Anda di halaman 1dari 60

TEORI SASTRA

OLEH: DARNI

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH


FAKULTAS BAHASA DAN SENI

DARNI,PBD, UNESA
PENGERTIAN SASTRA
• DEFINISI SASTRA, PERLUKAH
• CIRI-CIRI SASTRA
– Di luar teks:
• Tempat
• Sampul,
• Judul
– Di dalam teks:
• Bahasa dan non bahasa
• Isi
DARNI,PBD, UNESA
HAKIKAT SAsTRA
1. Karya Imajiner
2. Karya Estetis

DARNI,PBD, UNESA
Bersifat rekaan, khayalan, tidak terjadi
sungguh-sungguh

KARYA IMAJINER Memiliki kebenaran tersendiri

Bukan sekedar khayalan belaka:


perenungan, penghayatan, tentang hidup
dan kehidupan, manusia, dan
kemanusiaan

DARNI,PBD, UNESA
Menghibur: menyuguhkan keindahan,
kepuasan batin, memanusiakan manusia

KARYA ESTETIS

Menarik: bangunan struktur koheren,


mendorong pembaca untuk
merenungkan hakikat hidup dan
kehidupan, manusia, dan kemanusiaan

DARNI,PBD, UNESA
Tidak selalu sejalan dengan kebenaran
di dunia nyata

Ketegangan antara yang faktual dan yang


imajiner justru merupakan esensial dalam
sastra

KEBENARAN

Lebih banyak memberikan kemungkinan

Aristoteles: sastra lebih tinggi dan lebih


filosofis dari pada sejarah. Sastra
menjernihkan jiwa manusia.

DARNI,PBD, UNESA
Genre sastra selalu
berubah, berkembang:
bagai institusi yang selalu
berkembang

Genre sastra: puisi, prosa,


dan drama. Ketiganya
GENRE SASTRA selalu mengalami
perkembangan.

Dalam sastra modern genre


prosa atau sering disebut
fiksi meliputi: novel, cerita
pendek, cerita bersambung

DARNI,PBD, UNESA
CERPEN DAN NOVEL
Persamaan cerpen dan Perbedaan:
novel dibangun oleh Secara formal
unsur-unsur berbeda panjang
pembangunan yang dan pendeknya
sama (intrinsik: Masing-masing
peristiwa, tokoh, tema, memiliki keunggulan
plot, sudut pandang sendiri
dan latar, bahasa, Unsur pembangun
serta unsur novel lebih rinci
ekstrinsik)
DARNI,PBD, UNESA
NOVEL SERIUS DAN NOVEL POPULER
NOVEL SERIUS NOVEL POPULER
Tahan sepanjang zaman Populer pada suatu saat
 Sanggup memberikan yang serba Menampilkan masalah aktual
berkemungkinan
Untuk memahami diperlukan daya Mudah dibaca dan dipahami
konsentrasi tinggi
Diungkapkan secara mendalam Pengungkapan pada taraf permukaan
(mementingkan aspek estetis)
Mementingkan mutu Mengejar selera pembaca
Masalah berkisar pada hakikat Berkisar pada masalah cinta asmara
kehidupan dan kemanusiaan dan berbau porno
Menghibur dan memberikan Hanya bertujuan menghibur
pengalaman berharga
Mengutamakan kebaruan dan dengan Stereotip
pengungkapan yang baru juga
DARNI,PBD, UNESA
Makna ganda (peran pembaca implisit) Mengharamkan makna ganda.
GENRE SASTRA JAWA
• PUISI
– KAKAWIN
– KIDUNG
– TEMBANG
– GURITAN
• PROSA
– TRADISIONAL
– MODERN: CERKAK, CERBUNG, NOVEL
• DRAMA
– TRADISIONAL: kethoprak, ludruk, wayang, jemblung, kentrung,
dll
– Modern

DARNI,PBD, UNESA
SASTRA JAWA MODERN
• Sastra yang hidup saat ini
• Mengalami ketidaksinambungan dengan
bentuk sastra sebelumnya, sastra klasik
– Tempat
– Pengarang
– Genre
– Bebas dari aturan

DARNI,PBD, UNESA
TUMBUHNYA SASTRA JAWA
MODERN

• Kehadirannya belum bisa diterima


• Kekosongan setelah sastra baru,
Ranggawarsita
• Padmosusastra: cerita perjalanan
• Balai Pustaka (1917)
• Peran majalah berbahasa Jawa

DARNI,PBD, UNESA
LAHIRNYA SASTRA JAWA
MODERN
• PROSA
– Novel Serat Riyanto karya RM Sulardi (1920)
• Tema
• Alur
• Hiburan dan pendidikan
• CRITA CEKAK
– Lelakon: Netepi Kuwajiban karya Sambo
• CRITA SAMBUNG
– Crita sambung sinambung: Sandhal Jinjit ing
Sekaten Sala karya Sri Susinah

DARNI,PBD, UNESA
TEORI STRUKTUR KARYA SASTRA
ARISTOTELES
– Aristoteles (340 sm), pendekatan objektif muncul
di Athena sekitar 340 SM, bukunya: Poetika
– Struktur karya sastra Aristoteles plot tragedi,
harus memiliki KESELURUHAN, dengan empat
syarat utama:
• order: urutan, aturan
• Etitude: ruang lingkup karya memungkinkan
perkembangan peristiwa yang masuk akal, dan
adanya peredaran nasib baik ke buruk dan
sebaliknya
• Unity: semua unsur dalam plot harus ada, dan
tidak dapat bertukar tempat
• coherence: kesesuaian dengan dunia nyata
tidak harus terjadi sungguh-sungguh, juga
yang mungkin dan tidak mungkin terjadi
DARNI,PBD, UNESA
• KURANGNYA MINAT TERHADAP STRUKTUR
KARYA SASTRA
• Situasi penelitian sastra pada abd 19
• Pendekatan ekspresif sangat menonjol
penyair, jiwanya, kreativitasnya,
genialitasnya menjadi perhatian utama.
• Pendekatan historis, segala bidang ilmu
kemanusiaan berorientasi pada sejarah.
• Karya sastra pada dua model penelitian
tersebut hanya dijadikan sarana.

DARNI,PBD, UNESA
• GERAKAN OTONOMI SASTRA

• REAKSI TERHADAP BERBAGAI PENDEKATAN


TERHADAP SASTRA YANG BERORIENTASI
PADA HAL-HAL DI LUAR SASTRA

• INGIN MENGEMBALIKAN PENELITIAN SASTRA


SEBAGAI PENELITIAN YANG OTONOM,
BERORIENTASI PADA SASTRA

• DIRINTIS OLEH FORMALISME DAN


STRUKTURALISME

DARNI,PBD, UNESA
FORMALISME
• Perintis gerakan otonomi sastra
• Muncul di Rusia, 1915-1930
• Ingin melepaskan sastra dari kungkungan ilmu-ilmu lain
• Karya sastra merupakan TANDA yang OTONOM
• Memperhatikan aspek BENTUK sastra
LITERERINESS/kesastraan
• PUISI bunyi (rima, matra, irama, aliterasi, asonansi),
morfologi, sintaksis, semantik
• NARASI motif, fabula, suzjet
• Konsep penting:
 KONSEP DOMINAN
 DEOTOMATISASI, DEFAMILIARISASI,
PENGASINGAN
• Karya sastra menyimpang dari bahasa sehari-hari dan
karya sebelumnya
• Tokoh-tokoh: Shklovsky, Jakobson, Eichenbaum, Tynjanov

DARNI,PBD, UNESA
• MUNCULNYA KEMBALI MINAT TERHADAP
STRUKTUR DI ABAD 20
• Tokoh ilmu bahasa struktural: SAUSSURE
• Perubahan haluan penelitian dari diakronis
(kesejarahan) ke sinkronis
• Pergeseran dalam pendekatan sastra: sarana
penelitian ilmu lain ke penelitian sastra secara
otonom
• Strukturalisme berkembang pada ilmu-ilmu
humaniora lain, seperti sosiologi danantropologi,
arsitektur, dan sastra
• Strukturalisme berkembang pesat ke seluruh Eropa
dan Amerika
• Dalam ilmu bahasa Jawa muncul penelitian
Uhlenbeck, mengenai struktur bahasa Jawa

DARNI,PBD, UNESA
• Di dunia sastra strukturalisme juga cepat
berkembang di Eropa dan Amerika. Di Slavia
oleh Mukarovsky, Vodicka; di di Perancis
oleh Roland Barthes, Todorov, Greimas, dll;
di Inggris oleh I.A. Richards dan T.S. Eliot; di
Amerika Serikat strukturalisme berkembang
menjadi New Criticism.
• Di Amerika muncul buku Theory of Literature
karangan Wellek dan Werren yang disebutut-
sebut sebagai alkitab ilmu sastra dan
diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

DARNI,PBD, UNESA
• STRUKTURALISME DALAM ILMU SASTRA
• Pendekatan struktural dalam ilmu sastra
bertugas untuk mencari LANGUE dalam
cerita
• Ada hubungan homolog antara wacana
(sastra) dan kalimat (bahasa). Wacana dalam
cerita dapat dianggap sebagai kalimat besar,
sebaliknya kalimat dapat dianggap sebagai
wacana kecil.
• Strukturalisme dalam sastra berkiblat pada
strukturalisme dalam ilmu bahasa. Dua
pengertian kembar dalam ilmu bahasa:
– penanda dan petanda
– sintakmatik dan paradikmatik

DARNI,PBD, UNESA
Prosa/fiksi
• Struktur pembangun fiksi
– Intrinsik:
• Bentuk: alur, tokoh, latar, basa, sudut pandang
• Isi : tema amanat
– Ekstrinsik
• Sosio
• Budaya
• Agama
• psikologi

DARNI,PBD, UNESA
UNSUR INTI PAMANGUNE
FIKSI/PROSA
• Unsur inti
– Tema
– Alur
– Paraga
– Latar
• Unsur liyane
– Sudut pandang
– basa
Struktur pamangune guritan
• Fisik
– Bunyi
– Kata
– Kalimat
– Citraan
– Tipografi
– Nada
• Batin: isi (tema dan makna)
DARNI,PBD, UNESA
STRUKTUR PEMBANGUN
DRAMA
• DRAMA SEBAGAI SENI PERTUNJUKKAN
– ACTING
– TATA LAMPU
– TATA PANGGUNG
– IRINGAN MUSIK
– TATA RIAS
• DRAMA SEBAGAI NASKAH
– TEMA, TOKOH, LATAR DAN ALUR
• Konsep struktur:
– Sebuah sistem, merupakan suatu keseluruhan
– Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan
– Perubahan terhadap satu unsur akan merubah
keseluruhannya.
– Bersifat otonom, tidak memerlukan hal di luar dirinya
– Dominannya unsur dalam struktur memainkan
peranan penting.
• Prinsip analisis struktural:
– membongkar dan memaparkan secermat, seteliti,
semendetil dan mendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua anasir/unsur dalam karya sastra
yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh.
– Analisis struktural bukan penjumlahan anasir/ unsur
karya sastra, justru mengupas keseluruhan makna
yang terpadu itu.
DARNI,PBD, UNESA
– Dalam analisis struktural, dominannya anasir
tertentu memainkan peranan penting. Analisis
struktur harus diarahkan oleh ciri khas karya
sastra yang akan dianalisis. Anasir atau unsur
dominan yang merupakan ciri khas karya tersebut
yang memegang peranan penting dalam analisis,
sedangkan anasir yang lain mendukungnya.
• Pendekatan struktural dalam ilmu sastra memiliki
beberapa kelemahan.
– Analisis struktur karya sastra secara umum belum
merupakan teori sastra
– Karya sastra tidak dapat dipahami secara terasing
– Adanya struktur yang objektif makin disangsikan
– Karya yang dinalisis secara terasing akan kehilangan
konteks dan fungsinya
• Strukturalisme berkembang menuju SEMIOTIK, yang
sebelumnya memang sudah diramalkan oleh
Saussure.
DARNI,PBD, UNESA
Semiotik
• Bahasa sebagai sistem tanda
• Tokoh:
– Saussure: semiology (Ilmu Bahasa, Eropa)
– Carles Sander Peirce: semiotika (Filsafat, Amerika)
• Saussure dikembangkan oleh Roland Barthes
dengan teori Mithologies, sistem perlambangan
• MITHOLOGIES, ROLAND BARTHES: MITOS
– SISTEM KOMUNIKASI
– SUATU CARA SINYIFIKASI/perlambangan
– WICARA YANG MENGEMUKAKAN PESAN _
– PESAN: LISAN, TERTULIS, FOTO, FILM, IKLAN,
DLL.
– CARA KERJA MITOS

DARNI,PBD, UNESA
Dalam sistem bahasa, tanda bersifat arbitrer.

Perlambangan dalam mitos justru sebaliknya: tidak


pernah arbitrer, diberi motivasi dan mengandung
analogi. Tidak ada mitos yang tidak diberi motivasi.

DARNI,PBD, UNESA
PERKEMBANGAN STRUKTURALISME
• STRUKTURALISME GENETIK
• STRUKTURALISME DINAMIK
• STRUKTURAL SEMIOTIK
• SEMIOTIK

DARNI,PBD, UNESA
STRUKTURALISME GENETIK
• Tokoh: Lucien Goldmann, Perancis
• Penolakan atas strukturalisme murni
• Melangkah ke struktur sosial, asal usul karya
(penulis dan pembaca/masyarakat)
• Metode Analisis: Intrinsik dan ekstrinsik:
studi diawali dari kajian unsur intrinsik
(tematik), kemudian dihubungkan dengan
realitas masyarakatnya melalui pandangan
dunia atau ideologi yang diekspresikan
pengarang

DARNI,PBD, UNESA
• Ditopang oleh konsep-konsep canggih
– Homologi: hubungan bermakna antara
struktur literer dan struktur sosial
– Kelas sosial: kolektivitas yang menciptakan
gaya hidup tertentu
– Subyek transindividual: menampilkan pikiran-
pikiran individu tetapi dengan struktur mental
kelompok
– Pandangan dunia: kecenderungan suatu
masyarakat, sistem ideologi yang mendasari
perilaku sosial sehari-hari

DARNI,PBD, UNESA
• Pandangan dunia
– bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas
kolektifnya
– Berbagai gagasan, inspirasi, perasaan yang
menghubungkan suatu anggota kelompok
tertentu dan membedakannya dengan kelompok
lain
– Pandangan yang koheren dan terpadu mengenai
hubungan manusia dengan sesamanya dan alam
semesta
• Tiga hal yang perlu diperhatikan dalan
strukturalisme genetik: aspek intrinsik karya
(tematik), latar belakang pencipta, dan latar
belakang sosio budaya dan sejarah
masyarakatnya
DARNI,PBD, UNESA
Langkah-langkah penelitian
Strukturalisme Genetik
• Meneliti unsur-unsur karya sastra dan hubungan
dengan totalitas karya sastra(yang diarahkan
oleh unsur dominan, tema sosial)
• Meneliti unsur-unsur masyarakat yang berfungsi
sebagai genesis karya sastra (penulis dan
masyarakat yang tergambar dalam karya sastra)
• Hubungan unsur-unsur masyarakat dengan
totalitas masyarakat
• Hubungan karya sastra secara keseluruhan
dengan masyarakat secara keseluruhan
DARNI,PBD, UNESA
• Strukturalisme dinamik
– Juga merupakan penolakan terhadap
strukturalisme murni
– Mengaitkan intrisik dan ekstrinsik
– Metode:
• menjelaskan karya sastra berdasarkan struktur
pembangunnya
• Menjelaskan kaitan karya sastra, pengarang, realitas,
dan pembaca
– Perbedaan dengan genetik: dinamik lebih
menekankan pada struktur, tanda, dan realitas
– Stukturalisme dinamik mengabungkan kajian
sastra secara otonom dan semiotik.

DARNI,PBD, UNESA
PSIKOLOGI SASTRA

DARNI,PBD, UNESA
KLASIFIKASI PSIKOLOGI SASTRA

Psikologi Pengarang
Psikologi Karya
Psikologi Pembaca

DARNI,PBD, UNESA
PSIKOANALISIS SIGMUN FREUD
KASUS ANNA O.
Ditangani dengan terapi listrik dan hipnotis, tidak berhasil
Dengan pendekatan kataris / terapi bicara / analisis psikis /
psikoanalisis

OTO ANALISIS
Analisis mimpi-mimpinya sendiri
Analisis mimpi-mimpi pasiennnya
Ditemukan incest

INCEST juga ditemukan dalam karya sastra:


Hamlet
Odipus Roi
Sangkuriang

DARNI,PBD, UNESA
HUBUNGAN SASTRA DAN
PSIKOANALISIS
•Tafsir Mimpi
Mimpi anak-anak (mimpi yang jelas): melakukan sesuatu yang tidak
bisa dilakukan pada siang hari.
Mimpi orang dewasa (mimpi penuh teka-teki): berhubungan dengan
pemenuhan hasrat yang jauh lebih sulit ditangkap.

•Isi Mimpi
Isi manifes: gambar-gambar yang bisa diingat.
Isi laten (pikiran mimpi): sesuatu yang tersembunyi dibalik yang
manifes.

DARNI,PBD, UNESA
Mekanisme Mimpi
Figurasi: pikiran mimpi dimunculkan melalui kata-kata / gambar-
gambar
Kondensasi: peralihan dari pikiran tersembunyi pada teks manifes
dengan penggabungan beberapa pikiran tersembunyi dalam satu
imaji tunggal
Pemindahan: penonjolan sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pikiran mimpi, bahkan merupakan kebalikannya, seakan-akan
hendak menghilangkan jejak dari usaha pelacakan dengan
pemindahan tekanan dari yang penting dan seballiknya
Simbolisasi: berhubungan dengan pikiran tersembunyi melalui
hubungan analogis

Empat pikiran mimpi tersebut membentuk


pekerjaan mimpi yang membantu menyamarkan
hasrat yang tidak terwujud pada waktu sadar

DARNI,PBD, UNESA
HUBUNGAN SASTRA DAN
PSIKOANALISIS
1. Analogi karya sastra dan mimpi: membantu
memberikan kepuasan tak langsung pada
hasrat-hasrat kita

2. Elaborasi karya sastra dengan mimpi:


Sensor
Pekerjaan mimpi dan prosedur karya sastra:
 Kondensasi penciptaan tokoh
 Pengalihan metomini
 Simbolisasi metafora

DARNI,PBD, UNESA
SASTRA DAN KENYATAAN
(MIMESIS PLATO)
Pembayangan, peneladanan, peniruan
Kenyataan bersifat hirarkis
Dunia empirik mewakili kenyataan lewat mimesis
Seni meniru dan membayangkan hal dalam kenyataan
Seni yang baik lewat mimesis
Seni rendah nilainya, mendekati yang ideal hanya jauh dan
serba salah
Tukang lebih baik dari seniman
Seniman cenderung menghimbau, bukan rasio, melainkan
nafsu-nafsu atau emosinya yang justru harus ditekankan
Seni menimbulkan nafsu, manusia yang berasio harus
menekankan nafsu
DARNI,PBD, UNESA
SASTRA DAN KENYATAAN
(CREASIO ARISTOTELES)
Katarsis, seni menyucikan jiwa
Seni membebaskan manusia dari nafsu yang rendah,
melalui pemuasan estetik budi manusia ditingkatkan,
menjadi budiman
Seniman tidak meniru kenyataan, mengatasi
kenyataan, mencipta dunianya sendiri
Karya seni sarana pengetahuan yang khas,
pemahaman manusia yang tidak dapat
dikomunikasikan dengan jalan lain
Seniman lebih tinggi dari tukang, penafsiran
kenyataanlah yang lebih dominan.
DARNI,PBD, UNESA
KAITAN MIMESIS DAN CREASIO

Creasio: Karya seni sesuatu yang baru


Mimesis: Karya seni cerminan realitas
Kaitan dari segi bahasa
Bahasa didasarkan atas pengetahuan dan
pengalaman manusia nyata, sekaligus
independen terhadap kenyataan.
Bahasalah yang memberi kemungkinan
dan pembatasan untuk mengetahui
kenyataan
DARNI,PBD, UNESA
KENYATAAN DARI SEGI
SOSIOLOGI
Kenyataan telah ditafsirkan sebelumnya
Kerangka penafsiran kenyataan lewat struktur
sosial
Struktur sosial menyadiakan sejumlah peran
yang terpaksa diterapkan
Peralatan penafsiran kenyataan adalah bahasa
Bukan kenyataan yang menentukan penafsiran
kita, sebaliknya kerangka penafsiranlah yang
menentukan penafsiran terhadap kenyataan

DARNI,PBD, UNESA
SENI DAN KENYATAAN
(MIMESIS & CREASIO)

Hubungan seni dan kenyataan tidak sederhana,


hubungan dua arah, konvensi sosio budaya
Konvensi dipengaruhi kenyataan
Kenyataan mengarahkan terjadinya konvensi bahasa,
sastra, dan sosio budaya
Penafsiran kenyataan diarahkan oleh ketiga konvensi
tersebut
Membaca sastra harus bolak-balik antara kenyataan dan
rekaan, antara mimesis dan creasio
Membaca teks sebagai mimesis saja akan menyesatkan
Membaca teks sebagai creasio murni juga mengelirukan
DARNI,PBD, UNESA
POSTSTRUKTURALISME

• Terpengaruh oleh filsafat Nietzsche


– Perayaan kreativitas terus menerus,
semua hasil karya murni adalah hasil
karya nilai dan norma baru
– Antipolitik: anti partai dan anti
negara. Negara penjilmaan kekuatan
yang mengintimidasi laki-laki dan
perempuan ke dalamkonformitas.
– Tema umum: individu antipolitik yang
mencari kesempurnaan diri di luar
dunia modern
DARNI,PBD, UNESA
Postrukturalisme
• Terpengaruh olen filsafat Nietzsche

– Menolak sistem. Tidak ada sistem yang


dapat mengungkapkan seluruh kebenaran.
Sistem hanya mengadopsi satu sudut
pandang
– Ilmu bukanlah sistem yang telah selesai dan
impersonal. Ilmu adalah pencarian yang
penuh gairah, rangkaian eksperimen kecil,
berani, dan terus menerus.
– Individualitas Nietzsche menuju pada
konsep pluralitas kehendak individu untuk
berkuasa yang luas. Setiap orang memiliki
kemampuan menjadi baik dan menciptakan
keindahan yang berbeda-beda.
DARNI,PBD, UNESA
• Sedangkan Hegel percaya adanya Ruh
Absolut (kekuatan besar, meta narasi) yang
bekerja dalam semua manifestasi konkrit
dunia. Konsep dialektik Hegel: konsep selalu
tidak memadai dan kontradiktif mengarah
pada konsep yang lebih memadai pada level
yang lebih tinggi. Proses ini terus menerus
berulang sebagai proses dialektik menuju
yang absolut.
• Marx menggantikan Ruh dengan ekonomi.
Kekuatan ekonomi menentukan kekhasan
sistem pola hubungan sosial yang
membentuk setiap tahap perkembangan
sosial.

DARNI,PBD, UNESA
Modernisme dan Postmodernisme
• Modernisme: mode yang dianut oleh masyarakat
yang mendasarkan pada wacana kebenaran dan
keadilan pada narasi-narasi historis dan ilmiah
besar (metanarasi). Contoh Marxisme
• Posmodernisme: tidak percaya pada metanarasi.
Masyarakat yang individualis dan fragmentaris
Ciri utama postmodernisme: pastiche dan
schizofrenia
– Pastiche: tiruan gaya yang telah mati, film
nostalgia, nilai tradisional
– Schizofrenia: pengalaman penanda material yang
terpisah, terisolasi dan gagal membentuk
rangkaian yang koheran. Tidak memiliki identitas
personal, tidak memiliki rencana
DARNI,PBD, UNESA
TEORI-TEORI SASTRA PENDUKUNG
POSTSTRUKTURALISME
A.Dekonstruksi
– OPOSISI BINER
– PEMBACAAN DENGAN CARA YANG
BERBEDA (BERBEDA DG
STRUKTURALISME)
– MAKNA PLURAL DALAM KARYA SASTRA
– MENOLAK SISTEM
– MENGANGKAT BAGIAN YANG
TERPINGGIRKAN DARI SISTEM
– KAJIAN INTRINSIK, DIPUSATKAN PADA
UNSUR TOKOH
DARNI,PBD, UNESA
B. Feminisme
• Latar belakang feminisme
• Berbagai aliran feminisme
• Radikal
• Sosial
• Liberal
• Peran perempuan (gnder)
• Tradisional
• Mandiri
– Emansipasi Kartini dan Feminisme di
Indonesia
DARNI,PBD, UNESA
Feminisme
• Kajian feminis:
– Citra perempuan (kedudukan dan peran
perempuan)
– Deskriminasi perempuan
– Ketertindasan perempuan
– Kekerasan terhadap perempuan
– Kemandirian perempuan
• Lesbianisme, homoseksual, dan
transgender
DARNI,PBD, UNESA
C. Postkolonialisme
– Sebagai era: memiliki batasan waktu yang
jelas, era setelah penjajahan
– Sebagai teori: varian postrukturalisme,
memperjuangkan narasi kecil (terjajah)
– Postkolonialisme vs orientalisme
– Orientalisme : pemahaman, ilmu
pengetahuan,teori-teori barat yang syarat
dengan ideologi mengenai inferioritas
bangsa Timur.
– Poskolonialisme: membongkar hegemoni
pengetahuan Barat mengenai dunia Timur.
DARNI,PBD, UNESA
• Postkolonialisme: cara-cara yang digunakan
untuk menganalisis berbagai gejala kultural
seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan
berbagai dokumen lainnya yang terjadi di
negara-negara bekas koloni Eropa modern
• Objek postkolonialisme:
• aspek-aspek kebudayaan yang pernah
mengalami kekuasaan imperal sampai
sekarang
• Segala tulisan yang berkaiatan dengan
pengalaman kolonial

DARNI,PBD, UNESA
Sasaran Analisis Poskolonialisme
• Postkolonialisme menganalisis hubungan Barat dan
Timur sesudah koloni memperoleh kemerdekaan yang
berbuah:
– Penindasan ras, gender, dan berbagai bentuk
penjajahan
– Pembodohan dengan cara mengebiri perkembangan
sistem pendidikan
– Depresi psikologis sebagai akibat hegemoni
kekuasaan yang dilakukan pada masa pndudukan.
– Mimikri
– Nasionalisme, perjuangan, pengorbanan
DARNI,PBD, UNESA
D. New Historicism
– Varian poststrukturalisme yang menolak narasi besar, sistem,
mengangkat hal yang terpinggirkan dari sistem (berkaitan dengan
sejarah)
– Mengangkat kelompok yang terpinggirkan seperti kaum miskin,
gelandangan, kelompok cacat,perempuan, dll
– Menolak keluarnya sosio politik dari interpretasi karya sastra (menolak
strukturalisme, khususnya New Criticism di Amerika)
– konteks sejarah merupakan faktor penting untuk memahami karya
sastra.
– Ada kepaduan antara teks dengan konteks (sosio budaya yang melatari
lahirnya sastra)
– Sastra membentuk sejarah, sebaliknya sejarah membentuk karya sastra

DARNI,PBD, UNESA
4 asumsi yang dikemukakan oleh Greenblatt.
– Pertama, karya sastra bernilai sejarah, bukan sekedar catatan
tentang pikiran seseorang. Karya sastra merupakan bentuk sosial
budaya dan untuk memahaminya harus dikaitkan dengan sosio
budaya yang menghasilkannya.
– Kedua, karya sastra merupakan pandangan tertentu terhadap
sejarah.
– Ketiga, seperti halnya karya sastra, manusia, termasuk ahli sejarah
dan kritikus juga mengalami bentuk tekanan sosial politik.
– Keempat, akibatnya ahli sejarah atau kritikus sastra terjebak pada
kesejarahannya sendiri. Tak seorangpun yang mampu bangkit dari
strukur sosialnya sendiri.

DARNI,PBD, UNESA
PERMASALAHAN DALAM NH
• Pertama, perilaku atau budaya yang dikukuhkan
dalam teks.
• Kedua, mengapa pembaca tertentu
menganggap karya tersebut bermakna.
• Ketiga, perbedaan nilai kritikus dengan nilai
dalam teks.
• Keempat, pemahaman sosial yang melatari teks.
• Kelima, kebebasan berpikir yang dibayangkan
dalam teks secara eksplisit maupun implisit.
• Keenam, pandangan atau ideologi yang
didukung atau ditentang oleh teks.
DARNI,PBD, UNESA
Pendekatan

• Psikologi sigmun freud


• Psikologi skiner
• Psikologi sosial
NIP. 195312151980021002
• Sosiologi
• Historisism
• Antropologi sastra
• Feminisme
• Strukturalisme genetik
DARNI,PBD, UNESA
SASTRA

PENULIS MASYARAKAT

DARNI,PBD, UNESA

Anda mungkin juga menyukai