A. Objek bahasan kritik umumnya suatu karya (baik senin, musik, sastra, film, dll),
sedangkan esai objeknya berupa fenomena yang ada dikehidupan.
B. Kritik membutuhkan ulasan tentang deskripsi karya yang dibahas, sedangkan esai
tidak.
C. Kritik wajib menyuguhkan data, sedangkan esai tidak selalu.
D. Kritik menyajikan pendapat, sedangkan esai argumen.
Akulah Jibril, yang angin adalah aku, yang embun adalah aku, yang asap adalah aku,
yang gemersik adalah aku, yang menghantarkan panas dan dingin. Aku mengirimkan
kesejukan, pikiran segar yang mengajak giat belajar. Aku adalah yang menyodorkan
keheranan dan sekaligus jawaban. Aku di kebun rimbun, aku di padang pasir, aku di
laut, aku di gunung, aku di udara, kukirimkan layang-layangku kepadamu, kepada kalian.
A. Danarto dikenal sebagai penulis cerpen yang religius, tercermin dalam tokoh cerpen
yang telah ditulisnya.
B. Menuntut pembaca harus lebih cermat untuk memahami isi cerita karena
banyak menggunakan kata-kata lambang.
C. Penggunaan kalimat-kalimat yang unik membuat cerpen ini diminati pembacanya.
D. Cerpen Danarto pada umumnya beraliran religius sesuai dengan latar belakang
pendidikan beliau.
Berbicara tentang masalah sajak, kita sering menjumpai kata-kata masih mentah, gagal
sebagai sebuah sajak, tidak berbobot. Penyebabnya ada dua kemungkinan. Mungkin
lantaran penulisnya belum mahir dalam teknik menulis sajak. Kemungkinan kedua
kurangnya penghayatan terhadap hidup. Tidak menaruh perhatian. Pada filsafat atau
memang usianya belum memungkinkan untuk berkecimpung. Dalam dunia filsafat.
Realita yang terdapat dalam dirinya belum sanggup dia kaitkan dengan realita di luar
karena usianya masih muda remaja.
A. Banyak karya sastra berupa sajak, namun tidak tergolong ke dalam sajak berkualitas.
B. Karya sastra yang berkualitas terlahir dari sastrawan yang berpengalaman.
C. Penulis sajak yang berkualitas memerlukan penghayatan.
D. Ilmu filsafat sangat menentukan kualitas karya sastra yang dibuatnya.
5. Sajak-sajak yang ditulis generasi penyair masa kini termasuk karya yang cukup baik.
Para penyair masa kini merupakan orang-orang kreatif pada zamannya. Hanya mereka
masih membutatulikan kemampuan lain untuk mengasah kepekaan estetis dalam
memilih diksi dan metafora. Kemampuan yang dapat ditingkatkan dari kebiasaan
membaca realitas yang hadir di lingkungannya. Kebiasaan yang tidak akan didapat dari
bangku sekolah.
A. Kepekaan estetis dapat diasah melalui kebiasaan membaca realitas yang hadir di
lingkungan dan di bangku sekolah.
B. Generasi penyair masa kini masih harus mengasah kepekaan estetis melalui
membaca realitas yang hadir di lingkungannya.
C. Kreativitas penyair masa kini tercermin melalui karyanya yang teliti dalam memilih
diksi dan metafora.
D. Pemilihan diksi dan metafora dalam karya-karya penyair masa kini tidak diperoleh dari
bangku sekolah.
Para penyair jujur dalam mengungkapkan realita kehidupan. Namun, kejujuran tersebut
hanyalah pantulan untuk orang lain semata. Seperti dalam puisi MAJOI karya Taufik
Ismail. Jujur saja apakah pengarang telah mengumpulkan fakta? Bagaimana jika kata
“aku” dalam puisi tersebut digunakan kata “kita” agar terdegar lebih faktual.
A. Dalam puisi MAJOI, Taufik Ismail sebaiknya menggunakan kata ganti “kita”.
B. Menciptakan karya sastra yang bernilai dan bermutu tidaklah mudah.
C. Menjadi seorang penyair berarti harus berani mengungkapkan fakta kehidupan.
D. Puisi MAJOI salah satu puisi pemberani untuk mengungkapkan fakta.
9. Cermati penjelasan buku sastra berikut!
Kalimat pembuka cerpen “Dadu” diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang bernasib sama.
Puitis, imajinatif, dan berlarut-larut dalam majas. Akibatnya, cerpen agak panjang karya
Nirwan Dewanto ini terbata-bata dalam membentuk cerita. Padahal, di situ ada cerita.
Sebuah interpretasi ulang dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Pasalnya, uraian
Nirwan gagal menampilkan kejernihan peristiwa. Ada kabul tebal pada tiap kalimat
Nirwan. Kabut yang menutupi peristiwa.
A. Kalimat-kalimat yang ditampilkan dalam cerpen “Dadu” karya Nirwan Dewanto ini
berbelit-belit sehingga tidak menarik.
B. Kalimat yang berlarut-larut dengan majas dalam cerpen “Dadu” karya Nirwan
Dewanto membuat cerita menjadi indah.
C. Cerpen “Dadu” karya Nirwan Dewanto mengandung kabut tebal berupa majas, tetapi
peristiwa yang disajikan menjadi jelas sehingga menjadikan suatu karya yang
menarik.
D. Kalimat pembuka cerpen “Dadu” diikuti kalimat-kalimat puitis, imajinatif, dan
berlarut-larut dengan majas yang berakibat cerpen agak panjang dan terbata-
bata dalam membentuk cerita.
Pascamaraknya sajak-sajak sosial, sejak awal tahun 2000 hingga kini, perpuisian
Indonesia kembali pada kemerdekaan masing-masing penyair dalam mencipta. Gaya
dan tema sajak-sajak Indonesia mutakhir, seperti dapat kita amati pada rubrik sastra
surat kabar, majalah, jurnal puisi serta sebagai kumpulan antologi puisi kembali
beragam. Heterogenitas tema dan gaya pengucapan kembali mewarnai perpuisian
Indonesia akhir-akhir ini muncul sajak-sajak naratif yang panjang, seperti banyak dimuat
di harian umum. Tetapi sajak- sajak pendek juga tetap muncul di rubik-rubik sastra.
Selain itu, masih ada kesan yang kuat bahwa tradisi perpuisian Indonesia mutakhir
kembali terperangkap dalam orientasi kuantitatif, seperti yang diungkap Budi Darma
ketika melihat maraknya buku-buku antologi puisi yang diterbitkan oleh komunitas sastra
di tanah air sejak awal 1990-an .
12. Di bawah ini yang tidak termasuk objek sebuah kritik adalah…
A. Teknik penulisan
B. Struktur kata
C. Gambar objek
D. Latar belakang penulis
13. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis esai adalah berikut ini, kecuali…
14. Berikut ini yang tidak dilakukan dalam kegiatan menulis kritik adalah…
Jika saya katakan penyair membebaskan diri dari kata-kata ialah sikap penyair yang
tidak atau kurang mengacuhkan kata-kata. Berbeda dengan kecermatan dan hiraunya
Amir hamzah dan Chairil Anwar terhadap kata-kata. Bebas dari kata-kata cenderung
menyebabkan kata-kata menjadi kurang penting. Penyair tidak lagi memedulikan apakah
kata yang ditampilkannya itu terlalu denotatif, kurang puitis, kurang imajinatif berlebihan
(kurang hemat), dan semacamnya. Ia bebas terhadap kata-kata….
Cara menutup cerita membuat pembaca perlu mengulang kembali agar dapat mengerti
dan menikmati cerita yang disampaikan. Pembaca bertanya-tanya tentang akhir cerita
selanjutnya. Banyaknya bahasa Melayu yang digunakan membuat pembaca tidak
mengerti. Pemakaian ungkapan dan kiasan dalam kalimat membuat cerita agak terasa
berat. Untuk dapat memahami cerita ini pembaca terpaksa berpikir lebih mendalam.
Kalimat resensi yang menyatakan kelemahan novel dalam petikan tersebut adalah...
Begitulah maka aku pun pernah jadi buah harap mereka. Buah cakap yang manis
didengar dari gadis dan ibu-ibu di kampong. Tiap kali kalau kebetulan aku lewat di muka
rumah mereka, dari celah celah kerai menjeling beberapa mata jelita. Dan tak jarang aku
dapat gangguan ibu-ibu yang suka menyindir. Tapi, aku yang masih terlalu muda, tak
mungkin sanggup memikirkan hal-hal yang sulit itu. Lagi pula ayahku (pentolan Serikat
Islamnya Tjokroaminoto yang tergolong progresif) tak suka pada fiil macam itu.
Adegan pertama langsung menyentak penonton dengan gambar gambar suram warna
hitam putih demonstrasi buruh. Suara suara teriakan buruh menyerukan yel yel
perjuangan, kaki kaki bersandal jepit dan bersepatu lusuh.
Kata-kata teknis kesastraan yang terdapat dalam cuplikan teks di atas adalah....
A. Adegan
B. Suara-suara
C. Sandal jepit
D. Hitam putih
E. Demonstrasi