Anda di halaman 1dari 8

Antropologi

Sastra
MIFTAHUL JANNAH (200740026)
CUT FEBRI (200740070)
AURA RADHIATUL UKHRA
(200740054)
MAISARAH (200740038)
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk bermasyarakat. Manusia mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan di dalam kehidupan
bermasyarakat tentunya. Kebiasaan-kebiasaan itu kemudian menjadi
kebudayaan yang dilakukan oleh manusia dalam masyarakat.
Sebagai istilah antropologi sastra disejajarkan dengan sekaligus
dikondisikan melalui stagnasi psikologi sastra dan sosiologi sastra, dua
interdisiplin yang sudah berkembang cukup lama di Indonesia. Dalam
disiplin lain juga dikenal luas istilah sosiologi agama, sosiologi hukum,
sosiologi ekonomi, dan sebagainya.
Pengertian & Kaitan Antara Antropologi
dan Sastra
Antropologi sastra berasal dari dua istilah, yaitu antropologi dan sastra. Antropologi dan sastra adalah dua disiplin ilmu yang
berbeda. Walaupun dua disiplin ilmu itu berbeda, sebenarnya disiplin ilmu tersebut adalah disiplin keilmuan yang membahas
tentang manusia.
Hubungan antara antropologi dengan sastra menjadi lebih jelas ketika diketahui bahwa sastra merefleksikan kehidupan suatu
masyarakat. Antropologi membahas tentang fakta-fakta kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, karya sastra adalah hasil dari
pengimajinasian sebuah fakta dan/fiktif. Sastra yang mengimajinasikan fakta tentu memuat fakta yang dapat ditelusuri
kebenarannya. Kebenaran yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat kiranya dapat ditelusuri dengan ilmu antropologi.
Pada konteks inilah karya sastra berkaitan erat dengan antropologi.
Faktor keterkaitan Antropologi
& Sastra
Ada beberapa alasan penting yang menyebabkan kedekatan antara antropologi dan
sastra:
(1) keduanya sama-sama memperhatikan aspek manusia dengan seluruh
perilakunya;
(2) manusia adalah makhluk yang berbudaya, memiliki daya cipta rasa kritis untuk
mengubah hidupnya;
(3) antropologi dan sastra tidak alergi pada fenomena imajinatif kehidupan manusia
yang sering lebih indah dari warna aslinya.
(4) banyak wacana lisan dan sastra lisan yang menarik minat para antropolog dan ahli sastra.
(5) banyak interdisiplin yang mengitari bidang sastra dan budaya hingga menantang munculnya antropologi
sastra. Lima alasan utama ini menandai bahwa adat istiadat, tradisi, seremonial, mitos, dan sejenisnya banyak
menarik perhatian sastrawan. B anyak hal yang sebenarnya realitas, tetapi dipoles dengan imajinatif.
Maksudnya, antropolog ini banyak menulis etnografi yang mirip karya sastra. Begitu pula kalau membaca sastra-
sastra etnis, di dalamnya banyak ditawarkan warna lokal. Banyak warna budaya yang menjadi wilayah
penggarapan proses kreatif sastra. Itulah sebabnya, kalau kita mau merenungkan, tampak bahwa antropologi dan
sastra itu batasnya amat tipis.
Antropologi Sastra di
Masa Depan
Antropologi sastra memiliki tugas yang sangat penting untuk mangungkapkan aspek-aspek kebudayaan, khususnya kebudayaan
masyarakat tertentu. Karya sastra, dalam bentuk apa pun, termasuk karya-karya yang dikategorikan bersifat realistis, tidak pernah
secara eksplisit mengemukakan muatan-muatan yang akan ditampilkan serta ciri-ciri antropologis yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, pendekatan antropologi sastra memiliki kaitan dengan kajian budaya. Di satu pihak, sebagai salah satu pendekatan
interdisipliner atau aspek ekstrinsik menurut proposisi Wellek dan Warren yang kemudian diterima secara umum sebagai salah satu
cara untuk membedakannya dengan pendekatan intrinsik atau pendekatan objektif menurut pemahaman yang lain. Antropologi sastra
merupakan salah satu varian antropologi budaya yang di dalamnya terdapat aspek- aspek es tetis menjadi masalah pokok. Di pihak
lain, dengan mempertimbangkan relevansi model analisis wacana dan teks, antropologi sastra merupakan varian analisis wacana.
Kesimpulan
Dalam rangka perkembangan sastra selanjutnya, secara akademis juga sperlu digali teori-teori yang secara khusus dapat
digunakan dalam penelitian antropologi sastra. Paling sedikit ditemukan tiga alasan yang dapat menopang keberlangsungan
antropologi sastra sebagai interdisiplin, yaitu:
a) kedua disiplin ilmu, yaitu antropologi, khususnya antropologi budaya dan sastra mempermasalahkan system simbol
secara intens, khususnya system simbol bahasa,
b) kedua disiplin ilmu tersebut mempermasalahkan relevansi manusia, sebagai manusia budaya, dan
c) kedua disiplin ilmu itu mempermasalahkan sekaligus mengklaim tradisi lisan sebagai wilayah penelitian masing-masing.
Artinya, minimal antropologi dan sastra memiliki tiga wilayah dengan ciri masing-masing, yaitu: sistem simbol, manusia
berbudaya, dan tradisi lisan. Ciri-ciri yang dimaksudkan harus dipecahkan secara bersama-sama dan saling melengkapi.
Keberlangsungan tersebut perlu dipertahankan, dengan menemukan teori-teori baru dan teori antropologi sastra, baik teori
formal maupun teori grounded secara praktis sebagaimana yang telah dikemukakan, dengan memasukkannya ke dalam
kurikulum.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai