Abstrak: “Antropologi Sastra: Perkenalan Awal”, judul artikel ini mendeskripsikan atau mengenalkan
sebuah teori yang relatif baru dalam sejarah pendekatan terhadap karya sastra, yaitu antropologi sastra.
Secara panjang lebar, di dalam artikel dijelaskan perbedaan antara istilah antropologi sastra dan sastra
antropologi serta hubungan kedua istilah tersebut. Kemudian, dijelaskan pula tentang sejarah lainnya,
yaitu antropologi sastra, identifikasi antropologis dalam karya sastra dan antropologi sastra di masa depan.
Dalam penutup disampaikan bahwa antropologi sastra memiliki kemampuan maksimal untuk mengungkapkan
berbagai permasalahan yang muncul dalam karya sastra, seperti masalah kearifan lokal, sistem religi, dan
masalah kebudayaan yang lain.
Kata kunci: antropologi sastra dan sastra antropologi
Abstract: This article describes a relatively new theory in the history of literary work
approach, the anthropological literature. At length, the article explains that the difference between
the terms of literary anthropology and anthropology and the relation between those terms. Then,
it also discusses another history of literary anthrophology,, anthropological identification in lit-
erary work and anthropological literature in the future. In closing it is submitted that
the anthropological literature has the maximum ability to describe various problems emerged in
literary works, such as the problem of local wisdom, religion, and other cultural issues.
Key words: anthropological literature, and literary anthropology
1. Pendahuluan
Unsur struktur karya sastra dibedakan kesatuan intrinsik, dan prosedur
menjadi dua jenis, yaitu struktur dalam dan transformasi (Piaget, 1973:6-16).
struktur luar atau struktur intrinsik dan Dalam perkembangan berikut dengan
ekstrinsik. Pada gilirannya, analisis pun ditemukannya berbagai kelemahan
tidak bisa dilepaskan dari kedua aspek terhadap teori tersebut, analisis bergeser ke
tersebut. Analisis aspek pertama struktur luar. Karya sastra dipahami dalam
memperoleh perhatian sejak ditemukannya kaitannya dengan latar belakang sosial yang
teori formal yang kemudian dilanjutkan menghasilkannya. Dalam hubungan inilah
dengan strukturalisme dengan berbagai berkembang model analisis interdisiplin,
variannya. Karya sastra dianggap sebagai seperti psikologi sastra, sosiologi sastra, dan
entitas dengan struktur yang otonom, antropologi sastra. Dalam pembicaraan ini
mandiri, memiliki kemampuan untuk hierarki ketiga disiplin sekaligus
mengatur dirinya sendiri (self-regulation),
150
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL
151
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159
152
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL
153
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159
Pertama, melalui akar kata, literatur merupakan masalah penting bagi semua
seperti digunakan dalam bahasa-bahasa ilmu humaniora, termasuk ilmu sosial. Akan
Barat yang secara keseluruhan berasal dari tetapi, dalam antropologi sastra kedudukan
bahasa Latin (litteratura) berarti huruf atau manusia memiliki ciri khas dalam kaitannya
tulisan, sedangkan karya antropologi dalam dengan penulis, seniman, dan subjek kreator
bentuk apa pun adalah tulisan atau dapat pada umumnya. Antropologi dan sastra
ditranskripsi sebagai tulisan. Dalam berbagi masalah yang sama dalam
hubungan inilah berkembang etnografi kaitannya dengan sastra lisan, folklore, dan
yang pada dasarnya tidak berbeda dengan tradisi lisan pada umumnya.
novel, mantra dengan puisi, seni Menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch
pertunjukan dengan drama, dan (1977:71—72) struktur karya sastra
sebagainya. Khazanah budaya masyarakat beranalogi dengan struktur mitos. Keduanya
lama, kearifan lokal, dan berbagai bentuk seolah-olah berasal dari kategori yang sama.
kearifan lain, seperti: pepatah, peribahasa, Berbagai penelitian antropologis yang
dan semboyan, menampilkan makna yang dilakukan oleh Levi-Strauss pada dasarnya
relatif sama, baik terhadap atropolog berangkat dari hukum-hukum bahasa.
maupun terhadap kritikus sastra. Sastra Penelitian mengenai puisi “Les Chats”
lisan, misalnya, masih merupakan (Baudelaire) yang dilakukan oleh Jakobson
perdebatan apakah termasuk bidang kajian dengan Levi-Strauss (Teeuw, 1988:75—77),
antropologi atau sastra. sulit dibedakan antara sastra dengan
Kedua, istilah sastra berasal dari bahasa antropologi. Sebagai seorang linguis dan
Sansekerta (sas + tra) berarti alat untuk antropolog yang sama-sama berada dalam
mengajar. Baik sebagai tulisan maupun kelompok strukturalis, Jakobson dan Levi-
sebagai alat untuk mengajar, antropologi Strauss memberikan intensitas pada prinsip
sastra diharapkan dapat mempertahankan ekuivalensi dari poros seleksi (paradigmatik)
keseimbangan antara unsur-unsur ke poros kombinasi (sintaksis). Secara
antropologi dan sastra. Secara kelembagaan sederhana, prinsip yang dimaksudkan
antropologi termasuk ke dalam Fakultas dilakukan melalui pemilihan terhadap kata-
Sastra. Di dunia Barat (Luxemburg, dkk. kata yang menampilkan persamaan
1989:159—160) sampai dengan abad ke-17 tertentu, seperti sajak, irama, aliterasi,
belum ada perbedaan yang jelas antara asonansi, dan berbagai bentuk gejala bahasa
karya sastra dengan karya-karya humaniora yang lain yang secara keseluruhan berfungsi
lainnya, seperti halnya perbedaan antara untuk meningkatkan kualitas estetis.
fakta dengan fiksi. Dengan kalimat lain, Kecenderungan ke masa lampau, seperti
kesusastraan meliputi bidang yang sangat citra arketipe, citra primordial, tema, pesan,
luas. Wellek dan Warren (1962:22—23) dan pandangan dunia sebagai unsur-unsur
memberikan ciri pembeda semata-mata penting dalam karya sastra, dapat dipahami
melalui imajinasi, penggunaan bahasa yang dengan lebih baik apabila dijelaskan
khusus, pemadatan bahasa, dan lisensia sekaligus secara mental dan fenomenal
puitika menurut pemahaman yang lain. melalui analisis literer serta antropologis.
Bahasa merupakan masalah penting Secara umum, baik sosiologi sastra,
sejak abad ke-18, pada saat para sarjana psikologi sastra maupun antropologi sastra
meneliti kembali naskah-naskah klasik membicarakan manusia sebagai pengarang,
berbahasa Indo-German. Bahkan, jauh pembaca, dan sebagai manusia dalam karya.
sebelumnya, yaitu pada saat para etnolog Meskipun dikaitkan dengan hakikat, fungsi,
orientalis pada umumnya memahami ciri- dan kedudukan karya, pembicaraan
ciri kebudayaan suatu masyarakat tertentu. manusia dalam karyalah yang terpenting,
Mereka mulai mengumpulkan daftar kata ditopang oleh manusia sebagai pencipta dan
untuk memahami ciri-ciri kebudayaannya. manusia sebagai masyarakat pembaca.
Manusia, sebagai manusia berbudaya Dengan kalimat lain, karya sastralah yang
154
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL
menjadi sumber pokok kajian dengan berbagai masalah serta konflik yang pada
mempertimbangkan aspek-aspek umumnya melibatkan masalah-masalah
antropologisnya. kejiwaan. Karya sastra yang menonjol, di
Pada dasarnya sulit menentukan sebuah antaranya: Salah Asuhan, Belenggu, Pulang,
karya mengandung unsur-unsur sosiologi, Jalan Tak Ada Ujung, karya-karya Putu
psikologi, dan antropologi. Dengan Wijaya, dan karya Iwan Simatupang yang
demikian, akan lebih baik dianalisis dengan disebut arus kesadaran.
menggunakan pendekatan secara sosiologis, Aspek antropologis meliputi keseluruhan
psikologis, dan antropologis. Meskipun karya sekaligus menunjukkan bahwa
demikian, ada beberapa cara yang dapat antropologi sastra merupakan model
dilakukan. Pertama, berupa dugaan yang pendekatan yang sangat penting. Karya-
bersifat sangat umum. Sebuah karya sastra, karya yang cukup menonjol, di antaranya
khususnya karya yang mengandung unsur Atheis, Upacara, karya-karya Panji Tisna,
cerita, seperti novel yang memiliki tiga karya-karya Umar Kayam, karya budaya
aspek. Dugaan terjadinya dominasi, ciri-ciri Sutan Takdir Alisjahbana yang terbit tahun
yang lebih kuat dan lebih menonjol terhadap 1970-an, karya-karya Pulau Buru
salah satu aspek tersebut. Secara definitif Pramoedya Ananta Toer, dan karya-karya
apabila sebuah karya lebih banyak Ahmad Tohari. Karya sastra Balai Pustaka
mengungkapkan berbagai peristiwa, karya dengan memperhatikan tema-tema kawin
yang dimaksudkan dapat disebut sebagai paksa dan karya sastra Pujangga Baru
berciri sosiologis. Karya yang banyak dengan memperhatikan tema-tema
mengemukakan masalah konflik batin nasionalisme. Demikian juga dengan
tokoh-tokohnya termasuk memiliki ciri-ciri Angkatan 1945 dengan perjuangan
psikologis. Demikian juga apabila kemerdekaan dan kebebasan yang seluas-
didominasi oleh masalah-masalah luasnya dan sebagainya, jelas menampilkan
kebudayaan, khususnya kerinduan ke masa kualitas antropologis. Dalam hubungan
lampau termasuk memiliki ciri-ciri inilah seorang peneliti berkewajiban untuk
antropologis. Dengan kalimat lain, sosiologi membaca dan membaca, mencoba
sastra, psikologi sastra, dan antropologi menerapkan salah satu di antaranya, serta
sastra dimungkinkan untuk membicarakan mencoba menggali lebih dalam sehingga
objek dan masalah yang sama. yang dicari akan ditemukan.
Ciri-ciri yang dimaksudkan selain Kedua, mencoba memberikan identitas
bersifat individual juga sesuai dengan terhadap karya dengan menganggapnya
kemauan pengarang secara personal. Karya sebagai aspek tertentu, seperti aspek-aspek
sastra juga memiliki ciri-ciri komunal, ciri- antropologis. Cara kedua ini dengan
ciri dalam suatu angkatan, periode, dan sendirinya berpegang pada definisi
babakan waktu tertentu lainnya, seperti ciri- antropologi sastra. Ciri-cirinya, di
ciri sastra Melayu Rendah, Balai Pustaka, antaranya: memiliki kecenderungan ke masa
dan Pujangga Baru serta Angkatan 45 lampau, citra primordial, dan citra arketipe.
hingga angkatan terakhir yang psikologis. Ciri-ciri yang lain, misalnya mengandung
Sejarah perjalanan bangsa yang panjang aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi
dengan berbagai peristiwa yang dan kedudukan masing-masing, berbicara
menyertainya, menyebabkan para mengenai suku-suku bangsa dengan
pengarang lebih banyak menceritakan subkategorinya, seperti trah, klen, dan kasta.
berbagai perubahan yang terjadi dalam Bentuk kecenderungan yang dimaksudkan
suatu masyarakat. Dicapainya kemerdekaan juga muncul sebagai paguyuban tertentu,
dan kebebasan dalam arti seluas-luasnya seperti masyarakat pecinan dan pesantren.
tidak berarti bahwa kehidupan masyarakat Kantong-kantong tertentu, seperti kampung
benar-benar berada dalam keadaan damai Bali, Minangkabau, Jawa, Bugis, dan Papua.
sejahtera, tetapi justru menimbulkan Kelompok tertentu, seperti priayi, santri, dan
155
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159
156
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL
karya-karya yang dikategorikan bersifat suatu bangsa adalah mereka yang berhasil
realistis, tidak pernah secara eksplisit memperoleh Hadiah Nobel dalam karya
mengemukakan muatan-muatan yang akan sastra, seperti negara Perancis, Inggris, dan
ditampilkan serta ciri-ciri antropologis yang Amerika.
terkandung di dalamnya. Semata-mata Tidak perlu disebutkan bahwa bangsa
kemampuan penelitilah yang dapat Indonesia memiliki kearifan lokal yang
menunjukkan suatu karya sastra sangat kaya, baik dalam bentuk sastra lisan
mengandung antropologi dan terdapat maupun dalam bentuk tulisan yang
aspek tertentu yang mendominasi yang dikemukakan dalam sastra lama dan modern.
secara keseluruhan disebut sebagai tema, Keberagaman adat istiadat adalah lautan
pesan, dan pandangan dunia menurut makna yang tidak akan pernah habis untuk
pemahaman lain. Siti Nurbaya menampilkan dinikmati dan diteliti. Perbedaan yang
masalah pokok adat istiadat atau kawin dimaksudkan yang sudah tecermin melalui
paksa dalam kaitannya dengan matriarkhat, motto Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan
Salah Asuhan tentang kawin campur antara kekayaan masa lampau yang harus
bangsa Barat dengan pribumi, Layar dipelihara. Salah satu cara melestarikan
Terkembang tentang emansipasi perempuan, kekayaan masa lampau adalah melalui
Belenggu tentang konflik rumah tangga, dan karya sastra pendekatan antropologi sastra.
Bumi Manusia dalam kaitannya dengan Perbedaan bukan kendala, perbedaan tidak
residu kolonialisme sekadar untuk menyebut harus dihapuskan melainkan justru
beberapa contoh. Tema-tema yang dipelihara dan dikembangkan. Kemajuan
dimaksudkan semata-mata direkonstruksi bangsa dibangun melalui perbedaan bukan
oleh pembaca yang pada gilirannya akan persamaan.
berbeda dengan tema yang ditemukan oleh
Dengan demikian, pendekatan
pembaca lain. Kemungkinan perubahan
antropologi sastra memiliki kaitan dengan
juga terjadi apabila dilakukan oleh pembaca
kajian budaya. Di satu pihak, sebagai salah
yang sama pada waktu yang berbeda.
satu pendekatan interdisipliner atau aspek
Semua karya memiliki ciri, seperti ciri
ekstrinsik menurut proposisi Wellek dan
percintaan, pertentangan kelas, harga diri,
Warren yang kemudian diterima secara
dan hasrat untuk berkuasa sebagai ciri-ciri
umum sebagai salah satu cara untuk
universal kehidupan manusia.
membedakannya dengan pendekatan
Dengan membaca sebuah karya sastra, intrinsik atau pendekatan objektif menurut
pembaca telah dibekali dengan sekian pemahaman yang lain. Antropologi sastra
banyak aspek moral yang secara merupakan salah satu varian antropologi
keseluruhan berfungsi untuk meningkatkan budaya yang di dalamnya terdapat aspek-
kehidupan bangsa karena tidak ada karya aspek estetis menjadi masalah pokok. Di
sastra yang ditulis dengan tujuan negatif. pihak lain, dengan mempertimbangkan
Oleh karena itu, berbahagialah suatu bangsa relevansi model analisis wacana dan teks,
yang banyak memiliki pengarang yang antropologi sastra merupakan varian analisis
menghasilkan banyak karya dan karya yang wacana. Bahkan, antropologi sastra identik
dibaca oleh pembacanya. Karya sastra dengan kajian budaya. Winner, Enninger
memberikan sesuatu yang lain di luar ilmu (1988:195, 205) menyebutnya sebagai
pengetahuan dan diperkirakan justru lebih pendekatan etnosemiotik. Analisis tekstual
banyak memberikan manfaat sebab adalah analisis karya sastra yang di
diutarakan secara tidak langsung. Dimensi- dalamnya terjadi tumpang tindih serta
dimensi moral dan spiritual, pikiran dan interelasi antara karya sastra dengan nilai-
perasaan merupakan struktur batiniah nilai kebudayaan pada periode tertentu.
manusia yang secara keseluruhan menjadi
Benar, karya sastra khususnya puisi
sasaran pokok karya sastra atau karya seni
dibangun atas dasar sarana bahasa sehingga
pada umumnya. Salah satu ciri kemajuan
157
METASASTRA, Vol. 4 No. 2, Desember 2011: 150—159
Daftar Pustaka
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2003. “Dari Antropologi Budaya ke Sastra, dan Sebaliknya” (dalam Sastra
Interdisipliner: Menyandingkan Sastra dan Disiplin Ilmu Sosial, Muh. Arif Rokhman, dkk.
eds., Yogyakarta: Qalam, hlm. 75—108).
Duranti, Allessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Duranti, Allessandro (ed.). 2001. Linguistic Anthropology: a Reader. Oxford: Blackwell Publishers.
Enninger, Werner. 1988. “The Social Construction of Past, Present and Puture in the Written and Oral
Texts of the Old Order Amish: an Ethno-Semiotic Approach to Special Belief” (dalam Literary
Anthropology: a New Interdisciplinary Approach to People, Signs and Literature, Fernando
Poyatos, ed., Amsterdam: John Benjamins Publishing Company: hlm. 195—256).
Fokkema, D.W. and Elrud Kunne-Ibsch. 1977. Theory of Literarture in the Twentieth Century:
Strucruralism, Marxism Aesthetics Reception Semiotics. London: C. Hurst & Company.
158
I NYOMAN KUTHA RATNA: ANTROPOLOGI SASTRA:PERKENALAN AWAL
159