Anda di halaman 1dari 13

Ideologi

Pembacaan Fiksi

Memahami Fiksi dari Kacamata Ilmu Sosial


Agenda Style Pengantar
01 Definisi Fiksi, Ideologi, dan Ideologi Pembacaan Fiksi

02 Sejarah
Sejarah Sastra Indonesia Dan Kritik Sastra sebagai Ideologi
praktik Pembacaan Fiksi

03 Ideologi-ideologi
Jenis-jenis ideologi

04 Kesimpulan
Fungsi Ideologi dan kegunaannya dalam kehidupan
Pancasila? Ideologi Pembacaan Fiksi
Memahami Fiksi dari Kacamata Ilmu Sosial
IDEOLOGI
Ideologi adalah konsepsi-konsepsi yang
DEFINISI Pembacaan
membentuk sistem yang menjadi Proses, cara, perbuatan membaca. Dalam
landasan atau jalan bagi arah dan tujuan proses tersebut tentu saja ada metode,
tahapan, dan instrumen atau alat untuk
kehidupan manusia sebagai pribadi, membaca. Dalam hal ini ideologi adalah
kelompok, maupun sebagai lembaga alat tersebut.
institusional yang mewadahi bangsa- 01
bangsa dalam satu kawasan teritorial
tertentu.
FIKSI Linguistik
Fiksi adalah genre sastra yang 02 Sebuah sistem formal dari tanda-
mengungkapkan kemampuan manusia tanda yang diyakini para ideolog
memahami dunia yang dimediasi oleh sebagai tempat ide-ide yang
linguistik dan konstruksi variabel budaya muncul dari pengalaman manusia
yang disebut sebagai sensasi
lainnya —yang disebut Nelson Goodman 03 diubah dan diatur di dalamnya.
sebagai "cara menciptakan dunia".

Variabel Budaya UU No.5 tahun 2017


04
Adat Istiadat, Ritus, Pengetahuan, Olah 05
Raga, Bahasa, Tradisi Lisan, Manuskrip,
Permainan Rakyat, Seni, dan Teknologi.
Sejarah Ideologi Pembacaan Fiksi Sastra Indonesia
1930 1950 2000-an 2007
Polemik Kebudayaan
Angkatan 45 Vs Lekra Bahari Vs Kontinental TUK VS Boemipoetra
polemik seputar Kelompok Radhar Panca Dahana
apakah zaman Gelanggang Pada dasarnya, Di Pernyataan Sikap
Sastrawan Ode
Indonesia modern mendeklarasikan negara kontinental,
pandangan mereka yang diagungkan Kampung dan
pada awal Abad ke- berdirinya
dalam sebuah adalah yang wujudnya
20 merupakan Boemipoetra
pernyataan yang berada di posisi lebih
kelanjutan zaman dikenal dengan tinggi dan biasanya sebagai tanggapan
sebelumnya Surat Kepercayaan berbentuk piramida atas kelompok TUK
ataukah justru Gelanggang, yang menyerupai gunung. (Teater Utan Kayu)
yang dianggap
sama sekali baru. menyatakan bahwa Hal itu tak ada pada
kebudayaan pada kebudayaan bahari. arogan terhdap
Bagian ini diisi komunitas lain,
dasarnya bersifat Seperti laut yang
dengan saling balas mengekspoitasi
universal dan harus tampak bak garis
tulisan antara bebas dari sekat- lurus horizontal jadi seksual sebagai
Sutan Takdir sekat politik dan keseharian hidup standar estetika,
Alisjahbana, Sanusi ideologis. Penyair- masyarakat bahari, menerima bantuan
asing yang
Pane, dan penyair Lekra ciri utamanya adalah
beranggapan puisi egaliter. Orang-orang memperalat
Poerbatjaraka. keindonesiaan dan
harus dekat dengan yang dekat dengan
realitas maka (Politik laut adalah orang tidak peduli pada
adalah panglima, yang terbuka serta bencana Lumpur
Lima Kombinasi dan mau menerima Lapindo.
Turun Kebawah.) perbedaan.

Add Text Add Text Add Text Add Text


Ideologi
Pembacaan
Sastra Mempengaruhi Sosial
Novel mengubah manusia yang membuat manusia
semakin hilang dan tidak dapat membedakan antara
fiksi dan fakta. Novel mengambil peran penting
antara manusia dengan dunia yang sebelumnya
dibentuk oleh kitab suci dan agama. (D.H.
Lawrence)

Ilmu Sosial Berbasis Sastra


Narasi dalam sastra bisa menjadi masukan bagi
pendewasaan ilmu sosial. Zeldin berkat
sumbangannya dari narasi, dia menulis sebuah
sejarah masayrakat modern tempat batas antara
alamiah dan imajinatif mulai kabur dan, yang lebih
penting, pengalaman individu ternyata bisa menjadi
sumber sejarah. (St Sunardi)

Ilmu Sastra Berbasis Sastra


Harold Bloom dengan Teori The Anxiety of Influence
mencoba memurnikan ilmu sastra yang
menjelaskan tentang sastra dan bukan ideologi
membaca sastra.
Ideologi

Dua Ideologi , Materialism dan Idealism jika digunakan


sebagai metodologi atau cara membaca karya sastra tidak lagi
menjadi ideologi melainkan approach atau pendekatan.

Historisisme, Marxisme, Feminisme,


Postmodernisme, Postkolonialisme,

Existensialisme, Psikoanalisa,
Strukturalisme, Dekonstruksi,

D
Formalisme,

D D
D
D
Ilmu Sosial Berbasis Sastra
Sastra dan Ilmu Sosial ST. Sunardi Jangan Heran Kedekatan Sastra dan Ilmu Sosial
Cultural Intimacy: Social Poetics in the Nation-States
(1997) karya Muchael Herzfeld yang mengisahkan Linguistic Turn, Prof Verhaar berbicara tentang ilmu
sejarah Nasionalisme di Yunani. bahasa atau linguistik secara perlahan mendesak
Anatomy of Love (1993) kary Helen Fisher yang epistemologi ilmu sosial. Rotry menyebutnya sebagai
berbicara sejarah monogami, perselingkuhan dan narrative turn. Teori Sastra yang telah melakukan
perceraian, dekonstruksi pada linguistik.
An Intimate History of Humanity (1994) Theodore Giddens
Zeldin. DI bidang Teologi sosial Politik ada Gereja Linguistik melahirkan strukturalisme, sastra
Diaspora karya Mangunwijaya. menghasilkan strukturasi. Ia berharap bahwa Ilmu Sosial
Sosiologi Agama dalam masyarakat Modern After bisa menjadi titik temu antara filsafat sosial dan puisi.
God The future of Religion (1997) dan For Fear for
Angels.How To Sex Has Usurped Religion. Tujuan Belajar Dari Ilmu Sastra

Ilmu Sosial tidak hendak mengadili Sastra tetapi


untuk belajar secara lebih netral untuk
Pertentangan
berkomunikasi dengan para sastrawan maupun
Pertangkaran antara para seniman dan “dunia” yang diciptakan lewat karya-karya mereka.
pengamat (kritikus) sudah lama terjadi,
bukan hanya di Indonesia namun juga di
tempat lain.
Ilmu Sosial Berbasis Satra
St Sunardi
Filsafat Bahasa Landasan Baru Ilmu Sosial
Edward Said membongkar Epistemologi Orietalisme sambil membuka
pintu pada Postkolonialisme. Michael Foucault mengadakan analisis
wacana untuk melihat prawacana, Antonio Gramsci melihat sastra
sebagai medium pembaruan moral dan untuk mengungkapkan ideologi-
ideologi kelompok sosial, Pierre Bourdieu merumuskan teori habitus
dengan menggali sosiologi sastra. Koentowijoyo dan Mangunwijaya
adalah dua orang di Indonesia yang mempertemukan filsafat sosial dan
puisi dalam tulisan mereka menurut Giddens.
Merumuskan Identitas
Tugas ilmu sosial tidak lagi disibukkan dengan mencari alasan
bagaimana suatu tatanan masyarakat itu mungkin melainakn
persoalan tatanan bisa melayani kelompok sosial merumuskan
identitasnya.
Membuka ruang komunikasi dan Konsensus
Karya Mangunwijaya yang menarasikan penataan dan strukturasi
yang memungkinkan Gereja menempatkan dirinya, memandang
dirinya dan memandang kelompok lain. Memberi ruang bagi gereka
untuk membedakan dirinya dan menemukan identitasnya.

Politik Bahasa menjadi Polisi


Jika bahasa diatur terlalu ketat, agama akan mati secara perlahan-
lahan. Agama butuh bahasa yang longgar, bahasa yang bisa
bermain-main dengan dirinya sendiri. Sastra adalah bahasa yang
membebaskan ikatannya dari polisi yang bernama kalimat atau
Kesimpulan
1. Ilmu Sastra bertumbuh dan
berkembang dangan
pengaplikasian ilmu Linguistik
dan Ilmu Sosial di dalam kritik
Sastra

2. Ilmu Sosial mendapatkan


tempat dan ruang untuk
bertummbuh dengan belajar
melalui medium sastra.

3. Ilmu Sastra walaupun secara


mandiri dapat hidup secara
mandiri dengan membicarakan
sastra melalui sastra dan
berakhir dengan keterkaitan
karya dan kanon sastra.

4. PR bagi Sastrawan dan


komunitas Sastra untuk
merumuskan identitas
Sekian
Referensi
Sunardi, St. Vodka dan Birahi Seorang 'Nabi': Esai-esai Seni dan
Estetika. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Kayu, Babat Hutan. Sastra Tanpa Pusat dalam Jurnal
boemipoetra. Edisi Triwulan Pertama. 2007.
Davis, Lennard J. Resisting Novels Ideology and Fiction. New
York : Routledge. 1987.
Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965 Bagaimana
Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan
Film. Tangerang: Margin Kiri,2013.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indoensia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia, 2008.
Yulianti, Rhoma Dwi Aria. Catatan Penyusun, dalam Gugur
Merah Sehimpunan Puisi Lekra-Harian Rakjat (1950-1965).
Yogyakarta: Merakesumba, 2008.
Situmorang, Saut. Pernyataan Sikap Sastrawan Orde Kampung,
Politik Sastra. Yogyakarta: [SIC,] 2008.
Sakdilla, M. Lintasan Polemik Kebudayaan. Gayatri Mitra
Kreasi, 2019. (link)
Purbatjaraka. Polemik Kebudayaan (IV): Sambungan Zaman.
Kutu Kata. 2019. (link)

Anda mungkin juga menyukai