Anda di halaman 1dari 10

ANTROPOLOGI 

SASTRA: PERKENALAN AWAL

Anthropology Literature: an  Early  Introduction

I Nyoman Kutha Ratna

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Denpasar 80361, Bali


Nomor Telepon: 0361-701812, Pos-el: suyasamayuri@yahoo.com

Naskah masuk: 29 Juni 2011—Revisi akhir: 17 November 2011

Abstrak: “Antropologi Sastra: Perkenalan Awal”, judul artikel ini mendeskripsikan atau mengenalkan
sebuah teori yang relatif baru dalam sejarah pendekatan terhadap karya sastra, yaitu antropologi sastra.
Secara panjang lebar, di dalam artikel dijelaskan perbedaan antara istilah antropologi sastra dan sastra
antropologi serta hubungan kedua istilah tersebut. Kemudian, dijelaskan pula tentang sejarah lainnya,
yaitu antropologi sastra, identifikasi antropologis dalam karya sastra dan antropologi sastra di masa depan.
Dalam penutup disampaikan bahwa antropologi sastra memiliki kemampuan maksimal untuk mengungkapkan
berbagai permasalahan yang muncul dalam karya sastra, seperti masalah kearifan lokal, sistem religi, dan
masalah kebudayaan yang lain.
Kata kunci: antropologi sastra dan sastra antropologi

Abstract: This article describes a relatively new theory in the history of literary work
approach, the anthropological literature.  At  length,  the article explains  that   the  difference between
the terms of literary anthropology and anthropology and the relation between those terms. Then,
it also discusses another history of literary anthrophology,, anthropological    identification in  lit-
erary work and anthropological literature in the future. In closing it is submitted that
the anthropological literature has  the  maximum ability to describe various problems  emerged    in
literary works, such as the problem of local wisdom, religion, and other cultural issues.
Key words: anthropological literature, and literary anthropology

1. Pendahuluan
Unsur struktur karya sastra dibedakan kesatuan intrinsik, dan prosedur
menjadi dua jenis, yaitu struktur dalam dan transformasi (Piaget, 1973:6-16).
struktur luar atau struktur intrinsik dan Dalam perkembangan berikut dengan
ekstrinsik. Pada gilirannya, analisis pun ditemukannya berbagai kelemahan
tidak bisa dilepaskan dari kedua aspek terhadap teori tersebut, analisis bergeser ke
tersebut. Analisis aspek pertama struktur luar. Karya sastra dipahami dalam
memperoleh perhatian sejak ditemukannya kaitannya dengan latar belakang sosial yang
teori formal yang kemudian dilanjutkan menghasilkannya. Dalam hubungan inilah
dengan strukturalisme dengan berbagai berkembang model analisis interdisiplin,
variannya. Karya sastra dianggap sebagai seperti psikologi sastra, sosiologi sastra, dan
entitas dengan struktur yang otonom, antropologi sastra. Dalam pembicaraan ini
mandiri, memiliki kemampuan untuk hierarki ketiga disiplin sekaligus
mengatur dirinya sendiri (self-regulation),

150
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL

menunjukkan sejarah kelahiran dan umumnya lebih menekankan pada


relevansinya terhadap perkembangan pembicaraan mengenai studi antropologi
kebudayaan. dalam kaitannya dengan sastra. Dalam
Antropologi sastra merupakan mata hubungan ini dikenal dua istilah, yaitu
rantai terakhir analisis interdisiplin. antropology of literature dan literary
Antropologi sastra seolah-olah merupakan antropology. Secara gramatikal, seperti soci-
gabungan antara analisis psikologis dan ology of literature dan literary sociology,
sosiologis, sebagai orientasi sosiopsikologis. keduanya dapat diterjemahkan menjadi
Dalam pengertian yang lebih luas antropologi sastra. Akan tetapi, dikaitkan
antropologi sastra mengimplikasikan peran dengan tujuan yang hendak dicapai dan
sastra untuk mengevokasi keberagaman dengan isi yang terkandung di dalamnya
budaya. Dengan singkat, meskipun yang dibicarakan dalam antropology of lit-
antropologi sastra merupakan disiplin yeng erature adalah analisis karya sastra dalam
berkembang paling akhir, tidak menutup kaitannya dengan unsur-unsur antropologi.
kemungkinan bahwa ilmu tersebutlah yang Sebaliknya, literary antropology adalah
memiliki relevansi paling besar. analisis antropologi melalui karya sastra,
atau analisis antropologi dalam kaitannya
 2. Antropologi Sastra dengan unsur-unsur sastra. Dalam
antropology of literature, antropologi
2.1 Sejarah Kelahiran merupakan gejala sekunder dan sebagai
instrumen. Sebaliknya, dalam literary
Sepanjang diketahui, isu mengenai antropology yang menjadi gejala sekunder
antropologi sastra pertama-tama muncul sekaligus intrumen adalah karya sastra.
dalam kongres “Folklore and Literary An- Dengan singkat, antropology of literature
thropology” (Poyatos, 1988:xi—xv) yang merupakan bagian sastra, sedangkan liter-
berlangsung di Calcutta (1978), diprakarsai ary antropology merupakan bagian
oleh Universitas Kahyani dan Museum In- antropologi. Istilah literary (sebagai kata
dia. Oleh karena itu, tidak secara kebetulan sifat) menunjukkan kedudukan sastra
buku yang diterbitkan pertama-tama diberi sebagai komplementer terhadap
subjudul “a New Interdisciplinary Approach antropologi. Rupanya, di Barat pun
to People, Signs, and Literature”. Meskipun pengertian antropologi sastra belum jelas,
demikian, Poyatos mengakui bahwa sebagai masih dikacaukan antara antropologi sastra
istilah, antropologi sastra pertama-tama dengan sastra antropologi.
dikemukakan dalam sebuah tulisannya
Berbeda dengan sastra, dalam linguistik,
yang dimuat dalam Semiotica (21:3/4, 
baik sebagai antropologi linguistik maupun
tahun 1977) berjudul “Form and Functions
sebagai linguistik antropologi, antropologi
of Nonverbal Communication in the Novel:
linguistik sebagai interdisiplin,
a New Perspective of the Author-Charac-
perkembangannya jauh lebih maju.
ter-Reader Relationship”. Dalam hubungan
Beberapa literatur yang dapat menunjukkan
ini perlu disebutkan sebuah tulisan singkat
kemajuan tersebut, di antaranya: Language
berjudul “Towards an Anthropology of Lit-
in Culture and Society: a Reader in Linguistics
erature” (Rippere, 1970). Di dalamnya
and Anthropology (Hymes, ed., 1964),
dijelaskan peranan bahasa dalam karya
Lingusitic Anthropology (Duranti, 1997), An-
sastra, yaitu bahasa yang lebih banyak
thropological Lingusitics: an Introduction
berkaitan dengan konteksnya terhadap
(Foley, 1997), Language, Culture, and Societuy:
realitas sehingga makna bahasa jauh lebih
an Introduction to Linguistic Anthropology
luas dibandingkan dengan apa yang
 (Salzmann, 1998), Linguistic Anthropology:
diucapkan.
A Reader (Duranti, ed., 2001). Sebagai ilmu
Keseluruhan tulisan yang terkandung baru, dalam lunguistik pun belum
dalam kumpulan karangan tersebut pada ditemukan kesepakatan antara istilah

151
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159

antropologi linguistik dengan linguistik Sementara itu, Ahimsa-Putra seolah-


antropologi. Bahkan, keduanya digunakan olah menyamakan antara antropologi sastra
secara bergantian. Melalui pemahaman dan sastra antropologi. Atas dasar pendapat
antropologi sastra, istilah yang seharusnya tersebut ia (2003:105) menjelaskan lebih jauh
digunakan adalah antropologi linguistik (an- bahwa dalam analisis yang lebih penting
thropology of linguistic), sedangkan linguistik adalah proses, sebagai proses dialektis di
antropolog (is)  (anthropological linguistic) antara kedua bidang ilmu dibandingkan
dianggap sebagai wilayah kajian disiplin dengan hasil yang dicapai oleh masing-
antropologi. Secara definitif, antropologi masing ilmu yang bersangkutan. Meskipun
lingusitik adalah unsur-unsur antropologi demikian, suatu penelitian harus
yang terkandung dalam bahasa. Sebaliknya, menunjukkan dengan jelas apakah analisis
linguistik antropologi adalah unsur-unsur yang dilakukan termasuk antropologi sastra
bahasa yang terkandung dan digunakan atau sastra antropologi.  Permasalahannya
untuk memperdalam pemahaman dapat dipecahkan melalui tujuan dan hasil
antropologi. Sebagai konsekuensinya, istilah akhir yang hendak dicapai. Dengan
lingustik kebudayaan yang selama ini demikian, antropologi sastra adalah analisis
digunakan untuk memperoleh pemahaman dengan memberikan posisi dominan
mengenai bahasa, seharusnya diubah terhadap karya sastra, dengan
menjadi budaya atau kebudayaan linguistik. menggunakan teori tertentu, baik teori for-
mal maupun teori grounded yang pada
 2.2 Hubungan antara Antropologi Sastra
dasarnya juga disesuaikan dengan sastra.
dengan Sastra Antropologi
Sesuai dengan hakikat teori, dalam
Dalam tulisan ini yang akan hubungan ini teori formal, yang dianggap
dikembangkan adalah antropologi sastra, relevan adalah teori-teori postrukturalisme.
bukan sastra antropologi. Seperti yang telah Baik antropologi sastra maupun sastra
dikemukakan bahwa antropologi sastra antropologi, beranggapan bahwa data
adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra selalu berada dalam konteks,
karya sastra dalam kaitannya dengan bukan dalam kondisi vakum dan data
kebudayaan. Dalam perkembangan otonom menurut pemahaman yang lain.
selanjutnya definisi tersebut disertai dengan  Antropologi sastra (Poyatos, ed., xii—xiii;
pemahaman dalam perspektif kebudayaan 1988:331—335) juga berarti analisis sastra
yang lebih luas. Perubahan yang antarbudaya,  kebudayaan yang berbeda-
dimaksudkan juga mengikuti beda, semacam sastra bandingan. Dalam
perkembangan sosiologi sastra yang semula analisis akan berkembang dua cara, yaitu:
hanya berkaitan dengan masyarakat yang a) analisis terhadap satu karya, karya
ada dalam karya sastra kemudian meluas tunggal seorang pengarang, b) analisis
pada masyarakat sebagai latar belakang terhadap sejumlah karya, baik dari
penciptaan sekaligus penerimaan. Dengan pengarang yang sama maupun dari
demikian karya sastra bukan refleksi, bukan pengarang yang berbeda. Selanjutnya,
semata-mata memantulkan kenyataan, model kedua juga melibatkan beberapa cara,
melainkan merefraksikan, membelokkannya seperti: a) analisis beberapa karya dari
 sehingga berhasil mengevokasi pengarang yang sama, b) dari pengarang
keberagaman budaya secara lebih yang berbeda, c) dari satu periode tertentu,
bermakna. Dalam hubungan ini akan terjadi d) dari genre yang berbeda yang secara
proses timbal balik, keseimbangan yang keseluruhan dianggap sebagai analisis
dinamis antara kekuatan aspek sastra  antarbudaya (sastra). Dalam ruang lingkup
dengan antropologi. Bahkan, dalam analisis yang lebih luas juga dimungkinkan
yang baik, seolah-olah tidak bisa dikenali melakukan analisis terhadap budaya Barat
apakah yang dibicarakan termasuk sastra dan Timur atau budaya-budaya Cina, India,
atau antropologi.   Indonesia, dan sebagainya.

152
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL

Sebagaimana yang telah dikemukakan, melalui ’cerita’, bahkan semata-mata


antropologi sastra merupakan model melalui sinopsis. Analisis terhadap masalah
pendekatan interdisiplin yang relatif baru kawin paksa novel-novel Angkatan Balai
serta belum masuk sebagai salah satu mata Pustaka (Angkatan 1920-an) dari segi
kuliah. Pembicaraan antropologi sastra antropologi sastra dapat diungkapkan
terbatas sebagai isu tertentu dan subbab karakterisasi sekaligus karakterologi para
tertentu dalam analisis masalah lain yang tokoh cerita, melalui struktur naratif, yaitu
lebih besar. Mengapa antropologi sastra dalam kaitannya dengan peran status para
kurang memperoleh perhatian sehingga tokoh dalam sistem kekerabatan, misalnya,
belum berkembang? Diduga alasan fungsi dan kedudukan laki-laki dalam
pokoknya hampir sama dengan psikologi berumah tangga.
sastra. Di satu pihak, dikaitkan dengan para Dengan menganalisis masalah yang
pakar sastra belum adanya minat khusus sama, sistem kekerabatan, seorang pakar
untuk keluar dari analisis konvensional, sastra antropologi akan mengungkapkan
yaitu analisis struktur intrinsik. Di pihak lain, pola-pola hubungan yang terjadi dalam
dari segi disiplin antropologi  adanya novel dalam rangka memperkuat
kesulitan dalam menggabungkan antara argumentasinya bahwa dalam periode
ciri-ciri antropologi sebagai hakikat faktual tertentu, dalam hubungan ini Periode Balai
dengan sastra sebagai hakikat imajinasi. Pustaka, sistem matriarkhat masih berlaku.
Alasan lain belum adanya pemahaman Dalam analisis pertama, sistem kekerabatan
sekaligus pengakuan terhadap manfaat adalah alat. Tujuannya untuk memperkuat
interdisiplin. Padahal, seperti akan analisis penokohan, peraturan, dan struktur
dijelaskan pada bagian berikut antropologi karya sastra secara keseluruhan, baik
sastra memiliki sejumlah ciri yang sangat intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam analisis
signifikan untuk menjadi disiplin yang baru kedua, merupakan tujuan itu, fungsinya
sekaligus membentuk makna-makna yang untuk memperkuat struktur sosial.
baru. Dalam waktu singkat antropologi  Hubungan antara laki-laki dan perempuan,
sastra diharapkan akan menjadi salah satu baik sebagai oposisi biner dengan teori
mata kuliah, di samping mata kuliah yang struktur, maupun sebagai dekonstruksi
lain. menggunakan teori feminis termasuk
Pertanyaan yang timbul kemudian, antropologi sastra, sedangkan hubungan
siapakah yang seharusnya terlibat dalam sebagai aspek kebudayaan, menggunakan
penelitian antropologi sastra, pakar sastra teori-teori gender adalah sastra antropologi.
atau antropolog? Dengan tidak menutup Seperti analisis sosiologi sastra, analisis
kemungkinan adanya minat dan kompetensi melalui antropologi sastra pada dasarnya
antardisiplin, yaitu mereka yang memiliki sudah banyak dilakukan tetapi analisis itu
kemampuan untuk memahami berbagai masih menyebutnya sebagai analisis sastra.
ilmu pengetahuan, antropologi sastra Dalam hubungan ini, analisis ekstrinsik
seharusnya dilakukan oleh para pakar sebab pengertian antropologi sastra belum
sastra. Antropologi sastra adalah wilayah diterima secara umum. Kenyataan yang
sastra, sedangkan sastra antropologi adalah sering terjadi dalam masyarakat, praktik
wilayah antropologi. Kedua disiplin mendahului lahirnya suatu teori.
memiliki kepentingan yang berbeda yang
dengan sendirinya akan memberikan  3. Identifikasi Antropologis dalam
intensitas pemahaman yang juga berbeda. Karya Sastra
Dikaitkan dengan hakikatnya, karya sastra
sebagai sistem model kedua,  analisis Secara akademis institusional,
antropologi sastra jelas dilakukan melalui hubungan antara sastra dan antropologi
struktur ’penceritaan’, melalui mekanisme dapat ditelusuri melalui dua cara, yaitu
pemplotan, sedangkan sastra sosiologi sebagai berikut.

153
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159

Pertama,  melalui akar kata, literatur merupakan masalah penting bagi semua
seperti digunakan dalam bahasa-bahasa ilmu humaniora, termasuk ilmu sosial. Akan
Barat yang secara keseluruhan berasal dari tetapi, dalam antropologi sastra kedudukan
bahasa Latin (litteratura) berarti huruf atau manusia memiliki ciri khas dalam kaitannya
tulisan, sedangkan karya antropologi dalam dengan penulis, seniman, dan subjek kreator
bentuk apa pun adalah tulisan atau dapat pada umumnya. Antropologi dan sastra 
ditranskripsi sebagai tulisan. Dalam berbagi masalah yang sama dalam
hubungan inilah berkembang  etnografi kaitannya dengan sastra lisan, folklore, dan
yang pada dasarnya tidak berbeda dengan tradisi lisan pada umumnya.
novel, mantra dengan puisi, seni Menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch
pertunjukan dengan drama, dan (1977:71—72) struktur karya sastra
sebagainya. Khazanah budaya masyarakat beranalogi dengan struktur mitos. Keduanya
lama, kearifan lokal, dan berbagai bentuk seolah-olah berasal dari kategori yang sama.
kearifan lain, seperti: pepatah, peribahasa, Berbagai penelitian antropologis yang
dan semboyan, menampilkan makna yang dilakukan oleh Levi-Strauss pada dasarnya
relatif sama, baik terhadap atropolog berangkat dari hukum-hukum bahasa.
maupun terhadap kritikus sastra. Sastra Penelitian  mengenai puisi “Les Chats”
lisan, misalnya, masih merupakan (Baudelaire) yang dilakukan oleh Jakobson
perdebatan apakah termasuk bidang kajian dengan Levi-Strauss (Teeuw, 1988:75—77),
antropologi atau sastra. sulit dibedakan antara sastra dengan
Kedua, istilah sastra berasal dari bahasa antropologi. Sebagai seorang linguis dan
Sansekerta (sas + tra) berarti alat untuk antropolog yang sama-sama berada dalam
mengajar. Baik sebagai tulisan maupun kelompok strukturalis, Jakobson dan Levi-
sebagai alat untuk mengajar, antropologi Strauss memberikan intensitas pada prinsip
sastra diharapkan dapat mempertahankan ekuivalensi dari poros seleksi (paradigmatik)
keseimbangan antara unsur-unsur ke poros kombinasi (sintaksis). Secara
antropologi dan sastra. Secara kelembagaan sederhana, prinsip yang dimaksudkan
antropologi termasuk ke dalam Fakultas dilakukan melalui pemilihan terhadap kata-
Sastra. Di dunia Barat (Luxemburg, dkk. kata yang menampilkan persamaan
1989:159—160) sampai dengan abad ke-17 tertentu, seperti sajak, irama, aliterasi,
belum ada perbedaan yang jelas antara asonansi, dan berbagai bentuk gejala bahasa
karya sastra dengan karya-karya humaniora yang lain yang secara keseluruhan berfungsi
lainnya, seperti halnya perbedaan antara untuk meningkatkan kualitas estetis.
fakta dengan fiksi. Dengan kalimat lain, Kecenderungan ke masa lampau, seperti
kesusastraan meliputi bidang yang sangat citra arketipe, citra primordial, tema, pesan,
luas. Wellek dan Warren (1962:22—23) dan pandangan dunia sebagai unsur-unsur
memberikan ciri pembeda semata-mata penting dalam karya sastra, dapat dipahami
melalui imajinasi, penggunaan bahasa yang dengan lebih baik apabila dijelaskan
khusus, pemadatan bahasa,  dan lisensia sekaligus secara mental dan fenomenal
puitika menurut pemahaman yang lain. melalui analisis literer serta antropologis.
Bahasa merupakan masalah penting Secara umum, baik sosiologi sastra,
sejak abad ke-18, pada saat para sarjana psikologi sastra maupun antropologi sastra
meneliti kembali naskah-naskah klasik membicarakan manusia sebagai pengarang,
berbahasa Indo-German. Bahkan, jauh pembaca, dan sebagai manusia dalam karya.
sebelumnya, yaitu pada saat para etnolog Meskipun dikaitkan dengan hakikat, fungsi,
orientalis pada umumnya memahami ciri- dan kedudukan karya, pembicaraan
ciri kebudayaan suatu masyarakat tertentu. manusia dalam karyalah yang terpenting,
Mereka mulai mengumpulkan daftar kata ditopang oleh manusia sebagai pencipta dan
untuk memahami ciri-ciri kebudayaannya. manusia sebagai masyarakat pembaca.
Manusia, sebagai manusia berbudaya  Dengan kalimat lain, karya sastralah yang

154
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL

menjadi sumber pokok kajian dengan berbagai masalah serta konflik yang pada
mempertimbangkan aspek-aspek umumnya melibatkan masalah-masalah
antropologisnya. kejiwaan. Karya sastra yang menonjol, di
Pada dasarnya sulit menentukan sebuah antaranya: Salah Asuhan, Belenggu, Pulang,
karya mengandung unsur-unsur sosiologi, Jalan Tak Ada Ujung, karya-karya Putu
psikologi, dan antropologi. Dengan Wijaya, dan karya Iwan Simatupang yang
demikian, akan lebih baik dianalisis dengan disebut arus kesadaran.
menggunakan pendekatan secara sosiologis, Aspek antropologis meliputi keseluruhan
psikologis, dan antropologis. Meskipun karya sekaligus menunjukkan bahwa
demikian, ada beberapa cara yang dapat antropologi sastra merupakan model
dilakukan. Pertama, berupa dugaan yang pendekatan yang sangat penting. Karya-
bersifat sangat umum. Sebuah karya sastra, karya yang cukup menonjol, di antaranya
khususnya karya yang mengandung unsur Atheis, Upacara, karya-karya Panji Tisna,
cerita, seperti novel yang memiliki tiga karya-karya Umar Kayam, karya budaya
aspek. Dugaan terjadinya dominasi, ciri-ciri Sutan Takdir Alisjahbana yang terbit tahun
yang lebih kuat dan lebih menonjol terhadap 1970-an, karya-karya Pulau Buru
salah satu aspek tersebut. Secara definitif Pramoedya Ananta Toer, dan karya-karya
apabila sebuah karya lebih banyak Ahmad Tohari. Karya sastra Balai Pustaka
mengungkapkan berbagai peristiwa, karya dengan memperhatikan tema-tema kawin
yang dimaksudkan dapat disebut sebagai paksa dan karya sastra Pujangga Baru
berciri sosiologis. Karya yang banyak dengan memperhatikan tema-tema
mengemukakan masalah konflik batin nasionalisme. Demikian juga dengan
tokoh-tokohnya termasuk memiliki ciri-ciri Angkatan 1945 dengan perjuangan
psikologis. Demikian juga apabila kemerdekaan dan kebebasan yang seluas-
didominasi oleh masalah-masalah luasnya dan sebagainya, jelas menampilkan
kebudayaan, khususnya kerinduan ke masa kualitas antropologis. Dalam hubungan
lampau termasuk memiliki ciri-ciri inilah seorang peneliti berkewajiban untuk
antropologis. Dengan kalimat lain, sosiologi membaca dan membaca, mencoba
sastra, psikologi sastra, dan antropologi menerapkan salah satu di antaranya, serta
sastra dimungkinkan untuk membicarakan mencoba menggali lebih dalam sehingga
objek dan masalah yang sama. yang dicari akan ditemukan.
Ciri-ciri yang dimaksudkan selain Kedua, mencoba memberikan identitas
bersifat individual juga sesuai dengan terhadap karya dengan menganggapnya
kemauan pengarang secara personal. Karya sebagai aspek tertentu, seperti aspek-aspek
sastra juga memiliki ciri-ciri komunal, ciri- antropologis. Cara kedua ini dengan
ciri dalam suatu angkatan, periode, dan sendirinya berpegang pada definisi
babakan waktu tertentu lainnya, seperti ciri- antropologi sastra. Ciri-cirinya, di
ciri sastra Melayu Rendah, Balai Pustaka, antaranya: memiliki kecenderungan ke masa
dan Pujangga Baru serta Angkatan 45 lampau, citra primordial, dan citra arketipe. 
hingga angkatan terakhir yang psikologis. Ciri-ciri yang lain, misalnya mengandung
Sejarah perjalanan bangsa yang panjang aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi
dengan berbagai peristiwa yang dan kedudukan masing-masing, berbicara
menyertainya, menyebabkan para mengenai suku-suku bangsa dengan
pengarang lebih banyak menceritakan subkategorinya, seperti trah, klen, dan kasta.
berbagai perubahan yang terjadi dalam Bentuk kecenderungan yang dimaksudkan
suatu masyarakat. Dicapainya kemerdekaan juga muncul sebagai paguyuban tertentu,
dan kebebasan dalam arti seluas-luasnya seperti masyarakat pecinan dan pesantren.
tidak berarti bahwa kehidupan masyarakat Kantong-kantong tertentu, seperti kampung
benar-benar berada dalam keadaan damai Bali, Minangkabau, Jawa, Bugis, dan Papua.
sejahtera, tetapi justru menimbulkan Kelompok tertentu, seperti priayi, santri, dan

155
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159

abangan. Pada gilirannya dalam masing. Berbeda dengan di Bali, bagi


perkembangan sejarah sastra Indonesia masyarakat Jawa kedudukan anak
akan lahir genre novel antropologis, di perempuan seolah-olah lebih penting
samping novel sosiologis dan psikologis. dibandingkan dengan anak laki-laki.
Sebagai sebuah analisis yang dinilai Demikian juga hasrat Sangkuriang untuk
adalah unsur-unsur sebagaimana yang telah mengawini ibu kandungnya dalam mitologi
disebutkan juga bagaimana pengarang Sunda dapat dikaitkan dengan kompleks
menceritakan dan menarasikan sehingga Oedipus, sebagai psikoantropologis, dan
kerinduan yang dimaksudkan terwujud sebagainya.
secara baik dan estetis. Oleh karena itulah, Pada gilirannya, penelitian pun harus
ada pendapat bahwa dalam beberapa hal dinilai, baik oleh peneliti sebagai swaevaluasi
analisis memiliki persamaan dengan karya maupun oleh pihak lain, seperti oleh
sastra, seperti kualitas kreativitas, lembaga dan sponsor tertentu. Apakah
rekonstruksi imajinasi,  alur penalaran, dan suatu penelitian berhasil dalam
penggunaan bahasa. Analisis selanjutnya mengungkapkan keseluruhan isi karya,
mengevokasi kecenderungan tersebut secara apakah suatu pembicaraan sudah menjadi
antropologis dengan mengungkapkan analisis antropologi sastra atau sebaliknya
dimensi-dimensi yang ditampilkan, seperti menjadi semata-mata analisis antropologi.
kehidupan orang Jawa, Sunda, Bali, dan Jawabannya bergantung pada kualitas
Minangkabau. Bagian terakhir adalah penelitian tersebut. Sebagaimana telah
penjelasan ciri-ciri tersembunyi berbagai dikemukakan bahwa kualitas karya jelas
gejala yang diungkapkan dalam karya. berkaitan dengan hakikat karya. Hakikat
Bagian terakhir ini merupakan tugas yang karya sastra adalah kreatif imajinatif,
paling sulit sebab penelitian harus ditopang sedangkan hakikat karya ilmiah adalah
oleh  sejumlah ilmu bantu yang relevan. objektif verifikatif. Para Priayi karya Umar
Seperti diketahui bahwa karya sastra adalah Kayam dapat disandingkan dengan
sebuah “dunia dalam kata” dan dunia Perkembangan Peradaban Priayi karya
miniatur dengan unsur-unsur penyajian Sartono Kartodirdjo. Karya pertama jelas
yang sangat terbatas sehingga banyak ruang sebuah novel, ditulis oleh seorang sosiolog,
kosong yang harus diisi dan dijelaskan. sedangkan karya kedua berupa karya
Dalam sebuah novel, misalnya diceritakan sejarah yang ditulis oleh seorang sejarawan.
bahwa orang-orang Bali pada umumnya Kedua karya dalam bidangnya masing-
tidak suka merantau, orang Bali suka masing jelas telah menjadi mahakarya untuk
menanam bunga. Tugas peneliti adalah ukuran Indonesia. Dengan menitikberatkan
menjelaskan tradisi tersebut secara objektif pada novel Para Priayi di satu pihak dan para
sehingga menjadi masuk akal. Di Bali ada priayi di pihak lain, pertanyaan terakhir
suatu tradisi untuk memelihara kawitan, yang timbul adalah penelitain terhadap
yaitu tempat-tempat suci untuk memuja roh novel yang dimaksudkan mampu
para leluhur dan para dewa, keikutsertaan mengungkap unsur-unsur antropologis.
di dalam banjar, yaitu semacam organisasi Jawabannya harus dicari pada ciri-ciri
adat. Kesukaan orang Bali menanam bunga antropologis seperti diungkapkan dalam
dan berbagai macam tanaman dapat karya.
dikaitkan dengan manfaatnya untuk
membuat sarana-sarana upacara.  4. Antropologi Sastra ke Depan
Perkawinan Jaka Tarub dengan Bidadari
dalam sastra Jawa beranak perempuan, Antropologi sastra memiliki tugas yang
sedangkan Rajapala dalam versi Bali sangat penting untuk mangungkapkan
beranak laki-laki, dijelaskan melalui tradisi aspek-aspek  kebudayaan, khususnya
yang masih berlaku di masyarakat masing- kebudayaan masyarakat tertentu. Karya
sastra, dalam bentuk apa pun, termasuk

156
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL

karya-karya yang dikategorikan bersifat suatu bangsa adalah mereka yang berhasil
realistis,  tidak pernah secara eksplisit memperoleh Hadiah Nobel dalam karya
mengemukakan muatan-muatan yang akan sastra, seperti negara Perancis, Inggris, dan
ditampilkan serta ciri-ciri antropologis yang Amerika.
terkandung di dalamnya.  Semata-mata Tidak perlu disebutkan bahwa bangsa
 kemampuan penelitilah yang dapat Indonesia memiliki kearifan lokal yang
menunjukkan suatu karya sastra sangat kaya, baik dalam bentuk sastra lisan
mengandung antropologi dan terdapat maupun dalam bentuk tulisan yang
aspek tertentu yang mendominasi yang dikemukakan dalam sastra lama dan modern.
secara keseluruhan disebut sebagai tema, Keberagaman adat istiadat adalah lautan
pesan, dan pandangan dunia menurut makna yang tidak akan pernah habis untuk
pemahaman lain. Siti Nurbaya menampilkan dinikmati dan diteliti. Perbedaan yang
masalah pokok adat istiadat atau kawin dimaksudkan yang sudah tecermin melalui
paksa dalam kaitannya dengan matriarkhat, motto Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan
Salah Asuhan tentang kawin campur antara kekayaan masa lampau yang harus
bangsa Barat dengan pribumi, Layar dipelihara. Salah satu cara melestarikan
Terkembang tentang emansipasi perempuan, kekayaan masa lampau adalah melalui
Belenggu tentang konflik rumah tangga, dan karya sastra pendekatan antropologi sastra.
Bumi Manusia dalam kaitannya dengan Perbedaan bukan kendala, perbedaan tidak
residu kolonialisme sekadar untuk menyebut harus dihapuskan melainkan justru
beberapa contoh. Tema-tema yang dipelihara dan dikembangkan. Kemajuan
dimaksudkan semata-mata direkonstruksi bangsa dibangun melalui perbedaan bukan
oleh pembaca yang pada gilirannya akan persamaan.
berbeda dengan tema yang ditemukan oleh
Dengan demikian, pendekatan
pembaca lain. Kemungkinan perubahan
antropologi sastra memiliki kaitan dengan
juga terjadi apabila dilakukan oleh pembaca
kajian budaya. Di satu pihak, sebagai salah
yang sama pada waktu yang berbeda.
satu pendekatan interdisipliner atau aspek
Semua karya memiliki ciri, seperti ciri
ekstrinsik menurut proposisi Wellek dan
percintaan, pertentangan kelas, harga diri,
Warren yang kemudian diterima secara
dan hasrat untuk berkuasa sebagai ciri-ciri
umum sebagai salah satu cara untuk
universal kehidupan manusia.
membedakannya dengan pendekatan
Dengan membaca sebuah karya sastra, intrinsik atau pendekatan objektif menurut
pembaca telah dibekali dengan sekian pemahaman yang lain. Antropologi sastra
banyak aspek moral yang secara merupakan salah satu varian antropologi
keseluruhan berfungsi untuk meningkatkan budaya yang di dalamnya terdapat aspek-
kehidupan bangsa karena tidak ada karya aspek estetis menjadi masalah pokok. Di
sastra yang ditulis dengan tujuan negatif.  pihak lain, dengan mempertimbangkan
Oleh karena itu, berbahagialah suatu bangsa relevansi model analisis wacana dan teks,
yang banyak memiliki pengarang yang antropologi sastra merupakan varian analisis
menghasilkan banyak karya dan karya yang wacana. Bahkan, antropologi sastra identik
dibaca oleh pembacanya. Karya sastra dengan kajian budaya. Winner, Enninger
memberikan sesuatu yang lain di luar ilmu (1988:195, 205) menyebutnya sebagai
pengetahuan dan diperkirakan justru lebih pendekatan etnosemiotik. Analisis tekstual
banyak memberikan manfaat sebab adalah analisis karya sastra yang di
diutarakan secara tidak langsung. Dimensi- dalamnya terjadi tumpang tindih serta
dimensi moral dan spiritual, pikiran dan interelasi antara karya sastra dengan nilai-
perasaan merupakan struktur batiniah nilai kebudayaan pada periode tertentu.
manusia yang secara keseluruhan menjadi
Benar, karya sastra khususnya puisi
sasaran pokok karya sastra atau karya seni
dibangun atas dasar sarana bahasa sehingga
pada umumnya. Salah satu ciri kemajuan

157
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159

menampilkan keindahan bahasa. Akan pemahaman seperti itu di satu pihak,


tetapi, menikmati karya semata-mata melihat keberagaman kebudayaan
sebagai bahasa jelas tidak lengkap. Ada Nusantara, di pihak lain dipandang perlu
faktor lain yang sangat penting, yaitu isi untuk memasukkannya  sebagai salah satu
yang disampaikan melalui bahasa. Dalam mata kuliah. Dalam rangka perkembangan
karya sastra dengan meminjam istilah sastra selanjutnya, secara akademis juga
kelompok formalis khususnya seperti perlu digali teori-teori yang secara khusus
diisyaratkan oleh Jakobson (1987:66, 71; dapat digunakan dalam penelitian 
Teeuw, 1988:73) isi karya adalah pesan (mes- antropologi sastra.
sage) atau import menurut filsuf Amerika Paling sedikit ditemukan tiga alasan
Susane Langer. Atas dasar pendapat Buhler, yang dapat menopang keberlangsungan
Mukarovsky, Morris, Klauss, Zimmermann, antropologi sastra sebagai interdisiplin,
Plett, khususnya pendapat Jakobson dan yaitu: a) kedua disiplin ilmu, yaitu
Enninger, tugas antropologi sastra adalah antropologi, khususnya antropologi budaya
melukiskan antarhubungan bermakna dan sastra mempermasalahkan sistem
tersebut simbol secara intens, khususnya sistem
simbol bahasa, b) kedua disiplin ilmu
 5. Simpulan tersebut mempermasalahkan relevansi
manusia, sebagai manusia budaya, dan c)
Antropologi sastra adalah kajian kedua disiplin ilmu itu mempermasalahkan
dengan menggabungkan hakikat karya sekaligus mengklaim tradisi lisan sebagai
sastra dengan antropologi merupakan model wilayah penelitian masing-masing.  Artinya,
penelitian interdisiplin yang baru. Diduga, minimal antropologi dan sastra memiliki tiga
antropologi sastra memiliki kemampuan wilayah dengan ciri masing-masing, yaitu:
maksimal untuk mengungkap berbagai sistem simbol, manusia berbudaya, dan
permasalahan, khususnya dalam kaitannya tradisi lisan. Ciri-ciri yang dimaksudkan
dengan kearifan lokal, mitos, sistem religi, harus dipecahkan secara bersama-sama dan
dan berbagai permasalahan kebudayaan saling melengkapi. Keberlangsungan
lain. Meskipun demikian, sampai sekarang tersebut perlu dipertahankan, dengan
dalam bidang akademis antropologi sastra menemukan teori-teori baru dan teori
belum diakui keberadaannya dan analisis antropologi sastra, baik teori formal maupun
yang mencoba memahami karya sastra teori grounded secara praktis sebagaimana
dengan menggunakan pendekatan secara yang telah dikemukakan, dengan
antropologis masih kurang. Atas dasar memasukkannya ke dalam kurikulum.

Daftar Pustaka
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2003. “Dari Antropologi Budaya ke Sastra, dan Sebaliknya” (dalam Sastra
Interdisipliner: Menyandingkan Sastra dan Disiplin Ilmu Sosial, Muh. Arif Rokhman, dkk.
eds., Yogyakarta: Qalam, hlm. 75—108).
Duranti, Allessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Duranti, Allessandro (ed.). 2001. Linguistic Anthropology: a Reader. Oxford: Blackwell Publishers.
Enninger, Werner. 1988. “The Social Construction of Past, Present and Puture in the Written and Oral
Texts of the Old Order Amish: an Ethno-Semiotic Approach to Special Belief” (dalam Literary
Anthropology: a New Interdisciplinary Approach to People, Signs and Literature, Fernando
Poyatos, ed., Amsterdam: John Benjamins Publishing Company: hlm. 195—256).
Fokkema, D.W. and Elrud Kunne-Ibsch. 1977. Theory of Literarture in the Twentieth Century:
Strucruralism, Marxism Aesthetics Reception Semiotics. London: C. Hurst & Company.

158
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL

Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: an Introduction. Oxford: Blackwell Publishers.


Hymes, Dell (ed). 1964.   Language in  Culture  and Society:  a Reader  in  Linguistics and Anthropol-
ogy. New York: Harper and Row.
Jakobson, Roman. 1987. Language in Literature. Cambridge: The Belknap Press of Harvard Univer-
sity Press.
Luxemburg, Jan van, dkk. 1989. Tentang Sastra Jakarta: Intermassa.
Piaget, Jean. 1973. Structuralism. London: Routledge & Kegan Paul.
Poyatos, Fernando. 1978. “Introduction: the Genesis of Literary Anthropology” (dalam Literary Anthro-
pology: a New Interdisciplinary Approach to People, Signs, and Literature, Fernando
Poyatos, ed., Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, hlm. xi—xxiii).
Rippere, Victoria L. 1970. “Towards an Anthropology of Literature” (dalam Strucruralism, Jacques
Ehrnmann, ed., New York: Anchor Books, hlm. 231—238).
Salzmann, Zdenek. 1998. Language, Culture, and Society: an Introduction to Linguistic Anthropol-
ogy. Colorado and Oxford: Westview Press.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1962. Theory of Literature. A Harvest Book Harcourt, Brace &
World, Inc.: New York.

159

Anda mungkin juga menyukai