Anda di halaman 1dari 11

GAYA BAHASA PERBANDINGAN PERSONIFIKASI DAN METAFORA

DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN


DAN HUJAN KARYA TERE LIYE

Keke Dwi Gusti Rahayu, Samsiarni, Emil Septia


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
Kekerahayu92@gmail.com

ABSTRACT
Background of this research is the novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin and Hujan by Tere Liye many to use the Metaphor Comparison
Language and Personification Style. The purpose of this research is to describe
the language style of comparison personification and metaphor contained in the
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin and Hujan by Tere Liye.
This research was conducted to see style of comparison of personification and
metaphor language, because with the style of the language novel will be more
beautiful and meaningful.This research is a qualitative research using content
analysis method that is this research describe the problem, analyze, and
interpreting existing data. The source of this research data is a novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye works published by PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2010 on June which consists of 264 pages and
Tere Liye's Hujan novel published by PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2016
consisting of 320 pages. The result of this research is the use of language style in
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin and Hujan by Tere Liye
found that in the novel there are 2 styles of language used Tere Liye based on
Henry Guntur tarigan (2009) theory’s that is style of comparison of
personification and metaphor.

Keywords: Language Style, Personification and Metaphor

PENDAHULUAN unsur kehidupan dan gaya. Karya


Dalam sebuah karya sastra, sastra merupakan karya yang
bahasa merupakan media atau sarana mencerminkan kejadian-kejadian
untuk menyampaikan gagasan dan yang ada di dalam masyarakat karena
pikiran pengarang. Bahasa dalam karya sastra biasanya bersumber dari
karya sastra tentu berbeda dengan realitas permasalahan kehidupan
bahasa kehidupan sehari-hari. Bahasa manusia. Permasalahan yang ada
dalam karya sastra mengandung pada masyarakat pengarang hayati
dengan seksama, dan pada akhirnya Gaya bahasa dalam novel sebagai
mereka tuangkan ke dalam bentuk sistem lambang komunikasi akan
sarana fiksi. Dengan kata lain, karya benar-benar berfungsi apabila
sastra merupakan sebuah gambaran pikiran, gagasan, dan konsep yang
dari berbagai kehidupan yang diungkapkan melalui kesatuan
terlukis pada kehidupan pengarang. hubungan yang bervariasi dari strutur
Salah satu genre karya sastra kalimat yang dimiliki pengarang.
adalah novel. Sebuah novel dapat Menurut Aminuddin (1995:82)
dijadikan acuan untuk mempelajari dalam proses kreatif penciptaan
kehidupan manusia yang sastra maupun tindak kreatif, bahasa
sesungguhnya. Novel sangat erat memiliki peran penting. Hal ini
kaitannya dengan kehidupan manusia berkaitan dengan keberhasilan
karena pengarang selalu dan seorang pengarang dalam
seringkali menceritakan menciptakan sebuah novel, sebab
permasalahan manusia serta sikap pengarang harus mampu memilih
kepribadian manusia yang dan mengolah kata serta variasi
digambarkan melalui tokoh-tokoh kalimat sehingga bahasa yang
yang ada di dalam novel. digunakan tepat dan menarik. Gaya
Novel merupakan salah satu karya bahasa dalam novel penting untuk
sastra dalam bentuk tulisan yang dikaji karena berhubungan dengan
diwujudkan atau dimanifestasikan pemanfaatan bahasa yang
dengan bahasa. Novel salah satu mempengaruhi pembentukan gaya.
karya pengarang yang mempunya Gambaran gaya bahasa tersebut salah
unsur-unsur bahasa dalam satunya ditemukan dalam novel
pembentukan gaya dan multi gaya Daun yang Jatuh Tak Pernah
bahasa. Cara pengarang mengolah Membenci Angin dan novel Hujan
bahasa mencerminkan kepribadian karya Tere Liye.
seorang pengarang. Setiap pengarang Tere Liye dalam novelnya yang
mempuyai gaya yang berbeda-beda berjudul Daun yang Jatuh Tak
dalam mengungkapkan setiap ide. Pernah Membenci Angin yang
diterbitkan pada tahun 2014 yang
menceritakan tentang kenangan dan menceritakan tentang Lail yang
cinta seorang gadis cantik dan pintar hidup ditahun 2050an yang ingin
yang bernama Tania. Kerasnya hidup melupakan ingatannya tenatang
membuat Tania harus menghidupi laki-laki yang amat ia cintai. Kedua
ibu dan adiknya yang bernama Dede novel tersebut menggunakan gaya
setelah Ayahnya meninggal. Sampai bahasa yang hampir sama yaitu
pada akhirnya Tania menemukan sama-sama menggunakan gaya
seorang laki-laki yang dicintainya, bahasa perbandingan yaitu metafora
namun cintanya tak terbalas. dan personifikasi. Novel Daun yang
Selain itu, Tere Liye dalam Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
novel yang berjudul Hujan yang dan novel Hujan karya Tere tersebut
diterbitkan oleh PT.Gramedia disampaikan dengan bahasa yang
Pustaka Utama, Jakarta 2016 yang baik dan alur yang digunakan Tere
terdiri dari 320 halaman. Liye dalam bercerita sama sekali
Menceritakan tentang seorang gadis tidak membingungkan pembaca.
bernama Lail yang ingin melupakan Dalam Novel Daun yang Jatuh Tak
memorinya yang menyakitkan. Pernah Membenci Angin dan Novel
Settingnya berada pada tahun Hujan, Tere Liye sangat baik dalam
2050an. Teknologi sudah maju. Lail merangkai sebuah cerita. Novel
ingin menghapus memori Daun yang Jatuh Tak Pernah
menyakitkan dari otaknya tentang Membenci Angin dan novel Hujan
seorang laki2 yang amat ia cintai. ini mampu mengunggah hati yang
Kedua novel tersebut membacanya, karena ceritanya
sama-sama menceritakan tentang mampu membuat si pembaca hanyut
kehidupan seorang anak perempuan. dan merasa sedih serta mengeluarkan
Namun bedanya di novel Daun yang air mata saat membacanya.
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Tere Liye lahir pada tanggal 1
menceritakan tentang kehidupan mei 1979 di daerah pedalaman
Tania yang miskin dan yang harus Sumatera Selatan. Ia adalah anak ke
menjadi tulang punggung untuk ibu enam dari tujuh bersaudara yang
dan adiknya, sedangkan novel Hujan tumbuh dalam keluarga sederhana.
Tere Liye merupakan anak dari gaya bahasa Perbandingan,
seorang petani. Kehidupan masa Pertentangan, Pertautan, dan
kecil yang dilaluinya dengan penuh Perulangan. Namun, di dalam Novel
kesederhanaan membuatnya menjadi Daun yang Jatuh Tak Pernah
orang yang tetap sederhana pula Membenci Angin dan Hujan karya
hingga saat ini. Fakta yang tidak Tere Liyelebih banyak menggunakan
banyak diketahui oleh banyak orang gaya bahasa Perbandingan. Untuk
adalah bahwa nama Tere Liye itu, peneliti lebih tertarik meneliti
bukanlah nama asli, melainkan hanya Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
nama pena yang selalu disematkan Membenci Angin dan Hujan karya
dalam setiap novelnya. Nama aslinya Tere Liye dibanding dengan novel
diketahui dengan panggilan Darwis. Tere Liye yang lain.
Gaya bahasa sangat Pengarang menghayati
mempengaruhi minat pembaca dalam permasalahan dengan penuh
membaca sebuah karya karena gaya kesungguhan yang kemudian
bahasa salah satu unsur yang diungkapkan kembali melaui sebuah
menarik dalam sebuah bacaan. Karya karya sastra dengan manifestasi
yang menggunakan gaya bahasa bahasa serta memperhatikan pilihan
yang komunikatif lebih banyak kata dan kalimat. Berdasarkan uraian
diminati. Apalagi pengarang yang di atas, untuk melihat gaya bahasa
menyajikan karya sastra dengan dalam sebuah karya sastra dapat
bahasa yang unik dan menarik, dilakukan dengan penganalisisan dan
peranan gaya bahasa dapat akan terihat bagaimana pengarang
menggerakkan atau menghidupkan memanfaatkan bahasa dalam sebuah
cerita. Hal ini disebabkan karya karya sastra sehingga tercipta gaya
sastra adalah sebuah karya yang bisa bahasa.
dibaca oleh siapa saja.
METODE PENELITIAN
Gaya bahasa dalam Novel
Penelitian ini adalah
Daun yang Jatuh Tak Pernah
penelitian kualitatif karena data
Membenci Angin dan Hujan karya
penelitian berupa teks atau kata-kata
Tere Liye yaitu gaya bahasa yaitu
dengan menggunakan metode Instrumen penelitian ini
deskripsi. Moleong (2010:6), adalah peneliti sendiri sebagai
menyatakan bahwa penelitian instrumen utama. Peneliti secara
kualitatif merupakan penelitan yang langsung membaca, memahami,
bermaksud untuk memahami menghayati, mengidetifikasi, menilai,
fenomena tentang apa yang dialami dan mencatat hal-hal penting yang
subjek penelitian. berhubungan dengan gaya bahasa.
Metode yang digunakan Instrument lainnya yang mendukung
dalam penelitian ini adalah analisis langkah-langkah operasional
isi. Penelitian ini mendeskripsikan penelitian yaitu lembaran format
atau menggambarkan apa yang investaris data yang diunakan untuk
menjadi masalah, kemudian mencatat hal-hal penting yang
menganalisis dan menafsirkan data berhubungan dengan gaya bahasa
yang ada. Perbandingan personifikasi dan
Data dalam penelitian ini metafora novel Daun yang Jatuh Tak
adalah kutipan yang berhubungan Pernah Membenci Angin dan Hujan
dengan gaya bahasa perbandingan karya Tere Liye.
personifikasi dan metafora dalam Teknik pengabsahan data
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah yang digunakan dalam penelitian ini
Mebenci Angin dan Hujan karya adalah uraian rinci. Teknik
Tere Liye. Sumber data dalam pengabsahan data dalam penelitian
penelitian ini adalah novel Daun ini dilakukan dengan cara
yang Jatuh Tak Pernah Membenci mengintrepetasikan yang telah
Angin karya Tere Liye yang dilakukan dengan pembuktian
diterbitkan oleh PT. Gramedia langsung yang diambil dari
Pustaka Utama, Jakarta Juni 2010 kalimat-kalimat dalam novel yang
yang terdiri dari 264 halaman dan sesuai dengan aspek gaya bahasa
novel Hujan karya Tere Liye yang perbandingan dalam Novel Daun
diterbitkan oleh PT.Gramedia yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Pustaka Utama, Jakarta 2016 yang Angin dan novel Hujan tersebut.
terdiri dari 320 halaman. Bagian novel yang menggambarkan
aspek gaya bahasa perbandingan 1. Gaya Bahasa Perbandingan
Novel Daun yang Jatuh Tak
dikutip beberapa baris atau alinea
Pernah Membenci Angin
untuk mengetahui gaya bahasa Karya Tere Liye
perbandingan yang ada dalam novel.
a. Personifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Personifikasi berasal dari
Bedasarkan penelitian yang bahasa latin persona (orang, pelaku,
telah dilakukan, maka gaya bahasa aktor, atau topeng yang dipakai
perbandingan yang terdapat dalam dalam drama) dan fic (membuat).
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Oleh karena itu, apabila kita
Membenci Angin dan Hujan karya menggunakan gaya bahasa
Tere liye ini yaitu gaya bahasa personifikasi, kita memberikan
perbandingan personifikasi dan ciri-ciri kualitas, yaitu kualitas
metafora. Penjelasannya dapat dilihat pribadi orang kepada benda-benda
pada penjabaran data berikut ini. yang tidak bernyawa ataupun kepada
Gaya bahasa perbandingan gagasan-gagasan (Dale dalam buku
atau kiasan adalah gaya bahasa yang Muhardi dan Hasanudin, 1971:221).
di bentuk dengan membandingkan Hal ini dapat dilihat pada kutipan
sesuatu hal dengan hal lain yang berikut:
mempunyai ciri yag sama. Untuk itu Data 1
ia memerlukan upaya yang secara “Aku menghela napas
panjang. Tanganku pelan
eksplisit menunjukkan perbandingan, menyentuh kaca yang
yaitu kata-kata seperti, ibarat, bak, berembun. Dingin
seketika menyergap
sebagai umpama. Gaya bahasa ujung jari, mengalir ke
perbandingan ditemukan sebanyak telapak tangan, melalui
pergelangan, menerobos
25 data pada novel Daun yang Jatuh siku, bahu, kemudian
Tak Pernah Membenci Angin dan tiba dihatiku.
Membekukan seluruh
sebanyak 7 data pada novel Hujan perasaan. Mengkristakn
karya Tere Liye. Data tersebut akan semua keinginan. Malam
ini semua cerita harus
di analisis seperti berikut: usai”. (Liye, 2010:7)
Pada kutipan data 1 terdapat
gaya bahasa perbandingan
personifikasi yaitu benda mati yang b. Metafora
seolah-olah hidup. Hal ini ditandai Metafora berasal dari bahasa
dengan kata “Dingin seketika Yunani Metaphora yang berarti
menyergap ujung jari”. Pengarang memindahkan, meta (di atas,
menjelaskan bahwa dingin yaitu melebihi) dan Pheren (membawa).
benda mati yang seolah-olah Metafora membuat perbandingan
bertingkah seperti manusia atau antara dua hal atau benda untuk
hewan yang bisa menyergap ujung menciptakan suatu kesan mental
jari. Menyergap biasanya hanya bisa yang hidup walaupun tidak
di lakukan oleh benda hidup seperti dinyatakan secara eksplisit dengan
manusia dan hewan. penggunaan kata-kata seperti, ibarat,
Data 2 bak, sebagai, umpama, laksana,
“Warung tenda makanan penaka, serupa, seperti pada
memadati jalan sepanjang
perumpamaan (Dale, 1971:224). Hal
mata memandang.
Dipenuhi anak muda yang ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
datangdua-tiga. Cuaca
Data 1
dingin dan rinai hujan
membuat kepulan asap “Beberapa angkot biru
dari kuali nasi goreng, seperti biasa berhenti di
tungku bakarsate, panci bibir jalan semaunya.
soto, dandang ayam Menurunkan penumpang
sayur, dan puluhan jenis semaunya. Membuat lebih
masakan lainnya amat panjang lagi kemacetan
mengundang selera”. malam ini. Sopir angkot
(Liye, 2010:9) itu sediikitpun tak peduli,
Pada kutipan data 2 terdapat meski klakson mobil di
belakangnya menyalak
gaya bahasa perbandingan
buas”. (Liye, 2010:9)
personifikasi yaitu benda mati yang Pada kutipan data 1 terdapat
seolah-olah hidup. Hal ini ditandai gaya bahasa perbandingan Metafora.
dengan kalimat “Cuaca dingin dan Hal ini ditandai dengan kalimat
rinai hujan membuat kepuln asap “Sopir angkot itu sedikitpun tak
dari nasi goreng”. Disini pengarang peduli, meski klakson mobil di
mengibaratkan bahwa yang membuat belakangnya menyalak buas”. Disini
kepulan asap seolah-olah adalah pengarang mengumpamakan sopir
cuaca dingin dan rinai hujan. angkot seperti binatang yang
menyalak dengan buas. Kalimat lukisan yang berdasarkan persamaan
sopir angkot sedang menyalak buas atau perbandingan.
adalah gaya bahasa perbandingan
metafora, dimana gaya bahasa 2. Gaya Bahasa Perbandingan
Novel Hujan Karya Tere Liye
perbandingan metafora yaitu
a. Personifikasi
pemakaian kata-kata bukan arti yang
Personifikasi berasal dari
sebenarnya, melainkan sebagai
bahasa latin persona (orang, pelaku,
lukisan yang berdasarkan persamaan
aktor, atau topeng yang dipakai
atau perbandingan.
dalam drama) dan fic (membuat).
Data 2
Oleh karena itu, apabila kita
“Dia benar-benar
menggunakan gaya bahasa
menjadi malaikat kami.
Demi melihat kebahagiaan personifikasi, kita memberikan
di roda muka ibu, malam
ciri-ciri kualitas, yaitu kualitas
itu seketika aku berikrar
dalam hati. Bersumpah! pribadi orang kepada benda-benda
Dia akan selalu menjadi
yang tidak bernyawa ataupun kepada
orang yang paling
kuhormati setelah ibu. gagasan-gagasan (Dale, 1971:221).
Selalu”. (Liye, 2010:27)
Hal ini dapat dilihat pada kutipan
Pada kutipan data 2 terdapat
berikut:
gaya bahasa perbandingan Metafora.
Data 1
Hal ini ditandai dengan kalimat “Dia
“Tapi kota mereka masih
benar-benar menjadi malaikat
beruntung, kota mereka
kami”. Disini pengarang jauh dari garis pantai,
karena beberapa jam
mengumpamakan dia (danar) seperti
kemudian, tsunami setinggi
malaikat, yangmana malaikat adalah empat puluh meter
menyapu separuh bumi”.
sosok yang baik. Kalimat dia adalah
(Liye, 2016:30)
benar-benar menjadi malaikat kami Pada kutipan data 1 terdapat
adalah gaya bahasa perbandingan gaya bahasa perbandingan
metafora, dimana gaya bahasa personifikasi. Hal ini ditandai dengan
perbandingan metafora yaitu kalimat tsunami “Setinggi empat
pemakaian kata-kata bukan arti yang puluh meter menyapu separuh
sebenarnya, melainkan sebagai bumi”. Disini pengarang
mengibaratkan bahwa stunami gaya bahasa perbandingan
sedangmenyapu. Kata menyapu personifikasi yaitu benda mati
biasanya hanya dilakukan oleh seolah-olah hidup.
manusia. Akan tetapi di sini b. Metafora
pengarang mengibaratkan bahwa Metafora berasal dari bahasa
tsunami yang sedang menyapu. Yunani Metaphora yang berarti
Kalimat manyapu separuh bumi memindahkan, meta (di atas,
adalah gaya bahasa perbandingan melebihi) dan Pheren (membawa).
personifikasi, dimana gaya bahasa Metafora membuat perbandingan
perbandingan personifikasi yaitu antara dua hal atau benda untuk
benda mati seolah-olah hidup. menciptakan suatu kesan mental
Data 2 yang hidup walaupun tidak
“Dengan sirine kencang dinyatakan secara eksplisit dengan
mobil itu membelah
penggunaan kata-kata seperti, ibarat,
jalanan basah, menuju
rumah sakit yang masih bak, sebagai, umpama, laksana,
bisa beroperasi di tengah
penaka, serupa, seperti pada
situasi kacau balau”. (Liye,
2016:41) perumpamaan (Dale, 1971:224). Hal
Pada kutipan data 2 terdapat
ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
gaya bahasa perbandingan
Data 1
personifikasi. Hal ini ditandai dengan
“Narasumber memperbaiki
kalimat “Sirine kencang mobil itu posisi duduknya. “My
friend, dengan segala
membelah jalanan basah”. Disini
respek. Umat manusia
pengarang mengibaratkan mobil sejatinya sama seperti
virus. Mereka
sedang membelah jalan. Kata
berkembang biak cepat
membelah biasanya hanya dilakukan menyedotsumber daya
hingga habis, kemuadian
oleh manusia. Akan tetapi di sini
tidak ada lagi yang
pengarang mengibaratkan bahwa tersisa”. (Liye,2016:16)
Pada kutipan data 1 terdapat
mobillah yang sedang membelah.
gaya bahasa perbandingan Metafora.
Kalimat mobil itu memebelah
Hal ini ditandai dengan kalimat
jalanan basah adalah gaya bahasa
“Umat manusia sejatiny sama seperti
perbandingan personifikasi, dimana
virus”. Disini pengarang
membandingkan manusia dengan umat bagian bawah tngga darurat
virus. Hal ini ditandai dengan kata mulai runtuh, seperti remah roti yang
seperti. Kalimat umat manusia terlepas dan terus menjlar ke atas
sejatinya samaseperti virus adalah adalah gaya bahasa perbandingan
gaya bahasa perbandingan metafora, metafora, dimana gaya bahasa
dimana gaya bahasa perbandingan perbandingan metafora yaitu
metafora yaitu pemakaian kata-kata pemakaian kata-kata bukan arti yang
bukan arti yang sebenarnya, sebenarnya, melainkan sebagai
melainkan sebagai lukisan yang lukisan yang berdasarkan persamaan
berdasarkan persamaan atau atau perbandingan.
perbandingan.
Data 2 KESIMPULAN
“Terdengar suara tekanan Berdasarkan analisisi terhadap
dinding begitu
penggunaan gaya bahasa
mengerikan. Bagian
bawah tangga darurat perbandingan dalam novel Daun
mulai runtuh, seperti
yang Jatuh Tak Pernah Membenci
remah roti yang terlepas
dan terus menjalar ke Angin dan Hujan karya Tere Liye
atas. Penumpang yang
dapat disimpulkan bahwa terdapat 2
berada paling bawah mulai
berjatuhan, bersama gaya bahasa perbandingan yang
bebatuan dan tanah
digunakan berdasarkan teori Henry
terempas”. (Tere Liye,
2016:28) Guntur Tarigan (2009). Gaya bahasa
Pada kutipan data 2 terdapat
tersebut adalah gaya bahasa
gaya bahasa perbandingan Metafora.
perbandingan personifikasi dan
Hal ini ditandai dengan kalimat
metafora. Penggunaan gaya bahasa
“Bagian bawah tngga darurat mulai
tersebut menimbulkan efek
runtuh, seperti remah roti yang
keindahan yang memang menjadi
terlepas dan terus menjalar ke atas”.
tujuan dalam penciptaan cerita pada
Disini pengarang membandingkan
novel.
tangga darurat yang runtuh dengan
Gaya bahasa yang dominan
remah roti yang terlepas. Hal ini
digunakan dalam novel Daun yang
ditandai dengan kata seperti. Kalimat
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
dan Hujan karya Tere Liye dalam
personifikasi dan metafora. gaya
bahasa personifikasi dan metafora
merupakan kekuatan dari kata-kata
yang ditulis oleh Tere Liye.
Banyaknya gaya bahasa
perbandingan personifikasi dan
metafora yang terdapat dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin dan Hujan karya
Tere Liye merupakan imajinasi
penulis dalam menyampaikan cerita
pada novel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Muhardi dan Hasanudin. 1992.
Prosedur Analisis Fiksi. IKIP
Pdang Press: Bintang Jaya
Offset.

Moleong, Lexy J.2010. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Liye, Tere. 2010. Daun yang Jatuh


Tak Pernah Membenci Angin.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Liye, Tere. 2016. Hujan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai