Anda di halaman 1dari 10

NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

DALAM PERSPEKTIF FORMALISME RUSIA*)


(Andrea Hirata’s Ayah Novel in Russian Formalism Point of View)

Oleh/By:
Dian Khristiyanti
SMP 1 Dawe Kudus
Jalan Colo Km. 11, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kudus
Telepon (0291) 420023
Pos-el: diankhristiyanti@gmail.com
*) Diterima: 7 Juni 2017, Disetujui: 17 Oktober 2017

ABSTRAK
Novel merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi gambaran konkret tentang manusia dan
kompleksitas kehidupannya yang disampaikan menggunakan bahasa. Sebagaimana novel Andrea Hirata
lainnya, Ayah memiliki alur yang unik dan bahasa yang khas. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan
alur dan bahasa dalam novel Ayah berdasarkan sudut pandang Formalisme Rusia menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa fabula novel tersebut adalah kondisi sosial
masyarakat Belitong pada tahun 1990-an dan diolah menjadi szujet yang menarik pada bagian akhir
cerita. Selain itu, novel ini banyak menggunakan ungkapan, peribahasa, dan majas, seperti personifikasi,
hiperbola, metafora, perumpamaan.
Kata kunci: fabula, szujet, alur, novel.

ABSTRACT
Novel as a genre of literary contains a concrete description of human and the complexity of their life
which is conveyed in language. Like other Andrea Hirata novels, Ayah is his novel that has a unique plot
and a distinctness language. This study uses descriptive qualitative method to describe the flow and the
language of the novel based on Russian Formalism point of view. The result shows that the fabula of the
novel was a social condition of the Belitong community in the 1990s and is processed into an interesting
szujet at the end of the story. This novel also uses many expressions, proverb, and figure of speech, such
as personification, hyperbole, metaphor, and parable.
Keywords: fabula, szujet, plot, novel.

PENDAHULUAN manusia yang berupa pengalaman,


Karya sastra merupakan hasil karya pemikiran, perasaan, ide, semangat,
manusia yang menggunakan bahasa keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
sebagai media pengantar dan memiliki konkret yang membangkitkan pesona
nilai estetika yang dominan. Karya sastra dengan alat bahasa.
merupakan sarana untuk menuangkan Selain sebagai bentuk penuangan
segala imajinasi pengarang dalam imajinasi, karya sastra dapat digunakan
bentuk lisan maupun tulis. Hal ini sesuai oleh pengarang untuk memengaruhi
dengan pendapat Sumardjo dan Saini pikiran dan perasaan pembacanya.
K.M. (1988:3) yang menyatakan bahwa Gagasan-gagasan pengarang tentang
karya sastra adalah ungkapan pribadi suatu hal yang dituangkan dalam sebuah

183 Novel Ayah Karya Andrea Hirata dalam Perspektif Formalisme Rusia (Dian Khristiyanti) 183
karya sastra dapat pula memengaruhi berusaha menebus radio itu dengan
cara pandang pembaca terhadap hal berbagai upaya.
tersebut. Namun pada dasarnya, lahirnya Sabari diceritakan dalam rentang
sebuah karya sastra ditujukan agar dapat waktu yang cukup panjang. Awalnya, ia
dinikmati oleh pembaca. adalah seorang anak SMP yang sedang
Untuk dapat menikmati suatu karya menempuh ujian akhir. Ketika itu,
sastra secara sungguh-sungguh dan ada anak perempuan yang menyontek
baik diperlukan pengetahuan tentang pekerjaannya, tetapi ia justru jatuh cinta
bahasa. Tanpa pengetahuan yang cukup, terhadap Marlena, anak perempuan
penikmatan sebuah karya sastra hanya tersebut. Cintanya pada Marlena
bersifat dangkal dan sepintas karena bertepuk sebelah tangan. Meskipun
kurangnya pemahaman yang tepat. demikian, ia tidak pernah putus berusaha,
Karya sastra adalah seni yang mulai dari SMA hingga mereka lulus.
di dalamnya terdapat banyak unsur Selepas SMA, Sabari bekerja keras
kemanusiaan. Novel merupakan untuk bisa melupakan Marlena, tetapi
salah satu bentuk karya sastra yang sia-sia. Akhirnya ia memutuskan bekerja
menceritakan tentang manusia dan di rumah ayah Marlena hanya agar dapat
kompleksitas kehidupannya. Dalam melihat gadis itu dari kejauhan.
novel terkandung konflik. Konflik dalam Usaha Sabari sia-sia belaka.
novel mencerminkan realita dalam Meskipun ia menjadi karyawan teladan
masyarakat. Konflik tersebut saling selama bertahun-tahun, Marlena sama
terkait sehingga membentuk sebuah alur. sekali tidak pernah menghiraukannya.
Ayah merupakan novel karya Hingga akhirnya Marlena yang suka
Andrea Hirata yang diterbitkan pertama berganti-ganti pacar itu hamil dan Sabari
kali pada tahun 2015. Seperti novel karya pun bersedia menikahi Marlena. Mereka
Andrea Hirata lainnya, novel itu berlatar menikah untuk menutupi aib keluarga
di Belitong. Nama-nama tempat seperti Lena. Namun, Marlena tidak mau
Tanjong Pandan dan Sungai Linggang tinggal di rumah Sabari. Setelah Lena
yang terdapat dalam Laskar Pelangi melahirkan, Sabari merawat anaknya
dapat kita jumpai di sini, meskipun tidak dengan segenap kasih sayang, sedangkan
ada satu tokoh pun di novel tersebut yang Lena pergi entah ke mana. Zorro, nama
dimunculkan kembali. Adapun latar anak itu, adalah penyemangat bagi
waktunya terjadi pada tahun 1990-an. Sabari.
Novel Ayah menceritakan tentang Sabari mengasuh Zorro dengan
dua tokoh sentral, yaitu Amiru dan sepenuh cinta, mengalahkan cintanya
Sabari. Amiru adalah seorang anak terhadap Lena. Ia selalu berpuisi dan
berusia sebelas tahun yang hidup bersama membacakan menu-menu restoran
ibunya yang sakit-sakitan, ayahnya, untuk Zorro sebagai pengantar tidur.
dan dua orang adiknya. Kegemaran Kata yang pertama keluar dari mulut
ayahnya adalah mendengarkan radio. Zorro adalah “Aya” (ayah), bukan ibu
Pada suatu hari, radionya digadaikan atau mama seperti kebanyakan anak.
untuk biaya pengobatan ibunya. Amiru Ketika Zorro berusia tiga tahun,
yang mengetahui bahwa radio itu Lena datang mengambil Zorro dari
adalah sumber kebahagiaan keluarganya Sabari dan membawa anak itu pergi.

184 ALAYASASTRA, Vol. 13, No. 2, November 2017, hlm. 183—191


Lena seringkali kawin cerai dan Tujuan pokok formalisme adalah
berpindah-pindah tempat ke mana saja studi ilmiah tentang sastra dengan
ia mau. Untunglah Zorro anak yang meneliti unsur-unsur kesusastraan,
baik sehingga bisa menyesuaikan diri puitika, asosiasi, oposisi dan
dengan perubahan tersebut, meskipun sebagainya. Metode yang digunakan,
tiap kali tidur ia harus memeluk kemeja baik dalam kebiasaan formalisme
Sabari. Kejadian ini berlangsung hingga maupun sesudah menjadi strukturalisme
delapan tahun. adalah metode formal. Metode formal
Sabari yang ditinggalkan Zorro tidak merusak teks ataupun mereduksi,
menjadi linglung dan hampir gila. Ia melainkan merekontruksi dengan cara
tidak lagi merawat diri dan rumahnya. memaksimalkan konsep fungsi sehingga
Ia bahkan berkeliaran tidak tentu arah. menjadikan teks sebagai satu kesatuan
Melihat keadaan Sabari, sahabatnya yang terorganisir (Ratna, 2015:83).
yang bernama Tamat dan Ukun Konsep dasar aliran Formalisme
berinisiatif mencari Lena dan Zorro. Rusia menitikberatkan pada pandangan
Mereka pun mengembara mengelilingi bahwa karya sastra mempunyai bahasa
Sumatra. Pada suatu hari, surat mereka yang khas. Begitupun, aliran ini hanya
datang dan mengabarkan bahwa Zorro menyentuh pada kajian instrinsik karya
sudah ditemukan. Sabari pun bersiap sastra. Sebab, menurutnya karya sastra
diri menyambut kedatangan mereka. tidak bisa dihubungkan dengan ilmu-
Ketika bertemu, Lena memperbolehkan ilmu yang lain dan tetap fokus pada
Zorro, yang tidak lain adalah Amiru, otonomisasi tanda sebuah teks (Teeuw,
untuk tinggal bersama Sabari, ayahnya 1988:130).
yang sangat menyayanginya. Teori mengenai plot atau alur
Novel ini memiliki alur yang unik merupakan sebagai gagasan yang cukup
karena berbeda dengan alur novel penting yang dikedepankan oleh kaum
pada umumnya. Novel ini seakan-akan Formalis Rusia. Mereka menekankan
menceritakan dua hal berbeda padahal bahwa hanya “alur” (sjuzet) yang
sebenarnya saling terkait. Selain itu, sungguh-sungguh bersifat kesusastraan,
sebagaimana karya Andrea Hirata sedangkan “cerita” (fabula) hanyalah
lainnya, novel ini juga memiliki gaya bahan mentah yang menanti pengolahan
bahasa yang khas. tangan penulis (Selden, 1993:8). Lebih
Penulis akan membahas alur dan jauh dijelaskan bahwa alur dalam
gaya bahasa dalam novel Ayah dengan sebuah novel bukan hanya susunan
menggunakan metode deskriptif peristiwa cerita, melainkan juga semua
kualitatif. Tujuannya ialah untuk sarana yang dipergunakan untuk
melukiskan fakta dan karakteristik objek menyela dan menunda penceritaan.
penelitian secara jelas dan sistematis. Digresi-digresi, permainan-permainan
Untuk mengkaji novel tersebut, penulis tipografi, pemindahan bagian buka,
menggunakan adalah teori Formalisme serta deskripsi-deskripsi yang
Rusia yang menitikberatkan kajian pada diperluas, semuanya merupakan
alur (fabula dan sjuzet) dan kekhasan sarana yang ditujukan untuk menarik
unsur-unsur kesusatraan sebuah karya perhatian kita terhadap novel tersebut
sastra. (Selden, 1993:8). Bagi kaum Formalis

Novel Ayah Karya Andrea Hirata dalam Perspektif Formalisme Rusia (Dian Khristiyanti) 185
Rusia, cerita hanyalah bahan untuk secara terang-terangan. Pengait cerita di
memformulasikan plot, sementara plot antara mereka hanyalah Lena.
itu sendiri menempati posisinya sebagai Salah satu hal pertama yang
struktur. Pada perkembangannya, bahan dilakukan Sabari adalah mengajak
untuk memformulasikan cerita disebut Amiru ke Restoran Modern.
dengan fabula dan alur cerita disebut Dipesannya makanan dari menu
dengan sjuzet. yang dulu diceritakannya untuk
pengantar tidur anaknya itu, nasi
goreng luar negeri terutama. Beban
berat terlepas dari pundaknya karena
HASIL DAN PEMBAHASAN
janji lamanya kepada Zorro telah
Kajian Alur Novel Ayah tunai.
Marlena mengizinkan Amiru tinggal
Kejadian-kejadian yang terjadi di
bersama Sabari. Setiap waktu Sabari
kalangan masyarakat Belitong pada tahun mensyukuri hal itu. Ayah dan
1990-an merupakan fabula dalam novel anak itu langsung tak terpisahkan
Ayah. Meskipun cinta yang merupakan seperti dulu. Mereka pun kembali
inti cerita tersebut merupakan hal yang ke kebiasaan lama, Sabari bercerita
ada sepanjang zaman, tetapi kondisi dan berpuisi menjelang Zorro tidur
masyarakat pada tahun 1990-anlah (Hirata, 2015:383).
yang menjadi fabula atau bahan cerita
novel ini. Misalnya, tentang radio yang Hal menarik lainnya adalah ketika
menjadi hiburan utama masyarakat, pengarang menceritakan kehidupan
kebiasaan masyarakat di Belitong dan tokoh-tokohnya. Pada awalnya,
karakter orang Melayu, bahkan Lady pengarang menggunakan sudut pandang
Diana yang hidup pada zaman tersebut. orang ketiga serba tahu, selanjutnya pada
Fabula ini kemudian diolah menjadi akhir cerita pengarang memasukkan
sjuzet yang sangat menarik dan unik dirinya sebagai tokoh “aku” dengan
sehingga berbeda dengan novel yang menceritakan bagaimana ia bertemu
lain. Alur pada novel itu unik karena dengan Amiru (Zorro) dan kehidupan
tidak konvensional dan beralur mundur. Amiru yang sekarang hidup bahagia
Ketika membaca novel tersebut, bersama ayahnya.
pembaca akan memperoleh kesan Pengarang juga menuliskan bahwa
bahwa tokoh Amiru dan Sabari sama kisah itu memang benar terjadi dan
sekali tidak memiliki hubungan. Kedua makam tokohnya pun benar ada. Hal ini
tokoh tersebut diceritakan dalam kisah seakan mengaburkan batas antara szujet
dan latar yang berbeda serta bergantian. dan fabula. Di sinilah letak kepiawaian
Apalagi, latar waktu cerita tersebut tidak Hirata dalam mengolah alur sehingga
ditampilkan secara eksplisit sehingga menjadikan novel ini berbeda dari
orang mengira bahwa Amiru dan novel-novelnya lain.
Sabari hidup pada era yang sama. Pada Baru-baru ini seorang kawan
akhir cerita, pembaca dikejutkan oleh bertanya kepadaku, apa benar
kenyataan bahwa Amiru adalah anak kata orang ada makam bertuliskan
Sabari yang selama ini dipanggil Zorro, purnama kedua belas di Belantik?
meskipun hal itu pun tidak disebutkan Kujawab ya, aku sendiri pernah

186 ALAYASASTRA, Vol. 13, No. 2, November 2017, hlm. 183—191


melihatnya. Dia bertanya lagi, ibunya dan bagaimana ia berusaha
makam siapakah itu? Bagaimana dengan segala cara untuk menebus
riwayatnya? Aku tak dapat berkata- benda tersebut.
kata. Meski berusaha, aku tak dapat
menemukan satu kata pun untuk
memulai kisah cinta Sabari dan Klimaks
Marlena, kisah cinta paling hebat
yang pernah kuketahui seumur
Ketika sebuah konflik tidak dapat
hidupku (Hirata, 2015:396). diperumit lagi, klimaks harus
dimunculkan. Klimaks dalam cerita
Berdasarkan hasil kajian ditemukan ini muncul ketika Sabari berharap-
bahwa struktur alur novel ini lengkap, harap cemas menanti kedatangan Zorro
mulai dari paparan, konflik, klimaks, di pelabuhan, sementara kapal yang
leraian, hingga selesaian. Tentu saja, ditunggu tidak kunjung datang.
bagian yang paling banyak diceritakan Keadaan semakin menyedihkan
adalah konflik. karena satu per satu orang mulai
pulang. Juru antar mendengar
obrolan yang terlontar dari mereka
Paparan bahwa kapal itu tak akan datang.
Pada bagian ini diperkenalkan Sabari Dengan hampa ditatapnya orang-
yang tengah kesepian, sedih, dan orang yang berjalan meninggalkan
merana karena rindu pada Marlena, dermaga. Namun, tiba-tiba ia
terkejut mendengar sirine kapal.
Marleni (kucing mereka), dan Zorro.
Orang-orang yang beranjak pulang
Hal itu tampak pada bagian pertama itu berbalik dan berlarian kembali ke
yang berjudul “Punama Kedua Belas”. dermaga. Juru antar melihat Sabari
Setelah itu, pada bab berikutnya berdiri dengan tegang, tubuhnya
diceritakan tentang Amiru, seorang anak tegak macam tentara bersiap.
kecil berusia sepuluh tahun, anak dari
Amirza yang sangat menyukai siaran Dada Sabari berdegup melihat sebuah
kapal berbelok di semenanjung sana.
radio.
Dia terpana sehingga tak menyadari
kapal itu memasuki pelabuhan
Konflik dan tahu-tahu sudah dekat sekali
dengannya. Dia telah menunggu
Konflik dimulai ketika secara kilas semua ini terjadi selama delapan
balik diceritakan tentang Sabari yang tahun dan ketika semuanya benar-
jatuh cinta kepada Marlena. Konflik benar terjadi di depannya, tubuhnya
diceritakan secara berkesinambungan gemetar (Hirata, 2015:380—381).
dengan konflik-konflik lainnya,
misalnya cintanya yang ditolak
Marlena, dan sebagainya. Konflik dalam Leraian
kehidupan Sabari tersebut diceritakan Leraian pada cerita ini mengisahkan
secara bergantian dengan konflik dalam tentang kehidupan Sabari dan Zorro
kehidupan Zorro, misalnya tentang setelah mereka bertemu. Dalam bagian
radio ayahnya yang terpaksa digadaikan ini dikisahkan pula bahwa mereka berdua
karena membutuhkan biaya pengobatan hidup bahagia dan saling menyayangi.

Novel Ayah Karya Andrea Hirata dalam Perspektif Formalisme Rusia (Dian Khristiyanti) 187
Selesaian dengan cerita, misalnya tentang tokoh
Bagian selesaian menceritakan Izmi yang kehadirannya sama sekali
kehidupan tokoh Sabari dan Marlena tidak ada kaitannya dengan alur utama.
di akhir hayat mereka. Selain itu, juga Meskipun tak mengganggu jalannya
menceritakan kehidupan Ukun dan cerita, penceritaan tentang Izmi justru
Tamat, kedua sabahat Sabari yang gigih terkesan membuat alur cerita menjadi
mencari Zorro dan Marlena. Tentang bertele-tele.
JonPijareli, adik-adik tiri Amiru,
bahkan tentang orang Australia yang Kajian Bahasa Novel Ayah
menemukan surat Sabari juga diceritakan
pada bagian terakhir novel ini. Persoalan bahasa, pada dasarnya telah
dikedepankan oleh kaum formalis
Menariknya, meskipun selama
ketika mereka memandang perlu untuk
hidupnya Marlena menolak cinta Sabari,
membedakan ragam pemakaian bahasa.
ketika meninggal, Marlena meminta
Kaum Formalis berpendapat bahwa
Amiru untuk memakamkannya di
aspek bahasa tertentu secara dominan
samping makam Sabari dan menuliskan
menentukan ciri-ciri khas hasil sastra
kata-kata purnama kedua belas di batu
itu, misalnya rima, ataupun matra, atau
nisannya.
aspek apa pun juga sehingga dalam
Lena tetap berumah tangga dengan analisis dan interpretasi karya sastra
Amirza dan tinggal di Dabo hingga aspek-aspek lain seringkali menyangga
tutup usia akhir 2014. Sebelum
hal yang dominan tersebut (Teeuw,
meninggal, dalam sakitnya Lena
1988:131). Hal itu menunjukkan bahwa
berpesan untuk dimakamkan di
Belantik. bahasa merupakan unsur yang sangat
penting dalam sebuah karya sastra, baik
“Dekat makam Sabari,” katanya puisi maupun prosa.
kepada Amiru.
Dalam novel Ayah, Andrea Hirata
“Kalau tak dapat di sampingnya. menggunakan ungkapan-ungkapan
tak apa-apa, tapi di dekatnya.”
yang khas. Karena berlatar Belitong,
Amiru tercenung dalam kesedihan.
Mungkin terinspirasi oleh puisi di
Sumatera, yang kental dengan budaya
makam Sabari, sambil tersenyum Melayu, kalimat-kalimat yang bernuansa
malu Lena meminta Amiru menulis Melayu sangat mendukung penceritaan
sesuatu juga di pusaranya. dalam novel tersebut.
“Tulisan apa, Ibunda?” Ciri kebahasaan yang paling
dominan dalam novel ini adalah
“Di bawah namaku, tulislah,
penggunaan majas seperti metafora,
purnama kedua belas” (Hirata,
2015:395—396). personifikasi, perumpamaan, dan
hiperbola. Beberapa diksi yang
Berdasarkan hasil analisis, dapat kurang lazim digunakan dalam bahasa
disimpulkan bahwa secara keseluruhan Indonesia juga dimunculkan oleh
alur novel ini bagus dan menarik. pengarang. Meskipun demikian, pilihan
Namun, ada beberapa bagian alur yang kata ini justru menambah kekuatan dan
terkesan dipaksakan dan tidak terkait keindahan bahasa dalam novel ini.

188 ALAYASASTRA, Vol. 13, No. 2, November 2017, hlm. 183—191


Frasa-frasa seperti spiritualitas lari, selatan, menampar-nampar atap
mengumpulkan seluruh tenaga dari rumbia, menyelisik daun delima,
alam semesta dan berkata dari dalam menjatuhkan buah kenari, menepis
perutnya, sekongkol-sekongkolnya, permukaan Danau Merantik, menyapu
Syarif bersabda, nun di muara Sungai padang, lalu terlontar, jauh ke utara
Lenggang, Manikam-Marlena tutup (hlm. 1) merupakan salah satu contoh
buku (untuk menggantikan kata majas personifikasi. Selain itu, kalimat
bercerai), jambalaya asmara, seenak sebatang pohon delima di pojok kanan
jambulnya merupakan pilihan kata yang pekarangan ikut-ikutan kesepian.
tidak biasa ditemukan di novel-novel Mereka, termasuk pohon delima itu,
lain. Selain itu, pengarang juga banyak rindu kepada Marlena, Marleni, dan
menggunakan paparan yang sangat terutama, Zorro (hlm. 2) dan awan
panjang untuk menggambarkan hal takjub melihat seorang lelaki yang
yang sederhana dan sebenarnya dapat mencintai perempuan di seberang meja
dilukiskan dalam satu kalimat saja. itu lebih dari apa pun di dunia ini,
Ada bentuk-bentuk gembira sedangkan perempuan itu membenci
kecil, misalnya waktu tukang cat lelaki itu, lebih dari apa pun di dunia
menemukan duit dua ribu perak ini, dan mereka akan segera menikah
dibungkus plastik dalam kaleng cat (hlm. 170) juga merupakan majas
tembok, atau jika Jumat tanggal personifikasi. Kalimat-kalimat tersebut
merah. Atau, saat mendengar merupakan majas personifikasi karena
pramugari berkata bahwa pesawat di dalamnya terdapat gambaran benda
sebentar lagi akan mendarat, atau
bukan manusia yang berbuat seperti
secara tak sengaja sandal kita
tertukar dengan sandal orang lain, manusia, antara lain: angin menampar
yang lebih bagus. Atau, saat pelukis atap rumbia, menyapu padang, pohon
menempelkan label sold pada kesepian dan rindu, serta awan yang
lukisannya, tetapi nilai gembira merasa takjub.
yang dirasakan JonPijareli setara Selain personifikasi, dalam novel
dengan semua gembira kecil tadi, tersebut juga terdapat majas metafora,
diakarkan, lalu dipangkatkan enam,
yaitu membandingkan dua hal secara
hasilnya dipangkatkan enam lagi
(Hirata, 2015:253). langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat. Metafora seringkali berupa
Dalam novel ini, banyak majas, frasa. Frasa purnama kedua belas yang
ungkapan, dan peribahasa yang digunakan oleh Sabari untuk menyebut
digunakan oleh pengarang. Majas Marlena merupakan contoh majas
yang paling banyak muncul adalah metafora. Marlena dianggap secantik
personifikasi. Majas personifikasi bulan purnama pada tanggal dua
merupakan majas yang menggambarkan belas karena pada saat itu bulan sudah
benda-benda mati atau tidak bernyawa tampak cantik, tetapi belum bersinar
seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan secara sempurna. Gadis remaja yang
(Keraf, 2008:140). Kalimat malam cantik seperti Marlena diibaratkan
senyap, tak ada suara kecuali bunyi sebagai seorang perempuan muda yang
kafilah-kafilah angin berembus dari kecantikannya mulai tampak, dan masih

Novel Ayah Karya Andrea Hirata dalam Perspektif Formalisme Rusia (Dian Khristiyanti) 189
akan tampak lebih cantik lagi ketika ia Selain majas, dalam novel Ayah
dewasa kelak. juga terdapat ungkapan dan peribahasa.
Majas hiperbola juga banyak kita Peribahasa merupakan kelompok kata
temukan dalam novel ini. Kalimat atau kalimat yang tetap susunannya
setiap kota yang pernah dia tinggal dan mengiaskan maksud tertentu.
telah memberinya kesan tersendiri. Bidal, ungkapan, dan perumpamaan
Ingin Zorro menulis seribu puisi tentang termasuk dalam peribahasa. Contoh
Batanghari, Siak, Rengat, Bengkalis, peribahasa dalam novel ini ialah
Pariaman, Indragiri Hulu, dan kalimat lantas Markoni bilang bahwa
Bagansiapi-api (hlm. 274) merupakan kesabarannya sudah habis karena Lena
majas hiperbola karena melebih- suka meraupkan abu ke mukanya, satu
lebihkan jumlah puisi yang akan ditulis ungkapan betapa malunya orang Melayu
oleh Zorro. Kalimat kejayaan itu tiba (hlm. 235). Dalam kalimat tersebut
begitu cepat, lalu lenyap sekedip mata terdapat ungkapan meraupkan abu ke
(hlm. 119) juga merupakan majas muka yang artinya menimbulkan rasa
hiperbola karena frasa lenyap sekedip malu terhadap orang lain. Peribahasa
mata terkesan berlebihan. lain terdapat dalam kalimat merasa kena
Majas perumpamaan yang usir, Lena yang tak kalah keras kepala
membandingkan dua hal secara eksplisit dengan ayahnya tersinggung berat. Api
dengan kata pembanding seperti, dilawan api. Patah arang dia dengan
umpama, ibarat, bak, dan laksana ayahnya (hlm. 235). Dalam kutipan
juga banyak kita temukan dalam novel tersebut terdapat peribahasa api dilawan
ini. Kalimat (1) di sela pekerjaannya api yang artinya kekerasan dilawan
menggulung dinamo, dibukanya kamus dengan kekerasan. Selain itu, terdapat
dan ditemukannya kata-kata baru ungkapan keras kepala yang artinya
bagaikan jendela yang terbuka, lalu di tidak mau menuruti nasihat orang dan
dalam jendela itu ada jendela lagi (hlm. patah arang yang berarti tidak dapat
297), (2) mereka adalah ibu dan anak, didamaikan lagi. Kalimat “Kau tunggu
tetapi sering bak kawan dekat (hlm. 269), Lena? Sama dengan menunggu pepesan
dan (3) bersama angin yang tenang, kosong, menunggu jerat tak bertali,
ombak terlempar ke pesisir dalam bentuk pungguk merindu bulan” (hlm. 190)
gulungan-gulungan kecil, semakin lama, bahkan menggunakan tiga peribahasa
semakin pelan, semakin lemah, laksana atau ungkapan sekaligus, yaitu menunggu
armada yang lelah bertempur di tengah pepesan kosong, menunggu jerat tak
samudra, kalah, lalu pulang (hlm. bertali, dan pungguk merindukan bulan.
135) merupakan contoh-contoh majas Ketiganya memiliki makna yang hampir
perumpamaan yang terdapat dalam sama, yakni mengharapkan hal yang
novel Ayah. Kata-kata pembanding sulit untuk dimiliki atau diraih.
yang digunakan dalam kalimat-kalimat Semua gaya berbahasa tersebut
tersebut adalah bagaikan, bak, dan mendukung penyampaian cerita
laksana. Pemilihan kata pembanding sehingga lebih menarik. Apalagi, dalam
tersebut cukup menarik karena kurang kalimat yang panjang-panjang juga
begitu populer dibandingkan dengan tersisip humor. Namun, narasi-narasi
kata seperti dan bagai. panjang kerapkali menjemukan karena

190 ALAYASASTRA, Vol. 13, No. 2, November 2017, hlm. 183—191


pembaca sulit menemukan esensi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
cerita tersebut. Meskipun demikian, Pelajar.
secara keseluruhan gaya bahasa yang Selden, Raman. 1993. Panduan
digunakan Andrea Hirata dalam novel Pembaca Teori Sastra Masa
ini menarik dan unik sehingga memiliki Kini. Terjemahan Rachmat Djoko
nilai lebih dibandingkan dengan novel Pradopo. Yogyakarta: Gadjahmada
yang lain. University Press.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1988.
SIMPULAN Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
PT Gramedia.
Formalisme Rusia menekankan kajian
pada alur yang berupa fabula atau Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra.
bahan cerita dan szujet yang merupakan Jakarta: Pustaka Jaya.
olahan dari fabula. Selain itu, juga pada
bahasa yang digunakan pengarang untuk
menyampaikan karyanya.
Berdasarkan analisis tentang fabula
dan szujet, diketahui bahwa fabula atau
bahan cerita novel Ayah adalah kisah
hidup Sabari dan Marlena, serta keadaan
masyarakat Belitong pada tahun 1990-
an. Fabula tersebut diolah menjadi szujet
yang bagus dengan menggunakan alur
mundur dalam fragmen yang menarik
sehingga bagian penutup cerita cukup
memberikan kejutan bagi pembaca.
Ditinjau dari kebahasaan, novel tersebut
banyak menggunakan ungkapan,
peribahasa, dan majas yang membuat
cerita menjadi indah dan bernilai seni
tinggi. Secara keseluruhan, novel ini
cukup bagus dan menarik serta memiliki
banyak kelebihan dibandingkan novel
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori,
Metode dan Teknik Penelitian

Novel Ayah Karya Andrea Hirata dalam Perspektif Formalisme Rusia (Dian Khristiyanti) 191
192 192 ALAYASASTRA, Vol. 13, No. 2, November 2017

Anda mungkin juga menyukai