Marcheila julianti
Universitas Ahmad Dahlan
Jalan Ringroad selatan,Kragilan, Tamanan, Kec. Banguntapan,
Kabupaten bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55191, Kampus 4
Juliantisela623@gmail.com
Abstract
This paper aims to compare the folklore between "sangkuriang" and "Oidipus the
king" with a qualitative approach. The two folktales come from two different
countries, the legend of "sangkuriang" comes from Indonesia and "Oidipus the king"
comes from Greece. These two legends both tell about the conflict and tragedy
experienced between children and mothers, namely forbidden relationships in a
family. From this writing, it is hoped that stories that reveal quotes first or transform
the storyline can be known. The method used in this writing is a descriptive method
using a comparative approach and comparative studies. An analysis that focuses on
the comparison between two stories .
Keywords: comparative study, structuralism, sangkuriang, Oedipus sang raja
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk membandingan cerita rakyat antara “sangkuriang” dan
“Oidipus sang raja” dengan pendekatan kualitatif . Dua cerita rakyat tersebut berasal
dari dua negara yang berbeda, legenda “sangkuriang” berasal dari negara Indonesia
dan “Oidipus sang raja” berasal dari yunani. dua cerita legenda ini sama-sama
menceritakan tentang konflik dan tragedi yang dialami antara anak dan ibu yaitu
hubungan terlarang di dalam sebuah keluarga. Dari penulisan ini diharapkan dapat
diketahui cerita yang mengungkapkan kutipan terlebih dahulu atau
mentransformasikan jalan cerita. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
metode deskriptif menggunakan pendekatan komparatif dan kajian bandingan.
Analisis yang berfokus pada perbandingan antara dua cerita .
Kata kunci: kajian perbandingan, strukturalisme, sangkuriang, Oedipus sang
raja
PENDAHULUAN
Cerita rakyat atau folklore merupakan salah satu jenis karya sastra yang lahir dan
berkembang di lingkungan kebudayaan masyarakat yang telah ada sejak pada zaman
dahulu. Memiliki penyampaian dan penyebaran yang dilakukan secara lisan, biasanya
bersifat fiksi, mengandung eksistensi, bersifat anonim atau tidak diketahui, serta
penyebarannya secara bersamaan dalam kurun waktu yang cukup lama. Cerita rakyat
berkaitan dengan berbagai aspek budaya seperti agama dan kepercayaan, undang-undang,
kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan dan susunan nilai sosial di suatu masyarakat
tertentu. Cerita rakyat adalah inti dari kebudayaan, dimana tokoh dan peristiwa dalam
cerita dianggap terjadi pada zaman dahulu kala sebagai pesan atau amanat melalui cerita.
Dengan melalui pendalaman tokoh-tokoh dalam cerita rakyat maka dapat tersampaikan
sikap,perilaku, dan perlakuan serta perkataan para tokoh yang menggambarkan etika dan
moral yang bermanfaat beberapa pengertian cerita rakyat secara garis besar menurut para
sastrawan.
Cerita rakyat adalah cerita rakyat yang berkembang di masyarakat dan tergolong
dalam cerita fiksi yang berasal dari daerah tertentu dengan ciri khas tertentu tergantung
dari mana cerita tersebut berasal (Mahmud, 2021). Cerita rakyat adalah ekspresi budaya
suatu masyarakat lewat bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek
budaya seperti agama dan kepercayaan, undang-undang kegiatan ekonomi sistem
kekeluargaan dan susunan nilai sosial masyarakat masyarakat tersebut (isnain, 2007).
Cerita rakyat memiliki beberapa persamaan dan perbedaan struktur seperti pada
cerita rakyat sangkuriang dengan oidipus sang raja. Kedua cerita rakyat ini memiliki
kesamaan struktur meskipun berbeda negara. Dalam menyingkap persamaan dan
perbedaan kedua cerita rakyat tersebut, penulis menggunakan struktur dan sastra
bandingan. Sastra bandingan adalah studi teks lintas budaya, berciri antar disiplin dan
berkaitan dengan pola hubungan dalam kesusastraan lintas ruang dan waktu (bassnet,
1993), sesuai dengan perkataan bassnet, kajian bandingan setidaknya memiliki dua objek
sastra yang akan dibandingkan, dua karya sastra tersebut merupakan karya sastra dengan
latar belakang budaya yang berbeda baik dari segi ruang maupun waktu.
Beberapa penelitian yang relavan dengan penelitian ini adalah penelitian tentang
perbandingan cerita rakyat sangkuriang dan oidipus the king. Kedua cerita rakyat ini
memiliki kesamaan struktur namun memiliki perbedaan latar dan tempat. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan unsur intrinsik dan menjelaskan
latar belakang budaya dua cerita rakyat yang berasal dari dua negara yang berbeda ini.
Seperti dikutip dari ahli sastra, penelitian tentang Struktur dan Nilai Sosial dalam
Dongeng Cinderella dan Cerita Putri Arabella: Kajian Sastra Bandingan. Penelitian ini
menggunakan ancangan Sastra Bandingan untuk mendapatkan perbandingan menyeluruh
antara dongeng Cinderella dan Putri Arabella. Data dianalisis dengan metode analisis isi
untuk mendapatkan pemaknaan yang lebih tajam dan mendalam dibalik data kualitatif
yang berwujud kata, frasa, dialog maupun narasi. Hasil analisis data menemukan bahwa
kedua cerita tersebut sama-sama mengandung nilai sosial, nilai kasih sayang, tolong
menolong, dan rasa tanggung jawab.Di samping memiliki kesamaan, kedua cerita ini juga
memuat perbedaan.perbedaan ditemukan berada pada karakterisasi dan penggambaran
latar cerita. Hal itu disebabkan karena cerita ini berasal dari dua negara yang berbeda
yang memuat kondisi sosial masyarakatnya juga berbeda (NandadanYeni,2020)
LANDASAN TEORI
Struktur Karya Sastra
Analisis struktural merupakan suatu cara untuk menemukan makna keseluruhan dari
suatu karya sastra yang menjadi bahan kajiannya, yaitu melalui pengupasan dan
pemaparan unsur – unsur karya sastra yang membentuk keterkaitan dan keutuhan karya
sastra. Analisis karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis, mengkaji dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang meliputi tema,tokoh,alur
, latar,penokohan,sudut pandang dan lain-lain (Burhan Nurgiyanto, 2010)
Tema
Tema merupakan sebuah makna keseluruhan yang dikandung oleh sebuah cerita.
Menurut Aminuddin tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam pemaparan karya fiksi yang diciptakannya
(Aminuddin, 1987)
Tokoh
Tokoh adalah sesuatu yang menjadi subjek utama dalam cerita, karya seni, atau situasi
tertentu, tokoh bisa merujuk pada karakter dalam sebuah narasi,publik figur atau unsur
tertentu yang menonjol dalam suatu konteks. Menurut sudjiman tokoh adalah inidividu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan didalam berbagai peristiwa dalam
cerita ( Sudjiman, dalam Siswasih, dkk, 2007)
Alur
Alur adalah seperti "jalan cerita" yang memberi tahu kita apa yang terjadi dalam suatu
kisah. Seperti bagaimana kita pergi dari satu tempat ke tempat lain, alur membimbing kita
melalui bagaimana tokoh-tokoh bertemu, menghadapi konflik, dan mengatasi masalah.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1981) mengemukakan bahwa alur sebuah karya
fiksi merupakan struktur peristiwa peristiwa yaitu sebagaimana yang terlihat dalam
pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan
efek artistik tentu jalannya peristiwa yang membentuk sebuah cerita terjadi dalam sebuah
struktur atau urutan waktu. Alur terdiri dari 3 macam yaitu alur maju, mundur dan maju
mundur.
Latar
Latar adalah situasi tempat dan waktu dimana suatu cerita atau peristiwa terjadi. Ini
mencakup gambaran umum tentang tempat, waktu, kondisi sosial, dan lingkungan dimana
cerita berkembang.
Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat waktu dan sosial ketiga
unsur itu mau walau masing masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat
dibicarakan secara sendiri pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya ((Nurgiyantoro, 2012:227)
Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan konteks sastra atau penulisan, merujuk
pada cara berfikir atau cara pandang dari mana cerita diceritakan. Yakni mencakup
perspektif penulis tentang siapa yang menceritakan cerita, dan bagaimana penulis
membagikan ceritanya kepada pembaca,
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data dianalisis
menggunakan pendekatan kualitatif pada tekhnik analisis isi (Krippendorf 1993 hal 15)
yang lebih jelas memperhatikan konteksnya. Pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis kedua cerita rakyat tersebut adalah pendekatan komparatif dan kajian
bandingan. Menurut webster (1966 hal 462) sastra bandingan yaitu mempelajari hubungan
timbal balik antara karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya
berlainan bahasa , terutama pengaruh dari karya sastra yang satu dengan lainnya.
Data yang akan diambil dari penelitian ini adalah perbandingan cerita rakyat . sumber
data yang diambil yaitu cerita rakyat ”sangkuriang” yang berasal dari indonesia dan
”oidipus sang raja” yang berasal dari yunani. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik
studi kepustakaan, teknik baca dan meringkas
Analisis data akan menggunakan pendekatan komparatif yaitu mebandingkan keduan
cerita rakyat dari dua negara sebagai data utama. Dalam penelitian ini penulis akan
membandingkan cerita rakyat dengan teori struktur yang meliputi tema, latar,sudut
pandang dan alur
PEMBAHASAN
Tabel 1. Persamaan dan perbedaan watak tokoh utama dari sangkuriang dan
oidipus sang raja
Akbar, Adhyatma. 2023. “Sastra Perbandingan Dan Analisis Cerita Rakyat Indonesia
Dengan Cerita Rakyat Dari Amerika (Comparative Literature and Analysis of
Indonesian Folklore with Folklore from America).” (April 2022).
Indiarti, Wiwin. 2017. “Nilai-Nilai Pembentuk Karakter Dalam Cerita Rakyat Asal-Usul
Watu Dodol.” JENTERA: Jurnal Kajian Sastra 6(1): 26.
Perdana, Yoga Noldy, Universitas Padjadjaran, and Fakultas Ilmu Budaya. 2012.
“MOMOTAROU DENGAN TIMUN EMAS ( Melalui Pendekatan Strukturalisme
Naratologi Propp ).”
Viera Valencia, Luis Felipe, and Dubian Garcia Giraldo. 2019. “済無 No Title No Title No
Title.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. 2.
Rahman, Fauzi. 2018. “Perbandingan Legenda Ciung Wanara Dengan Cindelaras Serta
Kajian Budaya Lokal.” Metasastra 11(1): 31–44.
Andri, Laura. 2018. “NUSA, Vol. 13 No. 1 Februari 2018 Laura Andri R.M., Oedipus Sang
Raja Dan Bujang Munang: Mitos Peletak Dasar Larangan Incest.” 13(1): 36–45.