ini diyakini tidak sepenuhnya benar,
dekonstruksi dan dekonstruksi dapat karena ada makna lain yang selama ini
dijelaskan sebagai berikut. Pembaca non belum terungkap. Penggunaan teori
dekonstruksi atau pembaca konvensional Dekonstruksi bertujuan untuk memudahkan
dilakukan dengan cara menemukan makna penulis mengungkap sisi lain dari tokoh-
yang benar, makna terakhir, yang disebut tokoh yang ada dalam novel Sengsara
sebagai makna optimal. Sebaliknya, pembaca Membawa Nikmat. Hal-hal yang selama ini
dekonstruksi tidak perlu menemukan makna diyakini oleh pembaca sebagai sebuah
terakhir. Yang diperlukan adalah penilaian tunggal akan diwarnai dengan
pembongkaran secara terus menerus, sebagai pembalikkan imej dan penilaian yang
proses. Dekonstruksi dilakukan dengan cara dihadirkan sebagai proses kritik terhadap
pemberian perhatian terhadap gejala-gelaja dominasi yang menutupi sisi lain tersebut.
yang tersembunyi, sengaja disembunyikan,
seperti ketidakbenaran, tokoh sampingan, METODOLOGI PENELITIAN
perempuan, dan sebagainya. Metode adalah prosedur atau cara
Umar Junus (1996:109-109) yang digunakan dalam menempuh suatu
memandang dekonstruksi sebagai persepektif tujuan tertentu (Suriasumantri, 1996:330).
baru dalam penelitian sastra. Dekonstruksi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
justru memberikan dorongan untuk adalah Metode Kualitatif. Metode Kualitatif
menemukan segala sesuatu yang selama ini itu sendiri merupakan suatu metode yang
tidak memperoleh perhatian. Memungkinkan tidak menggunakan prosedur analisis
untuk melakukan penjelajahan intelektual statistik atau cara kuantifikasi lainnya
dengan apa saja, tanpa terikat dengan sutu (Moleong, 2010:6). Metode ini
aturan yang dianggap telah berlaku universal. mementingkan upaya memahami sikap,
Dalam dekonstruksi, pembacaan tak pandangan, perasaan, dan perilaku seseorang
harus dimulai dari awal, ia bisa dimulai dari ataupun sekelompok orang.
mana saja. Bahkan Derrida memulai dari Penelitian ini menggunakan metode
sebuah catatan kaki. Dari pembacaan dan teknik analisis teks untuk memahami
didapati beberapa unit wacana yang karakter setiap tokoh yang ada dalam cerita
mengalami kebuntuan. Dekonstruksi sengsara membawa nikmat. Penelitian ini

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


5
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menggunakan teori Dekonstruksi yang tetapi dapat juga dilakukan dengan melihat
digagas oleh Jacques Derrida, dan fungsi tokoh dalam menentukan jalan cerita.
Strukturalisme sebagai teori pendukung Dalam membongkar tokoh, penulis
dalam menguraikan watak tokoh. sekaligus melebur batas – batas tokoh.
Dekonstruksi adalah sebuah cara membaca Tokoh dilihat sebagai sebuah peran tanpa
yang dimulai dengan pencatatan melihat besar/tidak nya peranan tokoh.
(penelusuran) secara hierarki, kemudian Dengan kata lain, setelah dilakukan
diteruskan dengan membalikkannya, dan dekonstruksi maka tidak ada lagi tokoh
akhirnya menentang pernyataan hierarki mayor dan minor dan tidak ada protagonis
(Tuloli, 1979:58). dan antagonis lagi.
Berdasarkan fungsinya tokoh
HASIL DAN PEMBAHASAN tambahan dan tokoh sentral dilebur ke dalam
Dekonstruksi Terhadap Tokoh Dalam satu sebutan yaitu tokoh. Tokoh tambahan
Novel Sengsara Membawa Nikmat yang selama ini dianggap tidak terlalu
Dalam memahami karya sastra kita penting bisa menjadi tokoh yang sangat
sering melakukan pembacaan denotative penting, untuk menguatkan alasan maka
yang membuat kita terpaku hanya pada satu dimunculkan kemungkinan baru jika tokoh
pemahaman. Makna lain seringkali tidak tersebut tidak ada dalam cerita. Begitupun
terpikirkan karena mungkin merupakan berdasarkan wataknya, penulis menampilkan
makna sekunder yang dikehendaki oleh watak-watak yang selama ini tidak di sorot
pengarang. Akan tetapi, keberadaan makna pada setiap tokoh dalam novel.
lain itu sudah membuktikan bahwa
pemahaman terhadap sebuah teks tidak Sisi Lain Tokoh
pernah tunggal dan menyimpan potensi Sifat Buruk Pada Tokoh Midun
penafsiran baru yang kerap kali tak terduga Midun adalah tokoh yang diceritakan sebagai
(Al-Fayyadl, 2006:78). Potensi inilah yang orang alim, baik, sopan, dan disukai oleh
penulis angkat ke permukaan dengan orang banyak. Tetapi jika kita membaca
harapan pembaca tidak hanya meyakini satu ulang dan memainkan logika akan terlihat
makna yang dipahami melalui pemaknaan sifat-sifat yang tidak patut ditiru dari tokoh
denotatif yang hanya terlihat dari permukaan tersebut. Keburukan yang dimiliki Midun
teks. terlihat dari dialog serta tindakan yang
Penggalian makna dan penafsiran dilakukannya. Penulis menemukan beberapa
baru dilakukan dengan menggunakan teori sifat buruk yang ada pada tokoh Midun:
dekonstruksi yang bertujuan untuk merusak
atau menganggu kestabilan teks. a) Tidak Berani Mempertahankan Diri
Dekonstruksi menggugat modus pemaknaan Midun adalah sosok yang baik di mata orang
yang terpusat dan cenderung bulat seperti banyak. Ia juga sudah mendapat pengajaran
yang mungkin diinginkan oleh teks atau dari Haji Abbas, bapaknya yang termasyhur
yang sengaja dimunculkan secara terang- sebagai jago silat dan ahli ilmu agama.
benderang oleh hubungan logis dari teks itu. Namun Midun tetap tidak berani menghadapi
Logika permainan yang dibentuk oleh Kacak yang selalu mengganggu dan
pembacaan dekontruktif akan menunjukkan menekan Midun dengan berbagai cara.
bahwa sebuah teks dapat saja menyangkal Padahal jika Midun berani berhadapan
apa yang sudah ditegaskannya (Al-Fayyadl, dengan Kacak besar kemungkinan ia akan
2006:82). Dalam hal ini penulis bermaksud menang dan orang kampung juga akan
menguak sebuah makna baru melalui tokoh membelanya. Ketika menjalani hukuman di
dalam cerita. Dalam analisis ini penulis Padang pun juga demikian. Midun yang
membongkar sisi lain tokoh dalam novel sering diantarkan nasi oleh Halimah dan
Sengsara Membawa Nikmat Membongkar pembantunya juga ditindas oleh mandur
tokoh tidak hanya terpaku pada watak tokoh, Saman yang rakus. Mandur Saman sendiri

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


6
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

sebenarnya takut kepada Midun, karena ―Ya, f 500,-!‖ ujar Syekh Abdullah pula.
sudah dilihatnya bagaiman ketangkasan anak ―Midun mesti bayar f 500,- sekarang, sebab
muda itu dan juga kedekatan Midun dengan sekian ditulis dalam surat-utang.‖ (Sati: 156)
Turigi, orang yang paling ditakuti dan
disegani di dalam penjara ketika itu. Nasi Suka Bergunjing
cukup dengan lauk pauknya yang diantarkan Bergunjing adalah kebiasaan membicarakan
untuk Midun selalu diberikannya kepada aib atau keburukan orang lain. Kebiasaan ini
mandur Saman sebab Midun takut biasanya dimiliki oleh kaum perempuan.
hukumannya akan bertambah seperti Namun tokoh Midun ternyata juga suka
ancaman mandur Saman kepadanya. membicarakan keburukan orang lain seperti
terlihat pada dialog antara tokoh Midun dan
b) Buta Huruf Maun:
Midun adalah sosok yang buta terhadap ―Baik, saya pun amat suka berniaga,‖ jawab
huruf latin. Ia hanya bisa membaca dan Maun . . . Jika pandai menjalankan
menulis dengan huruf arab yang lazim perniagaan, memang lekas benar naiknya.
dikenal sebagai tulisan surau. Memang pada Tapi jatuhnya mudah pula. Lihatlah Baginda
zaman penjajahan Belanda buta akan huruf Sutanitu! Dari sekaya-kayanya jatuh jadi
latin adalah hal yang biasa karena banyak semiskin-miskinnya. Sekarang pikirannya
masyrakat Indonesia yang tidak bersekolah. tidak sempurna lagi.‖
Namun kekurangan ini membuat Midun ―Benar katamu itu. Karena Baginda Sutan
tidak bisa melakukan sesuatu yang sangat tamak akan uang dan sangat kikir
memerlukan kemampuan membaca huruf pula, ia dihukum Tuhan. Boleh jadi ia
latin seperti pengurusan surat pas untuk berniaga terlampau banyak mengambil
dirinya dan Halimah agar bisa berlayar ke untung, lalu dimurkai Allah. Kekikirannya
pulau jawa. Hal ini terlihat pada kutipan: jangan dikata lagi. Bajunya baju hitam yang
...‖Bagi saya gelap perkara surat pas itu. sudah berkilat lehernya, karen tidak bercuci.
Sebab itu saya harap Bapaklah yang akan Baunya pun tidak terperikan busuknya. Uang
menolong perkara itu.‖ (Sati: 122) seduit dibalikbaliknya dulubaru
Kebutaannya akan huruf latin juga memeiliki dibelanjakan.‖ (Sati: 68)
dampak lain bagi diri Midun. Karena tidak Dari kutipan di atas terlihat bahwa Midun
bisa baca tulis dalam huruf latin ia dengan dan Maun sedang membicarakan keburukan
gampang ditipu oleh seorang saudagar Baginda Sutan. Perilaku yang demikian biasa
keturunan arab. Midun yang hanya disebut bergunjing yang merupakan salah
meminjam uang sejumlah f 250,- diminta satu kebiasaan yang buruk. Selain
untuk membayar dengan jumlah dua kali menimbulkan dosa, kebiasaan ini juga bisa
lipat. Merasa dirinya tertipu, Midun tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat
mau membayar utangnya kepada saudagar karena adanya perubahan informasi dari
itu dan akhirnya Midun diadukan ke polisi. mulut ke mulut.
Karena saudagar arab itu memiliki bukti
berupa surat utang, Midun akhirnya kalah Lancang
dalam persidangan dan kembali ditahan Kelancangan Midun terlihat dari sikapnya
dalam penjara di Glodog. Hal ini terlihat yang secara terang-terangan menyalahkan
dalam kutipan: orang lain di pasar malam. Midun sedikitpun
Terperanjat sungguh Midun mendengar tidak memikirkan kalau pernyataannya itu
perkataan Syekh Abdullah itu. Ia tahu uang membuat orang lain merasa marah, malu,
yang dipinjamnya, Cuma f 250,- tiba-tiba atau tersinggung. Setelah melontarkan
sekarang menjadi f 500,- ? Maka ia pun perkataan Midun langsung pergi
berkata dengan cemasnya, katanya ―Berapa meninggalkan lawan bicaranya karena ia
Tuan? F 500,-? Mengapa jadi 500,-?, padahal melihat wajah orang itu tiba-tiba berubah,
saya terima uang dari Tuan Cuma f 250,-?‖

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


7
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
mungkin karena menahan emosi. Sikap 3. Ketergantungan Midun pada nenek
Midun yang demikian terlihat pada kutipan: suruhan Halimah ketika Midun hendak
...Benci benar midun mendengar perkataan menolong Halimah dan merahasiakan
itu, hampir-hampir tak dapat ia menahan tempatnya bersembunyi.
hati. Tiba-tiba terlanjur juga, lalu berkata, 4. Ketergantungan Midun pada Pak Karto
―Tuhan yang dapat menetukan berbahagia saat Midun hendak menolong Halimah
atau tidaknya untung nasib seseorang, tetapi sampai keberangkatannya ke pulau
batu ini . . . .‖ Jawa.
Midun dan Maun segera berjalan ke lepau 5. Ketergantungan Midun pada Syekh
nasi, karena ketika hendak berkata lagi, Abdullah Al-Hadramut dalam
dilihatnya muka yang punya batu berubah memperoleh pekerjaan ketika ia baru
sekonyongkonyong. (Sati: 73) sampai di Betawi.
Sikap Midun yang terang-terangan ini 6. Ketergantungan pada Mas Sumarto yang
merupakan tindakan yang benar jika telah mengajarkan Midun membaca dan
dipandang dari kacamata agama. Namun jika menulis huruf latin saat ia dipenjara di
dilihat dari adat sopan santun Minangkabau Glodok.
yang mengajarkan “kalamak dek awak, 7. Ketergantungan Midun pada Tuan
katuju dek urang” sikap ini merupakan Hoofdcommissaris yang telah memberi
sebuah kesalahan. Apa yang dikatakan Midun pekerjaan yang layak hingga
Midun memang benar, tapi hal itu membantu Midun dalam mengurus
dikatakannya di depan orang banyak dan 8. kepindahannya ke kampung
membuat malu si pemilik batu. Seharusnya halamannya.
Midun melakukan pembicaraan secara
pribadi dan tidak mempermalukan pemilik Tidak Tahu Terima Kasih atau Tidak
batu itu di hadapan orang banyak. Membalas Guna
Selain Midun banyak bergantung dan
Selalu Bergantung pada Orang Lain berhutang budi kepada orang lain ternyata ia
Midun adalah tokoh yang tidak bisa maju juga merupakan orang yang tidak tahu
tanpa bantuan orang lain. Semua yang telah terimakasih. Hal ini terlihat dari:
diraihnya tidak terlepas dari bantuan orang - Midun tidak berpamitan dan berterimakasih
lain. Bisa disimpulkan jika tidak ada orang kepada Mas Sumarto, padahal Mas
lain, maka kehidupan Midun akan begitu- Sumartolah yang mengajarinya baca-tulis
begitu saja, tidak akan ada perubahan dan sehingga ia dipekerjakan di kantor Tuan
perkembangan. Midun merupakan tipe yang Hoofdcommissaris.
tidak mandiri, kurang memotivasi diri dan - Midun tidak menemui Turigi di penjara
tidak berinisiatif. Jalan kesuksesan Midun ketika ia telah kembali ke Padang meskipun
selalu bertumpu pada uluran tangan orang ia tahu kalau Turigi dihukum seumur hidup,
lain. Ia menunggu nasib baiknya dibentuk padahal Turigi telah menyelamatkan nyawa
dan diarahkan oleh tokoh-tokoh mulai dari Midun dari pengeroyokan semasa Midun
kehidupan Midun di kampung, dalam menjalani hukuman di Padang.
penjara, keluar dari penjara, dan di Betawi. - Midun tidak menemui Nenek yang dulu
Selalu ada satu orang yang menopang dan menjadi suruhan Halimah, padahal Nenek
membantu kehidupannya. itulah satu-satunya penghubung antara tokoh
Midun memiliki ketergantunga terhadap Midun dan Halimah ketika mereka akan
banyak orang, diantaranya: meninggalkan kota Padang.
1. Ketergantungan Midun pada Maun, Haji
Abbas, dan Pandeka Sutan ketika Midun Tidak Ingat kepada Orang Tua
masih tinggal di kampungnya. Di Minangkabau, bakti anak terhadap orang
2. Ketergantungan Midun pada Tokoh tua adalah hal yang sangat penting.
Turigi ketika ia dipenjara di Padang. Sekalipun di Minangkabau ada tradisi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


8
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

marantau, namun kepulangan ke kampung lazim disebut baralek. Dalam masalah


halaman adalah hal yang selalu diharapkan. perkawinan, bagi masyarakat Minang,
Ada suatu kebiasan yang dianggap kurang sedapatnya calon suami/istri dari anaknya
baik yang dikenal dengan sebutan marantau berasal dari daerah yang sama, atau
cino; yaitu merantau tanpa ingat kembali ke setidaknya samasama orang Minang.
kampung halaman. Seseorang merantau Memiliki asal-usul dan suku atau kaum yang
bertujuan untuk merubah hidupnya dan jelas. Menurut alam pikiran orang
kemudian kembali ke kampung halaman Minangkabau, perkawinan yang paling ideal
dengan kondisi yang lebih baik. Midun, adalah perkawinan antara keluarga dekat,
berangkat merantau bukan karena mengikuti seperti perkawinan antara anak dan
tradisi, melainkan karena keadaan dan kemenakan (Navis, 1984: 194) Lebih lanjut
kesempatan. Karena kegelisahan hatilah ia A. A. Navis mengatakan ―perkawinan
tidak kembali ke Bukit tinggi saat ia bebas dengan orang luar, terutama mengawini
dari penjara. Namun, dalam hal ini terdapat perempuan luar dipandang sebagai
satu hal yangagak janggal pada keputusan perkawinan yang bisa merusak struktur adat
Midun. Ia meninggalkan ranah Minang, ia mereka. Pertama-tama karena anak yang
tidak bertatap muka dengan kedua lahir dari perkawinan itu bukanlah suku
orangtuanya. Kepergiannya hanya bangsa Minangkabau (Navis, 1984: 19).
disampaikan pada sepucuk surat, hal ini Anak yang lahir dari perkawinan dengan
menimbulkan duka bagi kedua orangtuanya, perempuan yang berasal dari luar
terutama Bapaknya. Midun sama sekali tidak Minangkabau akan dianggap sebagai anak
mengingat hal itu saat ia mengambil yang tidak bersuku karena masyarakat
keputusan. Alasannya pergi pun sama sekali Minangkabau sendiri menganut sistem
tidak bijak. Tergambar dalam kutipan: kekerabatan matrilineal. Garis keturunan
―Hati Midun pun agak malas pulang, ditarik dari pihak ibu. Jika ibunya tidak
mengingat permusuhannya dengan Kacak.‖ memiliki suku, maka anaknya pun juga akan
(Sati: 115) demikian.
Saat berada di tanah Jawa pun, Midun sama Untuk mengatasi problem seperti ini
sekali tidak ingat kepada kedua orangtuanya. masyarakat Minangkabau mengenal adanya
Sebab, tidak sekalipun ia mengirim surat sistem malakok, yaitu mencarikan suku bagi
untuk sekedar bertukar kabar atau sekedar orang yang berasal dari luar Minangkabau.
menanyakan keadaan kedua Ibu-bapaknya. Hal ini tidak dijumpai dalam cerita, sehingga
Bahkan, ketika ia sudah mempunyai sampai akhir cerita sosok Halimah masih
kehidupan yang baik dan hendak merupakan orang asing, bukan suku bangsa
melangsungkan pernikahan, jangankan Minangkabau. Seharusnya Midun yang saat
undangan, sepatah katapun dari Midun yang itu sudah menjadi asisten demang di
bermaksud memberi tahu ayah-ibunya sama kampungnya melakukan prosesi malakok
sekali tidak ada. Padahal, saat itu ia sudah agar istrinya Halimah dan anaknya Basri bisa
mempunyai uang dan sedikit pengetahuan, memperoleh suku dan kedudukan yang sama
seharusnya Midun bisa berkirim surat ke dengan masyarakat Minangkabau lainnya.
kampung halamannya. Kemudian jika dilihat dari prosesi adat,
perkawinan Midun dan Halimah juga tidak
Melakukan Perkawinan yang Tidak Ideal sesuai dengan adat yang berlaku di
Minangkabau merupakan salah satu daerah Minangkabau. Bagi masyarakat
di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi Minangkabau perkawinan bukan hanya
adat-istiadat, termasuk dalam hal penyatuan individu dalam sebuah rumah
perkawinan. Dalam persepsi masyarakat tangga, namun juga merupakan penyatuan
Minangkabau, pernikahan yang ideal adalah dua keluarga besar. Perkawinan yang
pernikahan yang dilakukan dengan prosesi dilakukan Midun tidak sesuai dengan prosesi
agama dan diiringi dengan prosesi adat yang yang lazim dilakukan di Minangkabau, ia

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


9
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tidak memberitahu dan tidak meminta izin ke rumah Tionghoa itu, sesampai disana,
untuk melakukan perkawinan kepada Halimah baru tahu bahwa dirinya hendak
keluarga besarnya. Hal ini menyebabkan diperkosa oleh orang Tionghoa tersebut.
keluarga Midun tidak kenal dengan keluarga Andai saja Halimah tidak terlalu mudah
Halimah. Hingga akhir cerita, ibu kandung percaya, mungkin ia tidak akan terjerumus
Midun hanya tau menantu dan cucunya tanpa ke dalam masalah yang demikian. Kedua,
mengetahui siapa mertua dari anaknya. Halimah sangat menaruh percaya kepada
Midun, meskipun hal ini tidak mendatangkan
Sifat Buruk Pada Tokoh Halimah petaka, namun tetap saja Halimah terlalu
Halimah seorang wanita yang terihat lemah- mudah mempercayai orang lain. Ia bahkan
lembut serta tegar, ia menjalani kehidupan menyerahkan keselamatan hidupnya kepada
yang cukup sulit juga. Di balik kelemah- Midun, seorang bekas hukuman yang baru
lembutan serta sifat tegarnya itu, Halimah dikenalnya. Seandainya Midun merupakan
juga mempunyai dua sifat yang kurang baik orang yang jahat, tentu ia dapat
apabila melekat pada seorang perempuan, memperlakukan Halimah sesuka hatinya,
yaitu: bahkan mungkin Halimah bisa saja ditipu
dan tidak diantarkan ke Bogor, tetapi dibawa
Tidak Bisa Mandiri ke daerah lain atau mungkin dijual. Jika
Seperti halnya Midun, ternyata tokoh Halimah tidak mudah percaya kepada orang
Halimah juga tidak bisa mandiri dan selalu lain hal itu akan menimbulkan beberapa
bergantung pada orang lain. Halimah berasal kemungkinan, diantaranya: (1) Halimah
dari Bogor, namun ia sudah lama menetap di tidak akan berkenalan dengan Midun. (2)
Padang, malahan ia adalah orang Kalung berlian yang ditemukan Midun bisa
berpendidikan juga. Seharusnya ia tahu jadi tidak membawa keberuntungan, namun
tempat mana yang harus ia tuju dan apa yang justru membawa petaka bagi diri Midun
harus dilakukannya untuk menyelamatkan karena jika tidak gampang percaya kepada
hidupnya. Tapi apa yang terjadi dalam cerita orang lain besar kemungkinan Halimah
sama sekali berbeda. Halimah bergantung justru akan menuduh Midun yang telah
pada nenek suruhannya dalam hal mengambil kalung berliannya. Bapaknya
keselamatan hidupnya. Ketergantungan yang merupakan seorang belanda tentu saja
lainnya adalah terhadap tokoh Midun dan akan melakukan sesuatu yang buruk jika ia
Pak Karto yang juga ikut membantunya mengetahuinya. (3) Halimah dan Midun
untuk meninggalkan kota padang dan tidak akan berangkat ke pulau Jawa dan
kembali ke Bogor. mereka tidak akan bersatu dalam sebuah
rumah tangga.
Terlalu Gampang Percaya Kepada Orang
Lain Sifat Baik Pada Tokoh Kacak
Halimah adalah tipe orang yang terlalu Kacak yang selalu identik dengan kejahatan
gampang percaya kepada orang lain. Ia tidak dan semua sifat buruknya ternyata memiliki
menimbang-nimbang dahulu, siapa orang sisi lain. Ada sifat-sifat baik yang dapat
yang baru dikenalnya itu, bagaimana ditiru darinya. Sifat-sifat baik kacak antara
wataknya, dan seperti apa keadaan hidupnya. lain adalah sebagai berikut:
Kelemahan Halimah ini pada kenyataannya
mendatangkan kesulitan kepada diri Halimah a. Menjujung Tinggi Harga Diri
sendiri, hal itu terbukti saat ia kehilangan Orang Minang memiliki prinsip bialah mati
ibunya dan bapak tiri Halimah mencoba bakalang tanah daripado iduik bacamin
merayu dirinya, Halimah percaya saja bangkai. Secara sederhana ini menunjukkan
kepada orang Tionghoa yang baru karakter orang minang yang tidak mau
dikenalnya. Orang itu berpura-pura ingin dipermalukan atau selalu menjujung tinggi
menolong Halimah, dengan polosnya ia ikut harga dirinya. Kacak menganggap bahwa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


10
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2, No. 2, Sep. 2017

Midun sudah mempermalukannya. Pertama perkara dengan orang lain, khususnya


di merasa dipermalukan di depan orang Midun. Seandainya ia tidak pandai
banyak saat permainan sepak raga. Kedua, ia memanfaatkan situasi, mungkin Kacak tidak
merasa dipermalukan saat istrinya hanyut di akan melihat acara tersebut sebagai
sungai dan ditolong oleh Midun. Hal ini kesempatan yang baik. Bisa jadi, ia akan
diperparah lagi karena saat Midun terus–menerus menyerang Midun saat di
menyelamatkannya istri kacak berada dalam kampungnya sendiri dan dengan gampang
keadaan tanpa kain. Midun yang bukan orang kampung dapat menduga bahwa
mukhrimnya telah menyentuh istri Kacak. Kacak adalah satu-satunya tersangka.
Walaupun bermaksud menolong, namun Selanjutnya, ia juga menjadikan mamaknya
Kacak tetap merasa bahwa istrinya tidak Tuanku laras sebagai tameng bagi dirinya.
boleh disentuh oleh orang lain, apalagi dalam
keaadaan tanpa busana. Kacak menilai Optimis
perbuatan Midun sebagai pelecehan terhadap Kacak adalah orang yang mempunyai
harga dirinya. Dan untuk mempertahankan pendirian dan keyakinan yang kuat dan
harga dirinya tersebut kacak berani keras. Hal ini merupakan salah satu bentuk
bertentangan dengan Midun walaupun pada sikap optimis dari seorang Kacak. Ia selalu
akhirya ia kewalahan menghadapi Midun. bertekad akan mengalahkan Midun. Dalam
Sikap Kacak yang seperti ini patut dipuji, setiap upayanya ia selalu yakin akan dapat
karena demi mempertahankan harga dirinya mengalahkan Midun. Buktinya ia tidak
ia rela melakukan apa saja. Jika Kacak tidak segan-segan untuk selalu menantang Midun
memiliki sikap yang demikian, kemungkinan dimanapun mereka berjumpa. Hal kedua
ia dan Midun tidak akan terlibat perseteruan yang menjadi bukti keoptimisan Kacak
yang pada akhirnya menentukan jalan cerita. adalah ia selalu yakin bahwa ia akan selamat
Jika mereka tidak berseteru tentu saja Midn dan bebas dari segala ancaman hukuman
akan tetap berada di kampong halamannya. apabila ia membuat perkara dengan Midun
Hidupnya dan juga pola pikirnya akan tetap karena ada mamaknya Tuanku Laras yang
begitu-begitu saja, kehidupannya tidak akan bisa melindunginya. Hal itu selalu menjadi
memiliki kemajuan dan perkembangan. kekuatan bagi Kacak untuk selalu mensiasati
Midun. Jikalau Kacak tidak bersikap optimis,
Pandai Memanfaatkan Situasi mungkin ia sudah akan menyerah saat
Pandai memanfaatkan situasi adalah kata pertama kali ia kalah menghadapi Midun di
yang cocok untuk menggambarkan jalan lapangan sepak raga. Kemudian, jika saja
pikiran Kacak yang licin dan banyak akal. kacak tidak yakin bahwa jabatan mamaknya
Salah satu contoh dari perbuatan Kacak yang dapat menjadi pegangan bagi Kacak,
pandai memanfaatkan situasi adalah kejadian mungkin ia tidak akan berani menjebak
manakala ia mempersiapkan sebuah siasat Midun hingga sedemikian rupa.
bagi Midun pada acara pasar malam dan
pacuan kuda di Bikittinggi. Ia memanfaatkan Sifat Buruk Pada Tokoh Pak Midun
keramaian itu sebagai waktu untuk Pada awal cerita, Pak Midun diperkenalkan
membinasakan Midun, agar orang kampung sebagai seorang yang arif bijaksana dan
tidak semata – mata curiga pada dirinya berwawasan luas sebab ia sudah cukup lama
sebagai pelaku kejahatan yang direncanakan merantau, sudah banyak merasakan asam-
tersebut. Kedua, hal ini juga dapat dilihat manis kehidupan. Namun, jika kita
pada kedudukan mamak Kacak sebagai perhatikan dan telaah dengan seksama,
Tuanku Laras. Selaku kemenakan dari orang sesungguhnya Pak Midun merupakan orang
yang berkuasa di kampung tersebut Kacak yang kurang arif, hingga membinasakan diri
merasa ia dapat melakukan apapun. Ia sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
merasa mempunyai pegangan atau jaminan Haji Abbas:
atas keselamatan dirinya, apabila ia membuat

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


11
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 2, No.2, Sep. 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
―Sudah setua ini Pak Midun, belum juga tah telah habis untuk biaya persidangan. Secara
akan ujud keputusan itu‖, ujar Haji Abbas. sederhana dapat disimpulkan bahwa sosok
―Kilat beliung sudah ke kaki, kilat cermin Datuk Paduka Raja adalah orang yang licik.
sudah ke muka. Anak kita masa ini dalam Datuk Paduka Raja memiliki prinsip ―jika
bahaya. Kita harus beringat-ingat‖. (Sati: 53) dia tidak bisa mempertahankan sesuatu,
Selain itu ketidakarifan Pak Midun juga maka orang lain juga tidak boleh
terlihat pada saat ia jatuh sakit memikirkan mendapatkannya‖.
Midun, hingga akhirnya meninggal dunia.
Seharusnya, jika ia benar-benar arif, ia tidak SIMPULAN
perlu memikirkan Midun sedemikian rupa, Pengkajian secara dekonstruksi telah
sebab anak nya itu sudah dewasa, pandai melebur batas yang selama ini tercipta antara
beladiri, dan juga baik akhlaknya. Ia sudah tokoh protagonis-antagonis dan tokoh utama-
cukup bekal untuk pergi meninggalkan tambahan. Setiap tokoh adalah tokoh, tidak
rumah. Dengan menyusahkan dirinya sendiri ada pertimbangan tokoh protagonis dan
dengan pikiran tentang Midun, secara tidak antagonis. Tokoh protagonis ternyata juga
langsung Pak Midun sudah menyusahkan memiliki sisi negatif, dan sebaliknya tokoh
anak-anaknya yang lain. Akan lebih baik jika antagonis ternyata juga memiliki sisi positif
Pak Midun bersabar menunggu Midun dan yang patut dicontoh. Dengan kata lain, tokoh
tetap berusaha untuk kehidupan keluarga dan dalam novel sengsara membawa nikmat juga
anaknya yang masih di kampung. seperti kita (manusia nyata) yang memiliki
sifat baik dan buruk, kelebihan dan
Sifat Buruk Pada Tokoh Datuk Paduka kekurangan.
Raja Begitu juga dengan tokoh utama dan
Datuk Paduka Raja adalah mamak Midun, ia tokoh tambahan. Kita tidak bisa
merupakan sosok mamak yang tau dengan mengabaikan tokoh walaupun tokoh tersebut
ereng dan gendeng serta menyayangi tidak selalu dimunculkan dalam cerita.
kemenakannya. Sebagai seorang mamak Sekecil apapun peran tokoh dalam cerita ia
sekaligus penghulu dalam kaumnya Datuk tetap ikut membangun cerita tersebut. Jika
Paduka Raja berkewajiban membela dan salah satu tokoh dihilangkan akan muncul
melindungi kepentingan kaumnya. Hal yang kemungkinan baru yang akan merubah jalan
demikian sudah dijalankannya, namun di cerita. Kemungkinan baru juga akan muncul
balik semua itu dia merupakan sosok yang jika salah satu tokoh melakukan tindakan
licik. Kelicikan Datuk paduka Raja terlihat yang berbeda dari apa yang diceritakan.
pada saat dia berusaha mempertahankan
harta pusaka kaumnya ketika tokoh Sutan DAFTAR PUSTAKA
Manindih yang merupakan kemenakan Pak Aji, Wiranto. 2011. ―Teori Dekonstruksi
Midun berusaha meminta agar harta dalam Novel.‖ (Online) Dalam
peninggalan Pak Midun diberikan http://wirantoaji.blogspot.com/2011/12
kepadanya. Datuk Paduka Raja sebenarnya /teori-dekonstruksi-derrida-dalam-
sudah tahu siapa yang berada di balik semua novel.html?m=1.
itu. Untuk mengurangi kerugian ia sengaja (Diakses pada tanggal 10 Juni 2018).
memperpanjang urusan walaupun akhirnya
dia akan tetap kalah. Fauzan. 2009. ―Dekonstruksi terhadap
Perebutan harta pusaka itu sengaja dibawa ke Keturunan Darah Biru‖ (Online)
persidangan. Hasilnya, pihak keluarga Pak Dalam
Midun tetap memenangkan persidangan. (http://staff.undip.ac.id/sastra/fauzan/2
Meskipun menang, tapi pihak keluarga Pak 009/07/22/dekonstruksi-terhadap-figur-
Midun tidak mendapatkan harta pusaka keturunan-darah-biru/).
sesuai jumlah yang seharusnya karena (Diakses pada tanggal 10 Juni 2018).
sebagian besar harta peniggalan Pak Midun

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


12

Anda mungkin juga menyukai