Anda di halaman 1dari 9

Supriyadi, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

HUMANIORA
VOLUME 17 No. 2 Juni 2005 Halaman 195 - 203

NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA


ANANTA TOER: ANALISIS BERDASARKAN
KONSEP ANDROGINI
Supriyadi*

ABSTRACT

Feminism firstly developed in France, but recently it has spread all over the world
covering all aspects of life. particularly in the relations between men and women.
Women feel that they have not had the same rights as men. A branch of feminism which
attempts to abridge the relations is androgyny, with a concept of harmony where men
and women should work together to reach social welfare. The concept is interesting
particularly when applied in literary works written by male writers. Feminism then is
also seen on men perspective. Gadis Pantai is one of Indonesian novels written by
Pramoedya Anantya Toer which discusses feminism. The story is about a girl, whose
name is Gadis Pantai, living in Rembang in the beginning of the twentieth century. She is
the symbol of ordinary or laymen. She suffered when Bendoro, the symbol of noble-
men, took her as his wife. The story is about the struggle between the two symbols.

Key words: feminism - androgyny - noblemen - laymen - struggle

PENGANTAR 1985:1). Penafsiran demikian terjadi ketika


perempuan dan laki-laki kehilangan harmoni-
Sebelum terbagi dua, di dalam mito-
nya dan muncul adanya konflik. Untuk
logi lama, jenis kelamin adalah satu
menjelaskan bahwa pada mulanya jenis
dalam Pencipta, yang merupakan kelamin hanya satu (androgini), Melanie Klein
androgini sempurna, artinya dalam diri Sang memberikan contoh bahwa bayi yang
Pencipta tidak ada pembedaan antara jenis dilahirkan belum dapat membedakan dirinya
laki-laki dan perempuan. Dalam proses dengan orang lain, baik dan buruk, laki-laki
penciptaan perempuan pertama dikisahkan dan perempuan sehingga yang ada sebagai
bahwa Hawa yang dibuat dari tulang rusuk imaji orang tua yang kombinatif (androgini
Adam dan sering dipakai untuk menjelaskan parental). Demikian juga, teori Freud men-
bahwa perempuan lebih rendah daripada laki- jelaskan bahwa anak menjadi lebih matang
laki. Meskipun demikian, ketika Genesis ketika ia dapat memilih peran dan mulai
diformulasikan pertama kali tidak ada maksud membedakan perempuan dengan laki-laki
untuk merendahkan perempuan (Kiberd, (O’Flaherty, 1980:288). Dengan kata lain,

* Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

195
Humaniora Volume 17, No. 2, Juni 2005: 195–203

Freud menyatakan bahwa anak kecil yang dengan kehidupannya. Novel ini berlatarkan
belum matang belum dapat membedakan kehidupan priyayi di daerah pantai utara,
jenis kelamin, semuanya sama seperti dia. tepatnya di Kabupaten Rembang dan
Kesadaran feminis perempuan yang sekitarnya pada awal abad ke-20. Ide novel
menganut pandangan androgini ini sebaiknya ini tampaknya banyak dipengaruhi oleh
diikuti oleh kesadaran kaum lelaki untuk gagasan-gagasan dan kehidupan R.A. Kartini
tidak menganggap perempuan sebagai meskipun pengembangan selanjutnya jauh
pesaingnya. Pada mulanya, di Barat kritikus berbeda. Di dalam novel itu, Pram juga secara
laki-laki kurang memperhatikan adanya langsung menyebut nama Kartini.
gerakan feminisme ini, tetapi lambat laun Tulisan ini bertujuan untuk meneliti
banyak juga yang ikut terjun memfokuskan gagasan pengarang melalui tokoh protagonis-
diri pada masalah gender. Pada awal 1980- nya, yang namanya sesuai dengan judul
an, di Amerika misalnya, pada mulanya novel: Gadis Pantai. Dalam hal ini, kesengaja-
kritikus laki-laki (Kelompok Yale) mengabai- an pengarang menggunakan wanita sebagai
kan dan meminggirkan tulisan Barbara tokoh protagonisnya diperkirakan memiliki
Johnson “Gender Theory and Yale School”. tujuan tertentu. Fakih (2003:16) berpendapat
Namun, dampak kritik dan teori feminis dalam bahwa novel Gadis Pantai memberikan
karya sastra ini tidak dapat diabaikan wacana baru guna memahami neoliberalisme.
selamanya. Beberapa kritikus ternama, Novel ini berguna untuk melawan dan mem-
bahkan ada sebagian yang tertarik untuk perjuangkan nasib kaum tertindas. Lisabona
menulis mengenai gender, misalnya, Alfred (www. suaramerdeka. go.id, 2003:5)
Habegger Gender, Fantasy and Realism in menyatakan bahwa novel ini memberikan
American Literature (1982) dan Joseph Boone semangat yang melahirkan perlawanan
dalam bentuk dan derajat yang berbeda-
Tradition Counter Tradition: Love and the
beda, dan disikapi dengan cara yang ber-
Form of Fiction (1987) yang membahas
beda-beda pula.
hubungan gender dengan genre.
Untuk mengetahui gagasan-gagasan
Novel Gadis Pantai adalah salah satu
pengarang perlu diteliti lebih jauh tiap epi-
novel yang ditulis Pramoedya Ananta Toer.
sode yang menceritakan tokoh protagonis-
Kepengarangan Pram tidak perlu diragukan
nya. Pada dasarnya ada empat episode
lagi. Ia telah menulis puluhan novel besar
besar yang menggambarkan ide dasar cerita,
dalam ukuran kesusastraan Indonesia sejak
yakni Gadis Pantai meninggalkan kampung,
1950-an sampai awal abad ke-21 ini. Pada
Gadis Pantai beradaptasi di rumah Bendoro,
umumnya novel-novelnya didasarkan pada
Gadis Pantai sebagai istri Bendoro, Gadis
kehidupan yang empiris, yaitu didasarkan
Pantai mengunjungi orangtuanya, dan Gadis
pada peristiwa-peristiwa nyata baik secara
Pantai diceraikan. Lima episode ini memiliki
historis maupun kehidupannya sendiri. Novel
gagasan yang berbeda-beda, tetapi dapat
ini termasuk roman yang tidak selesai karena disatukan dalam gagasan utamanya. Setelah
ada dua buku (novel) lanjutan yang hilang diketahui gagasan utamanya, novel ini
dalam keganasan Angkatan Darat bersama dibahas dari konsep androgini.
dengan hancurnya pemberontakan G 30 S/
PKI. Universitas Nasional Australia (ANU) GADIS PANTAI MENINGGALKAN
berhasil menyelamatkan novel ini dalam KAMPUNG
bentuk mikrofilm. Atas jasa Savitri P. Scherer,
salinan naskah itu dikembalikan kepada Pada bagian awal novel ini diceritakan
pengarangnya. tokoh Gadis Pantai terpaksa meninggalkan
Seperti novel-novel Pram pada umum- kampung halamannya, sebuah kampung
nya, novel Gadis Pantai mendasarkan nelayan, karena harus pergi ke kota untuk
ceritanya pada kenyataan historis yang dekat tinggal di rumah Bendoro, suaminya yang

196
Supriyadi, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

belum dikenalnya. Bendoro adalah seorang Dalam hal ini ada kontradiksi di dalam
bangsawan yang tinggal di kota Rembang. diri tokoh Gadis Pantai, yaitu antara kemauan
Pada awal abad ke-20 biasa terjadi pernikahan dirinya sendiri yang ingin tetap tinggal di
yang pasangannya belum saling mengenal kampungnya dengan kemauan orang tuanya
karena yang menjodohkan adalah orang tua yang ingin kaya dan dihormati. Dalam per-
masing-masing. Namun, menikah dengan tentangan batin ini, ia sulit mengambil ke-
seorang bangsawan adalah hal yang luar putusan sehingga ia hanya bisa merasa
biasa. Orangtua gadis merasa terangkat sedih, bingung, dan akhirnya menangis. Cara
derajatnya dan hidupnya lebih sejahtera. Hal yang paling tepat untuk seorang gadis yang
demikian juga diharapkan oleh ayah dan tidak ada kekuatan untuk melawan kehendak
emak (ibu) tokoh Gadis Pantai. Pernikahan orang lain adalah menangis, sebuah bentuk
seorang bangsawan dengan orang kampung perlawanan yang tidak melawan. Bagi Gadis
pun dianggap di luar kebiasaan, dan biasanya Pantai, bentuk protes dengan cara menangis
pernikahan itu hanya dalam bentuk perwakilan. itu sia-sia karena kehendak orang tuanya
Pernikahan antara tokoh Gadis Pantai dengan lebih kuat. Akhirnya, ia terpaksa berangkat
Bendoro juga mirip, dan yang menjadi wakil- ke kota guna menuruti kemauan orang
nya adalah keris pusaka Bendoro. Pernikah- tuanya. Gadis Pantai adalah simbol gadis
an demikian juga sering terjadi dalam (wanita) tradisional yang patuh pada
masyarakat Jawa. kemauan orang tua. Hubungan pertentangan
Pernikahan tokoh Gadis Pantai dengan Gadis Pantai dengan orang tuanya dapat
Bendoro merupakan bentuk eksploatasi diskemakan sebagai berikut.
wanita. Eksploatasi ini dilakukan oleh orang
tua Gadis Pantai. Orang tuanya sangat Gadis Pantai Orangtua Gadis Pantai
mengharapkan agar anaknya kaya dan
sederhana materialistis
berderajat sehingga mereka pun ikut
sederhana gila hormat
terangkat derajatnya, dihormati orang
ingin kebebasan suka memaksa
sekampung. Namun, Gadis Pantai sendiri
idealistis realistis
sebenarnya merasa sedih meninggalkan
kampungnya meskipun kumuh dan berbau
amis karena banyak ikan dijemur. Ia merasa Keberangkatan Gadis Pantai dari kam-
bebas tinggal di kampung. Meskipun pungnya menuju kota merupakan simbol
demikian, ia tetap tunduk kepada kemauan kekalahan pertama gadis itu dari kekuasaan
orang tuanya. Kemauan ayahnya sangat tokoh lain Bagi orang tuanya kota merupakan
keras. Kalau tidak dituruti, ia bisa ditempeleng. tempat harapan untuk memperbaiki nasibnya
“Sst. Jangan nangis. Mulai hari ini kau melalui Gadis Pantai, anaknya, sedangkan
tinggal di gedung besar, nak. Tidak bagi Gadis Pantai sendiri kota merupakan
lagi di gubug. Kau tak lagi buang air tempat yang aneh, terasing, dan menakut-
di pantai. Kau tak lagi menjahit layar kan. Rumah-rumahnya besar dan luas.
dan jala, tapi sutera, nak. Sst, ssst. Dalam hal ini,tampaknya pengarang ingin
Jangan nangis.” menggambarkan ketertindasan yang terjadi
Empat belas tahun umurnya. Dan tak pada lingkup sempit dan kecil, yaitu keluarga.
pernah ia merasa keberatan buang Anak, apalagi anak perempuan, ternyata
air di pantai, terkecuali di waktu bulan mudah ditindas oleh kekuatan dan kekuasaan
purnama – ia takut ular di waktu orang tua. Dalam pengertian luas, pengarang
seperti itu. ingin menyampaikan pesan bahwa penindasan
“Sst. Jangan nangis, nak. Hari ini kau itu ada di mana pun.
jadi istri orang kaya.” Dengan naik dokar, Gadis Pantai diantar
Ia terisak-isak, tersedan, akhirnya
kepala kampung dan orang tuanya meng-
melolong. Ia tak pernah merasa mis-
hadap Bendoro, suami Gadis Pantai. Rumah
kin dalam empat belas tahun ini.
Bendoro sangat besar dan indah, tetapi bagi
(Ananta Toer, 2003: 11) rombongan dari kampung itu rumah Bendoro

197
Humaniora Volume 17, No. 2, Juni 2005: 195–203

menakutkan. Ada perbedaan besar antara GADIS PANTAI BERADAPTASI


gubug-gubug mereka di kampung nelayan DI RUMAH BENDORO
dengan rumah orang kota, apalagi jika
dibandingkan dengan rumah Bendoro. Dalam Setelah menunggu beberapa jam, akhir-
keramaian kota, rumah Bendoro yang besar, nya Gadis Pantai diterima Bendoro dan
luas, dan bersih itu tampak sunyi. Gadis tinggal di rumah bangsawan itu. Ada per-
Pantai dan rombongan harus menunggu lama ubahan status Gadis Pantai. Semula ia
untuk dapat bertemu dengan Bendoro. hanya gadis kampung yang miskin, tetapi
Ketakutan demi ketakutan terus datang, dan sekarang menjadi istri Bendoro dan
ketakutan yang paling tidak diharapkan, yaitu sebutannya pun terasa aneh bagi telinga Gadis
kalau dimarahi Bendoro. Dalam menunggu Pantai itu sendiri, Mas Nganten. Bujang
itu,. mereka tidak boleh bicara keras-keras. perempuan yang semula kurang menghor-
Mereka harus belaku halus dan sopan karena matinya, sekarang sangat patuh dan tunduk
berada di rumah bangsawan pembesar, dengan segala perintah Gadis Pantai. Selama
bahkan ketika disuguhi teh, mereka tidak tiga bulan pertama Gadis Pantai tidak boleh
berani minum. Gadis Pantai sendiri tidak tahu pergi ke luar. Selama waktu itu, ia belajar
apa yang terjadi. sopan santun priyayi, mengaji, membatik,
Dalam hal ini tampak pengarang meng- dan aturan-aturan lain yang ditetapkan dalam
gambarkan perbedaan yang mencolok antara rumah Bendoro itu. Pada hari-hari pertama
perilaku orang kampung dengan perilaku ia masih ditemani ayah dan emboknya,
bangsawan yang tinggal di kota. Perbedaan tetapi kemudian mereka pulang ke kampung
ini menunjukkan bahwa orang kampung untuk bekerja seperti biasanya. Selama tiga
merasa kalah sehingga yang muncul adalah bulan itu, Gadis Pantai merasa seperti dalam
rasa takut: takut bersalah, takut dimarahi, kurungan. Ia sangat rindu emak dan kampung
takut dianggap bodoh, dan sebagainya. halamannya.
Hubungan antara orang kampung dan para Seakan belum cukup siksaan dalam
priyayi ini merupakan bentuk ketertindasan dua-tiga minggu ini, pekik Gadis
rakyat kecil dari penguasa. Rakyat kecil Pantai dalam hatinya. Tapi di sini ia
merasa bodoh, miskin, kurang beradab se- tak punya hak apa-apa, memekik
hingga dengan terpaksa harus tunduk pada melepaskan duka pun tidak. Dalam
priyayi yang merasa pandai, kaya, ber- beberapa minggu ini setapak demi
pendidikan, dan berkuasa. Perbedaan orang setapak ia dipimpin untuk mengerti,
bahwa satu-satunya yang ia boleh
kampung dan Bendoro yang tampak pada
dan harus kerjakan ialah mengabdi
novel itu sebagai berikut.
Bendoro, dan Bendoro itu tak lain
adalah suaminya sendiri. Di kampung
Orang kampung Bendoro ia memberikan jasa pada kedua
bodoh pandai orangtuanya, saudara-saudaranya,
miskin kaya dan kepada seluruh kampung. Ada ia
tidak beradab beradab rasai sekarang hidupnya dimasukkan
tidak taat beragama taat beragama ke dalam kerucut yang makin dalam
kasar halus dimasukinya makin jadi sempit seperti
memasuki corong minyak, terus ke
bawah, tapi dasar itu tak pernah
Dari perbedaan antara orang kampung tersentuh.
dengan Bendoro, pengarang menyampaikan
pesan yaitu ada ketertindasan lain yang (Ananta Toer, 2003: 67)
dapat terjadi dalam hubungan antarmanusia,
antara lain ketertindasan orang kampung Dunia Gadis Pantai sekarang adalah
(rakyat kecil) dari para priyayi, ketertindasan dunia yang sempit, dunia dalam rumah yang
orang yang jauh dari pusat kota dengan orang dibatasi oleh tembok pagar yang tinggi.
kota yang dekat pusat kekuasaan. Pekerjaannya hanya mengabdi dan mene-

198
Supriyadi, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

mani Bendoro, terutama di tempat tidur itu, ayah dan emaknya pun tidak boleh
karena ia tidak boleh menemani Bendoro berlaku kasar kepada Gadis Pantai, tetapi
ketika menerima atau menjamu tamu. Gadis sebaliknya Gadis Pantai boleh berlaku kasar
Pantai benar-benar sebagai konco wingking kepada mereka.
(teman di dapur dan di tempat tidur). Hatinya
Malam itu Gadis Pantai minta pada
sangat sedih karena tidak terbiasa dengan bujang untuk tidur dengan emak. Tapi
hidup barunya. Gadis Pantai yang sekarang bujang tak meluluskan.
berbeda dengan Gadis Pantai tiga bulan “Biarlah emak kawani aku di sini,
yang lalu. Jika diskemakan, ada perbedaan kalau aku tak boleh tidur di kamar
yang tegas antara Gadis Pantai yang dulu dapur.”
dan yang sekarang. “Itu tak layak bagi wanita utama.”
“Dia emakku, emakku sendiri, mBok.”
Gadis Pantai Gadis Pantai “Begitulah Mas Nganten, biar emak
sendiri, kalau emaknya orang
dulu sekarang
kebanyakan, dia tetap seorang
sederhana pandai berdandan sahayanya.”
bebas terkungkung
lugu sopan (Ananta Toer, 2003:58)
miskin kaya
bahagia menderita Hubungan antara Gadis Pantai dengan
bujangnya dapat diskemakan sebagai
berikut.
Ada paradoks dalam kehidupan Gadis
Pantai, baik ketika masih tinggal di kampung Gadis Pantai bujang
maupun ketika tinggal di kota. Ketika di
kampung, hidup Gadis Pantai sederhana dan priyayi baru hamba (budak)
miskin, tetapi memiliki kebebasan dan memerintah mengabdi
merasa bahagia, sedangkan ketika tinggal terhormat hina
di rumah Bendoro, ia berkecukupan dalam kaya miskin
segalanya, tetapi hidupnya terkungkung dan
menderita. Dalam hal ini, tampaknya penga- Perubahan sikap bujang terhadap dirinya
rang mencoba menggambarkan penderitaan yang semula kurang menghargai menjadi
seorang wanita yang tidak memiliki kebebas- sangat hormat tampak sebagai ironi dalam
an karena tertindas oleh sistem feodalisme novel ini. Maksud yang sebenarnya adalah
yang menguntungkan para priyayi, dan yang untuk mengritik pembedaan status itu.
menguntungkan pria karena kaum feodal Feodalisme tidak tepat lagi dalam kehidupan
menganut sistem patriarkhis. modern karena bersifat diskrimitatif, tidak
Pembangunan sistem yang feodalistis menghargai harkat manusia. Gadis Pantai
juga tampak pada hubungan antara Gadis secara tidak langsung menentang pandangan
Pantai dengan bujang perempuan. Pada awal feodalisme ini. Ia ingin tidak dibeda-bedakan,
kedatangan Gadis Pantai dan rombongan- baik dengan orang tua maupun bujangnya.
nya, sebelum diterima Bendoro, bujang Ia juga tidak memerlukan harta kekayaan.
perempuan masih menganggap Gadis Pantai
sebagai gadis kampung yang tidak perlu GADIS PANTAI SEBAGAI
dihormati. Namun, setelah diterima Bendoro ISTRI BENDORO
sebagai “istri” (istri percobaan), perubahan
sikap bujang terhadap Gadis Pantai tampak Setelah selama tiga bulan Gadis Pandai
sekali. Ia sangat tunduk dan patuh kepada belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan
Gadis Pantai yang disebutnya Mas Nganten. priyayi, ia mulai betah tinggal di rumah
Sikapnya pun berubah. Bujang sangat Bendoro. Ia lebih sering meninggalkan
hormat kepada Gadis Pantai; ia tidak berani kamarnya, dan bercakap-cakap dengan
duduk sejajar dengan Gadis Pantai. Selain kerabat Bendoro, para bujang, dan kadang-

199
Humaniora Volume 17, No. 2, Juni 2005: 195–203

kadang dengan tetangga. Lama-lama ia bisa istri sesungguhnya jika ia telah menemukan
mandiri, tidak harus bertanya-tanya kepada calon istri yang sederajat kepriyayiannya.
bujang apa yang harus dilakukannya. Ia sudah Sebagai istri percobaan, Gadis Pantai sering
berani di kamar tengah untuk bercakap-cakap dilecehkan Bendoro. Dalam hal ini, hubungan
dengan suami, atau mengobati suami jika Gadis Pantai dengan Bendoro dapat
sakitnya kambuh. Selain itu, ia juga mulai rindu diskemakan sebagai berikut.
kepada Bendoro. Jika semalam pun Bendoro
tidak mengunjungi kamarnya, ia merasa Gadis Pantai Bendoro
sedih. Ia mulai cemburu jika Bendoro berhari- istri percobaan suami
hari pergi, dan ia mulai menyadari pula bahwa monogami poligami
ia tidak berhak melarang Bendoro kemana konco wingking -
pun ia pergi. Ada perasaan iri terhadap mengabdi berkuasa
kehidupan suami-istri di kampung di mana dalam rumah luar rumah
istri dapat mengetahui tujuan suaminya pergi. terikat bebas
Istri di kampung dapat pula mengritik pasif aktif
suaminya. objek subjek
Sebenarnya Gadis Pantai ingin
mengetahui pasti, ke mana saja Setelah lebih lama tinggal di dalam
Bendoro pergi bila meninggalkan
rumah Bendoro, ia lebih menyadari bahwa
rumah berhari-hari lamanya. Siapa-
kekuasaan Bendoro dan kerabatnya tidak
siapa yang ditemuinya. Apa yang
dapat disentuh oleh dirinya dan bujang-
dibicarakannya. Bagaimana pendapat
Bendoro tentang dirinya. Akhirnya ia
bujang lain. Kerabat Bendoro tidak dapat
berpendapat : betapa mahalnya disalahkan oleh orang lain yang tinggal di
pengetahuan di sini. Aku harus belajar dalamnya, dan justru kesalahan itu
segala, dari membatik, menyulam ditimpakan kepada bujang-bujang karena
sampai membaca dan mengaji. Ter- dianggap kurang tulus mengabdi. Bujang dan
kecuali belajar tentang suami sendiri, orang kebanyakan lainnya dianggap sebagai
bahkan juga pendapat suami tentang objek yang mudah dipaksa dan dipermain-
istrinya. kan. Hal ini, misalnya, terjadi ketika uang
milik Gadis Pantai hilang. Meskipun sudah
(Ananta Toer, 2003: 87) terbukti yang mengambil uang itu adalah
kemenakan Bendoro, bukan bujang tua,
Ternyata kehidupan suami-istri di kota tetapi yang dihukum lebih berat adalah bujang
tidak seperti di kampungnya. Di kota suami tua itu. Ia dikeluarkan dari pekerjaaannya
terlalu berkuasa. Ingin bertemu dengan suami karena dianggap tidak setia mengabdi. Akhir-
saja sangat sulit jika tidak dikehendakinya, nya, Bendoro mengangkat pembantu baru
apalagi untuk bercakap-cakap atau keperluan yang masih ada hubungan kekerabatan
yang lain. Istri tidak berhak memiliki keinginan. dengannya, namanya Mardinah. Ia berasal
Keinginan itu hanya ada pada suami, dari Demak.
sedangkan istri hanya menunggunya. Meskipun hanya sebagai pembantu,
Gadis Pantai tidak tahu kalau ia hanya Mardinah merasa lebih tinggi derajatnya
sebagai istri percobaan, istri yang sewaktu- daripada Gadis Pantai. Oleh karena itu,
waktu dapat diceraikan dan diganti oleh istri Mardinah tidak menghormati Gadis Pantai.
percobaan lainnya. Seorang bangsawan, Ia berani duduk sejajar dengan Gadis Pantai,
sepertti Bendoro, dapat berganti 25 kali dan tidak mau disuruh-suruh.
sehari tanpa mengurangi kehormatannya Tak lebih dari dua hari kedatangan
(Ananta Toer, 2003:98). Kebiasaan Bendoro Mardinah, terjadi suatu peristiwa.
adalah segera menceraikan istri percobaan- Sore hari ketika Gadis Panatai
nya setelah istrinya itu melahirkan anak merasa tak nyaman, dan bertiduran
pertamanya. Bendoro akan menikah dengan di ranjangnya, Mardinah masuk ke

200
Supriyadi, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

kamarnya dan duduk di kursi. Gadis Pantai tertawa lepas ter-


“Sinilah sebentar,” Gadis Pantai bahak.
memanggil. Mardinah langsung “Mas Nganten benar-benar sudah
duduk di kasur. keterlaluan. Apa kata kusir tentang
“Apa Bendoromu yang dulu tidak Bendoro nanti? Jadi tertawaan tidak
marah padamu kau duduk di kursi?” patut.”
“Bendoro tidak pernah melihat sahaya “Kalau kuda itu jadi pembesar ….”
duduk di kursi.” “aiya, untung tidak, Bendoro Putri.
….. Kosong terus kuali saya nanti…”
“Ah, Mas Nganten. Mas Nganten kan
orang kampung.” (Ananta Toer, 2003:144)
Jantung Gadis Pantai terguncang.
Dengan sendirinya ia bangkit dan Pertengkaran antara Gadis Pantai
duduk, menantang wajah Mardinah. dengan Mardinah menjadi lebih tajam ketika
Tapi ternyata Mardinah membalas Mardinah mengejek bahwa Gadis Pantai or-
ang kampungan dan ternyata kampungnya
tatapan mata tanpa berkedip.”
kotor. Gadis Pantai mengusirnya, tetapi
Mardinah tidak mau karena takut dimarahi
(Ananta Toer, 2003:124)
Bendoro. Selain itu, keadaan di kampung
sepi dan menakutkan sehingga Mardinah
Gadis Pantai sangat marah kepada
merasa serba salah, mau pulang takut pada
Mardinah, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-
Bendoro, mau mengikuti Gadis Pantai juga
apa karena yang berkuasa mengeluarkan
takut. Kesempatan seperti itu dipakai Gadis
Mardinah adalah Bendoro. Ternyata Mardinah Pantai untuk menekan Mardinah.
adalah suruhan bangsawan dari Demak. Ada peristiwa besar yang menggegerkan
Bangsawan itu ingin menjodohkan Bendoro penduduk kampung nelayan. Mardinah dan
dengan wanita anak bangsawan juga. Men- empat laki-laki suruhan ternyata merupakan
dengar keterangan itu, Gadis Pantai marah suruhan bangsawan Demak untuk mengusir
bercampur sedih. Ia ingin menanyakannya bahkan menghabisi Gadis Pantai karena
kepada Bendoro, tetapi semuanya hanya Gadis Pantai dianggap menghalang-halangi
tersimpan di dalam hati. Untuk menghilang- cita-cita bangsawan itu. Bangsawan dari
kan kebingungannya, Gadis Pantai ingin Demak itu ingin menjodohkan Bendoro
mengunjungi orang tuanya di kampung. dengan putri Demak yang sama derajatnya.
Bendoro mengizini, tetapi harus diantar Rencana itu ketahuan penduduk kampung.
Mardinah. Empat laki-laki suruhan itu mati terbunuh
oleh bajak laut yang akan merampok
GADIS PANTAI MENGUNJUNGI kekayaan Gadis Pantai. Mardinah tinggal
ORANG TUANYA sendirian di kampung orang dan dipaksa
untuk menikah dengan seorang pengamen,
Gadis Pantai pulang kampung dengan si Dul Gendeng. Ternyata Mardinah dan Dul
naik dokar dan diantar Mardinah. Dalam Gendeng hidup bahagia.
perjalanan menuju kampung, Gadis Pantai Dalam hal ini, tampak jelas ide dasar
merasa lepas, dunianya bertambah luas, cerita yang terjadi dalam episode ini dengan
tidak seperti di rumah Bendoro. Ia bisa episode sebelum, yang antara lain diwakili
tertawa terbahak-bahak, mengejek orang Gadis Pantai dan Mardinah. Gadis Pantai
kota, dan tidak mengindahkan peringatan pergi ke kota karena dipaksa kawin dengan
Mardinah. Dunia menjadi terbalik, Mardinah Bendoro. Status sosial Gadis Pantai naik
sering mengejek Gadis Pantai ketika tinggal meskipun ia sendiri terhukum dalam
di rumah Bendoro, dalam perjalanan ke kehidupan barunya. Kehidupan di kota terlalu
kampung menjadi ejekan Gadis Pantai dan banyak aturan yang menguntungkan kaum
Pak Kusir. priyayi. Gadis Pantai tidak bahagia tinggal

201
Humaniora Volume 17, No. 2, Juni 2005: 195–203

di rumah Bendoro (di kota). Sebaliknya, keibuan. Seorang makhluk kecil


Mardinah dipaksa menikah dengan Dul karena menghembus-hembuskan nafas di
dianggap bersalah. Namun, kehidupan dalam pelukannya, seorang makhluk
Mardinah dan Dul bahagia, bahkan Dul yang kecil akan menghisap dadanya. Yang
sebelumnya malas bekerja, sekarang mau kecil ini kelak akan menjadi besar,
turun ke laut untuk mencari ikan. Hubungan tapi dia harus dilahirkan dulu.
keadaan Gadis Pantai dan Mardinah itu dapat
diskemakan sebagai berikut. (Ananta Toer, 2003:150)

Gadis Pantai Mardinah Setelah bayi itu berumur tiga setengah


bulan, datanglah ayah Gadis Pantai untuk
anak orang anak priyayi
menjemputnya karena Gadis Pantai telah
kebanyakan
suaminya priyayi suaminya orang diceraikan oleh Bendoro. Tidak ada kuasa
kebanyakan yang menghalangi kehendak Bendoro, dan
rumah tangganya rumah tangganya demikianlah kebiasaannya. Ketika sudah
tdk bahagia bahagia melahirkan, istri percobaannya diceraikan,
lugu licik dan akan diganti dengan istri percobaan
orang desa orang kota lainnya sebelum ia mendapatkan istri yang
sebenarnya, istri yang berasal dari keluarga
priyayi.
Pada prinsipnya, ide utama yang didasar- Gadis Pantai terkejut mendengar kete-
kan skema di atas dapat dijelaskan adanya rangan ayahnya bahwa ia telah diceraikan. Ia
pertentangan antara kaum feodal dengan ingin membawa anaknya pulang ke kampung
rakyat kecil. Pada saat Gadis Pantai dipaksa bersamanya, tetapi dilarang oleh Bendoro.
menikah dengan Bendoro, dan kemudian Hati Gadis Pantai sangat sedih dan malu. Ia
Gadis Pantai tinggal di kota, kaum feodal mengambil keputusan untk tidak pulang ke
berkuasa atas rakyat kecil. Orang kota kampung, tetapi akan pergi ke Blora, ke
berkuasa atas orang kampung. Sebaliknya, tempat bujang perempuan yang terusir.
pada saat Mardinah dipaksa menikah dengan
si Dul, dan kemudian mereka bahagia, KONSEP ANDROGINI DALAM NOVEL
rakyat kecil berkuasa atas kaum feodal. GADIS PANTAI
Orang kampung berkuasa atas orang kota.
Pada bagian sebelumnya dijelaskan
GADIS PANTAI DICERAIKAN BENDORO bahwa konsep androgini didasarkan keber-
satuan jenis kelamin. Kebersatuan jenis
Setelah kampung nelayan aman dari kelamin melambangkan keharmonisan
gangguan bajak laut dan orang luar, Gadis
hubungan manusia tanpa didasari ole adanya
Pantai kembali ke kota. Bendoro menanyakan
perbedaan jenis kelamin. Novel Gadis Pantai
peristiwa yang terjadi di kampung nelayan,
ini dapat dilihat dari konsep ini.
tetapi Gadis Pantai dapat meyakinkan
Jika dilihat dari konsep androgini, per-
Bendoro bahwa yang terjadi hanyalah
nikahan antara Gadis Pantai dengan Bendoro
serangan bajak laut, sedangkan usaha
bukanlah penikahan yang androginis karena
utusan dari Demak untuk menyingkirkannya
tidak diceritakan. Kehidupan selanjutnya ter- tidak ada kebersatuan di sana. Salah satu
jadi seperti sedia kala. Beberapa bulan penandanya adalah ketidakhadiran Bendoro
kemudian, Gadis Pantai hamil, dan lahirlah pada waktu pernikahan itu. Ia hanya diwakili
bayi perempuan. dengan sebilah keris, miliknya. Ketidakhadiran
salah satu pasangan dalam pernikahan akan
Masa-masa yang gelisah menggun- terasa aneh dan dapat diduga ada suatu
cangkan telah lewat. Di depannya masalah di dalamnya. Dalam hal ini, masalah-
mengguncang masa indah, masa nya adalah ketidaksederajatan status Bendoro

202
Supriyadi, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

dengan Gadis Pantai. Bendoro adalah seorang tetapi Bendoro sendiri kurang memedulikan-
bangsawan, sedangkan Gadis Pantai berasal nya. Gadis Pantai hanya salah satu dari
dari orang kebanyakan. Pada sisi lain sekian banyak istri percobaan lainnya.
Bendoro menganggap bahwa pernikahan itu Bendoro datang jika ia memerlukannya.
bukan pernikahan yang sebenarnya; Gadis Konflik-konflik lain, seperti pengusiran
Pantai hanya dianggap sebagai istri per- bujang, kedatangan Mardinah hanya mem-
cobaan. Istri sebenarnya adalah istri yang perkuat ketidakandroginian hubungan Gadis
berasal keluarga yang sederajat. Selain itu, Pantai dengan Bendoro.
Gadis Pantai sendiri tidak mau dinikahkan, Puncak ketidakharmonisan atau ketidak-
tetapi ingin menolaknya tidak memiliki bersatuan Gadis Pantai dengan Bendoro
kekuatan. Dari sisi Gadis Pantai, pernikahan adalah diceraikannya Gadis Pantai oleh
itu hanya ingin menuruti kemauan orang Bendoro ketika bayinya berusia tiga setengah
tuanya yang gila kedudukan dan harta. bulan. Gadis Pantai tidak siap menerima
Akibatnya, pernikahan yang tidak androginis kenyataan itu. Usahanya yang terakhir adalah
ini menimbulkan berbagai konflik yang memelihara bayinya, tetapi iu pun tidak
merugikan orang yang kalah (Gadis Pantai). berhasil karena Bendoro melarang membawa
Pada tahap awal, ia tinggal di rumah pergi anaknya. Akhirnya, Gadis Pantai
Bendoro, ketika ia belajar beradaptasi dengan kehilangan segala-galanya: suami, anak,
lingkungan kerabat Bendoro, Gadis Pantai bahkan ayah dan emak, serta saudara-
mengalami saat-saat yang mendua. Di satu saudaranya karena ia memilih pergi ke Blora,
sisi ia ingin pulang karena di sana ada tempat yang jauh dari semua yang dicintainya.
kebebasan, di sisi lain ia harus tetap tinggal Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa
di kota demi kemauan orangtuanya. Kerindu- novel ini menyiratkan adanya kritik terhadap
an akan kampung halaman adalah kerinduan pembedaan atas dasar penggolongan
yang androginis karena kampung halaman masyarakat, terutama dalam hubungan
merupakan tempat ia dibesarkan, tempat antara orang kebanyakan dan priyayi, serta
ketika ia belum mengenal perbedaan jenis wanita dan pria yang menimbulkan
kelamin. Tempat kehidupan masa kecilnya kehidupan tidak harmonis.
yang indah.
Bagaimanapun pernikahan merupakan DAFTAR RUJUKAN
usaha manusia untuk mempersatukan jenis
kelamin (parental androgyny). Hal ini Ananta Toer, Pramoedya. 2003. Gadis Pantai.Cet.
tercermin pada sikap dan usaha Gadis Pantai Ke-1. Jakarta: Lentera Dipantara.
untuk menghilangkan konflik-konflik pernikah- Fakih, Mansoer. 2003. Membaca Pramoedya
annya. Meskipun pada mulanya ada keragu- Ananta Toer. Yogyakarta: On-Off.
raguan, Gadis Pantai dapat menyesuaikan Kiberd, Declan. 1985. Men and Feminism in
diri dalam kehidupan priyayi. Ia mulai Modern Literature. Cet. Ke-1. London: The
menaruh harapan pada Bendoro, suaminya. Macmillan Ltd.
Ia mulai merindukan Bendoro ketika suami- Showalter, Elaine, (editor). 1989. Speaking of
nya itu lama pergi. Setiap malam ia merindu- Gender. Cet. Ke-1. London: Routledge.
kan kedatangan Bendoro ke kamarnya, www. suaramerdeka. go.id. 17 September 2003.

203

Anda mungkin juga menyukai