Anda di halaman 1dari 10

MITOS

DALAM KUMPULAN PROSA KISDAP PILANGGUR KARYA


HATMIATI MASY’UD

Muhammad Yunus1, Sri Normuliati2, M. Ridha Anwari3
1,3Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
1hammadyunus192@gmail.com


Abstrak

Kumpulan kisah berbahasa Banjar tidak bisa dipisahkan dengan mitos-mitos yang hadir di
dalamnya. Mitos yang mengiringi kehidupan masyarakan Banjar diyakini kebenarannya dan
mempengaruhi tingkah laku masyarakat seperti yang terdapat dalam kisah-kisah pendek yang
Pilanggur karya Hatmiati Masy’ud. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan mitos-
mitos yang ada pada masyarakat Banjar dalam kumpulan cerita Pilanggur Karya Hatmiati
Masy’ud. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, frasa, kalimat, dialog para tokoh dan paragraf
yang berhubungan dengan mitos masyarakat Banjar. Setelah data terkumpul, data akan
dianalisis. Hasil penelitian mendeskripsikan mitos masyarakat Banjar diantaranya tentang
kapuhunan, tambun (hantu air), hantu api, sanja kuning, dan pilanggur. Kapuhunan adalah
gangguan makhluk halus bagi anak kecil/bayi yang salah satunya diakibatkan karena
melewati tempat pekuburan. Kemunculan tambun (hantu air) dijadikan pertanda bahwa
sungai sedang meminta tumbal. Hantu api juga menjadi pertanda bahwa akan ada bencana
kebakaran. Sanja kuning juga berarti larangan bagi anak-anak untuk bermain di luar rumah.
Pada saat sanja kuning, dihubungkan dengan hal-hal yang tidak baik seperti penyakit, hantu,
dan santet. Pilanggur dianggap sebagai salah satu penyebab perempuan tidak kunjung
menikah karena pada sore hari duduk di depan pintu.
Kata kunci : mitos, masyarakat banjar, pilanggur, hatmiati masy’ud

Abstract
The collection of stories in Banjarese cannot be separated from the myths that are present in it.
The myths that accompany the life of the Banjar people are believed to be true and affect people's
behavior as contained in the short stories Pilanggur by Hatmiati Masy'ud. This study aims to
reveal the myths that exist in the Banjar community in the collection of Pilanggur stories by
Hatmiati Masy'ud. This research is included in qualitative research with descriptive method. The
data collected were in the form of words, phrases, sentences, dialogues of the characters and
paragraphs related to the myths of the Banjar people. After the data was collected, the data will
be analyzed. The results of the study describe the myths of the Banjar people including the
kapuhunan, tambun (water ghost), fire ghost, yellow sanja, and pilanggur. Kapuhunan is a
disturbance of spirits for small children/babies, one of which is caused by passing through a
cemetery. The appearance of tambun (water ghost) is used as a sign that the river is asking for
sacrifice. The fire ghost is also a sign that there will be a fire disaster. Yellow sanja also means a
prohibition for children to play outside the house. At the time of yellow sanja, associated with
things that are not good such as disease, ghosts, and witchcraft. Pilanggur is considered as one
of the causes of women not getting married because in the afternoon they sit in front of the door
Keywords: Myth, Banjar people, Pilanggur, Hatmiati Masy'ud

172 Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
172
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

A. PENDAHULUAN media komunikasi simbolik dan


Sebuah karya sastra sering sebagai pembuka paradigma
dianggap sebagai cermin atau tiruan berpikir. Karya sastra berisi
kehidupan masyarakat, meskipun pengalaman-pengalaman manusia,
sastra tetap diakui sebagai sebuah maka pengalaman itu diungkapkan
ilusi atau khayalan dari kenyataan. sedemikian rupa untuk memperoleh
Kehadiran sebuah karya sastra sari pati yang diinginkan. Karya
membawa pesan tertentu yang ingin sastra difungsikan di tengah-tengah
diungkapkan oleh penulisnya. Pesan masyarakat sebagai media
yang dibawa dari terciptanya sebuah pembelajaran bagi masyarakat.
karya sastra yakni berusaha mencari Septiaji (2020) pun mengemukakan
solusi dari permasalahan yang hal yang sama bahwa sastra diyakini
diangkat dalam cerita tersebut. memiliki fungsi hiburan dan edukasi
Goldman (dalam Faruk, 1999) sehingga dapat dimanfaatkan
mengemukakan pendapatnya sebagai media penanaman nilai-nilai
mengenai karya sastra, pertama, yang berorientasi terhadap
bahwa karya sastra merupakan pengembangan kehidupan
ekspresi pandangan dunia secara seseorang.
imajiner. Kedua, bahwa dalam Secara sederhana Horace (dalam
usahanya mengekspresikan Ismawati, 2013) mengatakan bahwa
pandangan dunia itu pengarang sastra itu dulce et utile, artinya indah
menciptakan semesta tokoh-tokoh, dan bermakna. Sastra sebagai
objek-objek, dan relasi-relasi secara sesuatu yang dipelajari atau sebagai
imajiner. pengalaman kemanusiaan dapat
Grebstein (dalam Salam, 2004) berfungsi sebagai bahan renungan
mengatakan bahwa dalam dan refleksi kehidupan karena sastra
memahami karya sastra secara bersifat koekstensif dengan
komprehensif, karya tersebut tidak kehidupan, artinya sastra berdiri
dapat dipisahkan dari lingkungan sejajar dengan hidup. Dalam
atau kebudayaan atau peradaban kesusastraan dapat ditemukan
yang telah menghasilkannya. Ia berbagai gubahan yang
harus dipelajari dalam konteks yang mengungkapkan nilai-nilai
seluas-luasnya, tidak hanya dirinya kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan,
sendiri. Setiap karya sastra adalah maupun nilai sosial budaya.
hasil pengaruh timbal balik yang Pendapat yang sama juga
rumit dari faktor-faktor sosial dan diungkapkan Endraswara (2013)
cultural, dan karya sastra itu sendiri yang menyebutkan sastra sering
merupakan objek cultural yang dijadikan guru apa saja bagi
rumit. Bagaimanapun, karya sastra kehidupan. Pesan apa saja dapat
bukanlah gejala sastra yang berdiri disampaikan lewat keindahan sastra.
sendiri. Pesan sosial, agar manusia lebih arif
Wellek dan Warren dalam Emzir menata hidup, selalu muncul. Sastra
(2016) menjelaskan fungsi sastra dan kehidupan tidak dapat
sebagai hiburan, sebagai renungan, dipisahkan. Sastra hidup karena ada
sebagai bahasan pelajaran, sebagai kehidupan.

Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
173
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

Masyarakat dalam kaitannya melainkan dengan cara menuturkan


dengan alam semesta adalah dua hal pesan tersebut, misalnya dalam
yang tidak dapat dipisahkan. mitos, bukan hanya menjelaskan
Masyarakat hidup dalam suatu tentang objek pohon secara kasat
lingkungan tertentu. Mereka mata, tetapi yang penting adalah cara
memperoleh bahan keperluan hidup menuturkan tentang pohon tersebut.
dari lingkungannya. Oleh karena itu, Apa saja bisa dikatakan sebagai
masyarakat harus memperhatikan mitos selama diutarakan dalam
situasi dan kondisi lingkungannya. bentuk wacana/diskursus. Artinya,
Lingkungan harus selalu dijaga dan orang menuturkan tentang pohon
dipelihara serta tidak dirusak, dapat dibuat dalam berbagai macam
sehingga lingkungan terlihat bersih versi. Pohon yang diutarakan oleh
dan rapi. Lingkungan tidak boleh kelompok lingkungan bukan saja
dikotori atau dirusak karena dapat sebagai objek tetapi pohon
mengganggu keseimbangan alam. mempunyai makna luas, psikologi,
(Huriyah, 2020) sakral, pelestarian, dan seterusnya.
Kehidupan sosial masyarakat Dalam arti pohon diadabtasi untuk
memungkinkan sastra hidup terus suatu jenis konsumen, dengan
menerus turun temurun, bahkan ada kerangka literatur yang mendukung
di antaranya yang menjadi tradisi. dan imaji-imaji tertentu yang
Tradisi yang melekat dalam difungsikan untuk keperluan sosial
keseharian masyarakat Banjar dapat (sosial usage) yang ditambahkan
dijadikan sebuah cerita atau kisdap. pada objek murni.
Kisdap (kisah handap) merupakan Mitos menjelaskan kepercayaan
cerita yang ditulis dengan masing-masing kebudayaan tentang
menggunakan bahasa Banjar. Kisdap peran dan kekuatan supernatural
menjadi salah satu cara untuk menciptakan dunia termasuk benda-
melestarikan bahasa Banjar dalam benda dan mahluk langit, alam,
bentuk tulisan. Berbagai mitos yang kehidupan binatang dan tumbuh-
mengiringi keseharian masyarakat tumbuhan, siklus kehidupan
Banjar menjadi sesuatu yang tidak manusia dari kelahiran, dewasa, dan
bisa dipisahkan. kematian. Mitos juga menjelaskan
Mitos adalah suatu bentuk pesan aspek sosial sebuah kebudayaan,
atau tuturan yang harus diyakini termasuk masalah moral, peran, dan
kebenarannya tetapi tidak dapat adat istiadat. Pendek kata mitos
dibuktikan. Mitos bukan konsep atau merekam kepercayaan yang dianut
ide tetapi merupakan suatu cara bersama, sekaligus membantu suatu
pemberian arti. Secara etimologis, komunitas mempertahankan
mitos merupakan suatu jenis identitas dasarnya. Memberi fungsi
tuturan, tentu bukan sembarang yang beragam, dari yang umum
tuturan. Suatu hal yang harus hingga yang spesifik. Fungsi
diperhatikan bahwa mitos adalah umumnya terletak pada dukungan
suatu sistem komunikasi, yakni psikologis yang diberikannya,
suatu pesan (message). Tetapi, mitos termasuk menawarkan model cara
tidak didefinisikan oleh objek pesan

174 Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
174
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

hidup yang dipandang wajar oleh Teks dalam kisah handap


suatu masyarakat. (Pusposari, 2014) Pilanggur karya Hatmiati Masy’ud
Mitos merupakan model untuk merupakan sumber data yang
bertindak dan selanjutnya berfungsi mendasari dilakukannya penelitian
untuk memberikan makna dan nilai ini. Kisah handap Pilanggur karya
bagi kehidupan. Dengan kata lain, Hatmiati Masy’ud ini diterbitkan
mitos selalu dikaitkan dengan oleh CV Penerbit Artikata pada tahun
realitas, secara kosmogonis selalu 2017 yang terdiri dari 156 halaman.
ingin membuktikannya. (Ratna, Dalam penelitian ini, data penelitian,
2011). terdiri dari kata-kata, frasa, kalimat,
Sebagai bentuk miniatur dialog para tokoh, dan paragraf yang
masyarakat, karya sastra berhubungan dengan mitos yang
mengandung berbagai mitos, terdapat dalam kisah handap
berskala besar atau kecil, bermakna Pilanggur karya Hatmiati Masy’ud.
positif atau negatif. Mitos akan Teknik pengumpulan data yang
melahirkan mitos-mitos baru, di gunakan dalam penelitian ini
demikian seterusnya, petanda dilakukan melalui pembacaan
bahwa mitos tetap hidup dan naskah cerita secara cermat dan
dihidupkan kembali oleh masyarakat berulang-ulang untuk membantu
pendukungnya. Sesuai dengan peneliti dalam mengungkap,
kompleksitas manusia, bentuk mitos memahami dan menangkap pokok
jelas bermacam-macam. Mitos penelitian yang terdapat dalam kisah
menimbulkan kecurigaan, benci, iri handap Pilanggur karya Hatmiati
hati, dendam dan marah. Demikian Masy’ud. Data yang diambil dari
juga sebaliknya, cinta, percaya diri, kisah handap Pilanggur karya
bertanggung jawab, mempertebal Hatmiati Masy’ud berisi tentang
kepercayaan terhadap Tuhan Yang mitos. Data yang telah terkumpul
Maha Esa dan sebagainya (Ratna, dianalisis menggunakan metode
2011). deskriptif, kemudian ditarik
kesimpulan.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian terhadap kisah C. HASIL DAN PEMBAHASAN
handap Pilanggur Karya Hatmiati Masyarakat Kalimantan Selatan
Masy’ud ini menggunakan penelitian memiliki sastra Banjar sebagai
kualitatif. Semi (dalam Endraswara, sebuah ciri khas. Sastra Banjar
2008) mengatakan bahwa yang berarti sastra orang-orang banjar,
dimaksud dengan penelitian bersifat lisan maupun tulisan,
kualitatif adalah penelitian yang tradisional maupun kontemporer,
dilakukan dengan tidak menggunakan bahasa Banjar dan
mengutamakan angka-angka, tetapi berisi perihal budaya Banjar. Dengan
mengutamakan kedalaman kata lain, sastra banjar adalah karya
penghayatan terhadap interaksi sastra yang menggunakan bahasa
antar konsep yang sedang di kaji Banjar dan berisi nilai-nilai
secara empiris. “kebanjaran” atau nilai-nilai budaya
Banjar (Effendi, 2011). Tarsyad

Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
175
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

(dalam Jarkasi & Sainul H, 2006) dahulu kala, para leluhur


menjelaskan definisi sastra Banjar melakukannya dan tidak pernah ada
mencakup semua bentuk karya kejadian kepulan asap yang tidak
sastra yang diekspresikan oleh siapa kunjung berhenti. Kepulan asap
saja baik dalam bahasa Banjar justru disebabkan oleh banyaknya
maupun dalam bahasa Indonesia orang yang membakar lahan untuk
selama karya itu isinya dijadikan kebun sawit. Kutipan
mengungkapkan (segala) sesuatu mengenai hal ini terdapat pada
yang berkaitan dengan etnografi kalimat berikut.
orang Banjar.
Dikaitkan dengan makna, “Kaya ngini pang Pakacil wan Makacil
teladan, dan nilai-nilai secara barataan. Sumalam, kami bubuhan
pembakal di kumpulakan ulih Pa Camat.
keseluruhan, mitos memiliki akibat Hidin bapapadahan. Ujar hidin, nang
langsung terhadap keseluruhan mambuka pahumaan kada dibariakan
tingkah laku individu dan manyalukut. Inya kukusnya nitu nang
masyarakat pendukungnya (Ratna, maulah palak. Lawan jua kumarau
2011:111-112). Mitos yang tahun ngini landang banar, saikit haja
manyalukut pacangan malalar
berkembang di masyarakat Banjar (Masy’ud, 2017)
tergambar dalam 8 kisdap yang
berjudul Pilanggur karya Hatmiati “Matan kapipintaran lih, kakanakan.”
Masy’ud. Delapan mitos yang Manyahut Makacil Jubai. “Urang
mempengaruhi kehidupan bahuma ngitu matan bahari, uma-
abahmu, pakaianmu, lacit ka datu-
masyarakat Banjar ini dapat dilihat ninimu, bahuma kada suwah tatamu
pada tabel berikut ini. palak nang kaya damia. Urang bahari
imbat manyalukut dihumai, hampai
wayahini damintu haja. Matan di mana
palaknya, urang sahibar manyalukut
hagan bahuma ha? .... (Masy’ud, 2017)

“Kita ngini sabujurannya katampiasan
palaknya haja. Napang mun sakulilingan
urang bajual tanah bahiktar-hiktar
hampai ka palang padu. Kampung kita ni
gin cakanya kawa ditukarinya wan
urang-urangnya. Ujar habar pacangan
maulah kabun sawit ... (Masy’ud, 2017)

Berdasarkan beberapa kutipan
di atas, dalam kisdap yang berjudul

1. Palak palak dijelaskan bahwa sejak dulu,
Mitos yang terdapat pada kisdap masyarakat Banjar sebelum bertani
yang berjudul Palak adalah adanya terlebih dahulu membakar rumput-
kepercayaan bahwa kepulan asap rumput atau tanaman yang dapat
berkepanjangan yang melanda menghambat pertumbuhan tanaman
disebabkan oleh pembakaran lahan padi. Penyebab palak yang
sebenarnya bukanlah dikarenakan
persawahan. Mitos ini dipatahkan
sebab menurut mereka, sudah sejak tradisi masyarakat tersebut, sebab

176 Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
176
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

hasil pembakaran rumput atau perempuan. Jumlah pemberian


tanaman di lahan yang akan biasanya sudah disepakati oleh
dijadikan sebagai lahan pertanian kedua belah pihak. Pihak mempelai
tidaklah seberapa. Penyebab palak perempuan yang menentukan
yang sebenarnya adalah adanya besarnya nominal jujuran.
pembakaran lahan secara besar- Hal ini bertujuan untuk
besaran untuk proyek perkebunan membantu dalam pelaksanaan acara
sawit. Selain itu, kondisi musim pernikahan. Jujuran dalam
kemarau yang panjang menambah masyarakat Banjar, berbeda dengan
kondisi palak menjadi tidak mahar. Karena jujuran cakupannya
terkendali. lebih luas. Tidak jarang terjadi
ketidaksepakatan antara kedua
2. Jujuran belah pihak dalam persoalan jujuran.
Mitos yang terdapat dalam Bahkan, ada sebagian beranggapan
kisdap berjudul jujuran adalah untuk menolak lamaran yang datang,
adanya kepercayaan bahwa nominal bisa dengan meminta nominal
jumlah jujuran yang terlalu tinggi jujuran yang cukup besar. Strategi ini
bisa membuat gagalnya sebuah dianggap mampu membuat mundur
rencana perkawinan. Ini juga yang keluarga yang ingin melamar.
dikhawatirkan Nurhayati saat Seperti yang dijelaskan pada kutipan
Firmansyah ingin di atas, suatu kampung mempunyai
mempersuntingnya. Kedua orang tua standar tertentu tentang jumlah
Nurhayati menginginkan jujuran jujuran. Di kampung Nurhayati
sebesar 25 juta, sementara untuk misalnya, belum ada keluarga pihak
jumlah tersebut belum ada yang perempuan yang meminta jujuran
pernah mengiyakan di kampung hingga 25 juta. Tentu hal ini tidaklah
mereka. Kutipan hal ini terdapat sama, di kampung lain, bisa saja
pada kalimat-kalimat berikut. jumlah ini sudah biasa atau malah
lebih besar dari itu.
Nurhayati tu handakai sarik wan
abahnya, tagal kada bulih pang sarik. 3. Tambun
Pamali anak sarik wan kuitan. Kalu pina
katulahan, ngaliham kaina. Napang mun
Mitos yang terdapat pada kisdap
abahnya tu pina handak larang bangat berjudul tambun adalah adanya
mamintai jujuran. Sidin tu talalu bangat, kepercayaan bahwa tambun muncul
kadada urang di kampung di kampung di air sungai menjadi pertanda
inya ni jujuran hampai balalawi juta. bahwa air sungai sedang mengidap,
Nyataai kuwitan Firman wan kula-
kulanya tu baundur burit, bisa kada jadi
menginginkan korban. Seperti yang
saku ... (Masy’ud, 2017) terjadi ketika Julak Ibad sedang
mengangkut air di sungai, beliau
Jujuran termasuk ke dalam salah melihat adanya kemunculan tambun
satu proses pernikahan masyarakat atau yang dikenal juga dengan istilah
Banjar. Sebelum dilaksanakannya hantu air. Tidak berselang lama,
pernikahan, proses ini harus terjadi kejadian dimana Imah, salah
dilakukan. Jujuran adalah pemberian satu warga desa dikabarkan
dari pihak laki-laki kepada pihak

Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
177
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

tenggelam. Kutipan hal ini terdapat berselang lama setelah Julak Ibad
pada kalimat-kalimat berikut. melihat keberadaan tambun (hantu
air) muncul di dekat lubang dalam
Rahatan Julak Ibad mencibuk banyu yang berdekatan dengan pohon
matan di lanting, asa rarawaian mata kariwaya. Pohon kariwaya bagi
hidin takilar banda nang kaya kalambu
mancungul di banyu, bagulung-gulung,
masyarakat Banjar dianggap sebagai
pas di luuk parak batang kariwaya. Asa jenis pohon yang dianggap seram.
mandirap buritundun hidin. Wahana
nangapa garang nangitu ti? Mun ingat 4. Kapidaraan
kisah urang bahari, nangitu kada lain Mitos yang terdapat dalam
pada tambun si hantu batang banyu.
Ancap Julak Ibad ka tabing. Babaya
kisdap yang berjudul Kapidaraan
bakulih ka luuk ngitu pulang, hilang adalah adanya kepercayaan bahwa
hudah. Banyu sasain badalam, karuh seorang anak kecil hendaknya
tumatan di hulu, kampar bajurut laluan, jangan dibawa jalan-jalan melewati
banyu mangidam (Masy’ud, 2017) daerah perkuburan terutama di sore

Kampung limpasu tumbur. Imah, anak
hari sebab bisa mendatangkan
Makacil Masnah nang hanyar baumur penyakit yang susah sembuhnya
pitung tahun, tagugur matan di lanting kecuali diberikan penawar oleh
(Masy’ud, 2017) orang yang memang dianggap
mampu melaksanakannya. Kutipan
Bagi masyarakat Banjar yang mengenai hal ini terdapat pada
hidup berdekatan dengan sungai, kalimat-kalimat berikut ini.
tentu tidak asing dengan istilah
tambun. Tambun (hantu air) adalah “Umai-lih, Cu, awakmu ngini kada sing
cerita yang cukup membuat ampihan. Ladar bangat. Ajin kapidaraan
merinding. Kemunculannya seolah anakmu ni, Dah? Ada ikam bawa ka
mana garang anakmu ngini?” (Masy’ud,
menjadi pertanda bahwa akan ada 2017)
kejadian orang tenggelam di sungai.
Apalagi jika kemunculan tambun Idah taciragal. Hanyar inya ingat, ari
diikuti dengan kondisi sungai yang Sanayan ngitu pas sanja inya bulik
kian dalam dan air yang kian keruh. matan di rumah umanya, mahantas
jalan kuburan. Ajinai, bujuran saku Naila
Fenomena ini disebut dengan air ni kapidaraan? (Masy’ud, 2017)
sungai yang sedang mengidam. Pada
kondisi sungai yang seperti ini, Kapidaraan adalah sebutan
masyarakat Banjar diingatkan agar untuk anak kecil atau bayi yang
berhati-hati beraktivitas yang diganggu oleh makhluk halus. Salah
berhubungan dengan sungai. Apalagi satu penyebabnya adalah melewati
bagi masyarakat Banjar tidak bisa daerah pekuburan. Ciri-ciri anak
lepas dari sungai, mereka kapidaraan dapat dilihat dari anak
menggantungkan aktivitas sehari- yang menangis, kondisi badan terasa
hari di sungai, seperti mandi dan panas tapi kaki, tangan, hingga
mencuci di lanting. Seperti yang telinga justru terasa dingin. Salah
diceritakan dalam kisdap yang satu cara pengobatannya adalah
berjudul tambun, Imah salah seorang dengan memberikan pengobatan
warga jatuh dari lanting, tidak tradisional, datang kepada tukang

178 Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
178
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

urut yang mengerti tentang SWT agar dihindarkan dari segala


kapidaraan. Biasanya anak bencana dan bahaya.
kecil/bayi akan diberi penawat
berupa parutan kunyit (janar) yang 6. Pilanggur
dicampur dengan kapur sirih dan Mitos yang terdapat dalam
beras. Campuran bahan-bahan kisdap yang berjudul Pilanggur
tersebut akan disapukan di kening, adalah adanya kepercayaan bahwa
kedua telapak tangan dan kaki. Hal perempuan yang belum menikah
ini dipercayai dapat mengobati duduk santai di depan pintu pada
kapidaraan pada anak/bayi. waktu sore menjelang magrib akan
terkena pilanggur. Pilanggur adalah
5. Tulak Bala keadaan dimana perempuan
Mitos yang terdapat dalam terlambat untuk menikah, menjadi
kisdap yang berjudul Tulak-Bala perawan tua. Kutipan mengenai hal
adalah adanya kepercayaan bahwa ini terdapat pada kalimat-kalimat
kebakaran yang diakibatkan oleh berikut.
keberadaan hantu api dapat
ditangkal dengan melaksanakan “Umanya Marianah gagarumbu matan
sholat hajat dan melaksanakan di juruk, Marianah gadaguian
mangantupi lulungkang. Kada saapa,
tradisi mengarak kitab. Kutipan umanya bapandir pulang, “Ikam ni,
mengenai hal ini terdapat pada Marianah-ai, rancak bangat hudah
kalimat-kalimat berikut. ditagur. Pamali bibinian bujang tu
batajukan di muhara lawang wayah ari
“Amun daintu, pambakal-ai, kita sanja. Kaluku kana pilanggur.” (Masy’ud,
sumbahyang hajat-ai hulu, habis ngitu 2017)
hanyar kita tulak bala maarak kitab,
nyaman hantu apinya bajauh pada “Ikam ni, Marianah-lah, nangapa garang
kampung kita.” Guru Supian bapandir nang dihadang? Umur saurang tu hudah
pulang (Masy’ud, 2017) sasain tuha, kada supankah ikam?
Abahmu maninggal hudah, tatap haja
Tradisi mengarak kitab pada ikam kada sing lakian. Ading-adingmu
balakian dah, kakawalanmu hudah
masyarakat Banjar dipercaya dapat bacucuan, ikam makaam baluman kawin
mengusir keberadaan hantu api. haja lagi.” (Masy’ud, 2017)
Kemunculan hantu api dianggap
sebagai pertanda akan adanya Mitos tentang pilanggur
kebakaran di daerah tersebut. Bagi dipercayai untuk para perempuan
sebagian orang yang pernah melihat yang duduk di dekat pintu menjelang
keberadaan hantu api, wujudnya senja. Kondisi ini dianggap tidak
berbentuk bola bercahaya yang baik, mengingat pilanggur adalah
terlihat sedang melintas. Apabila ada kondisi bagi perempuan yang
yang melihat keberadaannya, terkena mitos ini akan sulit untuk
biasanya di kampung/ daerah yang menikah. Biasanya para orang tua
bersangkutan, segera mengadakan yang cukup keras mengingatkan
acara selamatan, yakni dengan anaknya, terutama yang memiliki
melaksanakan sholat hajat, anak perempuan yang belum
memohon pertolongan kepada Allah menikah. Seperti yang dijelaskan

Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
179
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

pada kisah handap berjudul kuning, masyarakat bergegas


pilanggur. Mariamah, si tokoh utama menutup semua pintu dan jendela.
yang tidak kunjung menikah. Ibunya Anak-anak tidak ada yang berani
sudah sering menegur Mariamah keluar rumah.
agar tidak duduk di depan pintu saat
senja tiba. Kekhawatiran Ibu 8. Imai
Mariamah sangatlah beralasan, Mitos yang terdapat pada kisdap
mengingat adik-adik perempuannya yang berjudul Imai adalah adanya
sudah menikah, begitu juga teman- kepercayaan bahwa sakit yang tidak
temannya. Hanya Mariamah yang tahu penyebabnya yang diakibatkan
belum menikah. oleh dirinya terpilih sebagai tukang
urut. Apabila tidak diterima, maka
7. Cupit sakitnya juga tidak sembuh-sembuh.
Mitos yang terdapat pada kisdap Kutipan mengenai hal ini terdapat
yang berjudul Cupit adalah adanya pada kalimat-kalimat berikut.
kepercayaan bahwa apabila ada
fenomena sore hari berwarna Imai diimpus, dirungsin jua, sagan
kuning, anak-anak dilarang untuk mancari panyakitnya. Bahahari,
bamiminggu, kada jua panyakitnya
bermain di luar rumah. Kutipan tatamu. Jar imai sakit di bahu, tagal
mengenai hal ini terdapat pada imbah dirungsin kadada napa-napa.
kalimat-kalimat berikut. Kaputingannya duktur manyarah. Jar
hidin, “Bawa bulik ha binimu, batatamba
Sanja kuning, urang kampung badadas kampung haja.” (Masy’ud, 2017)
mangancing lawang wan lulungkang.
Kakanakan kadada nang waninya “Ulun ne, ka-ai, garing maiyun nangini
kaluar. Rumah siwaan Ruslaila haja sakalinya marga ulun dipilih jadi
nang babukaan pina manarang. paurutan. Sabujurannya rancak hudah
Bapupuluh ikung urang bakumpulan, ulun tamimpi didatangi urang tuha nang
asing-asing aur bapandiran haja ... malajari baurutan ngitu, tagal ulun kada
(Masy’ud, 2017) hakun. Ulun supan, Ka-ai. Asa kada
cucuk, maguni asa kaanuman.”
(Masy’ud, 2017)
Masyarakat Banjar menyebut

keberadaan fenomena sore hari
Seseorang yang sakit tidak
berwarna kuning dengan istilah
kunjung sembuh dan tidak diketahui
sanja kuning. Sanja kuning dianggap
jenis penyakitnya, bagi masyarakat
membawa pesan untuk waspada
Banjar hal ini merupakan ciri
diri, tidak membiarkan anak-anak
seseorang yang akan dianugerahi
untuk bermain di luar rumah. Sanja
kemampuan memijit orang. Kasus ini
kuning dianggap berkaitan dengan
tidak dapat disimpulkan secara
hal-hal yang tidak baik, seperti
umum karena harus melihat kembali
datangnya sakit, hantu, ataupun
kepada silsilah keluarga. Apakah ada
santet. Ketiga hal ini lah yang
garis keturunan yang memang
membuat para orang tua melarang
memiliki kemampuan tersebut.
keras anak-anak bermain di luar
Istilahnya adalah ilmu yang
rumah ketika sanja kuning. Seperti
diwariskan secara turun temurun.
yang digambarkan dalam kisah
Apabila yang bersangkutan tidak
handap berjudul cupit, ketika sanja

180 Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
180
e-ISSN: 2549-5119
Vol. 6, No. 1, Februari 2022

menginginkan, maka sakitnya tidak dimana perempuan terlambat untuk


kunjung sembuh. Dalam kondisi menikah, menjadi perawan tua,
sakitnya, biasanya ada
pengetahuan/ keterampilan yang DAFTAR PUSTAKA
diajarkan melalui mimpi.
Kondisi seperti ini diceritakan
Effendi, R. (2011). Sastra Banjar Teori
dalam kisah handap yang berjudul dan Interpretasi. Scripta Cendikia
Imai. Imai adalah tokoh utama yang Emzir & Saifur R. (2016). Teori dan
diceritakan dalam cerita. Imai sosok Pengajaran Sastra. Depok: PT
gadis muda yang tidak lama setelah Rajagrafindo Persada
menikah, kemudian sakit-sakitan. Endraswara, S. (2008). Metode
Setelah berobat ke dokter, dokter Penelitian Sastra. Yogyakarta:
pun menyerah karena tidak Media Pressindo
menemukan penyakit yang Endraswara, S. (2013). Sosiologi Sastra
sebenarnya. Setelah ditelusuri, Studi, Teori, dan Interpretasi.
sakitnya Imai adalah pertanda dia Yogyakarta: Penerbit Ombak
Faruk. (1999). Pengantar Sosiologi
sedang dalam proses menerima
Sastra dari strukturalisme Genetik
pembelajaran tentang pengetahuan sampai Post-Modernism.
memijit. Imai sempat menolak Yogyakarta: Pustaka Pelajar
mengingat usianya yang masih Huriyah. (2020). Kearifan Lokal Kota
muda, namun dukungan keluarga Seribu Sungai. Banjarmasin: Alma
membuatnya yakin memilih jalan Media
sebagai tukang urut. Ismawati, E. (2013). Pengajaran Sastra.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
D. SIMPULAN Jarkasi & Sainul, H (eds). (2006). Sastra
Berdasarkan analisis yang Banjar Kontekstual. IRCiSoD
dilakukan, mitos yang terdapat bekerja sama dengan FKIP UNLAM
PRESS Banjarmasin dan Forum
dalam salusin kisdap Banjar yang
Kajian Budaya Banjar
berjudul Pilanggur memuat adanya Masy’ud, H. (2017). Pilanggur Salusin
kepercayaan diantaranya yaitu (1) Kisdap Banjar. Banjarmasin: CV
jumlah nominal jujuran bisa Penerbit Artikata
membuat sebuah rencana Pusposari. D. (2014). Mitos dalam Kajian
perkawinan menjadi gagal, (2) Sastra Lisan. Malang: Pustaka
seorang anak kecil yang tidak Kaiswaran
dianjurkan untuk berjalan-jalan di Ratna, N.K. (2011). Antropologi Sastra
area pekuburan, (3) larangan bagi Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan
anak-anak untuk bermain di luar dalam Proses Kreatif. Pustaka
rumah ketika sore hari berwarna Pelajar
Salam, A. (2004). Oposisi Sastra Sufi. LkiS
kuning, dan (4) larangan bagi
Septiaji, A & Risma K.H. (2020). Kritik
perempuan yang belum menikah Sastra Ekofeminisme Pengantar
duduk santai di depan pintu pada Kritik Sastra Berwawasan
waktu sore menjelang magrib, Perempuan dan Alam. Ciamis: CV
dikhawatirkan akan terkena Insan Cerdas Bermartabat
pilanggur. Pilanggur adalah keadaan

Mitos dalam Kumpulan Prosa|Yunus; Normuliati; Anwari – UM Banjarmasin; IAIN Palangka Raya
181

Anda mungkin juga menyukai