Universitas Balikpapan
Agustina Tambunan 2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerita Raja Tambun Etnik
Batak Toba, mendeskripsikan nilai-nilai sosial cerita Raja Tambun Etnik Batak Toba, dan
mendeskripsikan pandangan masyarakat keturunan Raja Tambun terhadap cerita Raja Tambun
Etnik Batak Toba. Lokasi penelitian penulis memilih di Desa Tambunan Sunge, Kecamatan
Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara. Metode dalam menganalisis artikel ini
mengunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam menganalisis, penulis memakan
kajian sosiologi sastra dalam buku Damono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
nilai-nilai sosiologi sastra dalam penelitian ini yakni kasih sayang antara lain tolong menolong,
kekeluargaan, kesetiaan dan kepedulian. Nilai tanggung jawab terdiri dari rasa memiliki dan
disiplin serta empati. Nilai keserasian hidup terdiri atas keadilan, toleransi, kerja sama.
Pandangan masyarakat terhadap cerita Tambun Raja yaitu masih merupakan cerita yang
dihormati dan melestarikannya agar terdengar oleh generasi-generasi baru keturunan Tambun
Raja.
ABSTRACT
This study aims to describe the intrinsic elements of the Batak Toba Ethnic Raja Tambun story,
describe the social values of the Toba Batak Ethnic Raja Tambun story, and describe the views
of the people of Raja Tambun descent towards the Toba Batak Ethnic Raja Tambun story. The
research location for the author chose Tambunan Sunge Village, Balige District, Toba Regency,
North Sumatra Province. The method of analyzing this article uses descriptive qualitative
methods. In analyzing, the writer uses the study of the sociology of literature in Damono's book.
The results of the study indicate that there are sociological values of literature in this study,
namely affection consisting of mutual help, kinship, loyalty, caring. The value of responsibility
consists of a sense of belonging and discipline and empathy. The value of life harmony consists
of justice, tolerance, cooperation. The public's view of the story of Tambun Raja is that it is still
a story that is respected and preserves it so that it can be heard by new generations of
descendants of Tambun Raja.
dikutip dalam Sandi & Lubis, 2010) Raja banyak hal yang menjadi suatu
Berdasarkan letak dan statusnya, sastra pembelajaran untuk kehidupan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga keturunannya hingga masyarakat yang
(tiga) jenis: sastra dunia, sastra menjadi pembacanya. Teori yang di
nasional, dan sastra daerah. Salah satu gunakan dalam meneliti objek yaitu
ragam sastra yang tersebar luas dan asli teori sosiologi sastra. Dalam penelitian
hampir di seluruh wilayah dunia, objek dibutuhkan teori sosiologi yang
khususnya Indonesia, adalah ragam di gunakan untuk mengetahui nilai-
sastra daerah. Daerah-daerah di nilai sosiologi yang mencakup dalam
Indonesia yang memiliki khasanah cerita tersebut sehingga dapat diketahui
budaya daerah dan ciri khas keragaman nilai sosial apa yang harus di pegang
bahasanya juga memiliki sajian sastra dan menjadi bekal untuk keturunan
daerahnya masing-masing. Fungsi Raja Tambun. Untuk mendapatkan
sastra adalah sebagai penghubung gambaran tentang penelitian yang
komunitas dokumenter yang serupa, maka penulis mengambil
memungkinkan karya sastra dapat artikel pendukung antara lain judul
dilihat pada suatu periode tertentu dan “Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel
juga masyarakat pada saat itu. Segi tiga karya Supardi Djoko
Penjelasan di atas karena kondisi sosial Darmono hubungannya dengan
masyarakat yang terlibat dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di
penciptaan karya sastra. SMA”. Dalam artikel ini
Dalam kesempatan ini penulis menyimpulkan sosiologi sastra terdapat
mencoba mengangkat sastra lisan dari tiga klasifikasi antara lain: fungsi
cerita rakyat yaitu Cerita Raja Tambun sastra, sastra sebagai cerminan
Etnik Batak Toba dengan alasan masyarakat, dan konteks sosial objek
penulis mengangkat sastra lisan selain tersebut (Safitri, 2022).
itu juga sebagai bentuk pendorong Dalam sastra, pendekatan untuk
sebagai penulis yang memiliki darah menganalisis sastra dan masyarakat
keturunan atau generasi muda dari Raja adalah sosiologi sastra. Sosiologi
Tambun sehingga ingin meneliti lebih sastra, atau sosiokrasi, dianggap
dalam kebenaran cerita tersebut. Artikel sebagai disiplin ilmu baru yang
ini berjudul “ Nilai Sosial Cerita muncul setelah kegagalan kajian
Tambun Raja Etnik Batak” cerita ini strukturalisme. Ratna dalam
mengacu pada sejarah Tambun Raja di bukunya (Widihastuti, 2019)
desa Sibisa, yang berhubungan dengan menyebutkan beberapa alasan
masyarakat bermarga keturunan Silahi mengapa sastra memiliki hubungan
dari si Tambun Raja cerita ini memiliki dengan masyarakat, oleh karena itu
pedoman untuk kehidupan keturunan penelitian sastra yang berkaitan
dari Silahisabungan. dengan masyarakat harus dilakukan,
Cerita ini juga mengacu pada antara lain : 1. Karya sastra diedit
generasi muda, nasihat-nasihat hingga oleh pengarang, diilustrasikan oleh
sumpah yang terkandung dalam cerita pendongeng, dan disalin oleh
ini adalah suatu hal yang sampai saat penyalin, sedangkan ketiga
ini masih merupakan sumber subjeknya adalah penonton; 2.
kehormatan antara satu dengan Karya sastra hidup berdampingan
keturunan lainnya. Seperti sumpah dengan masyarakat dan mengambil
Silahisabungan yang mengatakan harus aspek kehidupan sosial yang pada
saling menyayangi dan menghormati gilirannya dipandu oleh masyarakat;
walaupun bukan lahir dari rahim yang 3. Sumber daya karya sastra, baik
sama. Dalam cerita asal-usul Tambun lisan maupun tulisan, dipinjam dari
dirinya dalam bentuk tindakan, Batak Toba nilai sosial disiplin dapat di
bukan hanya pikiran atau perasaan. lihat dari sikap Tambun Raja yang
Peduli berarti tidak hanya menuruti setiap perintah Ibunya,
mengetahui bahwa ada sesuatu yang Pamannya, serta Opungnya yang
salah atau benar, tetapi juga mau menyuruhnya untuk tetap berada di
mengambil langkah terkecil gubuk agar tidak terlihat oleh musuh
sekalipun. Dalam cerita Tambun Raja atau mantan tunangan Boru Nailing
Etnik Batak Toba nilai sosial kepedulian karena takut konflik dendam masa lalu
dapat di lihat salah satunya adalah rasa akan terjadi.
peduli Boru Batanghari yang c. Empati
memberikan Asi, memberikan nama dan Empati merupakan usaha agar
merawat anak yang di sembunyikan Bayangkan berada di tempat itu dan
oleh Raja Silahisabungan. memahami siapa orang lain itu,
termasuk perasaan, keinginan, ide,
2. Tanggung Jawab dan tindakan mereka (Slamet, 2019).
Tanggung jawab adalah nilai Dalam cerita Tambun Raja Etnik Batak
moral kehidupan sosial. Tanggung Toba nilai sosial empati salah satunya
jawab adalah kesadaran seseorang dapat di temukan ketika Raja Manurung
terhadap perilaku atau tindakan pamannya Tambun Raja ikut terharu
seseorang. Tanggung jawab melihat tarian Raja Tambun yang
merupakan suatu keniscayaan kodrat seolah-olah memperlihatkan bahwa
manusia, yaitu telah menjadi bagian terdapat kesedihan yang tersimpan pada
dari kehidupan Raja Tambun selama ini.
manusia (Nurhalimah, 2021).
a. Nilai rasa memiliki 3. Keserasian Hidup
Rasa memiliki merupakan Menurut KBBI (sebagaimana
bagian dari kohesi sosial, yang dikutip dalam Sri Wahyuningsih,
mengacu pada perasaan termasuk 2019) nilai keserasian hidup yakni
dalam lingkungan kerja (Afryana, menyelaraskan atau menyesuaikan
2018). Rasa memiliki adalah suatu diri pada kehidupan sosial sehingga
sikap seseorang yang merasa memiliki terjalin suatu jalinan yang indah
sesuatu sehingga dengan perasaan antar masyarakat. Keserasian hidup
tersebut akan ada rasa sepenuh hati yang terdiri atas nilai keadilan,
untuk menjaga, merawat, menyayangi, toleransi, kerja sama, dan
dan bertanggung jawa pada apa yang demokrasi.
dimilikinya. Nilai sosial rasa memiliki a. Keadilan
dalam cerita salah satunya yaitu Raja Di dalam cerita Tambun Raja Etnik
Silahisabungan yang menginginkan Batak Toba kita dapat melihat ada
Boru Nailing sebagai istrinya dan hal beberapa nilai sosial keadilan, salah
tersebut terjadi sehingga mereka satunya ialah adanya rasa adil yang di
memiliki anak yaitu Raja Tambun. terima ataupun di rasakan tokoh yang di
b. Disiplin sebut Raja Tambun yang kemudian di
Disiplin merupakan suatu proses akui dan di beri kesempatan untuk
menuju pada ketertiban dan menari (manortor) di desanya sebagai
pengendalian diri. Kedisiplinan yakni ritual di desanya. Nilai sosial keadilan
keadaan yang berproses dan terbentuk tersebut merupakan bagian dari
melalui proses dari serangkaian perilaku keserasian hidup.
dengan nilai ketaatan, kepatuhan, b. Toleransi
kesetiaan, dan keteraturan (Ernawati, Dalam cerita Tambun Raja Etnik
2019). Dalam cerita Tambun Raja Etnik Batak Toba tidak dapat melihat dan