Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DALAM NOVEL DI BAWAH

LANGIT YANG SAMA KARYA HELGA RIF

Hetilaniar
Universitas PGRI Palembang
heti_ardesya@yahoo.com

ABSTRAK

Antropologi sastra adalah ilmu yang mengkaji karya sastra yang berhubungan dengan
manusia. Antropologi sastra mengungkapkan mengenai kebudayaan-kebudayaan yang
dihasilkan oleh manusia yang terkandung dalam karya sastra. Berdasarkan hal tersebut
maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kajian antropologi sasatra dalam
novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan kajian antropologi sasatra dalam novel Di Bawah
Langit yang Sama karya Helga Rif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik content analysis. Hasil
penelitian menunjukan bahwa novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif
menggunakan bahasa daerah Bali yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi
seperti nama panggilan seseorang. Masyarakat Bali juga masih mempercayai mitos yaitu
kepercayaan terhadap hal-hal gaib seperti percaya pada hari-hari tertentu yang dianggap
sakral. Pada unsur religi masyarakat mempercayai bahwa Tuhan merupakan sumber
kekuatan serta penolong yang dapat membantu umat-NYA dalam menjalani kehidupan.
Dalam masyarakat Bali juga terdapat adat-istiadat yang harus ditaati, seperti ada
perbedaan tingkatan status, tingkatan status itu sendiri yaitu kasta brahmana, kasta
kesatria, kasta waisya, dan kasta sudra.

Kata kunci: Antropologi sastra, Di Bawah Langit yang Sama.

I. Pendahuluan

Karya sastra adalah ungkapan fikiran dan perasaan seorang pengarang dalam usahanya untuk
menghayati kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya, baik yang dialaminya maupun yang
terjadi pada orang lain atau kelompok masyarakatnya (Astika dan Yasa, 2014:1). Selain
berasal dari imajinasi pengarang, karya sastra juga dapat dihasilkan dengan adanya proses
kreatif pengarang dalam mendeskripsikan ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh
pengarang dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Ide-ide yang dipikirkan dan
dirasakan oleh pengarang berhubungan dengan manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa karya sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena kehidupan
masyarakat sehingga hasil karya sastra itu tidak hanya dianggap sekedar cerita khayal
pengarang semata, melainkan perwujudan dari kreativitas pengarang dalam menggali
gagasannya. Selain itu, saat pembaca memahami prosa atau cerita fiksi (cerpen atau novel),
pembaca dihadapkan dengan cerita imajinatif yang dideskripsikan pengarang lewat cerita
(Hetilaniar, 2016). Karya sastra sendiri memiliki beberapa jenis yaitu puisi, prosa dan drama.
Salah satu jenis prosa yaitu novel.

Novel berasal dari bahasa Latin novellus, kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti
baru atau new dalam bahasa Inggris, dikatakan baru karena bentuk novel adalah karya sastra
yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan drama ( Priyatni,
2012:124). Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks (Nurgiantoro, 2015:13).

Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia imajinatif yang tidak jauh berbeda
dengan kehidupan manusia sebenarnya. Dalam novel biasanya ada unsur pembangun. unsur-
unsur tersebut antara lain tema, tokoh atau penokohan, alur, latar atau setting, sudut pandang
gaya bahasa dan amanat. Adapun fungsi dari unsur pembangun adalah agar cerita tersebut
menjadi menarik dan tidak membosankan apabila penikmat karya sastra membacanya.

Dalam mengkaji novel banyak jenis penelitian yang dapat digunakan, salah satunya yaitu
antropologi sastra. Antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya
terkandung unsur-unsur antropologi. Antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra
yang membahas karya-karya yang dihasilkan manusia seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah,
hukum, adat-istiadat, dan karya seni (Ratna, 2015:351).

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti novel Di Bawah Langit yang Sama
karya Helga Rif, karena novel ini mengandung unsur-unsur antropologi sastra. Novel ini
menceritakan kebudayaan masyarakat Bali, dan perjuangan Indira perempuan asli keturunan
Bali dalam mengejar cita-cita dan berusaha lepas dari bayang-bayang tanggung jawab yang
harus diemban karena Indira merupakan anak pertama dalam keluarga Kesatria. Novel Di
Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif merupakan campuran fakta, adat-istiadat, dan fiksi,
menghadirkan perjalanan hidup manusia yang berlatar belakang etnik. Berdasarkan studi
pustaka, penelitian mengenai antropologi sastra dalam novel Di Bawah Langit yang Sama
karya Helga Rif belum pernah diteliti.

II. Landasan Teori

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia,
sastra tidak saja dinilai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, emosi, tetapi, telah
dianggap sebagai suatu karya kreatif (Semi, 1990:1). Karya sastra merupakan hasil dari
gagasan seseorang terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya (Wardiah,
2016:210). Karya sastra adalah ungkapan pribadi seseorang, berupa perasaan, pemikiran, ide,
atau pun pengalaman yang dtulis dalam bahasa yang indah. Karya sastra adalah objek
manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia,
Meskipun demikian, karya itu mempunyai eksistensi yang khas yang membedakannya dari
fakta kemanusiaan lain seperti sistem sosial dan sistem ekonomi dan yang menyamakanya
dengan sistem seni rupa, seni suara, dan sebagainya, kalau sistem lainya seringkali dianggap
sebagai satuan yang dibangun oleh hubungan antar tindakan, karya sastra merupakan satuan
yang dibangun atas hubungan antara tanda dan makna ekspresi dengan fikiran, antara aspek
luar dan aspek dalam (Faruk, 2014:77)

Antropologi sastra (dianggap) menjadi salah satu teori atau kajian sastra yang menelaah
hubungan antara sastra dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana sastra itu digunakan
sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat. Kajian antropologi sastra adalah
menelaah struktur sastra (novel, cerpen, puisi, drama, cerita rakyat) lalu menghubungkannya
dengan konsep atau konteks situasi sosial budayany (Djirong, 2014:216). Antropologi sastra
(dianggap) menjadi salah satu teori atau kajian sastra yang menelaah hubungan antara sastra
dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana sastra itu digunakan sehari-hari sebagai
alat dalam tindakan bermasyarakat. Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada
semua bangsa di dunia, ketujuh unsur yang dapat disebut sebagai isi pokok dari tiap
kebudayaan itu antara lain: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sitem religi, kesenian (Koentjaranigrat,
2015:165).
Novel merupakan salah satu bentuk dari fiksi, selain puisi, cerpen, dan drama. Sebagai salah
satu bentuk fiksi, novel memiliki kompleksitas yang tinggi, baik ditinjau dari segi isi dan
struktur. Novel menceritakan kehidupan manusia dan problematikanya secara lengkap,
sehingga terdiri dari bermacam-macam alur. Tidak seperti cerpen yang hanya memiliki sedikit
tokoh, novel memiliki banyak tokoh dengan karakter yang beragam. Latar yang dimiliki novel
pun lebih beragam daripada cerpen yang hanya memiliki satu alur. Jika dilihat dari banyaknya
isi, novel minimal harus terdiri dari 100 halaman (Setiawan, 2009:478)

III. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2017:60). Berdasarkan pendapat ini metode yang digunakan oleh penulis
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ( Siswantoro,
2010:56). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Di Bawah Langit yang Sama karya
Helga Rif yang diterbitkan oleh Gagas Media tahun 2015 dengan tebal buku 1 cm, panjang
buku 115 mm, dan lebar 190 mm. Penggumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi.
Menurut Sugiyono uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
credibilit (validityas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),
dan confermability (obyektivitas) (Sugiyono, 2017:270).Teknik analisis data yang digunakan
untuk menganalisis novel ini yaitu teknik content analysis. Content analysis adalah
menganalisis dokumen untuk diketahui isi dan makna yang terkandung dalam novel Di
Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif.
IV. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang sudah di deskripsikan dan di analisis maka, diketahui unsur-unsur
antropologi sastra dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif secara
keseluruhan terdiri dari empat unsur yaitu bahasa, religi, adat-istisdat dan mitos.

Hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh pembahasan sebagai berikut. Pada unsur
bahasa dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif menggunakan bahasa
daerah secara keseluruhan disetiap percakapan. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa
daerah Bali. Dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif terdapat bahasa
daerah yang digunakan khususnya untuk nama panggilan, keluarga, orang lain, sebutan untuk
kain khas, dan nama makanan yang masih ada hingga saat ini. Bahasa daerah masih
digunakan sebagai alat berinteraksi satu sama lain, karena bahasa merupakan alat komunikasi
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan informasi dari generasi
kegenerasi. Bahasa adalah satu-satunya alat yang merupakan sarana utama dalam kehidupan,
bahasa akan terus berkembang karena terus menerus digunakan manusia, seperti: Aji, Niang,
Anak Agung, Gus atau Ida Bagus, Pekak, Wik, Suksma, Ampun, Smat , Udeng, Ayam Betutu,
Endek, dan Maturan.

Religi yang terdapat dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif merupakan
suatu cara yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta
dengan penuh iman serta adanya getaran jiwa untuk melaksanakan perintah yang Mahakuasa
dengan kepercayaan masing-masing individu. Dalam novel Di Bawah Langit yang Sama
karya Helga Rif terdapat religi yang mempererat hubungan manusia dengan Tuhan seperti
sembahyang, selalu memanjatkan doa kepada sang hyang widhi, mengucapkan mantra
gayatri atau barisan bait doa yang biasanya diucapkan dalam setiap persembahyangan oleh
umat Hindu sebagai wujud permohonan akan perlindungan, pencerahan hati nurani, dan
kedamaian. Mengucapkan salam kepada orang lain, dan selalu berdoa menyerahkan segala
beban yang sedang dirasakan kepada Tuhan.

Adat-istiadat yang terdapat dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif
merupakan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan untuk menjaga masyarakatnya. Di
dalam adat-istiadat terdapat norma yang mengatur masyarakat berdasarkan aturan yang telah
disepakati dan dibuat secara khusus, jelas, dan tegas. Setiap pelanggar akan diberikan
hukuman sesuai pelanggaran yang dilakukan. Adat-istiadat disebut juga nilai budaya sebagai
pedoman yang memberikan arah dan orientasi terhadap hidup. Adat-istiadat merupakan aturan
yang di tetapkan dalam suatu masyarakat serta ditaati oleh masyarakat dan dalam adat-istiadat
terdapat hukum terhadap pelanggaran adat-istiadat tersebut.

Apa bila orang dari kasta kesatria akan menikah dengan kasta Brahma yaitu kasta yang lebih
tinggi dari pada kasta kesatria, makan ia akan di ambil orang griya. Griya adalah rumah untuk
keluarga dari kasta Brahma. Ngaben merupakan adat upacara kremasi atau pembakaran
jenazah. Upacara adat ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim
jenazah pada kehidupan mendatang. Apabila laki-laki yang kedudukannya lebih tinggi tidak
akan mau nyarot atau turun derajat ke kasta yang lebih rendah dan nyentana atau pihak laki-
laki mau masuk ke pihak wanita. Justru pihak wanitalah yang akan naik tingkatanya menjadi
Jro atau sebutan untuk perempuan dari kasta yang lebih rendah setelah menikah dengan kasta
yang lebih tinggi. Calon suami yang satu purusa atau satu garis keturunan tidak perlu adanya
nyentana atau pihak pria masuk ke keluarga wanita dan bisa menggurus meranjan atau tempat
suci keluarga besar bersama-sama. Apabila orang Bali tidak menikah dengan sesama orang
Bali dan tidak bersedia masuk kekeluarganya maka orang tersebut akan kehilangan haknya
sebagai keturunan puri atau tempat tinggal bangsawan bali. Dan garis keturunanya secara
langsung akan hilang. Terdapat perbedaan status atau kasta yang ada di masyarakat Bali
empat tingkatan status itu yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra, yang berperan
dibidang keagamaan, abdi negara, dan prajurit.

Pada unsur mitos yang terdapat dalam novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif
merupakan suatu kepercayaan masyarakat pada cerita rakyat yang dianggap masyarakat
sebagai hal-hal yang sakral karena berhubungan dengan tradisi masyarakat dan telah
dilakukan sejak berabad-abad lalu. Mitos dianggap sebagai cerita yang sesungguhnya, cerita
yang memiliki nilai-nilai sakral, patut dicontoh, dan mengandung makna. Seperti kepercayaan
beberapa orang Bali, air mata yang jatuh akan memberatkan jiwa yang telah meninggal untuk
mencapai tujuannya di sisi Tuhan. Kepercayaan masyarakat Bali bahwa sebelum melakukan
upacara kremasi atau pembakaran jenazah. Maka akan ditanyakan dulu hari baiknya kepada
peranda atau pendeta hindu, baru melaksanakan upacara pembakaran mayat atau biasa
disebut dengan upacara ngaben.
V. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis unsur-unsur antropologi sastra dalam novel Di Bawah Langit yang
Sama karya Helga Rif dapat disimpulkan bahwa dalam unsur bahasa yang digunakan oleh
masyarakat dalam cerita, terdapat bahasa daerah sehari-hari yang digunakan hingga sekarang
seperti Aji, Niang, Anak Agung, Gus atau Ida Bagus, Pekak, Wik, Suksma, Ampun, Smat ,
Udeng, Endek, dan Maturan. Bahasa ini masih digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat
Bali sebagai alat komunikasi sehari-hari agar tidak hilang ditelan zaman.

Pada unsur religi, masyarakat mempercayai bahwa Tuhan merupakan sumber kekuatan serta
penolong yang dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan. Dalam masyarakat Bali
mereka berkomunikasi dengan Sang Pencipta salah satunya dengan cara mengucapkan mantra
gayatri atau barisan bait doa yang biasanya diucapkan dalam setiap persembahyangan oleh
umat Hindu sebagai wujud permohonan akan perlindungan, pencerahan hati nurani, dan
kedamaian.

Dalam hal mitos, sebuah kepercayaan masyarakat dalam cerita yang mempercayai hal-hal
gaib, percaya pada cerita-cerita yang dianggap sakral seperti air mata yang jatuh akan
memberatkan jiwa yang telah meninggal untuk mencapai tujuannya di sisi Tuhan. Hal ini
sejalan dengan kepercayaan masyarakat Bali dan hingga sekarang masih dipercaya oleh
masyarakat Bali.

Pada unsur adat-istiadat dalam masyarakat Bali, banyak adat-istiadat yang harus ditaati seperti
kasta kesatria akan menikah dengan kasta Brahma yaitu kasta yang lebih tinggi dari pada
kasta kesatria, maka ia akan di ambil orang griya. Griya adalah rumah untuk keluarga dari
kasta Brahma. Hal tersebut sejalan dengan budaya Bali yang hingga saat ini masih
dilestarikan.

1) Novel Di Bawah Langit yang Sama karya Helga Rif dapat dijadikan inspirasi bagi siswa,
mahasiswa, guru, dan masyarakat penikmat sastra, karena selain berbobot mengenai
sastra, novel ini juga mengandung ajaran-ajaran raligi serta banyaknya nilai budaya yang
bermanfaat dan dapat dijadikan contoh dalam kehidupan.
2) Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menggali unsur budaya Bali pada novel Di Bawah
Langit yang Sama karya Helga Rif dengan menggunakan teori yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Astika, I Made., dan Yasa, I Nyoman. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hetilaniar. 2016. Pementasan Drama Sebagai Pembentuk Karakter Mahasiswa. Prosiding
Dosen Universitas PGRI Palembang, Edisi 17.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Salmah Djirong, “Kajian Antropologi Sastra Cerita Rakyat Datumuseng Dan Maipa Deapati
(Anthropology Of Literature Analysis Datu Museng Dan Maipa Deapati Folklore),”
(Vol. 20, No. 2, 2014).

Semi, M. Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.


Setiawan, Arif. “Sosok Wanita Jawa dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari dan
Novel Midah Si Manis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer (Analisis
Komparatif Teks Sastra),” (Vol.8 No.2 2009), Universitas Muhammadiyah Malang.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Tri Priyatni, Endah. 2012. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wardiah, Dessy. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel “Pak Guru” Karya Awang Suryo.
Prosiding Dosen Universitas PGRI Palembang, Edisi 13.

Anda mungkin juga menyukai