Anda di halaman 1dari 12

Undas Vol 12.

, Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

LEGENDA TELAGA BIDADARI DAN LEGENDA JAKA TARUB


SEBUAH KAJIAN STRUKTURAL SASTRA BANDINGAN

Telaga Bidadari and Jaka Tarub Legends


A Structural Study on Comparative Literature

Agus Yulianto

Balai Bahasa Kalimantan Selatan


Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 32,2, Loktabat, Banjarbaru 70712 Kalimantan Selatan
Telepon (0511) 4772641, Pos-el: agusb.indo@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara
legenda Telaga Bidadari dari Kalimantan Selatan dengan cerita Jaka Tarub dari Jawa Tengah.
Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian struktural sastra bandingan.
Penelitian ini menggunakan meteode deskriptif-komparatif. Melalui kajian struktural sastra
bandingan dapat diketahui bahwa dari segi struktur seperti tema, dan amanat terdapat
kesamaan. Akan tetapi, dari segi tokoh dan penokohan, alur, dan latar terdapat perbedaan.
Kata kunci: Perbandingan, struktural, cerita rakyat.

Abstract: The aim of this research is to dig out the similarities and differences of Telaga Bidadari legend
from South Borneo and Jaka Tarub legend from Central Java. This research uses structural literary
comparative approach. With descriptive comparative method by using structural literary comparative
approach it can be found out that theme and mandate are the same while character and characterization,
plots and settings are different.
Key words: Comparative, structural, folklore

1. PENDAHULUAN pengetahuan supranatural, dan


Cerita rakyat yang bertipe fairy tale dongeng-dongeng lainnya tentang
yang mengisahkan tentang tujuh supranatural.
bidadari turun ke bumi untuk mandi Salah satu cerita rakyat di
ternyata banyak terdapat di daerah- Kalimantan Selatan yang mengisahkan
daerah di Indonesia. Cerita-cerita tentang tujuh bidadari yang turun ke
tersebut boleh dikatakan memiliki bumi untuk mandi adalah legenda
banyak kesamaan, walaupun ada juga Telaga Bidadari dari Kabupaten Hulu
perbedaannya. Cerita fairy tale menurut Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan
Taumm (2011:86) adalah dongeng Selatan. Cerita legenda tersebut
tentang peri yang meliputi: tantangan memiliki bukti fisik berupa telaga yang
supranatural, istri atau suami atau sampai saat ini masih ada di Kabupaten
kerabat supranatural, tugas-tugas Hulu Sungai Selatan.
supranatural, penolong supranatural, Cerita rakyat seperti Legenda Telaga
barang-barang magis, kekuatan atau Bidadari sangat terkenal pada

79
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

zamannya. Akan tetapi, saat ini banyak Bidadari dari Kalimantan Selatan
generasi muda di Kalimantan Selatan dengan Legenda Jaka Tarub dari Jawa
yang tidak mengetahui lagi keberadaan berdasarkan kajian struktural.
cerita legenda Telaga Bidadari ini. Hal Menurut Kurnia (1996:1-2) dalam
itu disebabkan makin berkembangnya kegiatan sastra bandingan terdapat
cerita-cerita modern yang berbentuk beberapa pengertian, yaitu 1) sastra
novel atau cerpen. Baik novel dalam bandingan adalah kegiatan untuk
negeri maupun luar negeri. mempelajari sastra lisan, terutama cerita
Salah satu cerita rakyat yang mirip rakyat dan penyebarannya serta
dengan cerita legenda Telaga Bidadari menyelusuri waktu penulisan sastra
adalah cerita rakyat yang berjudul Jaka lisan menjadi karya yang artistik, 2)
Tarub dari Jawa Tengah. Cerita ini sastra bandingan adalah kegiatan sastra
sangat popular di daerahnya, bahkan di yang menghubungkan dua kesusastraan
Indonesia. Kesamaan cerita antara atau lebih, dan 3) kegiatan sastra
legenda Telaga Bidadari dengan legenda bandingan membicarakan sastra secara
Jaka Tarub membuat kedua cerita ini menyeluruh, sama dengan
menjadi menarik untuk membicarakan sastra dunia, sastra
diperbandingkan. Dengan demikian universal, atau sastra umum.
masalah yang akan diangkat dalam Menurut Endraswara (2011:22)
penelitian ini adalah bagaimana asumsi dasar sastra bandingan yang
perbandingan struktur cerita rakyat paling penting adalah: 1) hadirnya
Telaga Bidadari dengan cerita rakyat unsur tambahan atau pengurangan
Jaka Tarub bila ditinjau dari segi tema, dalam karya sastra, 2) terjadinya
tokoh dan penokohan, alur, latar dan persilangan kreativitas di otak
amanat. pengarang, 3) pengarang adalah orang
Berdasarkan teori sastra yang gemar meramu bacaan-bacaan
kontemporer, sebuah cerita yang mirip masa silam, dan 4) pengarang tidak
tidak dapat dikatakan cerita yang satu selalu suci, bersih, atau steril dari bacaan
merupakan cerita yang terlebih dahulu dan pengalaman masa lalu. Sastra
ada dibandingkan cerita yang lain. bandingan di Indonesia terbagi menjadi
Begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, empat kelompok, yaitu: 1) sastra
tidak dapat dikatakan bahwa cerita Jaka bandingan dalam kaitan studi filologi
Tarub adalah cerita rakyat yang terlebih yang dikenal sebagai kritik teks, 2)
ada dibandingkan cerita legenda Telaga sastra bandingan dalam hubungan
Bidadari atau sebaliknya. Dua buah dengan sastra lisan, 3) sastra bandingan
cerita yang mirip hanya dapat modern, dan 4) sastra bandingan
diperbandingkan berdasarkan adanya interdisipliner.
perbedaan bahasa yang digunakan. Hakikat sastra bandingan menurut
Sarman (2011:61) merupakan suatu
2. KERANGKA TEORI upaya untuk meningkatkan pemahaman
Objek penelitian yang akan dibahas objek yang ditelaah. Untuk memahami
dalam tulisan ini adalah mengenai karya sastra pada suatu kurun waktu,
perbandingan cerita rakyat Telaga perlu dibandingkan suatu karya dengan

80
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

karya yang lain sehingga ditemukan sebagaimana pendapat Abrams (Zaidan,


sifat-sifat yang sama atau berbeda antar 2002:20), yang menekankan karya sastra
karya tersebut dalam kurun waktu sebagai struktur yang bersifat otonom.
tertentu. Atau untuk memahami karya Lebih lanjut Abrams (Tuloli, 2000:41)
sastra pada kurun waktu yang berbeda mengatakan, strukturalisme merupakan
diperlukan telaah sehingga ditemukan suatu sistem yang melihat suatu
pula persamaan atau perbedaan antar struktur lengkap dan saling
karya sastra tersebut pada kurun waktu menentukan dalam dirinya, di mana
yang berbeda. unsur-unsurnya saling berhubungan
Menurut Nada (dalam Damono, secara timbal-balik. Pradopo (2005:118)
2005:4) menyebutkan bahwa yang mengatakan, “analisis struktural adalah
merupakan hal penting bagi pengamat analisis yang melihat bahwa unsur-
sastra itu adalah bahwa perbedaan unsur karya sastra saling berhubungan
bahasa merupakan salah satu syarat erat, saling menentukan artinya.”
utama bagi sastra bandingan. Menurut Mukarovsky (Tuloli,
Menurutnya, kajian yang hanya 2000:43) bahwa struktur adalah satuan
menyangkut satu bahasa tidak dapat yang terdiri atas bagian-bagian yang
disebut sastra bandingan. Dengan bersifat dinamis dan energenetik.
demikian, maka perbedaan antara Masing-masing bagian (unsur)
bahasa adalah syarat untuk membangun mempunyai fungsi khas yang
kajian sastra bandingan. berhubungan dengan keseluruhan
Menurut Sapardi Djoko Damono strukturnya. Menurut teori
(2005: 2) menyatakan bahwa sastra strukturalisme sastra, karya sastra
bandingan merupakan pendekatan merupakan “artefak”, maka relasi-relasi
dalam ilmu sastra yang tidak struktural sebuah karya sastra hanya
menghasilkan teori tersendiri. Dalam dapat dipahami dalam keseluruhan
arti bahwa teori apapun dapat relasi unsur-unsur artefak itu sendiri
digunakan dalam penelitian sastra (Taum, 1997:39).
bandingan. Dalam hal ini berkaitan Dengan demikian, melalui analisis
dengan pendapat pakar tersebut, maka struktural akan didapatkan makna
teori yang digunakan sebagai alat keseluruhan dari karya sastra itu
pembandingnya adalah teori struktural. sendiri. Hal ini lebih dipertegas oleh
Sesuai dengan namanya, teori Teeuw (Tuloli, 2000:43), bahwa analisis
struktural memandang dan memahami struktural bertujuan untuk membongkar
karya sastra dari segi struktur karya dan memaparkan secermat, seteliti,
sastra itu sendiri. Menurut Teeuw semendetail, dan semendalam mungkin
(dalam Wiyatmi, 2006: 89) menyatakan keterkaitan dan keterjalinan semua
bahwa karya sastra dipandang sebagai unsur dan aspek karya sastra yang
sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bersama-sama menghasilkan makna
bebas dari pengarang, realitas, maupun keseluruhan.
pembaca.
Pada dasarnya penelitian struktural
berangkat dari pendekatan objektif

81
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

3. METODE PENELITIAN Kehidupan di hutan rukun dan damai.


Setelah lama tinggal di hutan, Awang
Metode yang digunakan dalam Sukma diangkat menjadi penguasa daerah
penelitian ini adalah metode deskriptif- itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali,
komparatif. Metode deskriptif adalah Awang Sukma berkeliling daerah
metode yang dilakukan dengan tidak kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah
menggunakan angka-angka, tetapi telaga yang jernih dan bening. Telaga
menggunakan penghayatan terhadap tersebut terletak di bawah pohon yang
interaksi antar konsep yang sedang rindang dengan buah-buahan yang banyak.
dikaji secara empiris (Semi, 1993:23). Berbagai jenis burung dan serangga hidup
Dasar perbandingan yang dilakukan dengan riangnya. "Hmm, alangkah
terhadap kedua cerita rakyat dilakukan indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini
menyimpan keindahan yang luar biasa,"
berdasarkan perbedaan bahasa yang
gumam Datu Awang Sukma.
digunakan dalam kedua cerita. Keesokan harinya, ketika Datu Awang
Teknik penelitian dalam penelitian Sukma sedang meniup serulingnya, ia
ini ditempuh melalui dua cara, yakni: (1) mendengar suara riuh rendah di telaga. Di
teknik pengumpulan data dan (2) teknik sela-sela tumpukan batu yang bercelah,
analisis data. Teknik pengumpulan data Datu Awang Sukma mengintip ke arah
menggunakan teknik kepustakaan. telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma
Teknik analisis data dilakukan dengan ketika melihat ada 7 orang gadis cantik
tiga tahap: (1) menganalisis sturktur sedang bermain air.
cerita rakyat Telaga Bidadari, menandai "Mungkinkah mereka itu para
bagian-bagian yang merupakan unsur bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis
cantik itu tidak sadar jika mereka sedang
atau struktur cerita, dan menganalisis
diperhatikan dan tidak menghiraukan
struktur cerita rakyat Telaga Biadadari
selendang mereka yang digunakan untuk
(2) menganalisis cerita rakyat Jaka terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah
Tarub, menandai bagian-bagian yang satu selendang tersebut terletak di dekat
merupakan unsur atau struktur cerita Awang Sukma.
rakyat , dan menganalisis struktur cerita "Wah, ini kesempatan yang baik untuk
rakyat Jaka tarub (3) melakukan mendapatkan selendang di pohon itu,"
perbandingan berdasarkan hasil analisis gumam Datu Awang Sukma.
struktur kedua cerita rakyat, mengambil Mendengar suara dedaunan, para putri
simpulan dari hasil analisi data. terkejut dan segera mengambil selendang
masing-masing. Ketika ketujuh putri
tersebut ingin terbang, ternyata ada salah
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
seorang putri yang tidak menemukan
pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam
4.1 Sinopsis Cerita Telaga Bidadari
kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang segera keluar dari persembunyiannya.
tampan dan gagah. Ia bernama Awang "Jangan takut tuan putri, hamba akan
Sukma. Awang Sukma mengembara sampai menolong asalkan tuan putri sudi tinggal
ke tengah hutan belantara. Ia tertegun bersama hamba," bujuk Datu Awang
melihat aneka macam kehidupan di dalam Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima
hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun
di sebuah dahan pohon yang sangat besar. karena tidak ada orang lain maka tidak ada

82
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali Putri Bungsu segera mengenakan
menerima pertolongan Awang Sukma. selendangnya dan seketika terbang ke
Datu Awang Sukma sangat mengagumi kahyangan. Datu Awang Sukma menatap
kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga sedih dan bersumpah untuk melarang anak
dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia keturunannya memelihara ayam hitam
berada di dekat seorang yang tampan dan yang dia anggap membawa malapetaka.
gagah perkasa. Akhirnya mereka
memutuskan untuk menjadi suami istri. 4.2 Sinopsis Cerita Jaka Tarub
Setahun kemudian lahirlah seorang bayi
Legenda Jaka Tarub - Babad Tanah Jawi
perempuan yang cantik dan diberi nama
merupakan naskah sejarah Kesultanan
Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu
Mataram. Cerita dimulai dengan
Awang Sukma sangat bahagia. Namun,
menceritakan mengenai kisah seorang
pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke
pemuda yang bernama Jaka Kudus,
atas lumbung dan mengais padi di atas
mengembara karena dimarahi ayahnya (KI
permukaan lumbung. Putri Bungsu
Ageng Kudus). Singkat cerita, dalam
berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba
pengembaraanya Jaka Kudus menikahi
matanya tertuju pada sebuah bumbung
putri Ki Ageng Kembanglampir. Putri itu
bambu yang tergeletak di bekas kaisan
pun akhirnya meninggal saat melahirkan
ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri
seorang bayi laki-laki.
Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri
Bayi laki-laki yang ditinggal mati ibunya
Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini
itu, ditemukan seorang pemburu bernama
selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang
Ki Ageng Selandaka. Si bayi digendong
itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan
sambil mengejar burung sampai ke desa
kesal dan jengkel tertuju pada suaminya.
Tarub. Karena suatu hal, Ki Ageng
Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.
Selandaka akhirnya meninggalkan bayi
Akhirnya Putri Bungsu membulatkan
tersebut sendirian. Untunglah, si bayi
tekadnya untuk kembali ke kahyangan.
ditemukan seorang janda, sebut saja Nyai
"Kini saatnya aku harus kembali!," katanya
Ageng Tarub, dan dijadikan anak angkat.
dalam hati. Putri Bungsu segera
Oleh penduduk sekitar ia dipanggil dengan
mengenakan selendangnya sambil
nama Jaka Tarub.
menggendong bayinya.
Jaka Tarub tumbuh menjadi seorang
Datu Awang Sukma terpana melihat
pemuda yang gemar berburu. Suatu hari ia
kejadian itu. Ia langsung mendekat dan
melanggar larangan ibu angkatnya supaya
minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji
tidak berburu sampai kawasan Gunung
yaitu menyembunyikan selendang Putri
Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah
Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari
telaga tempat tujuh bidadari mandi. Jaka
bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan.
Tarub mengambil selendang salah satu
"Kanda, dinda mohon peliharalah
bidadari. Ketika acara mandi selesai, enam
Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu
dari tujuh bidadari tersebut kembali ke
kepada Datu Awang Sukma." Pandangan
kahyangan. Sisanya yang satu orang
Datu Awang Sukma menerawang kosong
bingung mencari selendangnya, karena
ke angkasa. "Jika anak kita merindukan
tanpa itu ia tidak mampu terbang. Jaka
dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan
Tarub muncul datang menolong. Bidadari
masukkan ke dalam bakul yang digoncang-
yang bernama Dewi Nawangwulan itu
goncangkan dan iringilah dengan lantunan
bersedia ikut pulang ke rumahnya.
seruling. Pasti dinda akan segera datang
Keduanya akhirnya menikah dan
menemuinya," ujar Putri Bungsu.

83
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

mendapatkan seorang putri bernama Dewi Bungsu adalah seorang bidadari dari
Nawangsih. kayangan. Dia bersama keenam
Selama hidup berumah tangga, saudaranya sering mandi di kolam
Nawangwulan selalu memakai yang ada di dalam hutan. Pada suatu
kesaktiannya. Sebutir beras bisa
hari Awang Sukma tidak sengaja
dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu
mendapati ketujuh bidadari itu sedang
hari Jaka Tarub melanggar larangan
Nawangwulan supaya tidak membuka mandi. Karena keisengannya, Awang
tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Sukma menyembunyikan selendang
Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak bidadari yang paling muda yang
nasi seperti umumnya wanita biasa. Maka, bernama Putri Bungsu. Oleh sebab itu,
persediaan beras menjadi cepat habis. Putri Bungsu tidak dapat terbang lagi
Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan pergi ke kayangan bersama keenam
menemukan selendang pusakanya kakaknya. Putri Bungsu akhirnya
tersembunyi di dalam lumbung. menikah dengan Awang Sukma dan
Nawangwulan pun marah mengetahui melahirkan seorang anak yang bernama
kalau suaminya yang telah mencuri benda
Kumalasari. Pada suatu hari seekor
tersebut. Jaka Tarub memohon istrinya
ayam hitam datang mengais-ngais
untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun
tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya lumbung padi milik Awang Sukma.
demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi Secara tidak sengaja di kaki ayam hitam
untuk menyusui saja. itu terkais bumbung tempat Awang
Sukma menyembunyikan selendang
4.3 Perbandingan Struktur Cerita Putri Bungsu. Putri Bungsu secara tidak
Legenda Telaga Bidadari dan sengaja juga melihat bumbung itu dan
Legenda Jaka Tarub secara iseng membuka tutupnya. Betapa
terkejut Putri Bungsu begitu mengetahui
4.3.1 Perbandingan Tema Cerita isi bumbung yang ternyata adalah
selendang miliknya sendiri. Putri
Mengenai tema cerita, Sudjiman
Bungsu menyadari akal bulus suaminya
(1988: 51) mengemukakan bahwa tema
yang menyebabkan dia tidak dapat
adalah gagasan, ide, atau pilihan utama
pergi ke kayangan. Setelah
yang mendasari suatu karya sastra.
mendapatkan selendang, Putri Bungsu
Sementara itu, Daiches dkk. (1986:827)
memutuskan untuk pergi kembali ke
mengatakan bahwa tema adalah makna
kayangan. Betapa sedih hati Awang
karya sastra secara keseluruhan.
Sukma menghadapi kenyataan tersebut.
Berdasarkan pengertian tema maka
Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur
perbandingan tema dari kedua cerita
dan keputusan Putri Bungsu tidak dapat
tersebut dapat dikemukakan di bawah
lagi berubah. Dengan demikian Putri
ini.
Bungsu kembali kekayangan. Akan
Tema dalam cerita Telaga Bidadari
tetapi, rasa sayang dan kesetiaan Putri
adalah tentang kesetiaan seorang istri
Bungsu tidak hilang terhadap
terhadap keluarganya. Datu Awang
keluaraganya. Dia tetap akan kembali
Sukma adalah seorang manusia biasa
menemui suami dan anaknya dengan
yang berkat kecerdikannya dapat
syarat Awang Sukma mengambil tujuh
memperistri seorang bidadari. Putri

84
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

biji kemiri dan memasukkannya ke adalah penyajian watak tokoh dan


dalam bakul yang kemudian digoncang- penciptaan citra tokoh (Sudjiman,
goncangkan dan iringilah dengan 1988:23). Watak tokoh ialah kualitas
lantunan seruling. Dengan demikian, tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang
pasti Putri Bungsu akan segera datang membedakannya dengan tokoh lain.
menemuinya. Dengan gambaran ciri-ciri lahir dan sifat
Begitu juga dengan tema cerita yang serta sikap batin, pembaca dapat
terdapat dalam legenda Jaka Tarub mengenal watak masing-masing tokoh.
adalah tentang kesetian seorang istri Tokoh itu sendiri dapat dibedakan
terhadap keluarganya. Jaka Tarub menjadi tokoh utama dan tokoh
adalah manusia biasa yang berhasil bawahan (pembantu). Tokoh utama
memperistri seorang bidadari yang adalah tokoh yang aktif dalam setiap
bernama Nawangwulan. Nawangwulan peristiwa sedangkan tokoh bawahan
dapat diperistri Jaka Tarub akibat adalah tokoh-tokoh yang membantu
selendang yang dipakainya untuk atau mendukung tokoh utama.
terbang ke kayangan dicuri oleh Jaka Tokoh utama dalam cerita legenda
Tarub. Perkawinan mereka dikaruniai Telaga Bidadari adalah Datu Awang
seorang anak perempuan yang diberi Sukma. Datu Awang Sukma
nama Nawangsih. Suatu hari secara digambarkan sebagai seorang pemuda
tidak sengaja Nawangwulan yang tampan dan gagah perkasa. Datu
menemukan selendang di lumbung padi Awang Sukma adalah seorang pemuda
Jaka Tarub. Nawangwulan pun sadar yang suka mengembara. Dia adalah
terhadap akal bulus Jaka Tarub. orang yang kuat sehingga kemudian
Nawangwulan dengan kecewa diangkat menjadi penguasa hutan.
memutuskan untuk kembali ke Selain itu, Awang Sukma juga
kayangan. Akan tetapi, Nawangwulan digambarkan sebagai orang yang iseng
tetap bersedia untuk kembali ke bumi dan jahil. Oleh sebab itu, Awang Sukma
demi menyusui Nawangsih yang masih menyembunyikan selendang Putri
kecil. Kesetiaan Nawangwulan terhadap Bungsu yang menyebabkannya tidak
keluaraganya tetap tidak luntur dapat terbang kembali ke kayangan.
walaupun mereka sudah tinggal di dua Akan tetapi, Awang Sukma juga
alam yang berbeda. digambarkan sebagai seorang suami
yang setia dan mencintai keluarganya.
4.3.2 Perbandingan Tokoh dan Tokoh utama dalam cerita Jaka Tarub
Penokohan adalah Jaka Tarub sendiri. Jaka Tarub
Tokoh adalah individu rekaan yang digambarkan sebagai seorang pemuda
mengalami peristiwa atau berlakuan yang senang berburu. Jaka Tarub juga
dalam berbagai peristiwa dalam cerita memiliki sifat yang jahil dan iseng. Sifat
(Sudjiman, 1988:16). Tokoh pada jahil dan iseng jaka Tarub terlihat pada
umumnya berwujud manusia, tetapi saat dia menyembunyikan selendang
dapat juga berwujud binatang atau Nawangwulan yang menyebabkanya
benda yang diinsankan sesuai dengan tidak dapat terbang ke kayangan. Selain
kehendak si pengarang. Penokohan itu, jaka Tarub juga digambarkan

85
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

sebagai orang yang suka melanggar


aturan. Aturan pertama yang 4.3.3 Perbandingan Alur Cerita
dilanggarnya adalah larang ibunya Alur adalah urutan-urutan peristiwa
untuk tidak berburu di kawasan yang membangun tulang punggung
Gunung Keramat. Aturan kedua yang cerita (Sudjiman: 1988:29). Setiap
dilanggarnya adalah larangan peristiwa terjadi karena sebab akibat
Nawangwulan untuk jangan membuka hingga penjelasannya sebagai akhir
tutup penanak nasi. Akan tetapi, Jaka cerita itu. Sebuah cerita yang
Tarub juga memiliki sikap yang setia peristiwanya susul menyusul secara
dan menyayangi keluarganya. temporal dikatakan beralur terusan atau
Tokoh bawahan dalam cerita legenda linear (maju). Alur yang menggunakan
Telaga Bidadari adalah Putri Bungsu sorot balik dikatakan beralur balikan.
dan putri Kumalasari. Putri Bungsu Sementara itu, alur dikatakan datar
digambarkan sebagai bidadari yang apabila jalinan cerita di dalamnya
sangat cantik. Selain itu, Putri Bungsu hampir tidak terasa adanya gawatan
digambarkan juga sebagai istri yang dan leraian. Jika jalinan peristiwa dalam
setia dan seorang ibu yang sangat cerita itu semakin menanjak, sesuai
menyayangi anaknya. Hal itu dapat dengan sifatnya alur itu, dikatakan
diketahui dari kenyataan bahwa beralur menanjak.
meskipun Putri Bungsu telah kembali Pada dasarnya alur yang digunakan
kekayangan tidak diceritakan bahwa dia dalam cerita Telaga Bidadari dan cerita
menikah lagi. Selain itu, meskipun Putri Jaka Tarub adalah sama-sama
Bungsu telah berada di Kayangan, dia menggunakan alur maju, yaitu kisah
tetap bersedia untuk kembali ke bumi diceritakan secara runtut dari awal
untuk menyusui anaknya. Putri sampai akhir tanpa ada cerita yang
Kumalasari di dalam cerita hanya memflas back atau sorot balik. Namun,
digambarkan sebagai seorang bayi perbedaan ditemui di beberapa bagian
perempuan berumur sepuluh tahun cerita di antara kedua cerita tersebut.
yang sangat cantik. Perbedaan itu sudah terlihat pada awal
Tokoh bawahan dalam cerita Jaka cerita. Pada cerita Telaga Bidadari, awal
Tarub adalah Nawangwulan dan cerita dimulai dari kesukaan Awang
Nawangsih. Nawangwulan adalah Sukma untuk mengembara.
bidadari yang selendangnya dicuri oleh Pengembaraan Awang Sukma sampai
jaka Tarub yang menyebabkannya tidak masuk ke dalam hutan yang lebat. Di
dapat terbang kembali ke kayangan. dalam hutan, Awang Sukma
Nawangwulan digambarkan sebagai membangun rumah pohon dan
seorang wanita yang sangat cantik. bertempat tinggal di situ. Setelah
Selain itu, Nawangwulan juga beberapa lama tinggal di hutan, Awang
digambarkan sebagai wanita yang setia Sukma diangkat menjadi penguasa dan
dan sangat menyayangi keluarganya. bergelar datu. Sebulan sekali, Awang
Nawangsih hanya digambarkan sebagai Sukma berkeliling di hutan
anak yang berumur sepuluh tahun yang kekuasaannya. Suatu kali saat
memiliki paras yang cantik. berkeliling hutan, Awang Sukma

86
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

menemukan tujuh bidadari sedang selendangnya. Pada cerita Telaga


mandi ditelaga. Awang Sukma Bidadari, Putri Bungsu menemukan
menyembunyikan selendang bidadari selendangnya di lumbung secara tidak
yang paling cantik bernama Putri sengaja karena kaisan seekor ayam
Bungsu yang akhirnya menjadi istrinya hitam. Sementara itu, Nawangwulan
karena tidak dapat kembali terbang ke menemukan selendangnya karena
kayangan. akibat Jaka Tarub melanggar larangan
Sementara itu, cerita Jaka Tarub untuk tidak membuka penenak nasi.
dimulai dari pengembaraan Jaka Kudus Akibat melanggar larangan
karena dimarahi oleh ayahnya. Saat Nawangwulan, persediaan padi
mengembara, Jaka Kudus bertemu semakin menipis. Oleh sebab itu,
dengan putri Ki Ageng Kembanglampir selendang Nawangwulan yang
yang akhirnya menjadi istrinya. Istri disembunyikan Jaka Tarub dibawah
Jaka Kudus meninggal dunia saat tumpukan padi akhirnya terlihat dan
melahirkan anaknya. Anak Jaka Kudus ditemukan oleh Nawangwulan.
akhirnya dipelihara oleh Ki Ageng Perbedaan lain juga terlihat diakhir
Selandaka. Karena satu dan lain hal, kedua cerita. Pada cerita Telaga
anak Jaka Kudus ditingalkan sendirian Bidadari, Putri Bungsu akhirnya
di desa Tarub dan akhirnya dipelihara kembali ke kayangan. Akan tetapi Putri
oleh Nyai Ageng Tarub. Jaka Tarub Bungsu tetap bersedia turun ke bumi
tumbuh menjadi seorang pemuda yang untuk menemui Awang Sukma dan
gemar berburu. Akan tetapi, Nyai Kumalasari dengan syarat Awang
Ageng Tarub melarang jaka Tarub Sukma mengambil tujuh biji kemiri dan
untuk berburu di kawasan Gunung memasukkannya ke dalam bakul yang
Keramat. Jaka Tarub melanggar kemudian digoncang-goncangkan dan
larangan ibunya itu dan akhirnya dia diiringi dengan lantunan seruling.
bertemu dengan tujuh orang bidadari Dengan demikian, pasti Putri Bungsu
yang lagi mandi. Pada peristiwa akan segera datang menemui mereka.
bertemu dengan bidadari inilah terdapat Pada cerita Jaka Tarub, Nawangwulan
perbedaan antara cerita Telaga Bidadari juga kembali ke kayangan dan bersedia
dengan cerita Jaka Tarub. Pada saat turun ke bumi untuk menyusui
Awang Sukma bertemu dengan tujuh Nawangsih dengan syarat Jaka Tarub
bidadari tidak ada satu larangan pun tidak boleh berada di tempat tersebut.
yang dilanggar sedangkan Jaka Tarub Dengan kata lain, Nawangwulan tetap
bertemu dengan tujuh bidadari karena tidak mau bertemu dengan Jaka Tarub.
melanggar larangan ibunya. Jaka Tarub Berdasarkan uraian alur di atas dapat
menyembunyikan selendang salah satu disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
bidadari yang bernama Nawangwulan dan persamaan dalam pengaluran
yang akhirnya menjadi istrinya karena antara cerita Telaga Bidadari dan cerita
tidak dapat kembali ke kayangan. Jaka Tarub.
Perbedaan lain yang terdapat dalam
alur kedua cerita adalah pada saat Putri
Bungsu dan Nawangwulan menemukan

87
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

4.3.4 Perbandingan Latar Cerita bidadari begitu gembira bermain-main


Tarigan (1984:136) mengemuka-kan di telaga. Akan tetapi, suasana sedih
latar adalah latar belakang fisik, unsur juga tergambar pada saat Nawangwulan
tempat dan ruang dalam suatu cerita. kehilangan selendang-nya dan Jaka
Dengan kata lain, segala keterangan, Tarub kehilangan Nawangwulan karena
petunjuk, pengacuan yang berkaitan kembali lagi ke kayangan. Suasana
dengan waktu, ruang dan suasana marah juga terdapat dalam cerita, yaitu
terjadinya peristiwa dalam suatu karya saat Nawangwulan mengetahui jaka
sastra membangun latar cerita. Tarublah yang menyembunyikan
Latar tempat dalam cerita legenda selendanganya.
Telaga Bidadari adalah di hutan dan di Latar waktu dalam cerita legenda
telaga serta di lumbung padi milik Telaga Bidadari dan Jaka Tarub adalah
Awang Sukma. Tergambar pada saat siang hari. Selain itu, hanya ada satu
Awang Sukma berjalan-jalan di hutan latar waktu yang terlihat jelas siang hari,
dan memergoki para bidadari sedang yaitu pada cerita jaka Tarub ketika
mandi di telaga. Selain itu, lumbung Nawangwulan setiap malam hari
padi adalah tempat penyimpanan datang ke bumi untuk menyusui
selendang Putri Bungsu yang anaknya Nawangsih yang masih bayi.
disembunyikan oleh Awang Sukma.
Latar tempat dalam cerita Jaka Tarub 4.3.5 Perbandingan Amanat Cerita
adalah di telaga, hutan Gunung Amanat ialah ajaran moral atau
Keramat, dan desa Tarub. Tergambar pesan yang ingin disampaikan dalam
pada saat Jaka Tarub berburu di hutan karya sastra (Sudjiman, 1988:58).
Gunung Keramat dan berjumpa dengan Amanat terdapat pada sebuah karya
para bidadari sedang mandi di telaga. sastra dapat secara implisit atau
Desa Tarub adalah tempat Jaka Tarub, eksplisit. Secara implisit, jika jalan
ibunya, dan keluarganya bertempat keluar atau ajaran moral itu disiratkan
tinggal. dalam tingkah laku tokoh menjelang
Latar suasana dalam legenda Telaga cerita berakhir dan secara eksplisit
Bidadari tergambar pada saat Awang apabila pengarang pada tengah atau
Sukma menikmati suasana hutan. Rasa akhir cerita menyampaikan seruan,
damai, tenang, dan riang menyelimuti nasihat, anjuran, larangan, dan
suasana hutan. Suasana kebahagiaan sebagainya berkenaan dengan gagasan
juga terlihat saat Putri Bungsu yang mendasari cerita itu.
menerima pinangan Awang Sukma Amanat yang terdapat dalam cerita
yang gagah dan tampan. Akan tetapi, Telaga Bidadari dan Jaka Tarub hampir
suasana kesedihan juga terasa dalam sama, yaitu setia dan sayang kepada
cerita saat Putri Bungsu akan kembali ke keluarga. Rasa setia dan sayang itu
kayangan. Awang Sukma hanya bisa tergambar dari sikap Putri Bungsu dan
menyesali diri dan menatap kosong Nawangwulan kepada suami dan
karena kesedihan hatinya. Latar suasana anaknya.
dalam cerita Jaka Tarub tergambar pada
saat bidadari sedang mandi. Para

88
Undas Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016 : 79--90

5. PENUTUP kesamaan yang terdapat dalam cerita


Cerita legenda Telaga Bidadari dan terletak pada amanat, yaitu sama-sama
cerita Jaka Tarub adalah dua buah cerita tentang sikap setia dan sayang seorang
rakyat yang memiliki banyak kesamaan istri kepada suami dan anaknya.
dan juga perbedaan. Hal itu tidak Adapun perbedaan antara kedua
berarti satu cerita rakyat menjiplak cerita adalah tentang tokoh dan
cerita rakyat yang lain. penokohan, alur, dan latar. Penamaan
Persamaan kedua cerita rakyat tokoh yang berbeda. Watak tokoh juga
tersebut secara struktur terdapat pada ada perbedaan. Begitu juga alur seperti
tema. Tema yang terdapat dalam kedua sebab ditemukannya selendang di
cerita sama-sama tentang kesetiaan dan kedua cerita berbeda. Perbedaan latar
kasih sayang. Persamaan lain dari kedua juga sangat jelas. Hal itu disebabkan
cerita ini adalah sama-sama perbedaan asal kedua cerita rakyat
menceritakan tentang tujuh bidadari tersebut. Cerita legenda Telaga Bidadari
yang turun ke bumi untuk mandi di dari Kalimantan Selatan dan cerita Jaka
telaga dan salah satu bidadari tidak Tarub dari Jawa Tengah.
dapat kembali ke kayangan disebabkan
kehilangan selendangnya. Selain itu,

DAFTAR PUSTAKA

Daiches, David et al. 1968. English Literature. New York: Houghton Mifflin Company.

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Bukupop.

Kurnia, Sayuti. 1996. Sastra Bandingan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sarman. 2011.Tokoh Legendaris dalam sastra Lisan Sulawesi Tengah. Multilingual volume 1
tahun x edisi Juni 2011). Palu: Balai Bahasa Sulawesi Tengah.

Semi. M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padamg: Angkasa.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahamai Cerita Rekaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.

Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra: Ekspresivisme, Strukturalisme,


Pascastrukturalisme, Sosiologi, Resepsi. Ende: Nusa Indah.

89
Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan (Agus Yulianto)

___________________. 2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan Disertai
Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Tuloli, Nani. 2000. Teori Fiksi. Gorontalo: BMT.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

90

Anda mungkin juga menyukai