OLEH: DARNI
DARNI,PBD, UNESA
PENGERTIAN SASTRA
• DEFINISI SASTRA, PERLUKAH
• CIRI-CIRI SASTRA
– Di luar teks:
• Tempat
• Sampul,
• Judul
– Di dalam teks:
• Bahasa dan non bahasa
• Isi
DARNI,PBD, UNESA
HAKIKAT SAsTRA
1. Karya Imajiner
2. Karya Estetis
DARNI,PBD, UNESA
Bersifat rekaan, khayalan, tidak terjadi
sungguh-sungguh
DARNI,PBD, UNESA
Menghibur: menyuguhkan keindahan,
kepuasan batin, memanusiakan manusia
KARYA ESTETIS
DARNI,PBD, UNESA
Tidak selalu sejalan dengan kebenaran
di dunia nyata
KEBENARAN
DARNI,PBD, UNESA
Genre sastra selalu
berubah, berkembang:
bagai institusi yang selalu
berkembang
DARNI,PBD, UNESA
CERPEN DAN NOVEL
Persamaan cerpen dan Perbedaan:
novel dibangun oleh Secara formal
unsur-unsur berbeda panjang
pembangunan yang dan pendeknya
sama (intrinsik: Masing-masing
peristiwa, tokoh, tema, memiliki keunggulan
plot, sudut pandang sendiri
dan latar, bahasa, Unsur pembangun
serta unsur novel lebih rinci
ekstrinsik)
DARNI,PBD, UNESA
NOVEL SERIUS DAN NOVEL POPULER
NOVEL SERIUS NOVEL POPULER
Tahan sepanjang zaman Populer pada suatu saat
Sanggup memberikan yang serba Menampilkan masalah aktual
berkemungkinan
Untuk memahami diperlukan daya Mudah dibaca dan dipahami
konsentrasi tinggi
Diungkapkan secara mendalam Pengungkapan pada taraf permukaan
(mementingkan aspek estetis)
Mementingkan mutu Mengejar selera pembaca
Masalah berkisar pada hakikat Berkisar pada masalah cinta asmara
kehidupan dan kemanusiaan dan berbau porno
Menghibur dan memberikan Hanya bertujuan menghibur
pengalaman berharga
Mengutamakan kebaruan dan dengan Stereotip
pengungkapan yang baru juga
DARNI,PBD, UNESA
Makna ganda (peran pembaca implisit) Mengharamkan makna ganda.
GENRE SASTRA JAWA
• PUISI
– KAKAWIN
– KIDUNG
– TEMBANG
– GURITAN
• PROSA
– TRADISIONAL
– MODERN: CERKAK, CERBUNG, NOVEL
• DRAMA
– TRADISIONAL: kethoprak, ludruk, wayang, jemblung, kentrung,
dll
– Modern
DARNI,PBD, UNESA
SASTRA JAWA MODERN
• Sastra yang hidup saat ini
• Mengalami ketidaksinambungan dengan
bentuk sastra sebelumnya, sastra klasik
– Tempat
– Pengarang
– Genre
– Bebas dari aturan
DARNI,PBD, UNESA
TUMBUHNYA SASTRA JAWA
MODERN
DARNI,PBD, UNESA
LAHIRNYA SASTRA JAWA
MODERN
• PROSA
– Novel Serat Riyanto karya RM Sulardi (1920)
• Tema
• Alur
• Hiburan dan pendidikan
• CRITA CEKAK
– Lelakon: Netepi Kuwajiban karya Sambo
• CRITA SAMBUNG
– Crita sambung sinambung: Sandhal Jinjit ing
Sekaten Sala karya Sri Susinah
DARNI,PBD, UNESA
TEORI STRUKTUR KARYA SASTRA
ARISTOTELES
– Aristoteles (340 sm), pendekatan objektif muncul
di Athena sekitar 340 SM, bukunya: Poetika
– Struktur karya sastra Aristoteles plot tragedi,
harus memiliki KESELURUHAN, dengan empat
syarat utama:
• order: urutan, aturan
• Etitude: ruang lingkup karya memungkinkan
perkembangan peristiwa yang masuk akal, dan
adanya peredaran nasib baik ke buruk dan
sebaliknya
• Unity: semua unsur dalam plot harus ada, dan
tidak dapat bertukar tempat
• coherence: kesesuaian dengan dunia nyata
tidak harus terjadi sungguh-sungguh, juga
yang mungkin dan tidak mungkin terjadi
DARNI,PBD, UNESA
• KURANGNYA MINAT TERHADAP STRUKTUR
KARYA SASTRA
• Situasi penelitian sastra pada abd 19
• Pendekatan ekspresif sangat menonjol
penyair, jiwanya, kreativitasnya,
genialitasnya menjadi perhatian utama.
• Pendekatan historis, segala bidang ilmu
kemanusiaan berorientasi pada sejarah.
• Karya sastra pada dua model penelitian
tersebut hanya dijadikan sarana.
DARNI,PBD, UNESA
• GERAKAN OTONOMI SASTRA
DARNI,PBD, UNESA
FORMALISME
• Perintis gerakan otonomi sastra
• Muncul di Rusia, 1915-1930
• Ingin melepaskan sastra dari kungkungan ilmu-ilmu lain
• Karya sastra merupakan TANDA yang OTONOM
• Memperhatikan aspek BENTUK sastra
LITERERINESS/kesastraan
• PUISI bunyi (rima, matra, irama, aliterasi, asonansi),
morfologi, sintaksis, semantik
• NARASI motif, fabula, suzjet
• Konsep penting:
KONSEP DOMINAN
DEOTOMATISASI, DEFAMILIARISASI,
PENGASINGAN
• Karya sastra menyimpang dari bahasa sehari-hari dan
karya sebelumnya
• Tokoh-tokoh: Shklovsky, Jakobson, Eichenbaum, Tynjanov
DARNI,PBD, UNESA
• MUNCULNYA KEMBALI MINAT TERHADAP
STRUKTUR DI ABAD 20
• Tokoh ilmu bahasa struktural: SAUSSURE
• Perubahan haluan penelitian dari diakronis
(kesejarahan) ke sinkronis
• Pergeseran dalam pendekatan sastra: sarana
penelitian ilmu lain ke penelitian sastra secara
otonom
• Strukturalisme berkembang pada ilmu-ilmu
humaniora lain, seperti sosiologi danantropologi,
arsitektur, dan sastra
• Strukturalisme berkembang pesat ke seluruh Eropa
dan Amerika
• Dalam ilmu bahasa Jawa muncul penelitian
Uhlenbeck, mengenai struktur bahasa Jawa
DARNI,PBD, UNESA
• Di dunia sastra strukturalisme juga cepat
berkembang di Eropa dan Amerika. Di Slavia
oleh Mukarovsky, Vodicka; di di Perancis
oleh Roland Barthes, Todorov, Greimas, dll;
di Inggris oleh I.A. Richards dan T.S. Eliot; di
Amerika Serikat strukturalisme berkembang
menjadi New Criticism.
• Di Amerika muncul buku Theory of Literature
karangan Wellek dan Werren yang disebutut-
sebut sebagai alkitab ilmu sastra dan
diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
DARNI,PBD, UNESA
• STRUKTURALISME DALAM ILMU SASTRA
• Pendekatan struktural dalam ilmu sastra
bertugas untuk mencari LANGUE dalam
cerita
• Ada hubungan homolog antara wacana
(sastra) dan kalimat (bahasa). Wacana dalam
cerita dapat dianggap sebagai kalimat besar,
sebaliknya kalimat dapat dianggap sebagai
wacana kecil.
• Strukturalisme dalam sastra berkiblat pada
strukturalisme dalam ilmu bahasa. Dua
pengertian kembar dalam ilmu bahasa:
– penanda dan petanda
– sintakmatik dan paradikmatik
DARNI,PBD, UNESA
Prosa/fiksi
• Struktur pembangun fiksi
– Intrinsik:
• Bentuk: alur, tokoh, latar, basa, sudut pandang
• Isi : tema amanat
– Ekstrinsik
• Sosio
• Budaya
• Agama
• psikologi
DARNI,PBD, UNESA
UNSUR INTI PAMANGUNE
FIKSI/PROSA
• Unsur inti
– Tema
– Alur
– Paraga
– Latar
• Unsur liyane
– Sudut pandang
– basa
Struktur pamangune guritan
• Fisik
– Bunyi
– Kata
– Kalimat
– Citraan
– Tipografi
– Nada
• Batin: isi (tema dan makna)
DARNI,PBD, UNESA
STRUKTUR PEMBANGUN
DRAMA
• DRAMA SEBAGAI SENI PERTUNJUKKAN
– ACTING
– TATA LAMPU
– TATA PANGGUNG
– IRINGAN MUSIK
– TATA RIAS
• DRAMA SEBAGAI NASKAH
– TEMA, TOKOH, LATAR DAN ALUR
• Konsep struktur:
– Sebuah sistem, merupakan suatu keseluruhan
– Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan
– Perubahan terhadap satu unsur akan merubah
keseluruhannya.
– Bersifat otonom, tidak memerlukan hal di luar dirinya
– Dominannya unsur dalam struktur memainkan
peranan penting.
• Prinsip analisis struktural:
– membongkar dan memaparkan secermat, seteliti,
semendetil dan mendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua anasir/unsur dalam karya sastra
yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh.
– Analisis struktural bukan penjumlahan anasir/ unsur
karya sastra, justru mengupas keseluruhan makna
yang terpadu itu.
DARNI,PBD, UNESA
– Dalam analisis struktural, dominannya anasir
tertentu memainkan peranan penting. Analisis
struktur harus diarahkan oleh ciri khas karya
sastra yang akan dianalisis. Anasir atau unsur
dominan yang merupakan ciri khas karya tersebut
yang memegang peranan penting dalam analisis,
sedangkan anasir yang lain mendukungnya.
• Pendekatan struktural dalam ilmu sastra memiliki
beberapa kelemahan.
– Analisis struktur karya sastra secara umum belum
merupakan teori sastra
– Karya sastra tidak dapat dipahami secara terasing
– Adanya struktur yang objektif makin disangsikan
– Karya yang dinalisis secara terasing akan kehilangan
konteks dan fungsinya
• Strukturalisme berkembang menuju SEMIOTIK, yang
sebelumnya memang sudah diramalkan oleh
Saussure.
DARNI,PBD, UNESA
Semiotik
• Bahasa sebagai sistem tanda
• Tokoh:
– Saussure: semiology (Ilmu Bahasa, Eropa)
– Carles Sander Peirce: semiotika (Filsafat, Amerika)
• Saussure dikembangkan oleh Roland Barthes
dengan teori Mithologies, sistem perlambangan
• MITHOLOGIES, ROLAND BARTHES: MITOS
– SISTEM KOMUNIKASI
– SUATU CARA SINYIFIKASI/perlambangan
– WICARA YANG MENGEMUKAKAN PESAN _
– PESAN: LISAN, TERTULIS, FOTO, FILM, IKLAN,
DLL.
– CARA KERJA MITOS
DARNI,PBD, UNESA
Dalam sistem bahasa, tanda bersifat arbitrer.
DARNI,PBD, UNESA
PERKEMBANGAN STRUKTURALISME
• STRUKTURALISME GENETIK
• STRUKTURALISME DINAMIK
• STRUKTURAL SEMIOTIK
• SEMIOTIK
DARNI,PBD, UNESA
STRUKTURALISME GENETIK
• Tokoh: Lucien Goldmann, Perancis
• Penolakan atas strukturalisme murni
• Melangkah ke struktur sosial, asal usul karya
(penulis dan pembaca/masyarakat)
• Metode Analisis: Intrinsik dan ekstrinsik:
studi diawali dari kajian unsur intrinsik
(tematik), kemudian dihubungkan dengan
realitas masyarakatnya melalui pandangan
dunia atau ideologi yang diekspresikan
pengarang
DARNI,PBD, UNESA
• Ditopang oleh konsep-konsep canggih
– Homologi: hubungan bermakna antara
struktur literer dan struktur sosial
– Kelas sosial: kolektivitas yang menciptakan
gaya hidup tertentu
– Subyek transindividual: menampilkan pikiran-
pikiran individu tetapi dengan struktur mental
kelompok
– Pandangan dunia: kecenderungan suatu
masyarakat, sistem ideologi yang mendasari
perilaku sosial sehari-hari
DARNI,PBD, UNESA
• Pandangan dunia
– bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas
kolektifnya
– Berbagai gagasan, inspirasi, perasaan yang
menghubungkan suatu anggota kelompok
tertentu dan membedakannya dengan kelompok
lain
– Pandangan yang koheren dan terpadu mengenai
hubungan manusia dengan sesamanya dan alam
semesta
• Tiga hal yang perlu diperhatikan dalan
strukturalisme genetik: aspek intrinsik karya
(tematik), latar belakang pencipta, dan latar
belakang sosio budaya dan sejarah
masyarakatnya
DARNI,PBD, UNESA
Langkah-langkah penelitian
Strukturalisme Genetik
• Meneliti unsur-unsur karya sastra dan hubungan
dengan totalitas karya sastra(yang diarahkan
oleh unsur dominan, tema sosial)
• Meneliti unsur-unsur masyarakat yang berfungsi
sebagai genesis karya sastra (penulis dan
masyarakat yang tergambar dalam karya sastra)
• Hubungan unsur-unsur masyarakat dengan
totalitas masyarakat
• Hubungan karya sastra secara keseluruhan
dengan masyarakat secara keseluruhan
DARNI,PBD, UNESA
• Strukturalisme dinamik
– Juga merupakan penolakan terhadap
strukturalisme murni
– Mengaitkan intrisik dan ekstrinsik
– Metode:
• menjelaskan karya sastra berdasarkan struktur
pembangunnya
• Menjelaskan kaitan karya sastra, pengarang, realitas,
dan pembaca
– Perbedaan dengan genetik: dinamik lebih
menekankan pada struktur, tanda, dan realitas
– Stukturalisme dinamik mengabungkan kajian
sastra secara otonom dan semiotik.
DARNI,PBD, UNESA
PSIKOLOGI SASTRA
DARNI,PBD, UNESA
KLASIFIKASI PSIKOLOGI SASTRA
Psikologi Pengarang
Psikologi Karya
Psikologi Pembaca
DARNI,PBD, UNESA
PSIKOANALISIS SIGMUN FREUD
KASUS ANNA O.
Ditangani dengan terapi listrik dan hipnotis, tidak berhasil
Dengan pendekatan kataris / terapi bicara / analisis psikis /
psikoanalisis
OTO ANALISIS
Analisis mimpi-mimpinya sendiri
Analisis mimpi-mimpi pasiennnya
Ditemukan incest
DARNI,PBD, UNESA
HUBUNGAN SASTRA DAN
PSIKOANALISIS
•Tafsir Mimpi
Mimpi anak-anak (mimpi yang jelas): melakukan sesuatu yang tidak
bisa dilakukan pada siang hari.
Mimpi orang dewasa (mimpi penuh teka-teki): berhubungan dengan
pemenuhan hasrat yang jauh lebih sulit ditangkap.
•Isi Mimpi
Isi manifes: gambar-gambar yang bisa diingat.
Isi laten (pikiran mimpi): sesuatu yang tersembunyi dibalik yang
manifes.
DARNI,PBD, UNESA
Mekanisme Mimpi
Figurasi: pikiran mimpi dimunculkan melalui kata-kata / gambar-
gambar
Kondensasi: peralihan dari pikiran tersembunyi pada teks manifes
dengan penggabungan beberapa pikiran tersembunyi dalam satu
imaji tunggal
Pemindahan: penonjolan sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pikiran mimpi, bahkan merupakan kebalikannya, seakan-akan
hendak menghilangkan jejak dari usaha pelacakan dengan
pemindahan tekanan dari yang penting dan seballiknya
Simbolisasi: berhubungan dengan pikiran tersembunyi melalui
hubungan analogis
DARNI,PBD, UNESA
HUBUNGAN SASTRA DAN
PSIKOANALISIS
1. Analogi karya sastra dan mimpi: membantu
memberikan kepuasan tak langsung pada
hasrat-hasrat kita
DARNI,PBD, UNESA
SASTRA DAN KENYATAAN
(MIMESIS PLATO)
Pembayangan, peneladanan, peniruan
Kenyataan bersifat hirarkis
Dunia empirik mewakili kenyataan lewat mimesis
Seni meniru dan membayangkan hal dalam kenyataan
Seni yang baik lewat mimesis
Seni rendah nilainya, mendekati yang ideal hanya jauh dan
serba salah
Tukang lebih baik dari seniman
Seniman cenderung menghimbau, bukan rasio, melainkan
nafsu-nafsu atau emosinya yang justru harus ditekankan
Seni menimbulkan nafsu, manusia yang berasio harus
menekankan nafsu
DARNI,PBD, UNESA
SASTRA DAN KENYATAAN
(CREASIO ARISTOTELES)
Katarsis, seni menyucikan jiwa
Seni membebaskan manusia dari nafsu yang rendah,
melalui pemuasan estetik budi manusia ditingkatkan,
menjadi budiman
Seniman tidak meniru kenyataan, mengatasi
kenyataan, mencipta dunianya sendiri
Karya seni sarana pengetahuan yang khas,
pemahaman manusia yang tidak dapat
dikomunikasikan dengan jalan lain
Seniman lebih tinggi dari tukang, penafsiran
kenyataanlah yang lebih dominan.
DARNI,PBD, UNESA
KAITAN MIMESIS DAN CREASIO
DARNI,PBD, UNESA
SENI DAN KENYATAAN
(MIMESIS & CREASIO)
DARNI,PBD, UNESA
Modernisme dan Postmodernisme
• Modernisme: mode yang dianut oleh masyarakat
yang mendasarkan pada wacana kebenaran dan
keadilan pada narasi-narasi historis dan ilmiah
besar (metanarasi). Contoh Marxisme
• Posmodernisme: tidak percaya pada metanarasi.
Masyarakat yang individualis dan fragmentaris
Ciri utama postmodernisme: pastiche dan
schizofrenia
– Pastiche: tiruan gaya yang telah mati, film
nostalgia, nilai tradisional
– Schizofrenia: pengalaman penanda material yang
terpisah, terisolasi dan gagal membentuk
rangkaian yang koheran. Tidak memiliki identitas
personal, tidak memiliki rencana
DARNI,PBD, UNESA
TEORI-TEORI SASTRA PENDUKUNG
POSTSTRUKTURALISME
A.Dekonstruksi
– OPOSISI BINER
– PEMBACAAN DENGAN CARA YANG
BERBEDA (BERBEDA DG
STRUKTURALISME)
– MAKNA PLURAL DALAM KARYA SASTRA
– MENOLAK SISTEM
– MENGANGKAT BAGIAN YANG
TERPINGGIRKAN DARI SISTEM
– KAJIAN INTRINSIK, DIPUSATKAN PADA
UNSUR TOKOH
DARNI,PBD, UNESA
B. Feminisme
• Latar belakang feminisme
• Berbagai aliran feminisme
• Radikal
• Sosial
• Liberal
• Peran perempuan (gnder)
• Tradisional
• Mandiri
– Emansipasi Kartini dan Feminisme di
Indonesia
DARNI,PBD, UNESA
Feminisme
• Kajian feminis:
– Citra perempuan (kedudukan dan peran
perempuan)
– Deskriminasi perempuan
– Ketertindasan perempuan
– Kekerasan terhadap perempuan
– Kemandirian perempuan
• Lesbianisme, homoseksual, dan
transgender
DARNI,PBD, UNESA
C. Postkolonialisme
– Sebagai era: memiliki batasan waktu yang
jelas, era setelah penjajahan
– Sebagai teori: varian postrukturalisme,
memperjuangkan narasi kecil (terjajah)
– Postkolonialisme vs orientalisme
– Orientalisme : pemahaman, ilmu
pengetahuan,teori-teori barat yang syarat
dengan ideologi mengenai inferioritas
bangsa Timur.
– Poskolonialisme: membongkar hegemoni
pengetahuan Barat mengenai dunia Timur.
DARNI,PBD, UNESA
• Postkolonialisme: cara-cara yang digunakan
untuk menganalisis berbagai gejala kultural
seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan
berbagai dokumen lainnya yang terjadi di
negara-negara bekas koloni Eropa modern
• Objek postkolonialisme:
• aspek-aspek kebudayaan yang pernah
mengalami kekuasaan imperal sampai
sekarang
• Segala tulisan yang berkaiatan dengan
pengalaman kolonial
DARNI,PBD, UNESA
Sasaran Analisis Poskolonialisme
• Postkolonialisme menganalisis hubungan Barat dan
Timur sesudah koloni memperoleh kemerdekaan yang
berbuah:
– Penindasan ras, gender, dan berbagai bentuk
penjajahan
– Pembodohan dengan cara mengebiri perkembangan
sistem pendidikan
– Depresi psikologis sebagai akibat hegemoni
kekuasaan yang dilakukan pada masa pndudukan.
– Mimikri
– Nasionalisme, perjuangan, pengorbanan
DARNI,PBD, UNESA
D. New Historicism
– Varian poststrukturalisme yang menolak narasi besar, sistem,
mengangkat hal yang terpinggirkan dari sistem (berkaitan dengan
sejarah)
– Mengangkat kelompok yang terpinggirkan seperti kaum miskin,
gelandangan, kelompok cacat,perempuan, dll
– Menolak keluarnya sosio politik dari interpretasi karya sastra (menolak
strukturalisme, khususnya New Criticism di Amerika)
– konteks sejarah merupakan faktor penting untuk memahami karya
sastra.
– Ada kepaduan antara teks dengan konteks (sosio budaya yang melatari
lahirnya sastra)
– Sastra membentuk sejarah, sebaliknya sejarah membentuk karya sastra
DARNI,PBD, UNESA
4 asumsi yang dikemukakan oleh Greenblatt.
– Pertama, karya sastra bernilai sejarah, bukan sekedar catatan
tentang pikiran seseorang. Karya sastra merupakan bentuk sosial
budaya dan untuk memahaminya harus dikaitkan dengan sosio
budaya yang menghasilkannya.
– Kedua, karya sastra merupakan pandangan tertentu terhadap
sejarah.
– Ketiga, seperti halnya karya sastra, manusia, termasuk ahli sejarah
dan kritikus juga mengalami bentuk tekanan sosial politik.
– Keempat, akibatnya ahli sejarah atau kritikus sastra terjebak pada
kesejarahannya sendiri. Tak seorangpun yang mampu bangkit dari
strukur sosialnya sendiri.
DARNI,PBD, UNESA
PERMASALAHAN DALAM NH
• Pertama, perilaku atau budaya yang dikukuhkan
dalam teks.
• Kedua, mengapa pembaca tertentu
menganggap karya tersebut bermakna.
• Ketiga, perbedaan nilai kritikus dengan nilai
dalam teks.
• Keempat, pemahaman sosial yang melatari teks.
• Kelima, kebebasan berpikir yang dibayangkan
dalam teks secara eksplisit maupun implisit.
• Keenam, pandangan atau ideologi yang
didukung atau ditentang oleh teks.
DARNI,PBD, UNESA
Pendekatan
PENULIS MASYARAKAT
DARNI,PBD, UNESA