Anda di halaman 1dari 4

a. Sastra Bandingan karangan Zulfahnur Z.

F dan Sayuti Kurnia


Buku Sastra Bandingan karangan Zulfahnur Z.F dan Sayuti Kurnia terbagi atas lima
bagian, yaitu (1) pengertian dan tujuan sastra bandingan, bagian ini membicarakan tentang
pengertian sastra bandingan dan tujuan perbandingan sastra, (2) perbandingan puisi modern
Indonesia, (3) perbandingan novel-novel Indonesia, bagian ini membicarakan tentang pengantar,
perbandingan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Salah Asuhan dari aspek tema,
persoalan cerita, perbandingan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Salah Asuhan
dari aspek latar dan tokoh, perbandingan novel-novel Perempuan dan Kebangsaan Dan Jalan
Tak Ada Ujung tentang persoalan revolusi, (4) perbandingan novel antar negara, bagian ini
membicarakan tentang perbandingan novel Pulang dan Senja Belum Berakhir, Madame Bovary
dan Belenggu, dan (5) perbandingan cerita rakyat antar daerah di Indonesia dan antar negara,
bagian ini membicarakan tentang legenda Jaka Tarub dan Hagoromo dari Jepang, dan
Meraksama dan Siraima cerita rakyat dari Irian Jaya dan Jaka Tarub dari pulau Jawa.
Berbeda dengan buku Sastra Bandingan karangan Sapardi Djoko Damono. Buku tersebut
memiliki duabelas Bab. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab kedua adalah beberapa pengertian
dasar. Bab ketiga adalah perkembangan sastra bandingan. Bab keempat adalah asli, pinjaman,
tradisi. Bab kelima adalah terjemahan. Bab keenam adalah sastra bandingan nusantara. Bab
ketujuh adalah membandingkan dongeng. Bab kedelapan adalah dalam bayangan Tagore. Bab
kesembilan adalah jejak romantisisme dalam sastra Indonesia. Bab sepuluh adalah Gatotkoco:
kasus peminjaman dan pemanfaatan. Bab sebelas adalah alih wahana. Bab duabelas adalah
penutup.
Materi Sastra Bandingan karangan Zulfahnur Z.F dan Sayuti Kurnia terbagi atas lima
bab, yaitu (1) pengertian dan tujuan sastra bandingan (2) perbandingan puisi modern Indonesia,
(3) perbandingan novel-novel Indonesia, (4) perbandingan novel antar negara, dan (5)
perbandingan cerita rakyat antar daerah di Indonesia dan antar negara. Berikut ini penulis
simpulkan materi tersebut.
1) Pengertian dan tujuan sastra bandingan, bagian ini membicarakan tentang pengertian sastra
bandingan dan tujuan perbandingan sastra. Terdapat tiga pengertian sastra bandingan.
Pertama, sastra bandingan adalah kegiatan untuk mempelajari sastra lisan, terutama cerita
rakyat dan penyebarannya, serta menyelusuri waktu penulisan sastra lisan menjadi karya
yang artistik. Kedua, sastra bandingan adalah kegiatan sastra yang menghubungkan dua
kesusastraan atau lebih. Ketiga, sastra bandingan membicarakan sastra secara menyeluruh,
sama dengan membicarakan sastra dunia, sastra universal atau sastra umum. Tujuan sastra
bandingan adalah memberikan pada pembaca pemahaman yang lebih luas mengenai karya
sastra sebagai hasil pemikiran manusia. Selain itu, tujuan perbandingan adalah untuk melihat
persamaan yang menonjol dalam karya sastra yang sejenis. Dengan demikian akan timbul
tafsiran tentang keberadaan karya sastra di dalam masyarakat pemakainya.
2) Perbandingan puisi modern Indonesia. Puisi yang dibandingkan adalah (a) puisi Bukan
Beta Bijak Berperi karya Rustam Efendi, (b) puisi Berdiri Aku karya Amir hamzah dan
puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya Charil Anwar, dan (3) puisi Padamu Jua karya
Amir hamzah dan puisi Doa karya Charil Anwar. Rustam Efendi membuat pola puisinya
seperti pantun karena persajakan akhirannya berbunyi a,b,a,b. Akan tetapi, dari
kesinambungan isi setiap larik dan hubungan makna setiap bait, puisi tersebut lebih mirip
bentuk syair. Syair adalah suatu bentuk puisi lama yang makna setiap baris berhubungan dan
begitu juga makna setiap baris.
Puisi Berdiri Aku karya Amir hamzah, dan puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya Charil
Anwar terdapat perbedaan dalam melihat suatu objek keindahan. Kedua puisi tersebut
berkisar tentang suasana pantai pada waktu senja. Persamaan objek yang digunakan penyair
tersebut adalah pantai pada waktu sore hari. Namun bagi kedua penyair ini suasana pantai
menimbulkan kesan yang berbeda.
Puisi Padamu Jua karya Amir hamzah, dan puisi Doa karya Charil Anwar memiliki
persamaan secara intertekstual. Ada gagasan dan ungkapan Charil Anwar yang diranut
kembali oleh Amir hamzah. Begitu juga idenya meskipun dalam pengolahannya ada
perbedaan yang menyebabkan masing-masing sajak tersebut menunjukkan kepribadiannya
masing-masing dalam menanggapi masalah yang dihadapi. Dalam puisi Padamu Jua karya
Amir hamzah, si aku yang cinta dunianya habis kikis dengan pasti kembali kepada-Mu,
Tuhan, meskipun pada awalnya kecewa karena ia merasa dipermainkan oleh Engkau.
Namun akhirnya ia tak mau pergi lagi karena Engkau sebagai dara dibalik tirai, sangat
menariknya, menanti si aku seorang diri dengan setia. Dalam puisi Doa karya Charil
Anwar, si aku yang terasing dalam kebingungannya meskipun awalnya termangu, akhirnya
ia dating juga kepada Tuhan karena Tuhan itu penuh seluruh (maharahman dan maharahim).
Tidak ada tempat lain untuk mengadukan keremukan bentuknya, (wujud hidup) selain Dia.
Maka, setelah alu mengetuk pintu kerahmanan dan kerahimannya, si aku tidak bisa
berpaling lagi.
Amir Hamzah menggambarkan Tuhan (Engkau) sebagai kandil (lilin) kemerlap. Ini
ditransformasikan Charil Anwar dalam Doa sifat Tuhan sebagai kerlip lilin di kelam
sunyi.
3) Perbandingan novel-novel Indonesia. Novel-novel Indonesia yang dibandingkan seperti
novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Salah Asuhan. Novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck karya Hamka masih mempersoalkan masalah adat. Novel ini melukiskan
jalinan cinta kasih seorang gadis Minangkabau (Hayati) dengan pemuda Bugis (Zainuddin).
Berdasarkan adat Minangkabau, Hayati tidak boleh kawin, keciali dengan laki-laki Minang.
Novel Salah Asuhan karya Abdul Muis juga mengusung adat Minangkabau. Novel ini
melukiskan Hanafi Kisah cinta mereka penuh intrik pun konflik sebab pada faktanya Corrie
adalah bagian dari keangungan Eropa, meski ibunya seorang pribumi. Dan Hanafi sendiri
adalah pemuda biasa yang berasal dari Solok. Saat itu, tabu untuk menyatukan seorang
Eropa dan pribumi.
4) Perbandingan novel antar negara. Novel antar negara yang dibandingkan adalah (a) novel
Pulang dan Senja Belum Berakhir dan (2) Madame Bovary dan Belenggu. Novel Pulang
karya Toha Mokhtar dan Senja Belum Berakhir karya Azizi Haji Abdullah
mengemukakan tema atau persoalan pokok cerita yang sama, yaitu perjuangan seorang
petani membebaskan lahan pertaniannya dari tangan orang lain dan menggarapnya. Hanya
saja cara perjuangan yang ditempuh kedua tokoh utamanya agak berbeda. Tamin dalam
novel Pulang berjuang menebus tanahnya yang digadai sedangkan tokoh Malawi dalam
novel Senja Belum Berakhir berjuang mengambil tanahnya yang sudah ditebus orang
tuanya, tetapi masih diduduki atau digarap orang lain.
Novel Madame Bovary karya Gustave Flaubert yang diterjemahkan oleh Santi Hendrawati
dan Belenggu karya Armijn Pane sama-sama melukiskan kehidupan keluarga dokter yang
tidak sejalan dengan isterinya yang akhirnya menimbulkan kegonjangan dalam rumah
tangga.
5) Perbandingan cerita rakyat antar daerah di Indonesia dan antar negara. Cerita rakyat yang
dibandingkan adalah legenda Jaka Tarub dan Hagoromo dari Jepang, dan Meraksama dan
Siraima cerita rakyat dari Irian Jaya dan Jaka Tarub dari pulau Jawa. Legenda Jaka Tarub
dan Hagorom dibandingkan dari aspek latar cerita (setting) untuk melihat persamaan dan
perbedaaan serta makna simboliknya. Buku Jaka Tarub (dari babat Tanah Jawa) terbitan
Balai Pustaka, Jakarta, 1976 dan Hagoromo (salinan Yoda Yiun Ichi) penerbit Ko Kodusya,
Tokyo, 1984. Kedua dongeng tersebut memiliki motif cerita yang sama yaitu baju bidadari,
yang menyebabkan seorang pemuda berhasil memperisteri seorang bidadari.
Materi yang ada di dalam buku Damono yang berjudul Pegangan Penelitian Sastra
Bandingan lebih lengkap dari pada buku Sastra Bandingan oleh Zulfahnur. Penulis berpendapat
demikian karena buku Zulfahnur hanya memberikan pengertian sastra bandingan, tujuan sastra
bandingan, dan membandingkan karya sastra baik di Nusantara dan maupun di dunia. Akan
tetapi, contoh perbandingan karya sastranya lebih dominan pada karya sastra Nusantara. Seperti
membandingkan puisi-puisi Chairil Anwar dan Amir Hamzah yang hanya meliputi karya sastra
Nusantara. Membandingkan novel di Indonesia, yaitu novel Hamka Tenggelamnya Kapal van
der Wijck dengan novel Abdoel Muis Salah Asuhan, novel Idrus Perempuan dan Kebangsaan
dengan novel Mochtar Lubis Jalan Tak Ada Ujung, Membandingkan cerita rakyat di Jawa dan di
Irian Jaya yaitu Jaka Tarub dan Meraksamana dan Siraiman. Di dalam buku Zulfahnur selain
membandingkan karya sastra nusantara juga membandingkan karya sastra antar negara, seperti
novel Indonesia Pulang denang novel Malaysia Senja Belum Berakhir dan cerita rakyat
Indonesia Jaka Tarub dengan cerita rakyat Jepang Hagomoro.
Dalam buku Damono diberikan beberapa pengertian dasar mengenai sastra bandingan,
perkembangan sastra bandingan, asli, pinjaman, tradisi, terjemahan, jejak romantisme dalam
sastra Indonesia, kasus pinjaman dan pemanfaatan, dan alih wahana. Materi tersebut tidak
terdapat pada buku Sastra Bandingan oleh Zulfahnur. Damono juga membandingkan karya
sastra Nusantara dan dunia. Akan tetapi ia lebih dominan membandingkan karya sastra antar
negara. Seperti membandingan mitologi Yunani Oedipus dengan kisah di Priangan Sangkuriang
dan sastra Jawa klasik Babad Tanah Jawi.

Anda mungkin juga menyukai