Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Diwangkara 1(1), Agustus 2021, 16-25

PERBANDINGAN MOTIF CERITA JAKA TARUB DAN


NAWANG WULAN DENGAN CERITA NIÚLÁNG ZHINÜ

Krisna Wahyuningtyas1, Ahmad Pramudiyanto2


STKIP PGRI Ponorogo
12

krisnawahyuningtyas19@gmail.com

Diterima: 29 Mei 2021, Direvisi: 16 Juli 2021, Diterbitkan: 9 Agustus 2021

Abstrak: Kajian sastra bandingan merupakan suatu kajian teoritis yang dapat diaplikasikan
untuk mengkomparasikan karya sastra, misalnya cerita rakyat. Cerita rakyat yang
berkembang di masyarakat secara turun temurun merupakan objek kajian yang sangat
menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan motif
antara cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan cerita Niúláng Zhinü. Data penelitian
ini berupa cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan cerita Niúláng Zhinü Penelitian
ini menggunakan teori pendekatan struktural, khususnya klasisifikasi Stith Thompson.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan
teknik perbandingan sastra. Objek kajian dalam penelitian ini adalah cerita Jaka Tarub
dan Nawang Wulan dengan cerita Niúláng Zhinü. Hasil penelitian ini yaitu terdapat lima
persamaan motif dari kedua cerita rakyat tersebut, yakni motif mitologi, sihir, ujian,
penipuan, penghargaan dan hukuman. Sedangkan pada cerita Niúláng Zhinü terdapat dua
motif tambahan berupa motif hewan dan keajaiban.
Kata kunci: Sastra Bandingan; Motif Cerita; Jaka Tarub dan Nawang Wulan; Niúláng
Zhinü.

Abstract: Comparative literature study is a theoretical study that can be applied to compare
literary works, such as folklore. Folklore that has developed in society from generation to
generation is a very interesting object to study. This study aims to compare the motives
between the folklores of ‘Jaka Tarub and Nawang Wulan’ with ‘Niúláng Zhinü.’ The data of
this research are taken from the stories of Jaka Tarub and Nawang Wulan as well as Niúláng
Zhinü. This research uses a structural approach theory. The method used in this study is a
qualitative descriptive method with a literary comparison technique. The object of study
in this research is the story of Jaka Tarub and Nawang Wulan with the story of Niúláng
Zhinü. The results of this study show that there are five similarities between the motifs
of the two folklores, namely mythological, magic, tests, fraud, rewards and punishments.
Meanwhile, in the story of Niúláng Zhinü, there are two additional motifs, namely animal
motifs and miracles.
Keywords: Comparative Literature; Story Motives; Jaka Tarub and Nawang Wulan
Folklore; Niúláng Zhinü.

16 Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan Cerita Niúláng Zhinü – Krisna W., A. Pramudiyanto
PENDAHULUAN dari berbagai daerah tersebut menarik untuk
dikaji dan dibandingkan satu dengan yang
Indonesia merupakan negara dengan
lainnya. Untuk membandingkan cerita rakyat
keberagaman budayanya. Keberagaman
tersebut maka perlu dilakukan suatu kajian
budaya tersebut memiliki ciri khasnya
sastra bandingan.
masing-masing. Salah satu bagian dari
Sastra bandingan merupakan kajian yang
keberagaman budaya adalah cerita rakyat.
membandingkan dua karya sastra atau lebih.
Menurut Danandjaja (2007: 4) cerita rakyat
Sukadaryanto (2010: 101) memaparkan,
adalah bentuk sastra lisan yang lahir dan
sastra perbandingan adalah perbandingan
berkembang dari masyarakat tradisional
antara dua karya sastra atau lebih dalam
yang disebarkan dalam bentuk relatif tetap
kurun waktu yang berbeda atau dalam
dan dari waktu yang cukup lama. Latifah,
waktu yang bersamaan. Sehubungan dengan
et al (2021) menambahkan bahwa dalam
pendapat di atas tujuan utama kajian sastra
perkembangannya cerita rakyat yang semula
bandingan menurut Noor (2015: 9) adalah
berbentuk lisan berubah menjadi bentuk
untuk menelaah/menemukan kekhasan
tulis.
atau sifat-sifat khas dari karya sastra yang
Berdasarkan definisi tersebut cerita
dibandingkan. Merujuk pada dua kutipan
rakyat dapat dipandang sebagai salah satu
tersebut dapat dipahami bahwa sastra
bentuk dari sastra. Wahid, et al (2021)
bandingan adalah membandingan dua karya
mengemukakan bahwa karya sastra adalah
sastra atau lebih untuk menemukan kekhasan
gambaran dari kehidupan yang diciptakan
suatu karya sastra yang dibandingkan.
sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Mendiskusikan tentang sastra bandingan,
Senada dengan Wahid, Dhamina (2019)
penulis tertarik untuk membandingkan dan
menambahkan bahwa suatu karya sastra
mengkaji dua cerita rakyat. Cerita rakyat
dapat menggambarkan nilai-nilai yang ada
yang akan dibandingkan yaitu cerita Jaka
dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Lestari,
Tarub dan Nawang Wulan dari Indonesia
et al (2021) berpendapat bahwa sastra
dengan cerita Niúláng Zhinü dari Tiongkok.
merupakan rangkaian kata yang mengungkap
Dipilih kedua cerita rakyat tersebut karena
rasa dalam jiwa.
walaupun berasal dari negara dan zaman yang
Membahas mengenai karya sastra,
berbeda tetapi kedua cerita rakyat tersebut
Pramudiyanto dan Wahyuni (2017: 618)
memiliki beberapa persamaan dan perbedaan
mengatakan bahwa karya sastra memuat
unsur. Kedua cerita rakyat tersebut juga
ajaran-ajaran yang berisi moral dan etika.
memiliki ajaran moral dan etika yang dapat
Sebuah cerita rakyat memiliki amanat baik
diteladani.
tersirat maupun tersurat yang berisi ajaran
Ajaran moral dan etika seringkali
moral dan etika. Lebih lanjut, Pramudiyanto,
ditunjukkan melalui motif dalam cerita
et al (2018) menggarisbawahi bahwa cerita
rakyat. Motif cerita ditunjukkan oleh peristiwa
rakyat seringkali merepresentasikan nilai-
yang menonjol di dalam cerita. Motif teks
nilai luhur kehidupan dan kemanusiaan.
suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita
Dari banyaknya cerita rakyat yang
itu yang menonjol dan tidak biasa sifatnya
berkembang di berbagai daerah seringkali
(Hasan, 2017: 140). Pada penelitian ini
ditemui adanya persamaan unsurnya satu
digunakan model analisis Stith Thompson.
sama lain. Persamaan unsur cerita rakyat
Stith Thompson mengklasifikasikan motif

jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id 17
Jurnal Diwangkara 1(1), Agustus 2021, 16-25

menjadi 22 jenis, yaitu: 1) mythological motifs, catat. Selanjutnya dilakukan analisis data
2) animal, 3) taboo, 4) magic, 5) the dead, 6) yang terdiri dari identifikasi dan klasifikasi
marvels, 7) ogres, 8) tests, 9) the wise and the data dengan mengacu pada teori motif model
fools, 10) deception, 11) reversal of the fortune, Thompson.
12) ordaining the future, 13) chance and fate, Objek kajian dalam penelitian sastra
14) society, 15) rewards and punishments, 16) bandingan ini adalah cerita Jaka Tarub dan
captives and fugitives, 17) unnatural cruelty, Nawang Wulan dari Indonesia dengan cerita
18) sex, 19) religion, 20) traits of character, Niúláng Zhinü dari Tiongkok. Penelitian ini
21) humor, dan 22) miscellaneous groups of menggunakan pendekatan teori struktural.
motifs (Oktarina, 2020: 36-37). Sesuai dengan namanya, teori struktural
Motif-motif tersebut bagian dari unsur memandang dan memahami karya sastra
cerita rakyat. Untuk membandingkan unsur dari segi struktur karya sastra itu sendiri
pada sebuah cerita rakyat atau karya sastra, dengan memfokuskan pembahasan pada
perlu dilakukan analisis pada strukturnya. unsur intrinsik yang terdapat pada kedua
Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan cerita rakyat tersebut guna untuk mengetahui
pendekatan struktural. Struktural adalah persamaan dan perbedaan dari cerita Jaka
pendekatan sastra yang menganalisis struktur Tarub dan Nawang Wulan dengan cerita
pembangun karya sastra dari dalam, serta Niúláng Zhinü.
mencari relevansi atau keterkaitan unsur-
unsur tersebut untuk mencari maknanya HASIL DAN PEMBAHASAN
(Sukarto, 2017: 51). Riswandi dan Kusmini
Hasil penelitian ini adalah ditemukan
(2018: 85) mengemukakan bahwa karya
lima persamaan motif menurut Thompson
sastra yang dikaji menggunakan struktural
pada cerita rakyat Jaka Tarub dan Nawang
berarti sama halnya dengan menyelidiki
Wulan dengan Niúláng Zhinü. Persamaan
makna karya sastra dengan mempelajari
motif yang ditemukan yaitu: mythological
unsur-unsur strukturalnya dan hubungannya
(mitologi), magic (sihir), test (ujian),
satu sama lain.
deception (penipuan), reward and punishment
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
(penghargaan dan hukuman). Selain kelima
akan membandingkan dan mengkaji struktur
motif tersebut, terdapat dua motif lain pada
dan motif pada cerita rakyat Jaka Tarub dan
cerita Niúláng Zhinü. Kedua motif tersebut
Nawang Wulan dengan cerita Niúláng Zhinü.
yaitu animal (hewan) dan marvels (keajaiban).
Masing-masing motif yang ditemukan akan
METODE dibahas pada subbab berikut dimulai dari
Penelitian ini menggunakan metode penjabaran struktur masing-masing cerita
deskriptif kualitatif dengan teknik rakyat.
perbandingan sastra. Menurut Sari, et.al
Struktur Cerita Jaka Tarub dan Nawang
(2018: 50) penelitian deskriptif kualitatif
Wulan
menyajikan gambaran lengkap mengenai
objek kajian penelitian diperoleh melalui Struktur yang membangun Cerita Jaka
prosedur non matematis kemudian dianalisis Tarub dan Nawang Wulan dimulai dengan alur.
secara kualitatif dan dideskripsikan. Teknik Menurut Aminudidin (2002: 83) menyatakan
pengumpulan data menggunakan teknik baca bahwa alur adalah rangkaian cerita yang

18 Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan Cerita Niúláng Zhinü – Krisna W., A. Pramudiyanto
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa jika panci tersebut telah dibuka oleh Jaka
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan karena persediaan nasinya lama kelamaan
oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur yang berkurang.
terdapat dalam cerita Jaka Tarub dan Nawang Tahapan akhir saat cerita Nawang Wulan
Wulan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, dan Jaka Tarub berpisah. Ketika Nawang
tahap tengah dan tahap akhir, Wulan mengambil persediaan beras yang
Tahapan awal yakni ketika Jaka Tarub tinggal sedikit, dia menemukan selendangnya
pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. dibalik tumpukan beras. Perasaan Nawang
Ketika sedang mencari kayu bakar, Jaka Tarub Wulan campur aduk ketika selendangnya
mendengar suara gadis yang sedang bermain ditemukan. Nawang Wulan kecewa karena
di air terjun. Jaka Tarub yang penasaran lalu selama ini ternyata yang menyembunyikan
mencari sumber suara. Dia melihat ada tujuh selendangnya adalah Jaka Tarub. Karena
gadis cantik yang sendang mandi. Tanpa selendangnya sudah ditemukan, dengan berat
disadari Jaka, gadis-gadis tersebut ternyata hati Nawang Wulan meninggalkan Jaka Tarub
bukan manusia melainkan bidadari dari dan Nawangsih kembali ke kayangan. Nawang
kayangan. Jaka Tarub kemudian mengambil Wulan berjanji bahwa setiap bulan purnama
salah satu dari ketujuh selendang milik dia akan turun ke bumi untuk menjenguk anak
bidadari itu. Bidadari yang kehilangan dan suaminya.
selendangnya itu adalah Nawang Wulan. Struktur yang berikutnya adalah latar
Nawang Wulan menangis karena tidak dapat yang terdiri dari latar tempat, latar waktuu,
kembali ke kayangan. Jaka Tarub merasa iba latar suasana. Adapun latar tempat yang
melihatnya dan menghampiri Nawang Wulan terdapat pada Cerita Jaka Tarub dan Nawang
untuk berpura-pura membantu mencari Wulan yaitu: di Desa Widodaren, hutan,
selendangnya. Jaka Tarub memberi tahu air terjun, kayangan, rumah, dapur, gudang
Nawang Wulan jika selendangnya belum yang menjadi tempat penyimpanan beras.
ditemukan maka dia bisa tinggal dirumah Jaka Selanjutnya latar waktu yang terdapat pada
Tarub terlebih dahulu. Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan yaitu:
Tahap tengah yaitu seputar kehidupan disuatu waktu, setibanya, setelah, selang
Nawang Wulan bersama Jaka Tarub. Sekian berapa lama, suatu hari, keesokan harinya,
lama Nawang Wulan tidak dapat menemukan bulan purnama. Terakhir terdapat latar
selendangnya yang hilang. Nawang Wulan suasana yang terdapat pada Cerita Jaka Tarub
kemudian menikah dengan Jaka Tarub. Jaka dan Nawang Wulan yaitu: sedih, marah dan
Tarub dan Nawang Wulan memiliki putri yang bahagia.
bernama Nawangsih. Setelah beberapa lama Adapun struktur yang membangun pada
menikah, Jaka Tarub merasa heran karena Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan yaitu
pasokan beras mereka tidak pernah habis. penokohan. Penokohan yang pertama adalah
Jaka Tarub menanyakan hal tersebut kepada tokoh utama primer yaitu Jaka Tarub, kedua
Nawang Wulan. Nawang Wulan enggan adalah tokoh sekunder yaitu Nawang Wulan,
menjawab dan selalu mengingatkan Jaka agar ketiga adalah tokoh komplementer yaitu
tidak membuka tutup panci saat Nawang Nawangsih dan para bidadari.
Wulan sedang menanak nasi. Namun karena Struktur selanjutnya adalah tema.
penasaran Jaka Tarub nekat membuka tutup Menurut Satoto (2012:40) tema adalah ide
panci tersebut. Nawang Wulan akhirnya tahu sentral (pokok) yang dapat terungkapkan,

jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id 19
Jurnal Diwangkara 1(1), Agustus 2021, 16-25

baik secara langsung maupun tidak langsung sapi tua itupun sembuh dan dibawa pulang ke
Artinya tema merupakan ide atau pikiran rumah oleh Niu Lang. Setibanya di rumah Niu
utama didalam karya sastra, baik itu tersirat, Lang sudah membawa 10 sapi, namun kakak
maupun tersurat Pada Cerita Jaka Tarub dan iparnya justru mengusir Niu Lang dan sapi tua
Nawang Wulan memiliki tema organik yang yang dibawanya dari gunung Fu Niu.
memfokuskan pada hubungan antarmanusia. Pada tahapan tengah dimulai setelah
Dimana Jaka Tarub yang menikah dengan Niu Lang dan sapi tua pergi meninggalkan
bidadari Nawang Wulan dan memiliki anak rumah. Saat berada di dekat sungai Niu Lang
bernama Nawangsih yang kemudian Jaka terpesona melihat para dewi yang sedang
dan Nawangsih ditinggalkan Nawang Wulan mandi. Kemudian sapi tua memberi tahu Niu
Kembali ke Kayangan. Lang bahwa dewi yang paling muda tersebut
Struktur terakhir adalah amanat. Amanat adalah dewi penenun yang bernama Zhinü.
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh Dengan bantuan sapi tua pula Niu Lang dapat
pengarang kepada pembaca (Hakim, et al., berkenalan dengan Zhinü yang kemudian
2021:20). Amanat yang terdapat dalam cerita tumbuh rasa cinta di antara mereka. Diam-
Jaka Tarub yaitu kejujuran. Segala sesuatu diam Zhinü turun ke bumi dan menikah
yang diawali dengan ketidakjujuran akan dengan Niu Lang. Zhinü juga membawa
berakhir dengan tidak baik. ulat sutra dari alam dewa untuk mengajari
manusia bumi agar dapat beternak ulat sutra
Struktur Cerita Niúláng Zhinü
dan menenun benang sutra. Setelah menikah
Struktur yang membangun dalam Cerita Niu Lang dan Zhinü memiliki dua anak,
Niúláng Zhinü dimulai dengan alur. Alur yang satu perempuan dan satu laki-laki. Mereka
terdapat dalam cerita Niúláng Zhinü terdiri berempat hidup bahagia.
dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap tengah, Pada tahapan akhir dimulai ketika
dan tahap akhir. Kaisar Langit di alam dewa mengetahui dan
Tahapan awal dimulai ketika Niu Lang mengutus permaisurinya untuk menjemput
diperintah istri kakaknya untuk menggembala dan memaksa Zhinü untuk pulang ke alam
9 sapi ke hutan dan saat kembali ke rumah dewa. Niu Lang menjadi bimbang karena
harus dengan membawa 10 sapi. Niu Lang memikirkan bagaimana cara agar dapat
menggembala sapi ke gunung yang memiliki menyusul istrinya ke alam dewa. Akhirnya Niu
banyak rumput. Ketika Niu Lang terdiam Lang diberitahu oleh sapi tua bahwa sandal
karena berfikir bagaimana cara agar bisa yang pernah dibuatnya dari kulit sapi yang
membawa pulang 10 sapi, tiba-tiba datanglah pernah dia tolong dapat membantunya naik
seorang pria tua yang menasihati dan ke alam dewa. Dengan sigap Niu Lang beserta
memberitahunya. Pria tua itu memberitahu kedua anaknya langsung pergi menyusul
Niu Lang supaya pergi ke gunung Fu Niu. Zhinü ke alam dewa. Ketika jarak Niu Lang
Di gunung Fu Niu terdapat seekor sapi tua semakin dekat, permaisuri Kaisar Langit
jelmaan dari Dewa Sapi Abu-abu yang sakit menciptakan sebuah sungai langit yang
dan membutuhkan perawatan serta dapat luas untuk memisahkan mereka berempat.
dibawa pulang. Niu Lang memutuskan pergi ke Karena sungai tersebut mereka berempat
gunung Fu Niu. Di gunung Fu Niu dia merawat tidak dapat bertemu dan setiap hari hanya
dan mengobati sapi tua tersebut dengan ada tangisan diantara mereka. Puluhan juta
penuh kesabaran. Setelah beberapa waktu burung Xi Que (Murai) tersentuh mengetahui

20 Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan Cerita Niúláng Zhinü – Krisna W., A. Pramudiyanto
kisah cinta Niu Lang dan Zhinü. Sekumpulan Struktur terakhir adalah amanat. Amanat
burung murai tersebut membuat jembatan adalah pesan yang ingin disampaikan oleh
untuk mempertemukan mereka berempat. pengarang kepada pembaca (Hakim, et al.,
Mengetahui hal tersebut akhirnya permaisuri 2021:20). Amanat yang terdapat dalam cerita
Kaisar Langit memperbolehkan mereka Niúláng Zhinü yaitu seberat apapun ujian atau
berempat untuk bertemu. Waktu mereka permasalahan pasti dapat diselesaikan jika
bertemu hanya beberapa kali dalam setahun kita mau berusaha.
yaitu setiap malam ke-7 pada bulan 7 menurut
Perbandingan Motif Cerita
penanggalan Imlek.
Struktur yang berikutnya adalah latar Berdasarkan hasil penjabaran struktur
yang terdiri dari latar tempat, latar waktu, kedua cerita di atas, ditemukan lima motif
latar suasana. Adapun latar tempat yang pada masing-masing cerita. Kelima motif
terdapat pada Cerita Niúláng Zhinü yaitu: Di tersebut yaitu: mythological (mitologi), magic
desa Niu Jia kota Nan, gunung Fu Niu, di bawah (sihir), test (ujian), deception (penipuan),
pohon, alam dewa, rumah, bumi, sungai langit, reward and punishment (penghargaan dan
jembatan burung murai. Selanjutnya latar hukuman).
waktu yang terdapat pada Cerita Niúláng Motif Mitologi (Mythological)
Zhinü yaitu: Pada zaman dinasti Zhou, musim Motif mitologi ditemui pada kedua cerita
gugur, tiga hari, satu bulan, setelah beberapa rakyat. Bentuk dari motif mitologi ini yaitu
hari, suatu hari, setibanya, sekali dalam berupa bidadari. Tokoh bidadari yang menjadi
setahun, malam ke 7, bulan ke 7. Terakhir tokoh utama pada kedua cerita bernama
terdapat latar suasana yang terdapat pada Nawang Wulan dan Zhinü. Kedua tokoh
Cerita Niúláng Zhinü yaitu: sedih, marah, bidadari pada awal munculnya dalam cerita
bimbang, bahagia. juga sama-sama dikisahkan sedang mandi.
Adapun struktur yang membangun Perbedaannya adalah Nawang Wulan mandi
pada Cerita Niúláng Zhinü yaitu penokohan. dengan latar tempat air terjun sedangkan
Penokohan pertama adalah tokoh primer Zhinü berlatar sungai. Kedua tokoh bidadari
yaitu Niu Lang, penokohan kedua adalah juga dikisahkan sama-sama menikah dengan
tokoh Skunder yaitu Zhinü, penokohan ketiga manusia. Nawang Wulan menikah dengan
yaitu tokoh komplementer adalah kedua anak Jaka Tarub sedangkan Zhinü menikah dengan
Niu lang dan Zhinü, para dewi, pria tua, sapi Niu Lang. Pada akhir kisah kedua tokoh
tua jelmaan dewa sapi abu-abu, Kaisar Langit, bidadari ini juga sama-sama harus berpisah
permaisuri Kaisar Langit, dan burung Xi Que dengan suami dan anaknya. Perbedaannya
(Murai). adalah Nawang Wulan meninggalkan Jaka
Struktur selanjutnya adalah tema. Cerita Tarub dengan rasa kecewa, sedangkan Zhinü
Niúláng Zhinü memiliki tema organik yang meninggalkan Niu Lang dengan terpaksa.
memfokuskan pada hubungan antarmanusia.
Motif Sihir (Magic)
Dimana Niu Lang yang menikah dengan dewi
penenun yaitu Zhinü dan memiliki dua anak Kedua cerita rakyat tersebut sama-
yaitu satu putra dan satu putri. Kemudian Niu sama memiliki motif sihir. Motif sihir pada
Lang dan kedua anaknya terpaksa dipisahkan kedua cerita sama-sama dilakukan oleh
paksa dengan Zhinü oleh Kaisar Langit dan bangsa bidadari. Bidadari yang memunculkan
permaisurinya untuk kembli ke alam dewa. motif sihir ada tiga tokoh, yaitu Nawang

jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id 21
Jurnal Diwangkara 1(1), Agustus 2021, 16-25

Wulan, Zhinü, dan permaisuri Kaisar Langit. ekor sapi, Niu Lang justru diusir oleh kakak
Persamaan lain pada motif sihir kedua cerita iparnya. Ujian kedua datang saat dia mencoba
yaitu tokoh bidadari mampu terbang ke menyusul Zhinü ke kayangan. Sebagai manusia
langit/kayangan. Persamaan terakhir motif biasa tentu dia tidak akan sanggup menyusul
sihir pada kedua cerita yaitu masing-masing Zhinü ke kayangan. Berkat bantuan dewa sapi
tokoh memiliki kemampuan sihirnya masing- abu-abu yang dia tolong, Niu Lang mempu
masing. melewatinya menggunakan sandal dari kulit
Pada cerita Jaka Tarub dikisahkan bahwa sapi. Ujian ketiga datang dari permaisuri
Nawang Wulan mampu menanak nasi tanpa Kaisar Langit. Saat akan mencapai kayangan,
mengurangi persediaan di ruang penyimpanan permasuri Kaisar Langit membuat sungai di
padi. Kemampuan sihir Nawang Wulan langit. Namun berkat bantuan ribuan burung
tersebut memiliki syarat, yaitu tutup panci murai dia mampu melewati sungai langit
yang dia gunakan saat menanak nasi tidak tersebut.
boleh dibuka oleh siapapun. Motif Penipuan (Deception)
Bidadari/dewi yang memiliki motif sihir
Motif penipuan yang ditemukan pada
lainnya adalah permaisuri Kaisar Langit.
kedua cerita rakyat ini sama-sama terjadi
Permaisuri Kaisar Langit dalam kisah Niúláng
pada kedua tokoh utama. Perbedaannya
Zhinü memiliki kemampuan untuk membuat
adalah pada cerita Jaka Tarub pelaku penipuan
sungai di langit. Hal tersebut dia lakukan
adalah Jaka Tarub itu sendiri, sedangkan pada
saat Niu Lang dan anak-anaknya mencoba
cerita Niúláng Zhinü tokoh utama Niu Lang
menemui Zhinü di kayangan.
menjadi korbannya.
Motif Ujian (Tests) Pada cerita Jaka Tarub dan Nawang
Motif ujian adalah motif yang seringkali Wulan motif penipuan dilakukan oleh Jaka
muncul kepada tokoh utama pada cerita Tarub. Diceritakan bahwa Jaka Tarub menipu
rakyat. Motif ujian pada Jaka Tarub terjadi Nawang Wulan dengan cara menyembunyikan
saat dia diuji menjaga mandat dari Nawang selendangnya. Akibatnya Nawang Wulan
Wulan untuk tidak membuka tutup panci tidak dapat kembali ke kayangan hingga pada
yang digunakan untuk menanak nasi. Jaka akhirnya keduanya menikah.
Tarub yang merasa heran kenapa persediaan Pada cerita Niúláng Zhinü pelaku penipuan
padi di lumbungnya tidak berkurang akhirnya adalah kakak ipar dari Niu Lang. Niu Lang
membuka tutup panci tersebut. Akibat diperintah kakak iparnya agar menggembala
perbuatannya tersebut kemampuan sihir dari 9 ekor sapi dan harus kembali dengan 10 ekor
Nawang Wulan hilang. Sejak saat itu Nawang sapi. Meskipun sudah berhasil memenuhi
Wulan menanak nasi layaknya orang biasa permintaan kakak iparnya, ternyata Niu Lang
sehingga perlahan persediaan padinya pun tetap saja diusir oleh sang kakak ipar.
berkurang. Motif Penghargaan dan Hukuman (Rewards
Berbeda dengan Jaka Tarub, Niu Lang and Punishments)
menerima ujian lebih banyak dalam kisahnya.
Motif penghargaan dan hukuman
Ujian pertama datang dari kakak iparnya yang
ditemukan pada kedua cerita rakyat yang
menyuruhnya menggembala 9 ekor sapi dan
dikaji. Terdapat perbedaan pada masing-
harus kembali dengan 10 ekor sapi. Setelah
masing cerita rakyat. Pada cerita Jaka Tarub
dia berhasil pulang dengan membawa 10
dan Nawang Wulan hanya ditemukan satu

22 Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan Cerita Niúláng Zhinü – Krisna W., A. Pramudiyanto
motif hukuman, sedangkan pada cerita Niúláng sedang sakit. Sapi jelmaan Dewa ditemukan
Zhinü ditemukan satu motif penghargaan dan Niu Lang di gunung Fu Niu. Motif hewan kedua
satu motif hukuman. berupa burung Xi Que atau burung Murai.
Motif hukuman pada cerita Jaka Tarub Burung murai ini berperan membantu Niu
dan Nawang Wulan terjadi setelah Nawang Lang dengan cara membuat jembatan untuk
Wulan menemukan selendangnya di lumbung menyebrang sungai langit.
padi. Karena kecewa telah ditipu suaminya, Motif Keajaiban (Marvels)
dia memutuskan meninggalkan suami dan
Berdasarkan hasil analisis ditemukan
anaknya dan kembali ke kayangan.
satu motif keajaiban pada cerita Niúláng
Motif penghargaan dan hukuman pada
Zhinü. Motif keajaiban ditemukan pada
cerita Niúláng Zhinü masing-masing memiliki
peristiwa saat Niu Lang berusaha pergi
satu peristiwa. Motif hukuman terjadi ketika
kayangan menemui Zhinü. Saat itu Niu Lang
Zhinü diketahui menikah dengan bangsa
diberi petunjuk oleh Dewa Sapi abu-abu
manusia. Akibatnya dia dipaksa pulang ke
supaya memakai sandal dari kulit sapi agar dia
kayangan oleh Kaisar Langit. Motif penghargaan
dapat sampai di kayangan. Sandal kulit sapi
terjadi pada saat Niu Lang bersama kedua
tersebut memiliki keajaiban sehingga bisa
anaknya berusaha bertemu dengan Zhinü di
mengantarkan Niu Lang hingga ke angkasa.
kayangan. Perjuangan Niu Lang bertemu Zhinü
hingga mendapatkan bantuan dari Dewa Sapi
SIMPULAN
abu-abu dan sekumpulan burung murai.
Melihat perjuangan dari Niu Lang tersebut, Dari hasil analisis yang telah penulis
Kaisar Langit akhirnya luluh. Kaisar Langit jabarkan dalam pembahasan di atas dapat
mengizinkan Niu Lang dan kedua anaknya disimpulkan bahwa cerita rakyat Jaka Tarub
bertemu dengan Zhinü setiap malam ke-7 dan Nawang Wulan dengan Niúláng Zhinü
pada bulan 7 menurut penanggalan Imlek. memiliki lima motif yang sama. Akan tetapi
meskipun memiliki persamaan motif, tetapi
Motif Tambahan Cerita Niúláng Zhinü bentuk kejadian dan tokoh motifnya tidak
Cerita Niúláng Zhinü memiliki dua motif selalu sama. Kelima motif yang sama yaitu motif
lain selain lima motif yang sama dengan cerita mitologi, sihir, ujian, penipuan, penghargaan
Jaka Tarub. Dua motif tersebut yaitu motif dan hukuman. Sebagaimana diungkapkan oleh
animal (hewan) dan marvels (keajaiban). Sahrum, et al (2021), jenis karya sastra ini
Penjabaran dari kedua motif tersebut akan memiliki peran untuk mengingatkan kembali
dijabarkan dalam subbab berikut. tatanan kehidupan masyarakat.
Motif Hewan (Animal)
Ditemukan dua motif hewan pada cerita DAFTAR PUSTAKA
Niúláng Zhinü. Motif hewan pertama berupa Aminuddin. (2002). Pengantar Apresiasi
sapi. Sapi pertama adalah sapi yang digembala Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
oleh Niu Lang. Pada awal cerita dijelaskan Algensindo.
bahwa Niu Lang diharuskan menggembala 9 Dhamina, S. I. (2019). Etika Sosial Jawa
ekor sapi. Sapi kedua berikutnya merupakan dalam Novel Ibu Karya Poerwadhie
sapi jelmaan Dewa. Sapi jelmaan Dewa ini Atmodihardjo. Konfiks, 6(1), hal. 73-
adalah sapi yang dirawat oleh Niu Lang karena 82. Diakses secara online dari https://

jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id 23
Jurnal Diwangkara 1(1), Agustus 2021, 16-25

journal.unismuh.ac.id/index.php/ Pramudiyanto, A. dan Wahyuni, S (2017).


konfiks Pendidikan Untuk Anak Dalam
Danandjaja, J. (2007). Folklor Indonesia: Ilmu Serat Bratasunu. Makalah disajikan
Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: dalam Seminar Internasional The 1st
Pustaka Utama Grafiti. International Conference on Language,
Hakim, N., Yuniati, I., dan Maharani, H. (2021). Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Amanat dalam Novel Si Anak Badai 4 April 2017.
Karya Tere Liye. Literatur, 1(2), hal. 79- Pramudiyanto, A., Supana., dan Rohmadi, M.
85. Diakses secara online dari https:// (2018). Characteristic of Wong Cilik
journal.ipm2kpe.or.id/index.php/ on Wayang Kulit Wanda of Panakawan
LITERATUR Figures. Jurnal Humanus, 17(2), hal.
Hasan, N. H. (2017). Motif Dan Tipe Dalam 174-187. Diakses secara online dari
Cerita Rakyat Kepulauan Aru. Totobuang: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/
Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, humanus
5(2), hal. 137-148. Diakses secara online Riswandi, B. dan Kusmini, T. (2018). Kamar
dari http://lontar.ui.ac.id/detail?id=204 Prosa. Tasikmalaya: Langgam Pustaka.
79628&lokasi=lokal Sahrum, Wardiani, R. dan Astuti, C. W.
Latifah, S. A., Sutejo dan Suprayitno, E. (2021). (2021). Representasi Kritik Sosial
Nilai Pendidikan Karakter dan Pesan dalam Kumpulan Cerpen Memorabilia
Edukatif dalam Dongeng Nusantara Melankolia Karya Agus Noor. Leksis,
Bertutur. Jurnal Bahasa dan Sastra, 1(1), hal. 36-46. Diakses secara online
8(2), hal. 53-62. Diakses secara online dari https://jurnal.lppmstkipponorogo.
dari https://jurnal.lppmstkipponorogo. ac.id/index.php/Leksis
ac.id/index.php/JBS Sari, F. K, Suwandi, S., dan Supana. (2018).
Lestari, S., Wardiani, R. dan Setiawan, H. Character Education Values in Semiotic
(2021). Kajian Stilistika Teks Lagu dalam Meaning of Story of Javanese Script. Jurnal
Album Untukmu Selamanya Karya Band Komposisi, 19(1), hal. 47-63. Diakses
Ungu. Jurnal Bahasa dan Sastra, 8(2), secara online dari http://ejournal.unp.
hal. 32-38. Diakses secara online dari ac.id/index.php/komposisi
https://jurnal.lppmstkipponorogo. Satoto, S. (2012). Analisis Drama dan Teater.
ac.id/index.php/JBS Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Noor, R. (2015). Penelitian Sastra Bandingan: Sukadaryanto. (2010). Sastra Perbandingan.
Prinsip Dasar, Objek, Teori, dan Metode. Semarang: Griya Jawi.
Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Sukarto, K. A. (2017). Pendekatan
Universitas Diponegoro. Strukturalisme dalam Penelitian
Oktarina, D. (2020). Keberagaman Motif Sastra, Bahasa, dan Budaya. Jurnal
Dalam Cerita Rakyat Ular Renggiong Pujangga, 3(2), hal. 48-80. Diakses
Dan Putri Gunung Labu Dari Belitung secara online dari http://journal.unas.
Timur: Analisis Motif Model Stith ac.id/pujangga
Thompson. Sirok Bastra, 8(1), hal. 35- Thompson, S. (1946). The Folktale. New York:
46. Diakses secara online dari https:// The Dryden Press.
sirokbastra.kemdikbud.go.id/index. Wahid, M. A. N., Sutejo dan Suprayitno, E.
php/sirokbastra (2021). Nilai Moral dalam Novel Kawi

24 Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan dengan Cerita Niúláng Zhinü – Krisna W., A. Pramudiyanto
Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur.
Jurnal Bahasa dan Sastra, 8(2), hal. 18-
25. Diakses secara online dari https://
jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id/index.
php/JBS

jurnal.lppmstkipponorogo.ac.id 25

Anda mungkin juga menyukai