Anda di halaman 1dari 21

MITOS MANUSIA CINDAKU DALAM NOVEL TITISAN MANUSIA

CINDAKU KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

Fadli Ihsan Harfi

Abstrak

Penelitian terhadap Novel Titisan Manusia Cindaku ini dilatar belakangi


ingin mengingatkan kembali tentang kisah-kisah mitos yang ada di masyarakat
khusunya Minangkabau terutama kisah cindaku. Cindaku adalah jenis manusia
yang dapat merubah bentuknya secara fisik menjadi hewan buas yaitu harimau.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dan teknik penyediaan
data analisis data dan penyajian hasil data. Teknik struktur diperlukan untuk
mengetahui unsur instrinsik dari nove titisan manusia cindaku, selanjutnya data di
analisis menggunakan teori sosiologi sastra.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa dalam Novel Titisan Manusia
Cindaku tersebut menunjukkan penggambaran mitos cindaku yang terjadi di
daerah Minangkabau. Cindaku adalah manusia yang dapat merubah wujud
fisiknya menjadi harimau ,cindaku banyak di temukan di daerah hutan di sumatra
barat dan daerah kerinci ,novel tersebut berlatarkan di daerah Bukit Tinggi
,Lubuk Basung dan daerah Kelok Ampek Puluah Ampek. Dalam novel ini juga
digambarkan pola hubungan kekeluargaan yang baik seperti hubungan Ibu Dan
Anak, Ayah Tiri Terhadap Anak Tiri dan hubungan pertemanan yang baik dalam
novel Novel Titisan Manusia Cindaku tersebut digambarkan ketakutan dan
cekaman yang dilakukan cindaku tersebut kepada tokoh utama dan teman-
temannya. Hubungan antara masyarakat daerah minangkabau sangat terpancar
dalam novel tersebut seperti larangan-larangan untuk pergi kesuatu tempat karena
masyarakat takut akan sesuatuh hal yang ada di kawasan tersebut. Hal itu juga
sebagai sebuah kebencian sosial terhadap sesuatu atau seseorang. Kita juga bisa
melihat bagaimana hubungan kekeluargaan seperti seorang ibu yang menyayangi
anaknya dan bagaimana seorang bapak tiri memerkakukan anak tirinya dengan
baik dan bagaimana pola hubungan persahabatan yang baik. Dalam novel titisan
cindaku ini kita juga bisa melihat berbagai macam aspek–aspek sosial yang ada di
masyarakat, seperti sifat amarah dan main hakim sendiri serta hidup dalam
kepura-puraan. Hal-hal tersebut tidak akan pernah bisa membuat kita dapat
mencapai tujuan yang diinginkan dalam persabatan maupun keluarga dan yang
muncul malah pertikaian antara sahabat dan anggota keluarga. Pernikahan tanpa
landasan agama yang bertujuan menutupi aib tidak akan pernah menghadirkan
sebuah kebahagian dalam rumah tangga namun yang terjadi malah sebaliknya
yaitu kesengsaraan salah seorang diantara keduanya dan jika terus berlanjut akan
ditanggung oleh keturunannya. Perbuatan dosa dalam beragama akan
menyengsarakan diri sendiri baik didunia maupun di akhirat. Juga hal tersebut
berakibat pada orang lain. Perilaku tersebut diatas dalam kehidupan sosial adalah
hal-hal yang bakal merugikan kehidupan sosial itu sendiri.
Kata Kunci : mitos, cindaku, novel titisan cindaku, sosiologi sastra.

PENDAHULUAN

Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan


norma-norma yang disepakati masyarakat. Sastra juga menyajikan gambaran
kehidupan dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial
(Wellek & Warren, 1993:109). Konteks sastra ini bukanlah sesuatu yang
otonomi, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat erat dengan situasi dan
kondisi lingkungan tempat karya itu dilahirkan. Dalam bentuknya yang paling
nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial,
tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi dan senantiasa akan
terlibat dengan beraneka ragam permasalahan.

Sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia


untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat (Damono,
1978:7). Sastra dapat menjadikan seseorang kaya akan imajinasi, keindahan,
kreativitas dan pembendaharaan kata-kata. Selanjutnya sastra dapat membentuk
pola pikir dan proses pendewasaan cara berpikir seseorang. Sekali pun karya itu
sifatnya kompleks, termasuk karya sastra yang tidak dapat dipahami selengkap-
lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan kebudayaan atau peradaban yang
telah menghasilkannya (Damono, 1978:4). Tetapi hal itu masih mungkin dilihat
dari keterkaitannya dengan subjeknya, yaitu kelompok intelektual yang termasuk
di dalamnya pengarang.

Pengarang menuangkan proses kreatifnya ke dalam karya sastra, tidak


terlepas dari situasi dan kondisi sosial yang sedang dialaminya. Novel Titisan
Cindaku, tidak lepas dari sosiologi dimana pengarangnya dibesarkan dalam
keluarga Minangakabau. Ia adalah sastrawan baru yang mulai debutnya menulis
cerita horor yang didorong oleh kepekaannya tentang cerita misterius yang
berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat yang hingga saat ini masih
diyakini oleh sebagian masyarakat pribumi. Menurut Ratna (2004: 334), pada
umumnya para pengarang yang berhasil adalah para pengamat sosial sebab
merekalah yang mampu untuk mengkombinasikan antara fakta-fakta yang ada
dalam masyarakat dengan ciri-ciri fiksional.

Novel sebagai sebuah fiksi biasanya mendeskripsikan masalah-masalah


sosial yang terjadi pada kehidupan nyata. Sementara ilmu yang menggambarkan
kehidupan sosial itu sendiri adalah ilmu sosiologi. Sosiologi merupakan cabang
ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia. Karena itu tepat sekali jika dikatakan karya sastra merupakan
penggambaran keadaan sosial masyarakat yang mencakup berbagai hal. Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian dalam bidang kesusastraan untuk mengetahui
pengaruh ataupun bentuk gejala sosial yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Ketertarikan untuk menganalisis gejala sosial yaitu keyakinan dan perilaku
masyarakat di Minangkabau tentang keberadaan manusia harimau yang
menjaga kehidupan mereka sebagai bahan analisis, dimulai ketika penulis
membaca hasil karya sastra manusia harimau “Titisan Cindaku” karya Eni
Setiawati ini.

Setelah membaca karya sastra dari pengarang Minang ini, lalu penulis
mencoba mendapatkan tulisan-tulisan mengenai manusia harimau yang disebut
cindaku. Dari hasil studi pustaka melalui media buku ataupun internet banyak
sekali ditemukan opini tentang sejarah manausia harimau khususnya di Kerinci
dan Sumatera Barat. Namun tidak sedikit juga masyarakat modern saat ini yang
masih percaya dengan keberadaan cindaku itu. Melalui studi pustaka yang
dilakukan, penulis mengetahui bahwa cindaku adalah sebutan untuk manusia
harimau yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Menurut kepercayaan
masyarakat Sumatera Barat, manusia memiliki hubungan batin dengan harimau.
Bahwasanya di bumi ini tumbuh suatu kepercayaan magis spritual tentang
hubungan batin tersebut, sehingganya kemudian tidak mengherankan di tengah
masyarakat Sumatera Barat ada pula yang berkeyakinan kalau memang ada
manusia harimau (uhangkayo.webs.com, 2008).
TUJUAN

1. Menjelaskan Latar belakang sosial budaya dalam novel Titisan Cindaku”


karya Eni Setiati

2. Menjelaskan hubungan mitos Cindaku dengan nilai-nilai sosial


kehidupan masyarakat Minangkabau yang diungkap dalam novel
tersebut.

METODE

Metode penelitian merupakan cara mencapai tujuan yakni untuk mencapai


pokok permasalahan. Demikian halnya dengan penelitian terhadap karya sastra
harus melalui metode yang tepat. Dalam penelitian ini saya menggunakan
pendekatan struktural yaitu mendekati struktur pembangun karya sastra itu
sendiri. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu data-data yang ada
hunbungannya dengan permasalahan sosial, kemudian dianalisis menggunakan
teori sosiologi sastra dan marksisme.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik


pustaka, simak dan catat. sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber
data ketika diperlukan dalam rangka analisis data (Subroto, 1992 : 42). Data yang
telah didapat nantinya akan dianalisis dengan tinjauan sosiologi sastra yaitu dari
segi karyanya, dan nantinya diharapkan akan mengungkap unsur-unsur atau apa-
apa yang tersirat dalam sebuah karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya

1. Penyajian data
Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu dengan cara menjelaskan
hasil analisis data yang didapatkan pada proses analisis karya.
2. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian dari segala analisis yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu
dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran
untuk saling menolong (Astuti,2012). Hubungan sosial itu erat kaitannya dengan
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah proses saling memengaruhi di antara dua
orang atau lebih. Seseorang yang melakukan hubungan sosial secara naluri
didorong oleh faktor dari dalam maupun dari luar dirinya

Hubungan Antara Anak dan Ibu.

Menurut Witrianto (2010), hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya


pada prinsipnya sama saja, baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak
perempuan. Perbedaannya terletak pada sudut kepentingan dan ruang lingkup
tanggung jawab atau tugas masing-masingnya. Hal ini disebabkan tugas seorang
anak laki-laki di Minangkabau jauh berbeda dari yang diharapkan dari anak
perempuan.

Hubungan Antara Bapak Tiri dan Anak

Bapak tiri sama dengan ayah kandung tetapi ayah tiri memiliki batasan
dalam beberapa hal, seperti menikahkan atau menjadi wali dan lain lain. Dalam
novel titisan cindaku ini, hubungan antara bapak dan anak sangat terbina baik
seperti yang di tulis penulis di halaman 47. Pada halaman ini tertulis bahwa
walaupun hanya Bapak tiri dan terkadang bersikap galak kepadanya, namun Sony
sangat menghormati. Bapak tiri Sony pun perhatian dengan Sony dia tidak ingin
anaknya terlalu manja, ini di sampaikan pada halaman 9 pada novel “Bu… Bu..
sebaiknya jangan terlalu dimanjakan si Sony itu. Dia sudah besar. Biarkan dia
sendiri yang mencuci pakaian kotornya. Sudah saatnya dia belajar mandiri” disitu
nampak seorang bapak tiri yang sayang pada anaknya, dia takut anakanya jadi
orang yang manja.

Hubungan Pertemanan
Hubungan pertemanan dalam kamus besar bahasa indonesia berarti orang
yg bersama-sama bekerja dalam berbuat. Sedangkan dalam kamus bahasa
Minangkabau pertemanan atau bakawan adalah teman biasa. Dalam novel ini
pertemanan sangat mencolok karena banyak kisah yang terjadi sewaktu mereka
bersama, sikap bantu membantu, setia kawan dan saling menjaga satu sama lain.

Bentuk Kepercayaan Masyarakat Minangkabau Terhadap Makhluk Jadi-


jadian

Mahluk jadi-jadian adalah mahluk yang diluar pemikiran lahiriah kita,


Istilah luar lahiriah itu adalah pengertian lain dari alam gaib yang secara langsung
dianggap mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia, sebab diantara alam
gaib itu ada juga yang mempunyai pengaruh kepada kehidupan. Seperti sudah
disinggung di muka bahwa kepercayaan kepada alam gaib itu sudah merupakan
perasaan rohaniah manusia. Dengan demikian bagi masyarakat Minangkabau hal
itu tidaklah terkecuali.

Mitos berkembang di zaman dulu yang belum terjangkau modrenisasi


untuk melarang warganya membuat sebuah cerita yang berkaitan dengan larangan
agar tetap terjaga dan tidak dilanggar norma atau aturan dalam bermasyarakat.
Menurut Yuberko (2014:2) mitos erat kaitannya dengan legenda dan cerita rakyat.
Mitos,Legenda dan cerita rakyat adalah cerita tradisional dalam jenis yang
berbeda tidak seperti mitos, cerita rakyat dapat berlatar bekang kapanpun dan
dimanapun,dan tidak harus dianggap nyata atau suci oleh masyarakat yang
melestarikannya. Masyarakat minangkabau percaya pada bentuk-bentuk larangan
atau perintah orang tua-tua dahulu pada hal-hal yang di luar nalar dan akal sehat
manusia. Tujuan mereka membuat hal yang demikian agar masyarakat selalu
terjaga akan hal-hal yang dapat merugikan seseorang dan cerita-cerita atau sebuah
larangan tersebut tetap diturunkan ke pada masyarakat generasi penerus.

Fungsi Mitos Cindaku Dalam Sosial Masyarakat Minangkabau

Fungsi Mitos Cindaku Dalam Kebudayaan


Dalam mitos tersebut dapat mengungkapkan pengetahuan budaya tentang

minangkabau tentang dunia gaib dan dunia nyata yang dijembatani oleh

perwujudan “manusia harimau atau cindaku “ yang tidak nampak secara fisik.

Dalam akal pemikiran masyarakat Minangkabau dan juga sebagai pembatas gerak

masyarakat agar tidak melanggar norma-norma budaya yang ada di daerah

tersebut, pembatas gerak yang dimaksutkan disini adalah pembatasan wilayah

hunian, pembatas wilayah yang bisa di tinggali di dalam kampung tersebut.

Fungsi Mitos Cindaku Dalam Pendidikan

Di dalam mitos cindaku ini mengajarkan bagaimana berperilaku di hutan

rimba. seperti tidak berkata kasar di dalam rimba , dan bagaimana cara untuk

bebas atau antisipasi sewaktu bertemu atau bepapasan dengan harimau sewaktu

melakukan perjalanan di dalam hutan rimba. Antisipasi ini seperti bagaimana

cara mengusir harimau dan bagaimana agar harimau itu tidak mengejar dan

menerkam manusia dan mitos cindaku juga mengajarkan kepada masyrakat agar

tidak melakukan perjalanan sendirian di malam hari agar tidaklah terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.

Fungsi Mitos Cindaku Dalam kreatifitas

Kebudayaan sebagai abstraksi pengalaman manusia adalah bersifat

dinamis dan cenderung untuk berkembang sejalan dengan perkembangan


masyarakat pendukungnya, karena itu mitos yang mencerminkan kebudayaan juga

cenderung menyampaikan pesan-pesan yang bersifat transformatif. Pesan-pesan

transformatif itu bisa terpadu dalam satu mitos, atau bisa juga terwujud dalam

versi baru pada mitos yang sama seperti disampaikan dalam novel-novel baru

seperti novel Titisan Cindaku yang saya jadikan bahan skripsi saya dan juga

seperti film-film sinetron yang ada berkembang padasaat kini seperti film manusia

harimau di MNC TV dan 7 manusia harimau di RCTI

Fungsi Mitos Cindaku Terhadap Alam

Mitos cindaku ini mengajarkan bangaimana huubungan manusia dan

harimau di wilayah Minangkabau di mitos tersebut menceritakan bagaimana

seramnya hutan rimba yang ada di wilayah hutan sumatra khususnya sumatra

barat karena banyaknya harimau liar berkeliaran disana. jadi bisa di pahami juga

bahwa mitos cindaku tersebut bisa di sebarkan agar masyarakat tidak melakukan

pengikisan atau pengurangan wilayah hutan di daerah tersebut agar wilayah

hunian hewan bisa tetap terjaga dan juga agar tidak ada yang melakukan

pembalakan atau penebangan dan pembakaran hutan secara besar-besaran di

daerah tersebut

ANALISIS INTRISTIK NOVEL TITISAN CINDAKU


Tokoh dan penokohan

Menurut Rahmat (2012:32) tokoh adalah pelaku dalam sebuah karya


sastra. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud
binatang atau benda yang diinsankan oleh pengarang. Tokoh merupakan rekaan
pengarang. Oleh karena itu, tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir, sifat
dan sikap batinnya agar wataknya dapat diketahui oleh pembaca latar

Tokoh utama dalam novel ini adalah Sony Hal ini dibuktikan dengan
dominasi tokoh Sony dalam novel, tokoh yang kedua adalah irfan, ketiga adalah
Vira, keempat adalah Upik, kelima Mak Minah (ibu Sony) .Tokoh yang akan
dibicarakan dalam analisis ini adalah tokoh utama dan tokoh bawahan
berdasarkan fungsinya masing-masing. Tokoh utama adalah tokoh yang
memegang peranan penting dalam intensitas keterlibatan yang besar dalam
peristiwa-peristiwa yang membangun cerita, sedangkan tokoh bawahan adalah
tokoh yang tidak sentral namun kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang
atau mendukung tokoh utama. Namun hanya beberapa tokoh saja yang diambil
karena berhubungan dengan kepentingan penelitian ini.

1.Sony

Sony digambarkan dalam novel ini adalah pemuda yang biak,hal tersebut
digambarkan di dalam novel ini sebagai seorang pemuda sederhana dan setia
kawan

2.Irfan

Irfan adalah sahabat Sony di kampus, irfan di dalam novel ini di


gambarkan sebagai orang yang sahabat yang baik, suka menolong dan juga sedikit
sombong

3.Vira
Dalam novel ini sosok Vira digambarkan seorang gadis cantik yang baik
hati, disayang teman-temannya dan ia adalah seorang wanita idola di kampusnya

4.Upik

Dalam novel ini karater Upik adalaah seorang teman yang baik,yang suka
menolong teman-temannya.

5. Mak Minah (Ibu Sony)

Di sini mak minah digambarkan sebagai ibu yang baik hati, sangat
memanjakan, dan sangat khawatir dengan perkembangan anaknya

Latar

Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa
atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan
pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan
tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi. Menurut Nurgiyantoro
(2004:227-233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara
lain sebagai berikut.

a. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan


dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. Dalam novel ini
ditemukan ada beberapa latar tempat. Pertama di daerah Lubuk Basung tepatnya
di desa Bandan.

Latar tempat yang kedua adalah di daerah Bukit Tinggi . dalam novel ini
digambarkan Bukit tinggi adalah tempat si tokoh utama menuntut ilmu di sebuah
perguruan tinggi di daerah tersebut. Latar tempat yang ketiga adalah di kelok 44
(ampek puluah ampek) disini tempat awal terjadinya misteri dalam novel tersebut

Latar tempat keempat adalah tempat yang menjadi tempat dimana klimaks
cerita di dalam novel ini terjadi . tempat itu berada di puncak lawang, salah satu
tempat wisata yang indah di daerah agam.

Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-


peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu

Pada novel ini tidak dijelaskan tahun dan bulan kapan cerita ini bermula
kita hanya bisa mengambarkan tahunnya dari beberapa benda yang ada di cerita
seperti penggambaran motor mio yang di sebut pada halaman 13 seperti ini :

“Desahan motor Mio milik Upik rupanya sejak tadi


membuntuti motor Sony dari belakang”

Pada kutipan di atas terdapat nama merk sebuah kendaraan dari salah satu
pabrikan kendaraan bermotor, dari situ kita bisa menggambarkan tahun yang ada
di novel tersebut .

Seperti yang di katakan di tribunnews.com :

“Yamaha Indonesia boleh bangga dengan Mio karena


prestasi skutik entry level ini yang berhasil menembus
penjualan 7 juta unit sejak dipasarkan pertama kali, 2003
silam.”

Pada kutipan tersebut digambarkan motor mio tersebut dirilis pada tahun
2003 . jadi bisa di gambarkan bahwa latar waktu yang di pakai disini pada tahun
2003 .karena pada tahun itu motor mio menjadi primadona motor metic untuk
wanita pada tahun tersebut
Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku


sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Dalam novel ini sosial masyarakat sangat terasa . digambarkan pada novel
ini penduduk saling bergotong royong dalam mencari Vira dan Upik yang diculik
Cindaku dan di bawa lari ke dalam hutan rimba

ASAL-USUL, KEBERADAAN DAN WUJUD CINDAKU

Asal muasal cindaku sebenarnya adalah seorang pendekar sakti mandera


guna, memiliki ilmu kesaktian yang sangat tinggi di antara pendekar pada masa
itu, semua pendekar sakti yang ingin menjajal ilmunya telah dikalahkan sehingga
tak ada yang menandinginya lagi. Cindaku bertemu dengan seorang wali dari
tanah jawa yang sedang menyebarkan agama Islam, di sanalah cindaku
menyatakan memeluk agama Islam. Sebagai pengabdianya pada agama Islam,
cindaku dan anak keturunannya diserahi tugas sebagai penjaga hutan larangan di
seluruh nusantara. Tidak heran semua hutan larangan yang ada gunung sumatera
dijaga oleh manusia harimau demi melindungi ekosistim alam agar tidak rusak
oleh keserakahan manusia. Cindaku dan keturunannya telah disumpah untuk
menjadi penjaga wilayah yang bertuah yang tak boleh di sentuh manusia
(Lukman, 2006)

Dalam mitos orang Minang ada 3 jenis manusia harimau yaitu


Harimau Datuk adalah harimau penjaga kampung. Harimau ini asalnya adalah
harimau yang sebenar hidup di hutan rimba. Kemudian harimau ini di pelihara
oleh orang yang berilmu tinggi dalam ilmu harimau. Harimau ini menurut
perintah tuannya, boleh disuruh untuk membuat apa saja. Biasanya pemiliknya
mempunyai ilmu perabun yang memungkinkan harimau itu tidak boleh dilihat
oleh orang lain. Biasanya pemilik harimau datuk ini adalah orang yang baik-baik
yang ingin mengekalkan keharmonian di dalam sesuatu kampung itu. Bila di
panggil oleh tuannya atau bila diperlukan pada masa tertentu ia akan segera
datang dengan kekuatan ilmu angin dari pemiliknya.

Harimau Jadi-jadian adalah makhluk halus yang berdamping dengan


manusia sebagai sahabat. Biasanya makhluk halus ini akan merupakan diri
sebagai harimau jadian jika terdapat kesusahan atau sahabatnya dianiaya.
Terdapat perjanjian antara manusia dan makhluk ini agar perhubungan mereka
dapat diteruskan dan sentiasa diperbaharui.

Manusia Harimau atau cindaku adalah orang yang mempunyai ilmu


harimau dan mempelajarinya sehingga bisa berubah wujud menjadi harimau.
Ilmu ini didapati melalui mempelajarinya dari seseorang yang mempunyai ilmu
harimau. Biasanya orang ini mempunyai kekuatan melebihi orang biasa apabila
menjadi harimau. Ia juga mempunyai ilmu perabun dan ilmu angin yang tinggi.

NOVEL MENGGAMBARKAN NILAI SOSIAL DI MINANGKABAU

Sebagai sebuah novel yang sarat dengan nilai sosial, novel Titisan Cindaku

karya Eni Setiati sangat cocok didekati dengan pendekatan sosiologi sastra.

Tuntutan terbesar dalam analisis sosilologi sastra adalah pendekatan terhadap

pengarang. Menurut Endraswara (2003: 79) sosiologi sastra adalah penelitian

yang terfokus pada masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan

perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan


imajinasi, perasaan, dan intuisi. Sementara Faruk (1994:1) menyatakan bahwa

sosiologi sastra sebagai studi ilmiah dan objektf mengenai manusia dalam

masyarakat, studi mengenai lembaga, nilai-nilai dan proses-proses social yang ada

dalam masyarakat.

Berdasarkan perdapat Faruk itulah penulis menjelaskan hubungan sosial yang

tampak pada novel itu dengan keadaan sebenarnya yang ada di sosial

Minangkabau terutama di daerah Lubuak Basuang kabupaten Agam. Nilai sosial

yang ada dalam novel tersebut menggambarkan sosial budaya masyarakat Lubuak

Basuang sejak dari adanya mitos Cindaku ini hingga saat ini. Hal ini dibuktikan

dengan bentuk kehadiran sosial budaya masyarakat Lubuak Basuang yang

memiliki berbagai bentuk kehidupan sosial masyarakat baik nilai-nilai positif

maupun yang negatif seperti masyarakatnya yang bertanggung jawab,

bermasyrakat, saling menjaga nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan lain

sebagainya. Nilai-nilai sosial masyarakat tersebut juga tampak jelas di dalam

novel tersebut.

Nilai-Nilai Positif Yang Terdapat Dalam Novel Titisan Cindaku

a. Nilai-Nilai Tanggung Jawab

Permasalahan tentang tanggung jawab yang merupakan penggambaran


obsesi Eni Setiawati dalam novel Cindaku yang tercermin dalam novelnya yaitu,
sosok Soni yang bertanggung jawab pada teman-temannya yang terlihat begitu
panik ketika teman-temannya hilang di kelok ampek puluh ampek. Soni dengan
penuh tanggung jawab bersama Ifan, terus mencari temannya Upik dan Vira yang
hilang dengan segala upaya mulai dari mencari orang pintar hingga dukun
kenamaan di daerah setempat untuk mengetahui dimana keberadaan Vira yang
belum juga ditemukan. sementara itu Upik sudah ditemukan meninggal diterkam
harimau di kelok 16 yang hilang bersamaan dengan Vira.

b. Persahabatan dan Kesetiaan

Persahabatan dan kesetiaan Ifan dan Vira kepada Soni sangat kuat, ini
tergambar dari perilaku Ifan dan Vira yang tetap mengunjungi Soni di hutan,
walaupun ia telah berubah menjadi Cindaku

Persahabatan ini juga digambarkan pada sosok, Ifan yang mau menanggung dosa
temannya, dengan menikahi Vira yang tengah hamil buah cinta kasihnya dengan
Soni. Untuk menutupi aib temannya, Irfan rela menjadi suami pura-pura Vira atas
permintaan sahabatnya Soni.

c. Nilai –Nilai Pendidikan

Sebagai dongeng maupun legenda, seringkali secara tidak langsung dianggap

sebagai doktrin atau dianggap sebagai pesan yang perlu dijalankan dan sangat di

patuhi oleh masyarakat yang meyakininya. Keyakinan terhadap mitos tersebut

menjadikan mitos tersebut menjadi sarana pendidikan yang efektif terutama

mengukuhkan dan menanmkan nilai budaya dan norma-norma sosial tertentu

Dalam mitos cindaku ini mengajarkan bagaimana berperilaku di hutan rimba.

seperti tidak berkata kasar di dalam rimba , dan bagaimana cara untuk bebas atau

antisipasi sewaktu bertemu atau bepapasan dengan harimau sewaktu melakukan

perjalanan di dalam hutan rimba. Antisipasi ini seperti bagaimana cara mengusir

harimau dan bagaimana agar harimau itu tidak mengejar dan menerkan manusia

dan mitos cindaku juga mengajarkan kepada masyrakat agar tidak melakukan
perjalanan sendirian di malam hari agar tidaklah terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

Nilai-Nilai Negatif Yang Terdalam Novel Titisan Cindaku

a. Sifat Amarah dan Main Hakim Sendiri

Perilaku amarah dan main hakim sendiri dapat dilihat pada klimak cerita ini
dimana ketika Vira belum juga ditemukan, Sony berinisiatif memasang jebakan
untuk menangkap babi hutan di sekitar menghilangnya Vira. Semua warga
berkumpul di rumah Datuk Sati. Malam itu sungguh sangat mencekam, semua
orang berjaga sampai jam 3 subuh. Ketika melihat jebakan kembali, di sudut lain
terdengar suara kentongan warga, tak disangka seorang bapak paruh baya
ditemukan terikat di jebakan tersebut dan bapak tersebut di arak ke rumah Datuk
Sati dan dihakimi karena dia dikira Cindaku karena mukanya berbulu belang
lebat seperti harimau.

b.Zina dan Perkawinan bohongan

kesetiaan Vira kepada Soni membawanya pada lembah dosa yang lebih
dalam lagi. Mereka melakukan zina hingga Vira hamil. Dosa ini mereka tutupi
dengan memohon pada Irfan untuk menjadi suami Vira agar aib mereka tidak
terbongkar. Perilau asmara membuta yang berujung pada tindakan zina yang
kemudian diikuti dengan dosa-dosa lainnya terus berlanjut

Perkawinan bohongan diartikan sebagai sesuatu perkawinan yang


didasarkan bukan dari niat pelakunya (mempelai) tetapi atas dsasar permintaan
seseorang untuk menutupi aibnya, sehingga bila dikaitkan dengan dasar-dasar,
nilai-nilai, dan norma-norma agama, tentu bertentangan. Ia boleh saja dibentuk
atau ditiadakan sekiranya kedua pasangan berkeinginan untuk itu. Jadi kehadiran
lembaga perkawinan tidak ada artinya, tidak perlu adanya. Calon suami dan calon
istri boleh saja membentuk suatu ikatan perkawinan jika mereka berdua
berkeinginan untuk itu. Begitu pula terhadap pasangan suami istri, mereka boleh
memutuskan ikatan perkawinannya jika mereka tidak bersesuaian lagi tanpa
melalui suatu tatanan nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

Latar belakang atau penyebab tidak adanya kebahagiaan dalam perkawinan karena
landasan perkawinan yang dibangun bukan atas dasar agama, tetapi atas dasar
persahabatan yang berlebihan, walaupun itu bertentangan dengan norma-norma
agama yang berlaku. Kehidupan dibawah kepura-puraan ini menyebabkan
rusaknya sendiri kesucian perkawinan itu sendiri, sehingga pelakunya akan selalu
dihantui perasaan tidak bahagia dalam perkawinannya.

KESIMPULAN

Dalam novel titisan cindaku ini kita bisa melihat berbagai macam aspek –
aspek sosial yang ada di masyarakat . seperti Sifat amarah dan main hakim sendiri
serta hidup dalam kepura-puraan, hal- hal ter sebut tidak akan pernah bisa
membuat kita dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam persabatan maupun
keluarga dan yang muncul malah pertikaian anatara sahabat dan anggota keluarga.
Pernikahan tanpa landasan agama yang bertujuan menutupi aib tidak akan pernah
menghadirkan sebuah kebahagian dalam rumah tangga namun yang terjadi malah
sebaliknya yaitu kesengsaraan salah seorang diantara keduanya dan jika terus
berlanjut, berikut akan ditanggung oleh keturunannya. Perbuatan dosa dalam
beragama akan menyengsarakan diri sendiri baik didunia maupun di akhirat. Juga
hal tersebut berakibat pada orang lain. Perilaku tersebut diatas dalam kehidupan
sosial adalah hal-hal yang bakal merugikan kehidupan sosial itu sendiri.

Di dalam novel tersebut kita bisa melihat tingkah laku anak muda zaman sekarang
yang sudah melupakan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat sehingga
merekan berbuat seenaknya dan juga kita dapat melihat tingkah laku tokoh utama
yang tidak mengindahkan nasihat orangtuanya .dan akhirnya banyak ragedi yang
terjadi karen satu larangan yang di bantah
Nilai – nilai sosial sangat penting dimasyarakat agar nilai-nilai dan budi
perkerti masyarakat dapat terjaga dengan baik, karena budi pekerti sangat
berperan elok di tengah masyarakat .Dalam mitos cindaku yang terdapat pada
novel titisan cindaku tersebut menggambarkan keseraman mahluk jadi-jadian
yang menyerupai harimau sumatra ini, ketakutan dan cekaman dari cindaku itu
sangat terasa kuat.

Hubungan yang anatar masyarakat daerah minangkabau sangat terpancar


dalam novel tersebut seperti larangan-larangan untuk pergi kesuatu tempat karena
masyarakat takut akan sesuatuh hal yang ada di kawasan tersebut. Dan juga
sebagai sebuah kebencian sosial terhadap sesuatu atau seseorang. Dan di dalam
novel tersebut kita bisa melihat bagaimana hubungan kekeluargaan seperti
seorang ibu yang menyayangi anaknya dan bagaimana seorang bapak tiri
memerkakukan anak tirinya dengan baik dan bagaimana pola hubungan
persahabatan yang baik .
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya

Sastra. Yogyakarta: Galang Press

Anwar, Khaidir. 1985. “Sejemput Gejala Kebahasaan Kita”. Makalah Seminar

Kebudayaan Minangkabau. Padang:Meseum Adityawarman.

Astuti .S. 2012. Pola Relasi Sosial Masayarakat Agraris diakses dalam

repository.usu.ac.id. pada tanggal20 november 2014 jam 10.15

Bascom, William (1984), "The Forms of Folklore: Prose Narratives", in Alan

Dundes, Sacred Narrative: Readings in the Theory of Myth, Berkeley:

University of California Press, pp. 5–29

Barthes, Roland. 2007. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa Semiotika atau

Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi. Yogyakarta & Bandung:

Jalasutra.
Bulfinch, Thomas (2004), Bulfinch's Mythology, Whitefish: Kessinger

Campbell, Joseph (1988), The Power of Myth, New York: Doubleday

Doty, William (2004), Myth: A Handbook, Westport: Greenwood

Eneste, Pamusuk. 1983. Proses Kreatif Mengapa dan Bagaimana Saya

Mengarang. Jakarta: Gramedia

Honko, Lauri (1984), "The Problem of Defining Myth", in Alan Dundes, Sacred

Narrative: Readings in the Theory of Myth, Berkeley: University of

California Press, pp. 41–52

Lukman, Kearifan Lokal di Ranah Minang, Hutan dan Penjaga Kehidupan.

Nurhayani. 2012.“ Mistis, Khurafah, Tahayyul “diakses dalam

http://www.academia.edu pada tanggal 22 november 2014 jam 11.30

Putra, Miko Juni. 2006. “Biografi dan Dokumentasi Cerita Tentang Ungku Saliah

Kiramat di Sungai Sarik”. Padang: Skripsi mahasiswa Sastra Daerah

Minangkabau Fakultas Sastra Unand.

Rahmad, Wahyudi. 2012. “Sosial Budaya Cina Dalam Kaba Siti Kalasun

Tinjauan Sosiologi Sastra”. Padang: Skripsi mahasiswa Sastra Daerah

Minangkabau Fakultas Sastra Unand.

Saydam, Gouzali. Drs Bc. TT. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang ( Bagian

Pertama). Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau.


Setiati Eni, 2011. “Titisan Cindaku”. Jakarta : Pohon Cahaya

Thompson, John.B.2007. Analisis Ideologi Kritik Wacana Ideologi-Ideologi

Dunia. Jogyakarta: IRCiSoD.

Witrianto. 2010. “Hubungan orang tua dengan anak dalam keluarga di

minangkabau” diakses dalam http://witrianto.blogdetik.com pada tanggal

20 november 2014 jam 10.15

Yaswirman . 2013. Hukum Keluarga. Padang : PT Rajagrafindo Persada

Yuberko. Riri Arlin. 2014. “ Mitos Larangan Di Kanagarian Puluik-Puluik

Selatan Kecamatan Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan Kajian Teori

Fungsi. Padang: Skripsi Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Fakultas

Sastra Unand.

Anda mungkin juga menyukai